DOSEN PENGAMPU :
REDI ZULPIANTO, M.Pd
DISUSUN OLEH :
JAWARIAH (21.068.20202)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini
sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan
dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat
memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan
nuansa wahyu Ilahi.Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah
obyek alam dan sejarah.
Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya
hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri.Manusia adalah
makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek :
1. Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan
perintah untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca
bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan
lingkungan alam sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam
menangkap dan menghayati berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga
terpahami betul makna dan hakikatnya.
2. Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68,
Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan
kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.
3. Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan
potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih
rendah dari itu (al-A’raf 7 : 179).
4. Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan
orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan.Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam
semesta.Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk kehancuran manusia
itu sendiri.Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal
dan budi manusia dengan segala prosesnya.Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan
untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih
yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.Teknologi
dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.Pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, tetapi dalam situasi
tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki potensi untuk merusak dan potensi
kekuasaan.Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan iptek harus
senantiasa berada dalam jalur nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.
3
2.1.4 Batasan IPTEKS dalam Islam
Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan
seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai
kemanusiaan, bukan hasil teknologinya yang ditolak melainkan manusianya yang harus
diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of
human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran,
dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-
nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah dan syariah, senantiasa mengukur
segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan
ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak aqidah,
syariat dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian,
semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam islam.
Dalam perspektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan
pengembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar
menemukan bagaimana proses sunnatullah (hukum alam, hukum Allah) itu terjadi di alam
semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah.
Sumber pengembangan ipteks dalam Islam adalah wahyu Allah. Ipteks yang Islami
selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan
bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu, ipteks dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan
diri pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
2.2 Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
Di dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah
tentang integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan
iman, ilmu, dan amal atau aqidah, syariah, dan akhlak dengan menganalogikan bangunan
Dinul Islambagaikan sebatang pohon yang baik.Iman dianalogikan dengan akar sebuah
pohon yang menopang tegaknya ajaran agama Islam.Ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal
ibaratkan buah dari pohon sebagai analogi dari karya ilmu pengetahuan.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal
shaleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan baik
tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Ipteks yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
4
kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan bisa jadi akan menjadi
malapetaka bagi kehidupan manusia.
5
tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan
rawan terhadap bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia
telah mengambil bagian yang banyak.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada shalat nafil
(shalat tahajjud).”
Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.”
Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat
membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari,
selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang
harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan.”
Demikianlah beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan-keutamaan orang yang
berilmu atas orang yang ahli ibadah. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam setiap dalil
tersebut, kata ilmu selalu didahului oleh alif-lam yang menunjukkan bahwa hanya ilmu-
ilmu tertentu saja yang wajib untuk dicari oleh setiap muslim. Ilmu apa sajakah itu?
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah “Ilmu syar’i yang
bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ubadah dan
mu’amalah.Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan
tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan.Adapun semua itu berputar pada tafsir,
hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141).
2.4 Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungannya
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan
sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah
tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa
potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.
Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa
nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah
penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”
6
Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama
sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan
untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya
diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam,
karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah
untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk
kepentingan umat manusia.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan karena ulah tangan
manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjajnjian kepada Allah.
Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifh yang bertugas unuk menjaga dan
melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi alam
ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan
hawa nafsu saja. Untuk itu melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan
keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk
menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus
sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah
swt baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun
dalam kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam” (masbied.com)
Kedua fungsi diatas tidak boleh terpisah artinya keduanya merupakan satu kesatuan
yang utuh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal ersebut dapat
dilakukan dengan padu maka akan tercipta manusia yang ideal (Insan Kamil) yaitu
manusia sempurna yang akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup dunia-akhirat.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia.Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut. Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang
baik, maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya..
Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang
disebut Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan
akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.
Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan
petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya
dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
3.2. Saran
Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu
memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak
menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan
di mana populasi-populasi berada.
Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga
tidak menjadi suatu yang mudharat.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-
simonsimor-1746&q=Human
http://www.ziddu.com/download/
5235808/4MakalahSeniBudayadanIptekdalamPandanganIslam.rtf.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-islam.html
Fanani, Sunan. 2010. Pendidikan Agama Islam I. Surabaya : PT. Al-Maktabah.
Rochmah, dkk. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi. Jakarta : Departemen Agama
RI.
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-
islam&user_login=irmayafatwayukha
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-ELLY_MALIHAH/
Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_5._Plsbt,_baru.pdf
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-islam-
36668929&user_login=delinarahayueffendi