Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

IPTEK, SENI, DAN KEBUDAYAAN ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Sigit Tri Utomo, M.Pd.,I.

Disusun Oleh :
1. Kiki Damayanti Mulyono (2120303092)
2. Aminah (2140303108)
3. Rifa Zahida Listiani (2140303110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang IPTEK,
Seni, dan Kebudayaan Islam. Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Dengan bantuan dari berbagai pihak
tersebut makalah ini dapat kami susun dengan maksimal. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
saran dan kritik membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Magelang, 25 April 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian IPTEK dan Seni.....................................................................................3
B. Integrasi Agama, IPTEK, dan Seni.........................................................................6
C. Pengertian Kebudayaan...........................................................................................7
D. Konsep Kebudayaan Dalam Islam...........................................................................8
E. Prinsip Kebudayaan Islam.......................................................................................9
F. Sejarah Intelektual Islam.........................................................................................10
G. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam...................................................................16
H. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia.............................................................18
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu Pengetahuandan
Teknologi (IPTEK) dan seni, sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek
dalamkehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni tidak
pernah lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari berkembangnya
ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka
berkembanglah pula teknologi dan seni.Peran Islam dalam perkembangan iptek pada
dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu
pengetahuan. Paradigma inilah yangseharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini
bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadistandar bagi segala ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dariAqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah inimengatur,
bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan
oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walaupun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IPTEK dan Seni?
2. Apa saja Integritas Agama, IPTEK, dan Seni?
3. Apa Pengertian Kebudayaan?
4. Bagaimana Konsep Kebudayaan dalam Islam?
5. Apa saja Prinsip Kebudayaan Islam?
6. Bagaimana Sejarah Intelektual Islam?
7. Bagaimana Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam?
8. Apa nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian IPTEK dan Seni.
2. Untuk mengetahui Integritas Agama, IPTEK, dan Seni.
3. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan.
4. Untuk mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.
5. Untuk mengetahui prinsip kebudayaan Islam.
6. Untuk mengetahui sejarah intelektual Islam.
7. Untuk mengetahui masjid sebagai pusat peradaban Islam.
8. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK dan Seni


1. Pengertian IPTEK
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu
sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui tangkapan panca indra, intuisi dan firasat. Sedangkan, ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi
sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, dan kebenarannya telah diuji. Secara
etimologis kata
ilmu berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan.
Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan
dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Pandangan Al-Qur’an
tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip- prinsipnya dari analisis wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi MuhammadSAW. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Diatelah menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S.
Al-A’laq: 1-5).
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan. Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Dalam pemikiran islam, ada
dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan.
Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan
Al-Qur’an dan sunah rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran islam ada yang
bersifat abadi (mutlak) karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat
perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
2. Pengertian Seni

3
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa
berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk
yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang
kemudian berkembang menjadi segala macamkekriaan yang artistik. Secara umum,
pengertian seni adalah suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur
keindahan di dalamnya dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata,
baik itu dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca
indera manusia.
Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian seni adalah semua hal yang
diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi
perasaan orang lain. Pada intinya, seni merupakan hasil akivitas batin seseorang yang
dinyatakan dalam bentuk karya yang bisa mempengaruhi perasaan manusia.
3. IPTEK Dalam Islam
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2
(dua),diantaranya, adalah menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu
pengetahuan kemudian berikutnya menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah
Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Islam
dilarang memepelajari ilmu astrologi yang disebutkan bahwa ilmu itu tidak
diperbolehkan karena mengandung unsur syirik. Seperti yang disebutkan juga dalam
sebuah hadist yang mempelajari bintang-bintang. Seperti hadist nabi sebagai yaitu
berikut:
“Barang siapa yang mempelajari satu ilmu dari bintang-bintang (astrologi),
maka ia telah mempelajari satu bagian dari sihir. Sihirnya akan bertambah dengan
bertambahnya ilmu mereka” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah melalui Ibn Abbas)
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah Saw telah meletakkan Aqidah Islam
sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam
adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib
seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam al-Qur`an:
‫ب‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬
ِ ۙ ‫ت اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ ِ َ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّه‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫اِ َّن فِ ْي َخ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinyamalam
dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orangyang berakal” (Qs.
Al-Imran: 190).
Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala
pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim

4
yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi
cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan iptek
Dunia Islam antara tahun 700 -1400 M.

4. Seni Dalam Islam


Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat
yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-
Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian
dan keindahannya.Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit
yang ada diatas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan
tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat
sombongseberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang
berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya AllahMaha
Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolakkebenaran dan
meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah,
sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasakalah
berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,spesifikasi
irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnyasebagai sihir.
Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi
bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda:
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Nasa’I,Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi).
Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan
sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim
sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang
bahkan anak-anak. Sebaiknya di kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yangtidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

5
menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang
menghinakan.” (QS. Luqman: 6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang
tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka haram nyanyian
tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal
yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya. Menurut Seyyed Hossein
Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang
keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik
tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-Qur’an yang dalam hal ini adalah
masyarakat Arab.
Jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim yang terungkap melalui
bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat
dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik seni suara maupun ruang
termanifestasikan.

B. Integrasi Agama, IPTEK, dan Seni


Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dan anugerah yang luar
biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun disisi lain, iptek telah mendatangkan
“petaka” yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam
bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan uamt manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak
ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada
kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia,
termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.
Dalam pandangan islam, antara agama islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasikedalam suatu system
yang disebut Dinul Islam. Didalamnya terdapat tiga unsur pokok, yaitu aqidah, syari’ah,
dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal saleh. Secara lebih spesifik, integrasi
Agama dan iptek ini diperlukan karena empat alasan. Pertama, sebagaimana telah
dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada
Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas Imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-
tujuanyang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika
demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

6
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut
oleh bangsa kita. Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong
roti(kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan Imtaq dan nilai-nilai
sorgawi(kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan
menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat
kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir
dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akanmengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar Imtaq, segalaatribut duniawi, seperti harta,
pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akanmampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalamsemua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan,
hanya akanmengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu. Maka integrasi Imtaq dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fial-akhirah).
Integrasi Imtaq dan iptek, berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang
selama ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik
yang menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan Imtaq dan iptek dilihat dari sumbernya,
yaitu Allah SWT. Pendidikan Imtaq pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan
agama (Islam) di berbagai sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi
pendidikan Imtaq dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, maka pendidikan
agama Islam disemua jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan
yang bersifat holistik, integralistik dan fungsional.
Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan dan nilai Imtaq),
sejalandengan semangat wahyu pertama, iqra’ bismi rabbik. Ini berarti pengembangan
iptek tidak boleh dilepaskan dari Imtaq. Pengembangan iptekharus dilakukan untuk
kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dandilakukan dalam kerangka ibadah
kepada Allah SWT.“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa
inginmenguasai akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya
juga harus dengan ilmu” (Al-Hadist).

C. Pengertian Kebudayaan

7
Perhatian besar diberikan kepada budaya Islam karena memainkan peran penting
dalam menetapkan ajaran yang paling penting sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
hidup manusia. Budaya Islam didasarkan pada metode ilmu pengetahuan dan
keterampilan terkait yang tidak jauh dari akar ajaran Islam. Budaya Islam dapat
menghadirkan nilai-nilai spiritual kepada pelakunya, karena semuanya berlandaskan
pada nilai-nilai agung ajaran Islam. Kata budaya merupakan gabungan dari dua kata budi
dan daya. Sobat berarti akal, pikiran, pendapat dan emosi, dan daya berarti usaha-usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup dengan menggunakan usaha
manusia dan hasil pendapat. (Sidi Gazalba, 1998: 35).
Perkembangan budaya yang berlandaskan nilai-nilai agama menunjukkan bahwa
agama memiliki fungsi yang begitu jelas. Maju dan mundurnya kehidupan manusia
disebabkan oleh terbatasnya hal-hal yang memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan dan kehidupan manusia, sehingga perlu dibutuhkan suatu petunjuk berupa
wahyu Allah serta sabda Nabi Muhammad sebagai asas kebudayaan manusia Islam,
kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah peradaban yaitu peradaban Islam
atau kebudayaan. Selama manusia hidup, kebudayaan akan terus berkembang, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas dan kreativitas hidup manusia akan selalu
berhubungan dengan kebudayaan orang lain.
Menurut Koentjoroningrat (1986; 80-90) yang ditulis oleh Jalaluddin dalam bukunya
“Psikologi Agama” membagi kebudayaan menurut bentuk dan isinya ada tiga macam :
1. Sistem Kebudayaan (Cultural system), suatu kebudayaan yang berwujud gagasan,
pikiran, konsep, nilai-nilai budaya, norma norma, dan pandangan yang bentuknya
abstrak.
2. Sistem Sosial (Social System), berwujud aktivitas, tingkah laku berpola, perilaku,
Bentuk ritual-ritual yang lebih spesifik dan mudah diamati.
3. Benda budaya (Material Culture), sebagai kebudayaan fisik atau kebudayaan material.

D. Konsep Kebudayaan Dalam Islam


Secara umum, konsep Islam memiliki dua pola hubungan. Dengan kata lain,
hubungan dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan
pertama berupa tatanan agama (ibadah) dan hubungan kedua berupa tatanan sosial
(Muamalah). Masyarakat membentuk masyarakat yang merupakan wadah kebudayaan.
Konsep ini dalam penerapannya tidak lepas dari tujuan ditetapkannya hukum Islam
secara umum (syari`at), yaitu untuk melindungi kesejahteraan manusia di dunia dan di

8
akhirat. Lebih khusus lagi, tujuan agama adalah aman di akhirat dan aman di dunia
spiritual, sedangkan tujuan budaya hanya aman di dunia.
Oleh karena itu, Islam memiliki dua aspek: agama dan budaya. Ada saling
ketergantungan yang erat sehingga seringkali sulit untuk menangani satu hal, baik itu
agama atau budaya. Misalnya, perkawinan, perceraian, rujuk, warisan. Dari sudut
pandangnya adalah kebudayaan, Tetapi ketentuan-ketentuannya berasal dari Tuhan.
Dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia menaati perintah dan menjauhi
larangan-Nya.

E. Prinsip-prinsip Kebudayaan Dalam Islam


1. Menghormati akal, dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal”.
2. Motivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu, seperti Firman Allah
Swt :”Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).
3. Menghindari taklid buta, Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia
untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah difirmankan Allah
Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
4. Tidak membuat kerusakan, seperti Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”
(Qs, al-Qhasash, 28:77).
5. Menerima dan memeriksa kebenaran dari mana dan siapapun datangnya. “sebab itu
sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan,
lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.” (Az-Zumar: 17-18)
Prinsip Konsep Kebudayaan Islam
1. Tauhid adalah pengakuan secara mutlak bahwa Allah adalah satu pencipta tunggal
1) Tauhid secara mutlak mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta alam
semesta ini.
2. Kesatuan artinya kebudayaan tidak akan ada tanpa kesatuan, berjalan dengan selaras
dan harmoni.

9
3. Rasionalisme membentuk budaya Islam dengan tiga kaidah. Artinya, menolak segala
sesuatu yang tidak realistis, menyangkal apa yang sangat tidak konsisten, dan
menerima bukti.
4. Etika adalah membudayakan bahwa Allah adalah Kholiq sedangkan alam adalah
makhluk.
5. Orang tidak dapat hidup sendiri, jauh dari masyarakat, karena masyarakat atau
orang-orang yang bermasyarakat dan beradab hidup bersama atau bermasyarakat.

F. Intelektual dalam Islam


Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang
sistematis belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan sekaligus. Namun
ayat Al-Quran yang pertama kali turun dengan jelas meletakkan fondasi yang kokoh atas
pengembangan ilmu dan pemikiran dalam Islam kemudian berkembang menjadi
peradaban islam yang diakui kebenarannya secara universal. Menurut teori yang
dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya sejarah
intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa yaitu:
1. Masa Klasik, yang terjadi antara tahun 650-1250 M
Pada masa ini kemajuan umat Islam dimulai. Ekspansi ini menimbulkan
pertemuan dan persatuan berbagai bangsa, suku dan bahasa, yang menimbulkan
kebudayaan dan peradaban yang baru. Pada masa ini lahir pula ulama’ mahzab,
seperti: Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki. Sejalan
dengan itu lahir pula filosof muslim pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara pemikirannya,
ia berpendapat bahwa kaum Muslimin menerima filsafat sebagai bagian dari
kebudayaan Islam. Filsafat merupakan bagian dari kebudayaan Islam, maka filsafat
Islam dikatakan filsafat religius spiritual, karena:
a) Filsafat Islam meneliti problematika yang satu dan yang banyak.
b) Filsafat Islam membahas tentang hubungan antara Allah dengan makhluk.
c) Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, akidah dengan
hikmah, agama dengan filsafat.
d) Filsafat Islam berupaya menerangkan bahwa:
 Wahyu tidak bertentangan dengan akal
 Akidah apabila diterangi dengan sinar filsafat akan menetap dalam jiwa dan
tangguh dihadapan lawan.

10
 Agama apabila bersaudara dengan filsafat akan menjadi filosofis, seperti halnya
filsafat akan menjadi religius.
Pada abad yang sama, lahir juga seorang filosof Islam yang memiliki nama
besar, yaitu Muhammad Zakaria AI-Razi, lahir pada tahun 865 M/251 H di Rayy
(Teheran), ia dikenal sebagai seorang dokter yang memimpin sebuah rumah sakit di
Rayy. AI-Razi kemudian pindah dari Rayy ke Baghdad yaitu pada masa Khalifah
Muktafi (289 HI 901 M - 295 H I 908 M), dan di Baghdad AI-Razi juga menjadi
pemimpin sebuah rumah sakit. Al..Razi adalah seorang yang baik hati,dekat kepada
para pasiennya, suka berderma kepada orang-orang fakir miskin,dan ia memberikan
perawatan sepenuhnya dengan gratis dan mengikhlaskan hasil kerja kerasnya kepada
mereka . Al Razi dapat digolongkan sebagai seorang filosof yang berfaham rasionalis,
karena hanya meyakini kebenaran akaI saja, di bidang kedokteran, studi klinis yang
dilaksanakannya sudah menghasilkan metode yang demikian kuat mengenai
penelitian yang berdasarkan pada observasi dan eksperimen
Pada tahun 870 M, lahir seorang filosof besar Islam yaitu AI Farabi yang
mendapat gelar Al Mu'alirn as-tsani (Guru Kedua setelah Aristoteles). Al Farabi
berpendapat bahwa kebenaran filsafat hanyalah satu, sebab filsafat menurut Plato dan
Aristoteles tidak dapat dibedakan. Perbedaan yang dapat dilihat yaitu pada hal-hal
yang sifatnya lahiriah saja, sedang hakikatnya sarna.
Abad diteruskan oleh seorang filosof Islam yaitu Ibnu Miskawaih yang
mendapat gelar Bapak Etika Islam, lahir pada tahun 932M. Ibnu Miskawaih di
samping dikenal sebagai seorang filosof, tabib, ahli ilmu pengetahuan dan
pujanggawan, bersama dengan hal itu Ibnu Miskawaih merasa demikian prihatin
melihat situasi masyarakat banyak terjadi kerusakan moral,sehingga dengan segenap
perasaannya, ia menyempatkan diri menulis beberapa buku yang berkaitan dengan
masalah moral (Etika Islam), di antara buku-buku tersebut, antara lain: Fauz Al
Akbar, Tartib Al Sa 'adah, Al Siyar, Tahdzib Al Akhlaq,dan Jawidan Khirad. Ibnu
Miskawaih berpendapat bahwa setiap yang ada itu dapat berubah menjadi baik, jika ia
memiliki keinginan untuk merubahnya dan hal tersebut didasari dengan harkat dan
martabat kemanusiaannya
Pada tahun 1037 M, lahir seorang filosof Islam yaitu Ibnu Sina, Ibnu Bajjah
tahun 1138, Ibnu Thufail tahun 1147 M, Ibnu Rusyd tahun 1126 M.
2. Masa Pertengahan (1250-1800)

11
Periode masa pertengahan islam dimulai saat Bani Abbasiyah runtuh pada
1258 hingga timbul kebangkitan kembali pada sekitar abad ke-19. Pada Abad
Pertengahan, berbagai krisis yang sangat kompleks menerpa dunia Islam hingga
mengakibatkan kemunduran. Periode Abad Pertengahan ini dapat dibagi lagi ke
dalam dua pembabakan, yaitu Masa Kemunduran (1250-1500) dan Masa Tiga
Kerajaan Besar (1500-1800).
a. Masa Kemunduran
Awal kemunduran peradaban Islam dimulai saat Bagdad, yang merupakan ibu
kota Bani Abbasiyah dan pusat peradaban Islam, diserang dan dihancurkan oleh
tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan pada 1258. Tentara Mongol pimpinan
Hulagu Khan menyerang Bagdad setelah Khalifah Bani Abbasiyah saat itu, Al-
Mu'tashim, menolak menyerah. Invasi yang dilakukan Hulagu Khan berlangsung
brutal dan terjadi pembantaian lebih dari satu juta penduduk Bagdad. Tindakan
brutal ini menghancurkan peradaban Islam, baik secara fisik, psikis, sosial, politi,
dan kultural.
Jatuhnya Bagdad ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri
Kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga menjadi awal kemunduran peradaban Islam
karena pusat keilmuan Islam telah hancur. Setelah, pasukan yang dipimpin oleh
Hulagu Khan berhasil membumi hanguskan Baghdad yang merupakan pusat
kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini
terjadi pada tahun 1258 M.Saat itu kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al
Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad. Setelah Baghdad
ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan yang beragama
Syamanism tersebut, kekuatan politikIslam mengalami kemunduran yang sangat
luar biasa. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil
yang tidak bisa bersatu, satu dan lainnya saling memerangi. Peninggalan-
peninggalan budaya dan peradaban Islam hancur.
Setelah menguasai Baghdad dan Persia, tentara Mongol kemudian bergerak ke
Mesir untuk menaklukkan Dinasti Mamluk atau Mamalik yang saat itu berkuasa.
Namun usaha tentara Mongol gagal dalam pertempuran di Ain Jalut yang terjadi
pada 15 Ramadhan atau 13 September 1260. Setelah itu, hingga 85 tahun
kemudian, dunia Arab, dikuasai oleh bangsa Mongol di bawah pemerintahan
Dinasti Ilkhan, yang kehadirannya semakin membawa kehancuran dan
kemunduran dunia Islam.

12
Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi
penyebab diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tidak menjaga dengan baik Wilayah kekuasaan yang luas
2) Penduduknya sangat heteregin sehingga mengalami kendala dalam penyatuan
3) Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya
4) Krisis ekonomi
5) Dekadensi moral yang tidak terkendali
6) Apatis dan stagnasi dalam dunia IPTEK
7) Konflik antar kerajaan Islam

b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)


Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya ( klasik) setelah
berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia. Diantara ketiga kerajaan tersebut
yang terbesar dan paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.
1) Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani
atau Usmani Idan memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja
besar keluarga Usman tahun 1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh
Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia
menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun
1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara. PadaPada
masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Usmani menaklukkan Azmir tahun 1327
M, Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M dan
Gallipoli tahun 1356 M. Daerah-daerah tersebut adalah bagian benua Eropa
yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara
yang kuat terutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani
yaitu dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan
budaya misalnya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-
Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air villa

13
dan pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama
yang menjadi hukum yang berlaku.
Kerajaan Usmani sepeninggal Sultan Al Qanuni, mengalami kemunduran
yang disebabkan oleh berbagai problema sebagai berikut:
a) Penduduknya sangat heterogen
b) Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
c) Kepemimpinannya lemah
d) Terjadinya dekadensi moral
e) Krisis ekonomi dan
f) Ilmu dan teknologi stagnan.

2) Kerajaan Safawi Di Persia


Kerajaan Syafawi, mulanya merupakan sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini diambil
dari nama pendirinya yang bernama Safi-Al Din dan nama Syafawi dilestarikan
setelah gerakannya berhasil mendirikan kerajaan.
Jalan hidup yang ditempuh Al Din adalah jalan sufi dan mengembangkan
tasawuf Safawiyah menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di
Persia, Syiria dan Anatolia. Yang semula bertujuan memerangi orang-orang
yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli bid’ah. Lama kelamaan
pengikut tarekat Syafawiyah berubah menjadi tentara dan fanatik dalam
kepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah. Dalam
perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismail yang
baru berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang bermarkas di Gilan
selama limabelas tahun mempersiapkan kekuatannya dan mengadakan
hubungan dengan para pengikutnya di Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan
pasukan tersebut dinamai Qizilbash atau baret merah. Saat kepemimpinan
Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat mengalahkan AK Koyunlu di
Sharur danTabriz sehingga Ismail memproklairkan dirinya menjadi raja pertama
dinasti Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun. Masa keemasan kerajaan
Syafawi terjadi pada masa kepemimpinan Abbas yaitu di bidang politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan
yang dicapainya membuat kerajaan Syafawi menjadi salah satu dari tiga

14
kerajaan besar Islam yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama
dibidang politik dan militer.
Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama kemudian
mengalami kemunduran penyebabnya antara lain:
a). Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan
b). Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan
c). Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memiliki
jiwa pratirotik
3) Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaan besar
Islam. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530). Babur dengan
bantuan Raja Safawi dapat menaklukkan Samarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504
M dapat menduduki Kabul ibukota Afganistan. Setelah itu, Raja Babur
mengadakan ekspansi terus-menerus. Kerajaan Mughal mencapai jaman
keemasan semasa Raja Akbar, persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi
dengan baik dan mengadakan ekspansi sehingga dapat menguasai Chudar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, kalinjar, Gujarat, surat, Bihar, Bengal Orissa,
Kashmir, Gawilgarth, Ahmadnagar, Narhala dan Ashirgah. Semua yang
dikuasai kerajaan tersebut diperintah dalam suatu pemerintah militeristik.
Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya:
a). Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Masalah sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian
b). Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana,
penyair yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya
padmavat (karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-
karya arsitektur seperti istana fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid.

Pada tahun 1858 Mkerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan,


penyebabnya antara lain:
 Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
 Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
 Kekuatan mililernya juga lemah

15
c. Masa modern (1800-sampai sekarang)
Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari
ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan
tradisi klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat.Para
penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk mengembalikan
umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:
1) Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab kemunduran
umat Islam.
2) Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
3) Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.
Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. Karena
dari sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi
imitator, bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks
pembangunan social politik dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat
sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya
untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.

G. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam


Menurut bahasa Arab (etimologi) masjid berasal dari kata sa-ja-da (‫ )سجد‬yang artinya
bersujud. Kta masjid (‫ ) َم ْس ِجد‬adalah isim makan bentukan kata yang bermakna tempat
sujud. Sedangkan masjad (‫ َجد‬x‫ ) َم ْس‬adalah isim zaman yang bermakna waktu sujud.Yang
dimaksud dengan tempat sujud sesungguhnya adalah shalat, namun kata sujud yang
digunakan untuk mewakili shalat, lantaran posisi yang paling agung dalam shalat adalah
posisi bersujud. SedangkanSedangkan menurut istilah (terminologi) adalah sebagai
tempat khusus untuk melakukan aktifitas ibadah dalam arti luas.
Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital dan
dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:
a. Masjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti
sholat.
b. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera
sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada tempo
dulu jika berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya dengan

16
membangun sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian
dari “Negara Islam” (Shini,T.T:158).
c. Tempat belajar Al-Qur’an atau pusat pendidikan.
d. Tempat majelis dan peradilan.
e. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat Islam.
f. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban.
g. Sebagai simbol persatuan umat Islam.
h. Sebagai pusat gerakan.
i. Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu Islam,
mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist, kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat,
sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.
j. Dan fungsi utama mesjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.
Masjid merupakan ajang untuk mengumumkan hal-hal penting terutama berkaitan
dengan hidup dan kehidupan umat Islam. Persoalan suka dan duka, peristiwa-peristiwa
yang terjadi di sekitar masjid diberitahukan kepada masyarakat melalui masjid. Masjid
juga berfungsi dalam hal pendidikan dan penerangan untuk masyarakat serta merupakan
tempat belajar bagi semua orang yang akan belajar dan mendalami agama. Pada waktu
Nabi Muhammad SAW. masih hidup, semua pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, agama maupun masalah hukum langsung dilontarkan dan dicarikan
jawabannya secara langsung oleh beliau, maka ketika itu belum diperlukan kepustakaan
Islam.
Asas Islam didalamnya mengandung kepustakaan, hal ini dapat dilihat pada waktu
turunnya wahyu yang pertama yaitu surat Al Alaq ayat 1-5, artinya:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan"
'''Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah"
"Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah"
"Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam"
"Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Departemen
Agama, 1989: 1079).
Ayat tersebut mengandung makna bahwa tempat bersandar kepustakaan adalah
membaca dan menulis, tanpa menulis maupun membaca buku-buku tidak pernah ada.
Membaca :dan menulis merupakan pertanda bagi lahirnya kepustakaan Islam sesudah
nabi wafat. Kitab yang pertama dan utama dalam Islam adalah kitab suci Al Qur'an.

17
Kitab yang kedua adalah As Sunnah (AI Hadits). Kitab-kitab yang ditulis setelah Al
Qur'an dan As Sunnah memiliki sifat menjelaskan, membahas,memberi penafsiran,
mengoIah, menumbuh kembangkan, dan meneruskan kedua kitab tersebut. Kepustakaan
Islam adalah pusat pendidikan, pengajaran, dan dakwah Islam. Pada waktu Nabi
Muhammad saw masih hidup, perpustakaan belum tersedia, tetapi secara keseluruhan
berdasarkan pada wahyu pertama sebagaimana termaktub dalam Al Qur'an. Mereka yang
berkeinginan mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperdalam ilmu, maka masjid
merupakan perpustakaan sekaligus sebagai gudang ilmu (Gazalba, 1975: 119).
Masjid berfungsi sebagai tempat sosial, yang dipergunakan seperti hotel bagi
seseorang sedang mengadakan perjalanan (musafir), hal itu juga pernah dialami oleh
seorang budak wanita yang baru dibebaskan, karena tidak memiliki rumah kemudian ia
mendirikan kemah di halaman masjid. Orang-orang di dalam masjid mengumandangkan
ayat-ayat Al Qur'an dengan suara merdu, juga diperdengarkan lagu-Iagu yang berciri
khas Islami.
Masjid pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad saw di Madinah, yaitu pada
tahun 622 bulan Rabiulawal tahun I Hijriyah, bertepatan' dengan awal mula Nabi
Muhammad saw bertempat tinggal di Madinah, masjid tersebut adalah masjid Madinah
(Masjid Nabawi), adalah masjid utama ketiga sesudah Masjidil Haram dan Masjidil
Aqsa. Sejarah pertumbunan bangunan masjid berkaitan erat dengan perkembangan
daerah Islam dan timbulnya kota-kota baru. Pada waktu awal tumbuh kembangnya Islam
ke berbagai negara, umat Islaln bertempat tinggal di tempat yang baru, dengan
menggunakan sarana masjid sebagaiajang untuk kepentingan sosial. Masjid adalah hasil
budaya umat Islam dalam bidang teknologi konstruksi yang sudah diawali semenjak
awal mula dan merupakan corak khas negara atau Kota Islam. Masjid juga salah satu
bentuk pengejawantahan tumbuhnya kebudayaan Islam yang demikian penting. Bentuk
bangunan masjid juga menggambarkan" Allah (Sang Pencipta) serta merupakan pertanda
tingkat tumbuhkembangnya kebudayaan Islam.
Fungsi dan peranan mesjid dari waktu ke waktu harus terus meluas, seiring dengan
laju pertumbuhan dan kepedulian terhadap peningkatan kualitas umat islam. Karena
konsep tentang mesjid sejak masa awal (zaman Rasulullah) didirikan sampai sekarang
tidak akan pernah berubah. Jika landasan yang digunakan adalah Al-Qur’an dan hadist,
maka mesjid yang didirikan berdasarkan ketakwaan tidak akan pernah berubah dari
tujuannya dan berdasarkan landasan itu kita akan mampu mengontrol kesucian mesjid
dari hal-hal yang negatif. Tapi kenyataan yang ada malah sebaliknya, fungsi masjid

18
sebagai pusat pembinaan dan pemberdayaan umat Islam telah melemah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
 keterbatasan pemahaman muslim terhadap masjid,
 program masjid kurang menyentuh pemberdayaan umat,
 belum adanya konsep pengembangan percontohan masjid dan lemahnya sumber daya
manusia di masjid.
Selain yang diatas masyarakat islam juga dipengaruhi oleh kehidupan socialnya
apalagi di era globalisasi seperti sekarang. Padahal mesjid merupakan rumah Allah SWT
dan merupakan salah satu identitas dari umat islam.

H. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia


Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama
yang datang sebelumnya, banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh
tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah paradaban islam. Dewasa ini mereka
hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar.
Padahal, sejarah, apalagi sejarah peradaban islam sangat penting bagi kita semua
Manfaat mengetahui nilai nilai Islam dalam budaya kita antara lain :
a. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya
kaum muslimin masa lalu.
b. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan
dunia Islam.
d. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari
dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang
akan datang.
e. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan
berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat
sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam

19
menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran
islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran islam,
bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran
islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa.
Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan budaya
setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan
menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai
islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka.
Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab/
Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia
baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari
ajaran Islam.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu
yangdiketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh
kejelasan.Teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan yang obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi
jiwamanusia dengan segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan
yanghakiki identik dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku adil dengan
semuamakhluk hidup dialam ini, maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik
karenamanusia hidup tidak hanya untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan
Islam,antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi danseni terdapat hubungan yang
harmonis dandinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusiadan
alamlingkungannya. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi
manusiauntuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada

20
kejahatanyang selalu didorong oleh nafsu dan amarah. Karena pada dasarnya Manusia
mendapatamanah dari Allah sebagai khalifah untuk memelihara alam, agar terjaga
kelestariannyadan potensinya untuk kepentingan umat manusia. Oleh karena itu perlunya
keimanansebagai pelengkap ilmu dalam penerapannya bukan hanya menghasilkan
keuntungan satusisi saja.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami
bagaimanasebenarnya paradigma islam itu dalam menyaikapi Ilmu pengetahuan,
Teknologi dan senitersebut. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami
bagaimana integrasi Imtaq dalam Iptek dan seni tersebut.Karena semakin
berkembangnya zaman, keberadaan Iptek dan seni sangat berpengaruh terhadap
kepribadian hidup manusia.
Untuk itu diperlukan pegangan yang berfungsi sebagai pengendali akan adanya
perubahan-perubahan tersebut.Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan sarandari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah
kami berikutnya yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7312056/Makalah_iptek_dan_seni_dalam_islam Diakses pada


17 April 2022 pukul 20.16
https://id.scribd.com/doc/40012829/Tugas-Makalah-Iptek-Dan-Seni-Dalam-Islam Diakses
pada 10 April 2022 pukul 16.00
https://www.slideshare.net/Wulanrk/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-ipteks-dalam-
islam Diakses pada 20 April 2022 pukul 08.43

21
22

Anda mungkin juga menyukai