Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS DALAM


PANDANGAN ISLAM

Makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu : Armin Nurhartanto, M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Lu’luatul Hasanah ( 191007 )


2. Ahmad Mustofa ( 191009 )
3. Listyowati ( 191017 )
4. Yeni Novitasari ( 191019 )
5. Yumna Nur Hidayah ( 191032 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH STAI MUHAMMADIYAH BLORA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Wr. Wb.


Rasa syukur yang dalam kami sampaikan atas kehadirat Allah ‫ ﷻ‬, karena
atas rahmat dan kemuliaan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas berupa
pembuatan makalah yang berjudul
“ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS DALAM
PANDANGAN ISLAM”.
Tidak lupa Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswah kita
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa agama dari zaman jahiliyyah ke zaman
islamiyyah yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini.

Makalah ini telah kami susun atas kerja sama tim dengan dasar menjalin
tali silaturrahmi yang sebagaimana telah di perintahkan oleh Allah ‫ﷻ‬, serta
menjalankan amanat berupa tugas yang diberikan dosen pembimbing kami
dengan sebaik-baiknya. Agar kami selaku mahasiswa dapat memahami dan
memperdalam wawasan.

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan dapat menjadi
amal ibadah kami semua.
Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Blora, 12 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumus masalah........................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBASANAN....................................................................... 3
A. Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan
ajaran agama................................................................................ 3
B. Paradigma ilmu tidak bebas nilai................................................ 5
C. Paradigma ilmu bebas nilai......................................................... 6
D. Perlunya akhlak islami dalam dan penerapan ipteks................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................... 10


A. Kesimpulan.................................................................................. 10

DAFTAR PUSAKA............................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan ipteks pada dasarnya ada 2


(dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu
pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini
bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam)


sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam,
Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan ipteks,
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).
Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah
Islam. Sebaliknya jika suatu aspek ipteks dan telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni dunia , yang kini


dipimpin oleh perdaban barat. Kesejahteraan dan kemakmuran material
(fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang
lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.
Padahal pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah
kepada Allah SWT

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan
ajaran agama?
2. Bagaimana paradigma ilmu tidak bebas nilai?
3. Bagaimana paradigma ilmu bebas nilai?
4. Bagaimana perlunya akhlak islami dalam dan penerapan ipteks?

C. Tujuan
Tujuan Penyusunan makalah Etika pengembangan dan penerapan
ipteks dalam pandangan islam adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sinergi ilmu dan peng integrasiannya dengan
nilai dan ajaran agama

2. Untuk mengetahui paradigma ilmu tidak bebas nilai


3. Untuk mengetahui paradigma ilmu bebas nilai
4. Untuk mengetahui perlunya akhlak islami dalam penerapan ipteks

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran agama.


Merujuk kepada sejarah Islam, teknologi bukanlah sesuatu yang
asing. Teknologi akan terus berkembang sejalan dengan kepandaian
manusia untuk memudahkan urusan kehidupan. Islam tidak pernah
menghalangi atau bahkan mengharamkan teknologi terutama
dimanfaatkan untuk pendidikan. Tidak ada hukum sesuatu itu haram
kecuali terdapat nas dan dalil terang menyatakan sesuatu itu haram.

Peserta didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima
pelajaran pendidikan agama Islam. Ketika disampaikan tentang haramnya
makanan tertentu maka mereka tidak serta merta menerima namun mereka
mempertanyakan tentang keharaman makanan tersebut. Dalam kasus
seperti inilah peran sains diharapkan mampu memberikan penjelasan
secara menyeluruh. Sehingga antara pendidikan agama Islam dan sains
dapat saling mendukung dalam memberikan pemahaman yang utuh
kepada peserta didik.

Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara


konsisten akan menghasilkan sumber daya yang handal dalam
mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan diperkuat oleh spiritualitas
yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap
sebagai Agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai
fasilitas untuk perkembangan ilmu dan  teknologi.

Agama, dalam  hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih


sebagai justifikasi atau pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan
belum menjadi paradigma keilmuan yang menyeluruh (holistik).

3
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk
menghilangkan anggapan antara Agama dan sains adalah dua hal yang
tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa Agama (Islam)
bukan Agama  yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu
(al-qur’an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa penyebab


Islam dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah
“kalau bangsa-bangsa lain sudah berhasil membangun stasiun luar angkasa
dan sudah berpikir tentang bagaimana mengirimkan pesawat rung angkasa
berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk menyelesaikan
problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti
halnya kunut, bid’ah, do’a jama’ah, zikir ba’da shalat, dan lain
sebagainya“.

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M


kita dapat mengenal sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai
dua disiplin ilmu,  baik ilmu Agama maupun ilmu umum (sekalipun pada
hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan ilmu
Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja
misalnya Ibn Sina , al-Ghazali, Ibn Rusd, Ibn Thufail dan lain sebagainya.
Mereka adalah para figur intelektual  muslim yang memiliki kontribusi
besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika
pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran,
Hadis, Kalam, Fiqih dan Bahasa, maka pada periode berikutnya, setelah
kemenangan Islam di berbagai wilayah, kajian tersebut berkembang dalam
berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu
sosial lainnya.

4
Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah
menyatakan bahwa munculnya para ilmuan barat adalah merupakan hasil
dari karya-karya intelektual  muslim yang direbut pada masa kegelapan
umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang
mesti direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar)
mulai dari Yunai berpindah ke  Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di
kuasai oleh Negara-negara Barat yang insyaAlloh  akan dapat kita raih
kembali.

B. Paradigma ilmu bebas nilai


Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value
free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom.
Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai.
Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah
harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur
tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3
faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai.
Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh
eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu
terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang
tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu
bersifat universal.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa


batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu

5
sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh
untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh
pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu
pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan
teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan
pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam
ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu
itu untuk ilmu.

C. Paradigma ilmu tidak bebas nilai


Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu
itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin
bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia
juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan
masing-masing;
a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja
secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam
secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk
kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-
teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan
terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan
teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau
alamnya.
b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang
pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan
sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya,

6
memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan
kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar
penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya
sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang
mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang
dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu
terkait dengan nilai dan harus di kembangkan dengan
mempertimbangkan nilai. Imu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-
nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.

D. Perlunya akhlak islami dalam penerapan ipteks


Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani
yaitu ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek). Sebagaimana digunakan
Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi”
(kecondongan). Sedangakan menurut Islam sendiri Etika adalah “Akhlak”.
Akhlak atau etika Islam lebih bersifat berkisar sekitar Tuhan. Karena
dalam Islam, etika lebih dikaitkan dengan pahala dan dosa.

Etika Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran yang muncul


dalam   diri kaum muslim itu sendiri. Munculnya etika Islam didasarkan
pada Al-Qur’an dan As-Shunnah. Etika Islam dalam penerapan Bidang
Ilmu kini mendapat implikasi negative, dikarenakan perbedaan agama,
budaya dan gaya hidup dari negara-negara Barat yang menjadi produsen
ilmu tersebut. Sebab paradigma dan pelaksanaan komunikasi Barat yang

7
lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis, materialistis serta penggunaan
media secara kapitalis.

Etika Islam dalam Ilmu Pengetahuan yang hangat diperbincangkan


akhir-akhir ini terutama menyangkut teori dan prinsip-prinsip etika Islam,
serta pendekatan Islam tentang Ilmu Pengetahuan. Titik penting
munculnya aktivisme dan pemikiran mengenai etika Islam ditandai dengan
terbitnya beberapa media social, sebut saja salah satunya Friendster. Ini
semakin menunjukkan jati diri etika seorang muslim yang tengah
mendapat perhatian dan sorotan masyarakat tidak saja di belahan negara
berpenduduk Muslim tetapi juga di negara-negara Barat. Isu-isu yang
dikembangkan dalam media sosial tersebut menyangkut Islam dan
komunikasi yang meliputi perspektif Islam terhadap media, pemanfaatan
media massa pada era pasca modern, kedudukan dan perjalanan media
massa di negara Muslim serta perspektif politik terhadap Islam dan Ilmu
Pengetahuan.

Etika Islam yang berfokus pada ayat-ayat Al-Qur’an yang


dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan akhirnya adalah
menjadikan etika Islam sebagai landasan utama dalam penerapan Ilmu
Pengetahuan, terutama dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
yang bersesuaian dengan fitrah penciptaan manusia. Kesesuaian nilai-nilai
Al-Qur’an dengan dimensi penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberi
manfaat terhadap kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam
perspektif ini, etika Islam merupakan proses penyaringan atau tukar
menukar informasi yang menggunakan prinsip dan kaedah etika islam
dalam Alquran. Etika Islam dengan demikian dapat didefenisikan sebagai
proses penyaringan nilai-nilai Islam dari komunikator/produktor kepada
komunikan/konsumen dengan menggunakan prinsip-prinsip etika yang
sesuai dengan Alquran dan Hadis.

8
Dalam Islam, prinsip etika merupakan hak eksklusif dan bahan
komoditi yang bersifat memikat, tetapi ia memiliki norma-norma dan
moral imperatif yang bertujuan sebagai service membangun kualitas
manusia secara paripurna. Jadi Islam meletakkan inspirasi tauhid sebagai
pengembangan teori ilmu pengetahuan dan Al-quran menyediakan
seperangkat aturan dalam prinsip dan tata beretika dalam penerapan ilmu
pengetahuan.

Oleh karena itu, penerapan etika islam dalam menanggapi


perkembangan ilmu Pengetahuan sangat di perlukan, agar terciptanya
masyarakat muslim yang madani dan tidak terlalu jauh menikmati
kefaanaan alam dunia ini. Selain itu, proses pendidikan Islam juga
merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan, potensi hidup
manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan
belajar, sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya
sebagai makhluk individual, dan sosial serta dalam hubungannya dengan
alam sekitar dimana nilai- nilai Islam, yaitu nilai-nilai yang melahirkan
norma-norma syariah dan akhlak karimah.

Tujuan kependidikan Islam adalah merupakan penggambaran nilai-


nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia, dengan
istilah lain tujuan pendidikan Islam perwujudan nilai-nilai Islami dalam
diri manusia didik. Jadi kesanalah pendidikan Islam seharusnya diarahkan,
agar pendidikan Islam tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan
kemajuan IPTEK.

9
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam


konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau
kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu
dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan
tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu
Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua
aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama
menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan teknologi. Bisa
disimpulkan, integrasi  ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi
dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.

Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan


teknologi diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih
bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan pendidikan agama Islam
dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan,
serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.

10
DAFTAR PUSAKA

Muhammad abdorin.2012.ilmu bebas nilai


http://muhammad-abdorin.blogspot.in/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html

Marlina lina lukman.2014.iptek dan seni dalam islam


http://learnanything-r.blogspot.in/2014/06/contoh-makalah-pendidikan-agama-
islam.html

Mitaunair.2012.iptek dan seni menurut pandangan islam


http://mitaunair-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69627.html

Sri oktaviani.2013.Peran akhlakul karima dalam perkembangan ipteks


http://man1stabatcr34t4.blogspotin/2013/05/peran-akhlakul-karimah-
dalam_728.html

11

Anda mungkin juga menyukai