KELOMPOK 1 :
- NURUL FAYUNI ( H041211056 )
- ZALZABILAH ZAHRA ( H041211057 )
- RAHMA ( H041211058 )
- NURUL QADRY H.S ( H041211059 )
- A. NURSAYYIDATUL LUTFIAH ( H041211060 )
- AINY NURUL KHAFIFAH ( H041211061 )
- RAHMAT HIDAYATULLAH ( H041211062 )
- MUSLIFAH FAHRI ( H041211063 )
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
shalawat serta salam selalu kita ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
yang telah menjadi tauladan bagi semua orang, sehingga pada kesempatan ini kami
dapat menyelesaikan tugas Makalah Pedidikan Agama Islam ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan untuk melatih mahasiswa dalam
mengerjakan serta menerapkan ilmu ini sebagai acuan atau pegangan dalam dunia
kerja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain .
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam yang memiliki pondasi berupa tauhid (mengesakan Tuhan) dan ilmu
pengetahuan adalah dua hal yang seharusnya tidak boleh dipisahkan oleh umat
Muhammad. Islam adalah agama yang akan membawa manusia menuju akhir yang
baik dari perjalanan seorang manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana
untuk mengeksplore, menggali kekayaan yang tersembunyi di bumi ini. Para pemikir
islam, telah mengambil sikap untuk memadukan antara islam dan ilmu pengetahuan,
cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan
memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin
metodologinya [2].
secara sistematis dalam sebuah proyek besar yang disebut sebagai “Islamisasi Ilmu
sebuah ide atau gagasan yang muncul pada sekitar awal tahun 80-an. Ide atau gagasan
ini pertama kali dicetuskan oleh Syed Naquib al-Attas dan dipopulerkan oleh Ismail
1
islamisasi ilmu pengetahuan, dia mengemukakan ide islamisasi ilmunya
berlandaskan pada esensi tauhid yang memiliki makna bahwa ilmu pengetahuan
islamisasi ilmunya berlandaskan pada esensi tauhid yang memiliki makna bahwa
beberapa prinsip dalam pandangan Islam sebagai kerangka pemikiran metodologi dan
1. Keesaan Allah.
4. Kesatuan hidup.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Intisari islam adalah tauhid, sebuah komitmen yang menegaskan bahwa Allah
itu Esa, pencipta mutlak lagi utama, Tuhan semesta alam. Menurut Ismail Raji al-
Faruqi, tauhid ini adalah pengikat bagian-bagian islam, yang menjadikan semua
bagian-bagian islam sebagai suatu badan yang integral dan organis yang kita sebut
sebagai peradaban. Secara sederhana, tauhid adalah keyakinan dan kesaksian bahwa
“tak ada Tuhan kecuali Allah”. Penafian ini, yang sangat ringkas, memberikan
makna sangat kaya dan agung dalam keseluruhan Islam. Kadang-kadang seluruh
kebudayaan, seluruh peradaban, atau seluruh sejarah terpadatkan dalam satu kalimat.
Inilah kasus dalam kalimat atau syahadat (kesaksian) Islam. Semua keanekaragaman,
kekayaan dan sejarah, kebudayaan dan pengetahuan, kearifan dan peradaban Islam
Fondasi ajaran Islam itu bertumpu pada tauhid, yaitu suatu kesadaran dalam
keEsa-an Tuhan ini mengimplikasikan suatu pandangan hidup bahwa eksistensi alam
semesta hanya berinti pada Tuhan. Maka keyakinan hidup manusia haruslah
bertumpu pada Tuhan. Manusia harus yakin bahwa segala gerak alam semesta itu
terjadi kerena eksistensi Tuhan. Tanpa Tuhan Yang Mahakuasa, maka alam semesta
3
tidak ada. Tuhan adalah inti realitas yang membuat realitas menjadi ada, termasuk
manusia itu sendiri. Sebab dasar tauhid ini, tidak mengherankan bila "pengingkaran"
manusia terhadap Tuhan, dalam Islam, diposisikan sebagai sikap berdosa paling
tinggi yang tidak terampuni. Implikasi dari penyaksiaan ketauhidan ini adalah iman,
rasul, hari kiamat, dan takdir. Dengan keimanan ini maka sudah sempurnalah setiap
individu menjadi muslim. Selanjutnya, individu tersebut akan hidup dalam garis
Islam yang bersandar pada Alquran dan Hadis. Di sini terlihat bahwa peran utama
tauhid adalah sebagai pintu masuk menuju "Islam" sebagai agama teologis-
humanisme, yaitu pencipta rahmatan lil alamin dengan berdasar konsep ketuhanan[5].
teologis filosofis. Sebab tauhid sebagai pandangan dunia Islam menjadi dasar atau
fundamen bangunan Islam. Oleh karena itu, sains dan teknologi harus dibangu di atas
landasan yang benar dari pandangan dunia tauhid. Sains dan teknologi dalam
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi
4
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
iptek.6 Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan
manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia
dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan
pidana).
manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar pada
penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-
data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam.7 Melalui
proses pengkajian yang dapat diterima oleh akal, sains disusun atas dasar intizhar
pada gejala-gejala alamiah yang dapat diperiksa berulang-ulang atau dapat diteliti
ulang oleh orang lain dalam eksperimen laboratorium. Kata intizhar (nazhara) dapat
pengukuran atau pengumpulan data pada alam sekitar kita, baik yang hidup maupun
Dalam dunia modern sekarang ini sains merupakan karunia tak tertandingi
sepanjang zaman bagi kehidupan manusia dalam menghadapi segala tuntutan dan
5
kemajuan dan kesejahteraan hidup, untuk menguasai dan memanfaatkan sains sebagai
hidup ini menjadi tujuan tunggal atas penguasaan dan pemanfaatan sains. Pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil aplikasi sains tampak jelas
memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah manusia secara luas. Dan manusia
menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu sering diikuti dengan merosotnya
kehidupan beragama.[5]
Terjemahnya:
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa betapa pentihnya intizhor terhadap
alam semesta yang ada disekitar kita. Allah menciptakan manusia, dan kepada
mereka diberikan hak untuk menguasai alam dengan syarat, manusia itu wajib
mengetahui alam dan menggali rahasianya. Dan Allah menjelaskan tentang konsepsi
6
Islam tentang sumber alam dan teknologi. Firman Allah dalam [QS; Luqman:20]:
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa Kitab yang memberi penerangan. Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa
Allah menempatkan ilmu pada kedudukan yang tinggi dan memberikan dorongan
Hubungan tauhid dengan sains dan teknologi secara garis besar dapat dilihat
berdasarkan tinjauan ideology tauhid yang mendasari hubungan keduanya, ada tiga
paradigma yaitu:
Paradigma Sekuler,
yaitu paradigma ini memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama
lain. Sebab, dalam ideology sekularisme barat, agama [tauhid] dipisahkan dari
kehidupan (fash al din al hayah). Tauhid tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya
tidak mengatur kehidupan umum /public. Paradigma ini memandang tauhid dan
iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. tauhid dan iptek
7
sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan
tapi ternyata banya ayat Bible yang berkotradiksi dan tidak relevan dengan fakta
ilmu pengetahuan.
Paradigma Sosialis,
sama sekali. Agama [tauhid] tidk ada, tidak ada hubungan dan kaitan apapun
sains dan teknologi. Sains dan teknologi bias berjalan secara independen dan
lepas secara total dari Tauhîd. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler,
tauhid dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada dan dibuang sama
Menurut paradigma sosialis ini, agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali
8
keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
Paradigma Islam,
yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah tauhid menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah
tauhid yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Alqur`an dan al-Hadits
menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya
berdasarkan tauhid Islam, bukan lepas dari tauhid itu. Ini bisa kita pahami dari
ayat yang pertama kali turun 19 (artinya) : “Bacalah dengan (menyebut) nama
segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari aqidah tauhid, karena iqra`
haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang
merupakan asas Aqidah Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata
putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat
manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan
9
D. Peran tauhid dalam pengembangan dan Pemanfaataan iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Paradigma Islam inilah yang
seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti
yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam
sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup,
sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang
diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak
kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap
muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan
Aqidah Islam. Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu
sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah
Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan
ilmu pengetahuan manusia. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa
ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek
harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek
harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur AlQur`an dan Al-Hadits dan
10
tidak boleh bertentangan dengan keduanya.[3]
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada
ayat tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan
fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu QS.
An-Nisaa` [4]:126 dan QS AthThalaq [65]:12), bukan berarti konsep iptek harus
bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat
yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh [71]:
16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-
galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS. Fushshilat [41]: 11-
12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam ini.17
Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala
sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek
wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu. Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah
Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada
Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada Al-
Qur`an dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas)
iptek, dan bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur`an dan AlHadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak.
Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi
11
dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam
menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang.
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi
hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT
yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia
sebagaimana fantasi Teori Darwin .18 Firman Allah SWT (artinya): “(Dialah Tuhan)
keturunannya dari sari pati air yang hina (mani).” (QS AsSajdah [32]: 7). “Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam
syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun
juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh
syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-
negeri muslim yang bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Standar
12
pragmatisme atau pun utilitarianisme. Selama sesuatu itu bermanfaat, yakni
dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk
manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan iptek
agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak
saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang
benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-Nya
meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara hakiki bermanfaat
bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu
adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma
sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Tauhid sebagai
landasan pijak untuk memajukan sains masih mungkin dilakukan umat kini dan di
B. Saran
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar
peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, dan
menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan
syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini
secara Perlahan.
14
DAFTAR PUSTAKA
[1] Al-Faruqi, Ismail Raji, Tauhid, Terj. Rahmani Astuti (Bandung : Pustaka, 1988,
cet. ke-1)
[2] Fatah , M, H., Tauhid Sebagai Dasar Pengembangan ilmu pengetahuan , Fakultas
ushuluddin dan UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten.
[3] Ilmi ,Z., 2012, Islam sebagai Landasan Perkembangan ilmu Pengetahuan dan
Teknologi , 15 (1) : 95-105.
[4] Inayah, F., Tauhid Sebagaai Prinsip Ilmu Pengetahuan (studi Analisis ismail Raji
al Faruqi), jurnal pemikiran islam, 2 (1) ; 97-121.
[5] Mannan, A., 2018, Transformasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Pengembangan Sains
dan Teknologi, Jurnal Aqidah, 4(2) : 1-17.
15