Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU :
REDI ZULPIANTO, M.Pd

DISUSUN OLEH :
JAWARIAH (21.068.20202)

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ULUM (UNISMU) JAMBI


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini
sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan
dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat
memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pembaca.

Jambi, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam........................................................... 2
2.1.1 Definisi IPTEK............................................................................................ 2
2.1.2 Definisi Seni................................................................................................ 2
2.1.3 Sumber Ilmu Pengetahuan.......................................................................... 2
2.1.4 Batasan IPTEK dalam Islam....................................................................... 4
2.2 Integrasi Iman, Ilmu dan Amal....................................................................... 4
2.3 Keutamaan Orang yang Berilmu.................................................................... 5
2.4 Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungannya....................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 8
3.2 Saran............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan Sains dan Teknologi di zaman ini semakin terasa pesat dan
diperlukan manusia. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk
sains dan teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan
produk-produk sains dan teknologi. Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari
makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat
komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas
daripada menggunakan produk sains dan teknologi.
Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan
penting dalam pembangunan tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-
penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada
manusia. Alasan inilah yang melatar belakangi kami untuk menulis makalah berjudul
berjudul “IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM”.Makalah ini kami buat dalam rangka
memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Agama dan Etika Islam kami. Untuk penjelasan
lebih lanjut akan kami bahas dalam bab-bab selanjutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan antara lain:
1. Apakah pengertian IPTEK dan seni?
2. Apa saja sumber ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana batasan iptek dalam islam?
4. Bagaimana integrasi iman, ilmu, teknologi dan amal dalam Islam?
5. Apakah peran utama orang yang berilmu dan tanggungjawab ilmuwan terhadap
lingkungan?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Mengetahui definisi iptek dan seni.
2. Mengetahui sumber-sumber ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui batasan iptek dalam islam.
4. Untuk mengetahui integrasi iman, ilmu, teknologi dan amal dalam Islam.
5. Mengetahui peran utama orang yang berilmu dan tanggung jawab ilmuwan
terhadap lingkungan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep IPTEK dan Seni Dalam Islam


2.1.1 Definisi IPTEK
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu”
sekalipun berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”, “fiqh”, “hikmah”,
dan ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, maupun
obyeknya. Ilmu yang berarti pengetahuan yang jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan
biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa
Inggris, jenis ilmu ini disebut “knowledge”. Sedangkan ilmu dalam pengertian
pengetahuan ilmiah sekalipun juga merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan
untuk mengetahui sesuatu, tetapi disertai memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang
dipergunakan, dan kegunaannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan
obyek ontologis, landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis
pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan diIndonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi
Islam, hal.201)
2.1.2 Definisi Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang
lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu
bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang
yang kematangan jiwanya terus bertambah.
2.1.3 Sumber Ilmu Pengetahuan
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu.Keduanya
tidak boleh dipertentangkan.Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi
(perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang
bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat
kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu
pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian
ulang atau perbaikan kembali.
Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber
pengetahuan.Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga
pengalaman lahir.Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang
dari berbagai sisi pengalaman ini.Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia

2
terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan
nuansa wahyu Ilahi.Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah
obyek alam dan sejarah.
Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya
hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri.Manusia adalah
makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek :
1. Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan
perintah untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca
bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan
lingkungan alam sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam
menangkap dan menghayati berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga
terpahami betul makna dan hakikatnya.
2. Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68,
Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan
kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.
3. Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan
potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih
rendah dari itu (al-A’raf 7 : 179).
4. Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan
orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan.Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam
semesta.Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk kehancuran manusia
itu sendiri.Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal
dan budi manusia dengan segala prosesnya.Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan
untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih
yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.Teknologi
dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.Pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, tetapi dalam situasi
tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki potensi untuk merusak dan potensi
kekuasaan.Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan iptek harus
senantiasa berada dalam jalur nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.

3
2.1.4 Batasan IPTEKS dalam Islam
Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan
seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai
kemanusiaan, bukan hasil teknologinya yang ditolak melainkan manusianya yang harus
diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of
human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran,
dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-
nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah dan syariah, senantiasa mengukur
segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan
ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak aqidah,
syariat dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian,
semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam islam.
Dalam perspektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan
pengembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar
menemukan bagaimana proses sunnatullah (hukum alam, hukum Allah) itu terjadi di alam
semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah.
Sumber pengembangan ipteks dalam Islam adalah wahyu Allah. Ipteks yang Islami
selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan
bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu, ipteks dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan
diri pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
2.2 Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
Di dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah
tentang integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan
iman, ilmu, dan amal atau aqidah, syariah, dan akhlak dengan menganalogikan bangunan
Dinul Islambagaikan sebatang pohon yang baik.Iman dianalogikan dengan akar sebuah
pohon yang menopang tegaknya ajaran agama Islam.Ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal
ibaratkan buah dari pohon sebagai analogi dari karya ilmu pengetahuan.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal
shaleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan baik
tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Ipteks yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan

4
kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan bisa jadi akan menjadi
malapetaka bagi kehidupan manusia.

2.3 Keutamaan Orang yang Berilmu


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.Kesempurnaan ini
dikarenakan manusia dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama
adalah akal.Dengan akalnya ini, manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.Bagi orang-orang yang berakal dan senantiasa bernalar
untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan “Ulul Albab” (QS.
Ali Imron: 190).
Begitu banyak ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang
keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah
mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya,
sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman
seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun dengan berbekal ilmu.Tidak
mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpa memiliki ilmu.
Karena, tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan
hanya ikut-ikutan saja, yang pada akhirnya imannya akan mudah goyah oleh syubhat-
syubhat yang kini begitu merajalela. Di bawah ini adalah beberapa keutamaan orang-orang
yang berilmu. Di antaranya adalah:
a) Dalam surah Al-Mujadalah: 11, Allah SWT berfirman “… Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat….” Derajat yang diberikan Allah bisa berupa kemuliaan status
social, kedudukan, jabatan, harta, dan kelapangan hidup.
b) Ø Dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr:20, Allah membandingkan antara orang
yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli
neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang
yang berilmu dengan derajat orang yang tidak berilmu adalah sama dengan beda
derajat ahli surga dengan ahli neraka.
c) Ø Dalam surah Al-Mulk: 2, Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya….” Ulama menjelaskan bahwa
yang dimaksud ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni
sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin seseorang bisa
meraih hal ini tanpa ilmu?
Rasulullah pernah bersabda “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-Tirmidzi).
Dan dalam hadits-hadits beliau yang lain, beliau tidak pernah meminta kepada Allah untuk
ditambahkan kepadanya keculai ilmu. Seandainya ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu,
pastilah eliau akan mengajarkan umatnya untuk meminta hal tersebut.
Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada shalatnya orang yang tidak
berilmu.Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan untuk
istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang mengamalkan
ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga

5
tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan
rawan terhadap bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia
telah mengambil bagian yang banyak.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada shalat nafil
(shalat tahajjud).”
Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.”
Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat
membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari,
selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang
harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan.”
Demikianlah beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan-keutamaan orang yang
berilmu atas orang yang ahli ibadah. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam setiap dalil
tersebut, kata ilmu selalu didahului oleh alif-lam yang menunjukkan bahwa hanya ilmu-
ilmu tertentu saja yang wajib untuk dicari oleh setiap muslim. Ilmu apa sajakah itu?
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah “Ilmu syar’i yang
bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ubadah dan
mu’amalah.Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan
tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan.Adapun semua itu berputar pada tafsir,
hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141).
2.4 Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungannya
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan
sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah
tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa
potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.
Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa
nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah
penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”

6
Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama
sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan
untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya
diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam,
karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah
untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk
kepentingan umat manusia.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan karena ulah tangan
manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjajnjian kepada Allah.
Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifh yang bertugas unuk menjaga dan
melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi alam
ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan
hawa nafsu saja. Untuk itu melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan
keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk
menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus
sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah
swt baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun
dalam kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam” (masbied.com)
Kedua fungsi diatas tidak boleh terpisah artinya keduanya merupakan satu kesatuan
yang utuh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal ersebut dapat
dilakukan dengan padu maka akan tercipta manusia yang ideal (Insan Kamil) yaitu
manusia sempurna yang akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup dunia-akhirat.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia.Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut. Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang
baik, maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya..
Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang
disebut Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan
akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.
Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan
petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya
dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
3.2. Saran
 Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu
memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
 Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak
menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan
di mana populasi-populasi berada.
 Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga
tidak menjadi suatu yang mudharat.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-
simonsimor-1746&q=Human
http://www.ziddu.com/download/
5235808/4MakalahSeniBudayadanIptekdalamPandanganIslam.rtf.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-islam.html
Fanani, Sunan. 2010. Pendidikan Agama Islam I. Surabaya : PT. Al-Maktabah.
Rochmah, dkk. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi. Jakarta : Departemen Agama
RI.
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-
islam&user_login=irmayafatwayukha
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-ELLY_MALIHAH/
Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_5._Plsbt,_baru.pdf
http://www.slideshare.net/zcouttinkimmout/savedfiles?s_title=iptek-dan-seni-dalam-islam-
36668929&user_login=delinarahayueffendi

Anda mungkin juga menyukai