Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI DALAM


ISLAM

DOSEN MATA KULIAH :


YONDRI MULYADI, S.HI, M.A

OLEH :
NAMA : MAHFUZHATUN NISA
NIM : 212210625

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA 1A


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
dalam Islam" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan teknologi dan seni dalam
pandangan Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yondri Mulyadi, S.Hi, M.A
selaku dosen mata kuliah Agama. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 11 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Ilmu, Teknologi dan Seni .......................................................................................... 6
B. Klasifikasi Ilmu menurut Islam................................................................................................. 10
C. Pandangan Islam terhadap IPTEK ............................................................................................ 13
D. Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim Terhadap IPTEK .............................................................. 15
BAB III ................................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni, sangatlah berpengaruh terhadap segala
aspek dalam kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni
tidak pernah lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari
berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, maka berkembanglah pula teknologi dan seni.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek
dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang
digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti
yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat
Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya
hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif
yang diakibatkanya.

4
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
peermpuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian ilmu, teknologi dan seni?
2. Bagaimana klasifikasi ilmu menurut Islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap IPTEK?
4. Bagaimana tanggung jawab ilmuan muslim terhadap IPTEK?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diangkat maakalah ini adalah
untuk mengetahui tentang ilmu pengetahuan teknologi dan seni dalam Islam.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang diperoleh dari adanya makalah ini
adalah :
1. Mengetahui tentang pengertian ilmu, teknologi dan seni
2. Mengetahui tentang klasifikasi ilmu menurut Islam
3. Mengetahui pandangan Islam terhadap IPTEK
4. Mengetahui tentang tanggung jawab ilmuan muslim terhadap IPTEK

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu, Teknologi dan Seni


1. Pengertian Ilmu dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Menurut
konsep umum (barat) ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu
yang dapat diindra oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian,
perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau proses berpikir (logika). Pengetahuan
yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut ilmu
pengetahuan (sains). Dalam Al-Qur’an keduanya disebut “ilmu”. Ilmu adalah
sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai
penemuan rekayasa dan ide-ide.
Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan
bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Kalau demikian, mesin atau alat
canggih yang dipergunakan manusia bukanlah teknologi, walaupun secara umum
alat-alat tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang
lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
a. IPTEK dalam Al-Qur’an
Pada saat Al-Qur’an diturunkan belum banyak teori ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.teori-teori klasik pada umumnya berhubungan dengan
persoalan jagat raya. Di sisi lain, kitab suci yang telah di turunkan saat itu
(zabur, injil, taurat, dan al-qur’an). Masih belum cukup mampu memberikan
penggambaran dan solusi ilmiah rasional tentang jagat raya. Al-Qur’an dalam
konteks ini diturunkan selain untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya,
juga sebagai pembeda antara baik dan buruk daam hal etika, benar dan salah
dalam hal logika, dan antara indah dan jelek dalam hal:

6
٣ – ‫اْل ْن ِج ْي َۙ َل‬
ِ ْ ‫ص ِدِّقًا ِِّل َما َبيْنَ َيدَ ْي ِه َوا َ ْنزَ َل الت َّ ْو ٰرىةَ َو‬َ ‫ق ُم‬ ِ ِّ ‫ب ِب ْال َح‬
َ ‫ع َليْكَ ْال ِك ٰت‬
َ ‫ن ََّز َل‬
٤ - ‫ع ِزي ٌْز ذُو ا ْن ِتقَ ۗام‬َ ُ‫ّٰللا‬ ‫ش ِد ْيدٌ َۗو ه‬َ ٌ‫عذَاب‬ َ ‫ّٰللا لَ ُه ْم‬
ِ‫ت ه‬ ِ ‫اس َوا َ ْنزَ َل ْالفُ ْرقَانَ ەۗ ا َِّن الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا ِب ٰا ٰي‬
ِ َّ‫مِ ْن قَ ْب ُل هُدًى ِِّللن‬
Artinya:
“Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya,
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil sebelum (Al-Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan
Dia menurunkan Al Furqan (Pembeda).” (Q.S. Al imron/3 : 3-4)
Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu fungsi Al-Qur’an adalah
sebagai pembeda, yakni membedakan antara yang benar dan yang salah, baik
dalam pengamatan maupun teori, yang menyangkut masalah jagat raya, dan
yang menyangkut kisah masa lalu maupun kehidupan yang akan datang.
b. IPTEK dalam As-Sunnah
Assunnah sebagai sumber hukum kedua sesudah Al-Qur’an antara lain
berfungsi menjelaskan informasi yang di dapat di Al-Qur’an. Kedudukan
assunnah sebagai sumber hukum islam yang tidak dapat di pisahkan dengan
Al- Qur’an telah di nyatakan Allah di dalam firman- Nya.
ِ َّ‫الزب ۗ ُِر َوا َ ْنزَ ْلنَا ٓ اِلَيْكَ ال ِذِّ ْك َر ِلتُبَ ِيِّنَ لِلن‬
٤٤ - َ‫اس َما نُ ِ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِ ‫ِب ْالبَ ِيِّ ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬
Artinya:
“Dan Aku telah turunkan kepadamu peringatan agar kamu menjelaskan
kepada umat manusia apa-apa (ayat Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepada
mereka agar mereka berpikir.” (QS. An-Nahl / 16:44).
2. Pengertian Seni
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia
yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis
keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang
dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Fungsi seni
a. Untuk Kebutuhan Individu
1) Kebutuhan Fisik
Sejarah membuktikan bahwa perkembangan seni musik selalu seiring
dengan peradaban mausia. Sejak dulu, benda-benda diciptakan dengan
mempertimbangkan nilai seni. Misalnya, model baju yang bernilai seni
tinggi tentu harganya jauh lebih mahal dibanding yang kurang berseni.
7
2) Kebutuhan Emosional
Manusia juga mempunya kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Saat
sedang sedih, gembira, dan sebagainya. Lewat seni inilah seseorang dapat
mengungkapkan perasaan dan daya imajinasinya atau menikmati seni
tersebut untuk menghibur hatinya. Untuk itulah orang seringkali melukis,
bernyayi, membuat puisi, mendengarkan lagu atau menonton drama.
b. Untuk Kebutuhan Sosial
Bidang Agama
Contoh: Dakwah melalui seni musik yaitu dengan lagu-lagu religi atau
menggambarkan kekuasaan Allah SWT melalui lukisan atau Kaligrafi.
b) Bidang Pendidikan
c) Bidang Komunikasi
d) Bidang Rekreasi
3. IPTEK dan Seni Menurut Islam
Agama Islam memberikan konsep yang jelas akan keberadaan manusia di
muka bumi. keberadaan manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah Allah fi
al-ardh, atau sebagai wakil Allah di muka bumi. Oleh karena itu, jika Allah swt.
merupakan Sang Pencipta seluruh jagad raya seisinya ini, maka sebagai wakil
Allah di muka bumi, kita wajib untuk ‘memelihara’, ‘melestarikan’, serta
‘membudayakan’ semua ciptaan Allah tersebut.
Dalam QS. Al-‘alaq (96): 1-5, kita dapat membaca secara tegs bahwa
manusia diharuskan iqra’ atau bacalah!. Iqra’ yang tertulis dalam ayat 1 maupun
ayat 3 surah tersebut haruslah diartikan dengan lebih luas lagi, yaitu membaca,
melihat, observasi, atau meneliti. Dengan demikian, ayat 1 sampai dengan 5 surat
Al-‘Alaq di atas adalah perintah kepada semua umat manusia khususnya umat
Islam, untuk mencari ilmu pengetahuan.
Dalam QS. Al-Jatsiah (45): 13, Allah swt. telah memberikan firasat akan
kegunaan alam bagi umat manusia:
١٣ – َ‫ض َجمِ ْيعًا ِ ِّم ْنهُ ۗا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ َ ْٰل ٰيت ِلِّقَ ْوم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬ َ ْ ‫ت َو َما فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى السَّمٰ ٰو‬
َ ‫َو‬
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat dari-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”.
Jelaslah bahwa ayat 13 itu menyatakan bahwa ‘seluruh isi langit dan bumi
akan ditundukkan oleh al-khaliq bagi umat manusia melalui sains yang diterapkan
8
dengan teknologi, diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dan
menggunakan pikirannya’.
Islam mendorong umatnya untuk mencari dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) guna kesejahteraan umat, baik lahir maupun
batin. Selain ayat-ayat Al-Qur’an di atas, terdapat beberapa sabda Rasulullah
Muhammad saw. yang berisi dorongan kepada umat Islam untuk mencari ilmu
pengetahuan. Berikut ini beberapa sabda Rasulullah berkenaan dengan pencarian
ilmu pengetahuan:
a. Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim
b. Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China
c. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat
d. Jadi jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya peranan Islam dalam
pengembangan iptek adalah memberikan wawasan serta dorongan yang aktif,
sebagaimana tampak pada ayat-ayat Al-Qur’an di atas serta sabda Rasulullah.
4. Perkembangan IPTEK di Dunia Islam
Masa sebelumnya yang telah membelenggu dunia barat dengan kefakuman
berpikir dinamis karena pengaruh doktrin agama yang sangat kolot dan sekaligus
merupakan “masa kegelapan barat”, justru merupakan masa gemilangnya
peradaban sains bagi “dunia Islam”. Pusat-pusat peradaban dan sains Islam pada
sekitar abad 7 hingga abad 14 terbentang dari Spanyol hingga India.
Pada masa-masa itu lahir sejumlah sarjana dan penemu muslim yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan IPTEK selanjutnya. Para sarjana dan ahli-ahli
ilmu pengetahuan muslim selama abad pertengahan telah banyak menemukan
teori dan rumus serta dasar-dasar bagi sains modern sebelum orang-orang barat
mengenal ilmu-ilmu itu. Di bawah ini contoh sebagian sarjana muslim dan hasil
temuan yang mempengaruhi perkembangan IPTEK yaitu :
a. Ilmu pasti dan astronomi
1) Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmy (780 – 848 M)
Ia adalah ilmuwan muslim yang paling popular di bidang ilmu pasti. Oleh
orang Eropa disebut juga Al-gorismus yang kemudian lebih dikenal dalam
matematika sebagai Al-goritma atau logaritma.
2) Abu Abdillah Ibn Sinan Al-Battani (858 – 929 M)
Ia adalah ahli astronomi dari Irak. Ia adalah tokoh yang pertama kali
menggunakan ilmu ukur ruang (Stereometri) untuk menentuksn letak
9
bintang-bintang di langit. Beliau juga menulis buku astronomi dengan
judul “Al-Zayju al-Shabi” (kalender astronomi) yang membahas tentang
perjalanan matahari, peredaran bulan, pergerakan bintang-bintang dan
system gerhana.
b. Ilmu Fisika
Al-Hasan Ibn Hasan Ibn Haytsam (965 – 1039 M)
Dia adalah ilmuan yang merencanakan pembangunan bendungan yang tinggi
(Saddu Al-ali) di Aswan (Sungai Nil) dan kubah Universitas Al-Azhar di
Kairo. Dia juga sangat rajin menulis. Karangan beliau berjumlah 200 buku, 47
judul di antaranya tentang matematika dan fisika dan 58 buku tentang teknik
sedangkan selebihnya terdiri dari bermacam ilmu pengetahuan.
c. Ilmu Kimia
Izzuddin Aidamar Ibn Ali al-Jaldaki ( …. – 1360 M)
Ia ahli fisika yang menguraikan penjelasan tentang sifat-sifat suatu benda, cara
menghasilkan dan memurnikannya, serta persenyawaannya. Salah satu
teorinya yang sangat popular adalah “tiap bahan tidak akan bersenyawa
kecuali dengan perbandingan bobot tertentu.
d. Ilmu Kedokteran
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi (858 – 925 M)
Beliau adalah seorang dokter yang sangat berhasil dalam melakukan
pengobatan dan penelitian penyakit-penyakit. Cara penelitian yang beliau
lakukan menggunakan medium daging hewan. Oleh pemerintah beliau diminta
untuk membuat rumah sakit yag terhindar dari lingkungan yang terkena
kuman. Tiap tiap obat yang dibuatnya terlebih dahulu dicobakan untuk
mengobati monyet sebelum digunakan untuk manusia.

B. Klasifikasi Ilmu menurut Islam


Klasifikasi ilmu berawal dari keterbatsan potensi yang dimiliki rasio
(pemikiran,nalar). Pun demikian proses pencariannya di butuhkan pembatasan-
pembatasan yang berkaitan dengan ilmu itu sendiri. Menurut imam Abi Abdillah
Muhammad bin Muhammad ar-Ru’ainy dalam kitabnya Qurrotul ‘ain li syarhi al
waroqot di sebutkan bahwa klasifikasi ilmu itu ada dua:
a. Ilmu Dhoruriy

10
Ilmu dhoruriy adalah pengetahuan yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
pembuktian. Dalam arti lain, ilmu dhoruriy adalah ilmu yang bersifat pasti.
Secara umum, dapat di katakan bahwa setiap manusia pasti memiliki pengetahuan
tentang hal itu tanpa menggunakan bukti maupun dalil. Seperti pengetahuan yang
di hasilkan oleh panca indra, seperti halnya bahwa garam itu asin, bahwa gula itu
manis, bahwa api itu panas dan lain sebagainya.
b. Ilmu Muktasab
Ilmu muktasab adalah ilmu yang sudah baku hukumnya atau sesuatu yang
didapatkan atau dihasilkan melalui proses pemikiran/kajian dan penggunaan
dalil/pembuktian. Seperti pengetahuan bahwa alam ini adalah baru, pengetahuan
ini di dasarkan atas pemikiran atau kajian terhadap alam dan hal-hal yang di
kajikan di alam ini, berupa pergantian dan perubahan.

Nabi Muhammad SAW berasabda:


) ‫فقال صلى هللا عليه و سلم إن كان شيئا من أمر دنياكم فشأنكم به وإن كان من أمور دينكم فإلي * ( صحيح‬
.‫وأخرجه مسلم‬
"Adapun perkara yang berkenaan dengan urusan dunia kalian, maka terserah kalian.
Namun mengenai perkara agama kalian, maka kembalikanlah padaku.”
Dalam redaksi yang lain menyebutkan: (as-silsilah as-shohihah;juz 10 halaman
214;maktabah syamilah)
) ‫ ) ( الصحيحة‬3977 (
‫إذا كان شيء من أمر دنياكم فأنتم أعلم به فإذا كان من أمر دينكم فإلي‬
“Adapun untuk urusan dunia maka kalian lebih tau, namun masalah agama
kembalikanlah padaku”.
Dari hadits yang telah dituturkan, maka klasifikasi ilmu dapat di golongkan
menjadi dua macam, yaitu ilmu duniawi dan ilmu din(agama). Menyerahkan semua
urusan dunia kepada manusia dan menjadikannya sebagai hak mereka baik dari sisi
kajian, penelaahan, eksperimen, maupun penerapan, yaitu dari sisi ilmu teoritis yang
didapat dari fitrah pemberiaan Allah pada manusia berupa perasaan dan akal. Dan dari
sisi penerapan praktis dalam hal keahlian, profesi, industri, prosedur dan sarana
prasarana. Semua itu hukumnya boleh (mubah) terserah manusia, halal bagi mereka.
Mereka bisa melakukannya sekehendak mereka kapan saja dan dengan cara apa saja.
Namun, dalam persoalan agama, maka harus mentaati dan menjalani semua
perintah Allah dan larangan-Nya. Karena agama bukan sekedar sekumpulan tentang

11
hal-hal ghaib, syiar-syiar ibadah, moral dan adab, tetapi yang benar itu mencakup
pengaturan seluruh hubungan yang ada.
Menurut Muhammad bin Idris ilmu itu ada dua jenis:
a. Ilmu Abdan
Ilmu abdan atau arti lainnya adalah ilmu duniawi, yaitu segala macam ilmu yang
dapat memberikan mashlahat (kebaikan) didunia dan kehidupan manusia serta
makhluq lainnya, seperti halnya ilmu kedokteran, ilmu perdagangan, ilmu
kelautan dan sebagainya. Secara umum ilmu abdan atau duniawi ini hukumnya
fardlu kifayah.
b. Ilmu Adyan
Ilmu adyan atau dalam makna lain adalah ilmu agama, ilmu ini terbagi menjadi
dua bagian:
1) Yang hukumnya fardlu ‘ain, seperti: Ilmu tentang pemahaman akidah dan
ibadah yang benar seperti rukun iman dan rukun islam.
2) Yang hukumnya fardlu kifayah, seperti: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu faraidl,
ilmu balaghoh dan sebagainya.

Menurut Abu al-Ma’aly Abdul Malik bin Abdillah bin Yusuf bin Muhammad
al-Juwainy, ilmu itu terbagi menjadi dua macam yaitu: Ilmu dhorury dan ilmu
nadzory. Adapun definisi dari keduanya sama dengan ilmu dhorury dan ilmu
muktasab, hanya berbeda namanya saja.
Al-Ghozali pertama tama mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasan
hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan
kepada hal hal jahat, maka anak itu akan berakhlak jahat. Pentingnya pendidikan
ini di dasarkan pada pengalaman hidup Al-Ghozali sendiri.
Pada dasarnya ilmu islam yang banyak dicetuskan kepada seluruh masyarakat-
masyrakat islam, terutama jalur Pendidikan, harus dilandasi penanaman moral,
penaman akhlak dari jati diri seseorang tersebut. Klarifikasi ilmu juga dibagi dalam
beberapa kelompok yang masing masing memiliki karakteristik yang berbeda.
Imam Al-Ghozali memandang ilu dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan
ilmu sebagai objek. Menurut Imam Ghozali juga ilmu bisa tergolong ilmu fardhu ‘ain
dan fardhu khifayah. Yang tergolong dalam ilmu Fardhu ‘ain adalah: Ilmu agama dan
macam macamnya dengan memulai kitab-kitab Allah kemudian diikuti dengan
pokok-pokok ibadah seperti masalah sholat, puasa, zakat,dan sebagainya.

12
Sedangkan ilmu yang tergolong dalam ilmu Fardhu Khifayah adalah: segala
ilmu yang digunakan untuk tegaknya perkara-perkara dunia,seperti ilmu kedokteran
perikanan, pertanian dll. Karena hal itu merupakan hajat yang pokok bagi seluruh
cakupan tentang keadaan sehari-hari. Termasuk ilmu hitung, itu juga ilmu yang sangat
penting dalam mu’amalat, pembagian wasiat, warisan dll. Apabila Negara tidak ada
orang yang menegakkannya, maka berdosalah seluruh warga Negara tersebut, bila
salah seorang menegakannya, maka dapat mencakupi dan gugurlah kewajiban yang
lain

C. Pandangan Islam terhadap IPTEK


Dengan uraian secara deskriptif di atas, maka judul makalah ini dapat didekati
agak menjadi lebih jelas yang menghubungkan antara ajaran agama Islam dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama Islam banyak memberikan penegasan
mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar, seperti yang
disebut dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya sebagai berikut :
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan."
Maksudnya sebagai berikut : sama-sama dari kelompok yang beriman, maka Allah
SWT akan masih meninggikan derat bagi mereka, ialah mereka yang berilmu
pengetahuan.
Orang berilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan memilki kemampuan
untuk mendapatkan dan menjelaskannya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
diperlukan antara lain adanya sarana tertentu, yakni yang disebut “berpikir”. Jelasnya
berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, apabila di dalam Al-Qur’an sering-sering disebut dengan kata-
kata “berpikir” atau “berpikirlah” dan sebagainya. Dalam arti langsung maupun dalam
arti sindiran dapat kita artikan juga sebagai perintah untuk mencari atau menguasai
ilmu pengetahuan.
Dalam Al-qur’an dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan
hubungan tentang ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan serta pemanfaatannya yang
kita sebut Iptek. Hubungan tersebut dapat berbentuk semacam perintah yang
mewajibkan, menyurum mempelajari, pernyataan-pernyataan, bahkan ada yang

13
berbentuk sindiran. Kesemuanya itu tidak lain adalah menggambarkan betapa eratnya
hubungan antara Islam dan Iptek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Tegasnya hubungan antara Islam dan Iptek adalah sangat erat dan
menyatu.
Dalam pandangan Islam, Iptek juga di gambarkan sebagai cara mengubah suatu
sumber daya menjadi sumberdaya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini tercover
dalam surat Ar-Ra’d syat 11, yaitu :
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Qur’an telah
mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka meningkat. Upaya
ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam merubah nasibnya.
Dengan perkataan lain, rasa syukur atas keberhasilannya dimanifestasikan dengan
mengembangkan terus keberhasilan itu, sehingga dari waktu kewaktu keberhasilan itu
akan selalu maningkat terus.
Pada masa Nabi sudah ada penemuan-penemuan yang bisa dinamakan dengan
Iptek, sepertihalnya Iptek dalam dunia pertanian. Para sahabat Nabi pernah melalukan
pembuahan buatan (penyilangan atau perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi
menyarankan agar tidak usah melakukannya. Kemudian ternyata buahnya banyak
yang rusak dan setelah itu dilaporkan kepada Nabi, maka Nabi berpesan “ Abirruu
antum a’lamu biumuuri dunyaakum” (lakukanlah pembuahan buatan! Kalian
lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian).
Di dalam Al-Qur’an disebutkan juga secara garis besar, tentang teknologi. Yaitu
tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang
penciptaan mahluk hidup, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya,
dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya, meskipun Al-
Qur’an bukan buku kosmologi, atau biologi, atau sains pada umumnya, namun Al-
Qur’an jauh sekali dalam membicarakan teknologi.
Dari beragam uraian di atas bahwasanya kita dapat melihat sendiri bagaimana
pandangan Islam terhadap Iptek. Dalam pedoman utamanya (Al-Qur’an), banyak
disebutkan sesuatu hal yang berkaitan dengan Iptek, hal ini menunjukkan bahwa
Islam sangat erat sekali dengan Iptek. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi ini merupakan wujud dari implikasi Al-Qur’an yang sebenarnya. Banyak
seruan-seruan di dalamnya yang menganjurkan manusia untuk berfikir dan
14
mengembangkan potensinya dalam pengetahuan. Namun satu hal yang sangat
disayangkan, umat muslim sangat rendah dalam bidang Iptek, sehingga ketinggalan
perkembangan dengan orang-orang non muslim. Semoga dengan ini umat Islam sadar
dan mau mengembangkan pengetahuannya dalam berbagia hal, sehingga menjadi
umat yang berkualitas dengan adanya ketakwaan dan pengetahuan yang ditinggi.

D. Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim Terhadap IPTEK


Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah
dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan
dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah
adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi
ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa
potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi
akal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada
hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan
mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada
dirinya.Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”
Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa
agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan
dan ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam
diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah
menciptakan alam, karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia

15
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan karena ulah tangan
manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjajnjian kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifh yang bertugas unuk menjaga
dan melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi
alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi
kepuasan hawa nafsu saja. Untuk itu melaksanakan tanggung jawabnya, manusia
diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus
untuk menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik.
Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan
terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah
secara langsung maupun dalam kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum
alam” (masbied.com)
Kedua fungsi diatas tidak boleh terpisah artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal
ersebut dapat dilakukan dengan padu maka akan tercipta manusia yang ideal (Insan
Kamil) yaitu manusia sempurna yang akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup
dunia-akhirat.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Menurut konsep
umum (barat) ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang dapat
diindra oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian, perasaan, dan
keyakinan) melalui akal atau proses berpikir (logika). Teknologi adalah ilmu tentang
cara menerapkan sains untuk memanfaatkan bagi kesejahteraan dan kenyamanan
manusia. Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Menurut Imam Ghozali juga ilmu bisa
tergolong ilmu fardhu ‘ain dan fardhu khifayah.

B. Saran
Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu
memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut serta mampu
mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar,
atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-populasi berada. Sebagai manusia
yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu
memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi
suatu yang mudharat.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://sintadewi250892.wordpress.com/2014/05/29/iptek-dan-seni-dalam-agama-islam/

http://nuqilazhary.blogspot.com/2016/11/klasifikasi-keilmuan-dalam-islam.html

http://ldk.stmik-dci.ac.id/?post=pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi

http://iikikromiah.blogspot.com/2015/12/makalah-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai