Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

Fatima Sari (2203B008)

Mirnawati Dewi (2203B010)

St. Aqila Hertami (2203B014)

PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL

SEKOLAH TINGGI EKONOMI AMKOP

MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari..

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, demi kesempurnaan makalah ini
penyusun menerima kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah jauh
lebih baik kedepannya.

Terima Kasih
Makassar, 12 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Konsep IPTEKS dalam Islam..................................................................... 3
2.2 Integrasi iman, ilmu dan amal.................................................................... 4
2.3 Tanggung jawab para ilmuwan terhadap alam dan lingkungan................. 5
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 6
3.2 Saran.......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan IPTEK pada zaman ini semakin pesat. Perkembangan
IPTEK  merupakan hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan IPTEK. Manusia modern sudah terlalu
bergantung kepada produk-produk IPTEK. Keperluan hidup harian manusia
modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat
transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua
aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari produk IPTEK.
Kita mengakui bahwa IPTEK memang telah mengambil peranan penting
dalam pembangunan dan memberikan bermacam-macam kemudahan pada
manusia. Dengan IPTEK dalam Islam, kita perlu mengembangkan potensi dan
memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam yang
beranekaragam diciptakan untuk kita semua.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua).
Pertama,menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilahyang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang adasekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran (qa‟idah fikriyah) bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah
Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada

1
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika
suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian IPTEKS dan konsepnya dalam Islam
2. Integrasi Iman, IPTEKS, dan Amal
3. Tanggung Jawab Para Ilmuwan Terhadap Alam

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep IPTEKS dalam Islam
2. Untuk mengetahui integrasi iman, ilmu dan amal
3. Untuk mengetahui tanggung jawab para ilmuwan terhadap alam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Konsep IPTEKS dalam Islam


a. Definisi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni)
Menurut Mansoer,Hamdan,dkk.,(2004:94) ”Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindera, intuisi, dan
filsafat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan,
diorganisasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah”.
IPTEKS meliputi:
b. Pengetahuan ialah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
pancaindera, intuisi, firasat atau yang lainnya.
c. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah dikelompokkan dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan pengatahuan yang objektif.
d. teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis. Keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul.
Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah.
Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya
bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia. Sedangkan dalam
ajaran islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak boleh
dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah
membimbing dan mengarahkan akal.

3
2.2 Integrasi iman, IPTEKS dan amal
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam
suatu sistem yang disebut dinul islam. Didalamnya terkandung tiga unsur
pokok,yaitu akidah, syari’ah, dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu, dan amal
salih. Ketiga inti ajaran yaitu Iman, Ilmu dan Ikhsan terintegrasi dalam Dinul
Islam.
Aktivitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalau tidak
dibangun di atas iman dan ilmu yang benar. Pencarian dan pengembangan
IPTEKS yang lepas atau tidak menggunakan keimanan dan ketaqwaan tidak akan
bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan atau kebaikan bagi
umat manusia dan lingkungannya, bahkan bisa menjadi malapetaka bagi
lingkungannya
Dalam (QS 14 Ibrahim: 24-25) yang memiliki arti : “Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke
bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
Jadi kesimpulan dari arti ayat Q.S Ibrahim 24-25 adalah menggambarkan
keutuhan antara Iman, Ilmu, dan Amal. Ketiga tersebut tidak dapat dipisahkan
antar satu sama lain. Iman diartikan dengan akar dari sebuah pohon yang menopak
tegaknya ajara islam. Imu diartikan sebagai batang pohon yang mengeluarkan
dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan sedangkan amal ibarat buah
dari pohon itu identic dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di
atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan
alam.

4
2.3 Tanggung jawab para ilmuwan terhadap alam
Trdapat 2 fungsi utama manusia di dunia yaitu “Abdun” (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Esensi dari ”Abdun” adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan
pendapat tentang khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Menjadi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi, ia memiliki tanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka tinggal.
Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya. Orang-orang yang memiliki
ilmu pengetahuan yang cukup atau para ilmuwan dan intelektual yang sanggup
mengeksplorasi sumber daya alam ini. Akan tetapi para ilmuwan harus sadar
bahwa potensi sumber daya alam akan terkuras untuk pemenuhan kebutuhan
hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh sebab itu tanggung
jawab ke khalifahan banyak bertumpuh kepada para ilmuwan dan cendikiawan
bagi mereka yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tidak mungkin
mengeksploitasi alam ini secara berlebihan, hanya sekedar kebutuhan primer
bukan untuk kepuasan nafsu. Karena mereka tidak memiliki kemampuan dan
kesanggupan untuk mengeksploitasi secara besar-besaran alam ini, demikian juga
mereka tidak akan sanggup menjaga keseimbangan dan kelestariannya secara
sistematis.
Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberi keistimewaan
berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus menghadapkannya
dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar
akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan
Allah, baik dalamm konteks ketaatan terhadap perintah beribadah maupun
ketaatan terhadap sunnahtullah “hukum alam” di alam ini.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah karuniakan akal sebagai
alat untuk berfikir. Dengan akal manusia mampu menyerap ilmu pengetahuan dan
menciptakan teknologi, serta manghasilkan karya seni, sehingga dapat
menciptakan peradaban di muka bumi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra intuisi dan firasat. Jadi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta Seni dalam islam sangat mempengaruhi bagi
kemajuan agama islam. Serta dengan keiman dan ketakwaan terhadap Allah SWT,
manusia diberikan derajat yang lebih tinggi dan manusia juga memiliki tanggung
jawab  terhadap Allah yaitu beribadah kepada Allah dan menjaga keindahan dan
keaslian alam.
3.2 Saran
a. Pengembangan IPTEKS dalam Islam sebaiknya sesuai dengan syariat Islam
yang ada dan berlaku. Agar tidak menimbulkan seseuatu yang tidak
diinginkan apabila tidak sesuai dengan syariat yang berlaku di agama Islam.
b. IPTEKS dalam Islam diharapkan mampu menopang kemajuan kehidupan
umat islam, sehingga tidak dijadikan sesuatu yang dapat memberikan
dampak negatif. Orang cerdas akan memanfaatkan IPTEKS dengan
semaksimal mungkin sehingga informasi yang mereka peroleh tidak
sembarangan asalnya, karena ia selektif dan cermat.
c. Ada bagusnya jika seseorang yang memiliki intelektual yang tinggi
memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat Islam.
d. Sebagai makhluk ciptaan Allah maka wajib bagi kita untuk taat terhadap apa
yang diberlakukan Allah kepada kita yaitu mengerjakan yang ma’ruf
(baik/mendatangkan manfaat)  dan menjauhkan dari yang munkar (buruk).

6
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi,Azra. 1996. Pendidikan Islam.Bandung : Mizan


Mansur,Hamdan,dkk.2004.Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi
Umum.Jakarta:Direktorat perguruan tinggi agama islam departemen agama
RI.
Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional. Bandung : Mizan.
Widagdo.2001.Desain dan Kebudayaan.Jakarta: Dirjen dikti depdiknas RI.

Anda mungkin juga menyukai