Anda di halaman 1dari 17

URGENSI AGAMA BAGI

MANUSIA & SUMBER AGAMA


ISLAM

Oleh :
Sholihul Anwar, M.Pd.I
Dosen Metodologi Studi Islam
Pengatar
 Fitrah manusia, yaitu :

1) Dlm penciptaan manusia, setelah kelengkapan jasad kmd ditiupkannya ruh dan dibaiat tentang keesaan Allah swt.
QS. Al-A’raf 172

2) Fitrah agama pada setiap manusia. QS. Ar-Rum 30. Fitrah tersebut bisa berubah tergantung faktor eksternal diluar
manusia. Allah memperingatkan pendidikan utama dan pertama keluarga sbg pelopor utama. QS. At-Tahrim 6.
3) Dikarunia 2 potensi ketaqwaan dan fujur/hawa nafsu. QS. Asy-Syams 7-10.
Malaikat dikaruni akal (sumber ketaqwaan), Iblis & Syaiton dikarunia hawa nafsu/ kesombongan. Manusia dikaruni
akal & hawa nafsu.

 Tugas Manusia sbg khalfah fil ardhi. QS. Albaqarah 30-31


 Manusia sbg makluk ciptaan Allah yg paling sempurna. QS. At-tin 4
 Allah memberikan petunjuk atas tiap2 umat berupa Nabi/Rasul dr kalangan mareka sendiri yg bertugas
menyampaikan ayat, mengajarkan dan memahamkan (Alqur’an Dan Sunnah) dan tazkiyatun nafs. Al-Bhaqarah 129

4) Dlm al-qur’an perubahan terlaksana jika dipenuhi 2 syarat :


a) Adaya nilai/ide/ Petunjuk dr rab
b) Adanya pelaku yag menyesuaikan nilai/ide. QS. Ar-Ra’d 11
Nilai yg mendorong pengalaman, aktivitas serta mempengaruhi jiwa disebut illah (tuhan/rabb). Hawa nafsu jg bisa
menjadi illah maka jadilah fasad. Contoh kisah Fir’aun yg diulang alqur-an berulang kali.
Urgensi Agama Bagi Manusia

 Aspek Fitrahnya
 Aspek Kekurangan/kelemahan manusia
 Tantangan Manusia (syaithan musuh yg nyata). QS. Yusuf 5 &
QS. Al-Isra’ 53
Sumber Ajaran Islam
(a) al-Qur’an & al-Sunnah sebagai sumber ajaran
(b) Ijtihad sebagai sumber hukum, melahirkan Ijma’ sahabat,
tabi’in, tabi’in-tabiat, qiyas, urf, nasikh-mansukh.
Ijtihad (salah satu sumber agama
Islam)
Pengantar

Ajaran (syariat) Islam yang disampaikan dalam Alquran dan al-Sunnah


secara komprehensif, memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah
(studi)
Alquran sebagai sumber global yang masih bersifat umum (mujmal)
Diperlukan penjelasan Hadits. Maka hadits berfungsi sebagai bayan, tafsir,
dan takhsis bagi Alquran.
Kedua sumber ajaran tersebut, terdapat lafadzz yang ’am-khash, muthlaq-
miiqayyad, nasikh-mansukh, dan muhkam-mutasyabih, yang masih
memerlukan penjelasan
Nash Alquran dan Sunnah telah berhenti abad 1 H/ 7 M, padahal waktu
terus berjalan dengan sejumlah peristiwa dan persoalan yang datang silih
berganti
Pengertian ijtihad secara istilah muncul belakangan, yaitu pada masa
tasyri’ dan masa sahabat. Perbedaan ini meliputi hubungan ijtihad dengan
fikih, ijtihad dengan Alquran, ijtihad dengan al-Sunnah, dan ijtihad dengan
dalalah nash (Jalaluddin Rakhmat, 1989: 33).
Definisi
Persamaan-persamaannya adalah sebagai berikut :
 Pertama, hukum yang dihasilkan bersifat zhanni; dan
 Kedua, objek ijtihad berkisar eputar hukum taklifi, yaitu hukum yang berkenaan dengan
amaliah ibadah (Muhaimin, dkk: 1994; 188-189).
 Wilayah Ijtihad hanya boleh dilakukan pada jenis hukum yang bersifat zhanni bukan qhot’i.
Hukum-hukum qath’i yang ditetapkan oleh dalil dalil kekukuhannya, spt :
1) Akidah yang qath’i
2) Hukum-hukum amaliah yang didatangkan syariat secara jelas dan gamblang, berupa tuntutan,
larangan atau pilihan. Misalnya, wajibnya shalat, zakat, shaum ramadhan, haji bagi yang
mampu, shalat lima waktu sehari semalam, bilangan rakaat tertentu dll
Kedua, adalah jenis hukum-hukum atau penalaran yang tidak ditetapkan secara jelas dan qath’i,
baik periwayatannya maupun artinya.
 Di bidang ilmu kalam. Perbedaan pandangan mengenai qadha dan qadhar, ta’wil tentang wajah,
tangan dan mata tuhan, kemungkinan kaum mukminin melihat Allah dan sebagainya.
 Di bidang hukum fikih. Perbedaan pendapat fuqaha tentang ukuran susuan yang diharamkan
untuk melakukan ikatan pernikahan, hukum qishash bagi yang membunuh terpaksa, pernikahan
tanpa izin wali, dan sebagainya.
 Di bidang kaidah ushul dan fikih yang mengklasifikasikan hukum: Ikhtilaf tentang nasikh
mansukh dalam Alquran, menggunakan qiyas, beramal berdasarkan akal, mendahulukan hadits
ahad dari pada qiyas dan sebagainya.
Definisi
 Ijtihad berasal dari kata jahada (pengerahan segala kemampuan dan kekuatan)
 ijtihad menurut bahasa adalah percurahan segenap kesanggupan untuk mendatangkan
sesuatu dari berbagai urusan atau perbuatan.
 Ada sebagian ulama yg menyamakan definisi ijtihad dgn ar-Ra’yu atau qiyas
 arti luas, menurutnya, ijtihad juga berlaku dalam bidang politik, akidah, tasawuf, dan
filsafat. Senada dengan Harun Nasution, Ibrahim Abbas al-Dzarwi (1983: 9)
mendefinisikan ijtihad sebagai pengerahan dan upaya untuk suatu maksud tertentu
 Perdedaan definisi ijtihad terletak pada metode ijtihad. Ada yang meng gunakan metode
manquli (dariAlquran dan al-Sunnah), yaitu metode yang mengikuti (ittiba’) metode Rasul
Allah Saw, yang selalu menunggu wahyu dalam menyelesaikan setiap persoalan (Q.S. al-
Najm [53]:3-4).
 Sebagian lagi menggunakan metode ma’quli (berdasarkan ra’y dan akal), yaitu metode ini
berdasarkan asumsi bahwa Rasulullah Saw diperbolehkan melakukan ijtihad.
Ijithad masa Rasul : urusan-urusan kemaslahatan yang bersifat keduniawian (al-mashalih al-
dunyaiuiyah), pengaturan taktik dan strategi peperangan (tadabir al-hurub), dan keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan persengketaan (al-aqdhiyah wa al-khushumah).
Ijtihad masa Khulafaur rusidin cont. Peristiwa penunjukan khalifah Umar, pengumpulan al-
qur’an
Akal dan Wahyu (Pengantar)
Sejarah perkembangan Islam ada 3 periode abad klasik (650-1250),
periode pertengahan (1250-1800M) modern (1800- sekarang)
Kemajuan Islam masa klasik diiringi oleh bagaimana umat Islam
memposisikan akal dan wahyu secara porposional sesuai dgn
kedudukannya
Umat Islam abad pertengahan selain berpedoman pada al-qur’an
dan sunah juga terikat pd hasil ijtihad ulama klasik yg sgt banyak
tanpa usaha kritis dan taqlid semata
Abad 19 mulailah dunis Islam kembali perhatian pada
akal/rasionalis ketika paham rasionalisme barat menguasai aspek
dunia
Definisi Akal dan WAhyu

Akal, menurut harun nasution adalah mengikat dan menahan. Orgnya disebut aqil
Kata aql dlm al-qur’an berbentuk kata kerja. Ta’qilun, ya’qilun. Al-Aql dr kata aqala
yg artinya mengikat/ menahan. Disebutkan dlm al-qur’an dlm bentuk kata kerja yaitu
aqaluh dan ta’qilun.
Zaman jahiliyah, kata aqal menunjukkan arti practical intelegensi (kecerdasan praktis)
merujuk pada sifatnya yaitu org yg mampu menyelesaikan permasalahan dgn bijak
Wahyu adh bahasa qur’an sbg pemberiaan isyarat, percakapan rahasia, penggerakan
hati ilham dr allah melalui malaikat jibril.
Wahyu diartikan hubungan antara nabi dgn yg ghoib. Nabi bisa menyingkapkan
hakekat dan eksistensi ketuhanan.
Utk mengetahui kedudukan akal dan wayu maka dipelajari dulu tentang pemikiran
mu’tazilan dan as’ariyah.
Dikaji dalam ilmu teologi spt ilmu kalam. Membahas tentang fakta-fakta dan gejala-
gejala agama dan hubungannya antara tuhan dgn manusia
Pemikiran Aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah

 Sudah mulai berkembang di abad 1 hijriyah.


 Aliran Mu’tazilah
1) Akal menjadi kedudukan tertinggi (rasional)
2) Lebih diutamakan menafsirkan alqur’an dengan metode majazi/
metafora dr pd metode harfiyah
3) Pengatahuan bisa diperoleh dengan akal dan kewajiban dpt
diketahhui dengan pemikiran yg mendalam
4) Akal dpt mengetahui kewajiban2 berterima kasih pd tuhan dan
manusia wajib meninggalkan yg buruk dan melaksanakan yg baik,
sanksi thd kewajiban sebelum turunnya wahyu
5) Akal dpt mengetahui kewajiban, baik dan buruk hy sebatas garis
besarnya. Disinilah fungsi wahyu sbg penjelas perincian dr
kemampuan akal.
6) Mu’tazilah menjunjung tinggi akal ttp wahyu meluruskan
penemuan akal yg tdk sesuai dan memberikan perincian akal
Pemikiran Aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah
1)Wahyu menjadi kedudukan tertinggi terhadap akal manusia
2)Akal tdk pernah mampu mengetahui sgl bentuk kewajiban2 dan baik-buruk,
sanksi terhadap kewajiban-baik-buruk, pahala bagi yg taat, sanksi bagi yg
melanggar sebelum turunnya wahyu
3)Akal dpt mengetahui tuhan itu ada, ttp hy wahyu yg dpt mewajibkan
manusia utk berterima kasih dan membedakan baik-buruknya pendapat akal
4)Ibn Abi Hasyim, akal hy mengetahui perihal kemuhdhorotan saja, ttp tdk
tahu perbuatan yg masuk kategori baik dan buruk tanpa adanya wahyu
5)Wahyu memberikan perincian dan pendukung apa yg diketahui akal.
6)Menolah teori “kehendak bebas” manusia, yaitu kreatifitas manusia hrs
menekankan pd kekuasaan Tuhan dlm setiap kejadian dan prilaku
7)Jika wahyu tdk ada maka manusia akan berada pd kehancuran. Wahyu yg
menentukan manusia pada jalan kebenaran dan menyelamatkan dr
kehancuran
8)Jd semua tergantung pd wahyu dan kemutlakan tuhan, krn semua berawal
dan berakhir pada-NYa
Akal - Wahyu prespektif filosof
Dlm agama membahas tentang : asal-usul alam semesta, kodrat jiwa dan tujuan akhirnya,
lingkup dan batasan kehendak, kehidupan akhirat dan pahala dan dosa di akhirat
Wilayah fiqh & ilmu kalam, akal akan dipakai ketika ada permasalahan dlm keagamaan
dan dlm menafsirkan alqur’an dan hadits saja
Para filosof dgn ciri berfikir radikal (mendalam) ttg wujud maka akal mempunyai posisi
utama. Maka yg terjadi adanya pemikiran filofis liberal dan fuqoha yang tradisional shg
slg bertentangan
Para filosof muslim mengakui tdk ada pertentangan antara akal dan wahyu, meskipun
jalan penafsirannya berbeda ttp tujuannya dan kebenarannya satu yaitu muara pada Al-
Akhaliq/ al-Wujud
Al-Kindi (filosof pertama Islam). Utk memahami alqur’an diperlukan penafsiran
rasionalis bukan hanya harfiah saja. Teologi, etika, ilmu pengtahuan Islam dan ilmu
pengetahuan lain mrp cabang filsafat yg tujuan mencari kebenaran dan memahami kodrat
yg ada di alam semesta.filsafat tidak dpt mencangkau wilayah mukzijat, neraka, surga dan
akhirat. Pengetahuan yg dibawa filsafat itu sendiri bersifat problematis blm tentu
kebenarannya
Al-Farabi (generasi penerus al-Akindi), kebenaran yg dibawa agama dan filsafat itu pd
hakekatnya satu walau warna/caranya berbeda-beda ttp tujuannya Satu yaitu Rab.
Komunikasi tuhan dgn Nabi/Rasul melalui AKAL KESEPULUH/ Nur ilahi.
Wahyu diturunkan Allah kpd nabi melalui akal Aktif (Jibril). Pancaran ilmu tuhan kpd akal
Akal - Wahyu prespektif filosof
Ibnu Sina, Ibnu Rusy, dan Al-Ghazali jg sama tdk ada pertentangan antara akal dan
wahyu.
Al-ghozali memang menuduh filosof muslim selalu menduga sesuatu haya lewat pikiran
semata (kitab Tahafutul tahawud), namun di sisi lain tdk membantas penggunaan akal (kita
ihya ‘uluddin) utk memadukan akal dan wahyu. Org yang mengesampingkan akal disebut
BERTAQLID BUTA dan org yg mencukupkan pd akal dgn mengesampingkan al-qur’an
disebut SOMBONG.
Jd peran AKAL sbg pemadu teks syara’dan positifitas akal dgn tetap mengakui antara
keduanya wilayah masing-masing dan tdk boleh melampui batas
Filsafat menjadi basis dialog antara agama dan ilmu serta akal
Harun Nasution : akal dan wahyu tidak ada pertentangan. Yg jd pertentangan adalah hasil
dari penafsiran dr TEKS WAHYU
KONDISI SEKARANG :
1) Era globalisasi dlm menjawab tantangan zaman, maka pemikiran rasionalisme mjd
keharusan sejarah dlm mengintepretasi wacana agama di kajian ISLAM.
2) Sejarah perkembangan Islam klasik sll menggunakan metode ilmiah,rasional dan
filosofis mampu tampil di depan dlm sejarah peradaban. Namun krn kebanggaan akan
rasional, pemikiran dan keterbukaan hilang pd masa Islam pertengahan. Pemikiran islam
klasik dianggap tertutup dan sempit shg bersifat dogma belaka. Umat Islam tdk bisa
membedakan maka ajaran Islam normatif/ dogma mana ajaran Islam yang reltif/
dinamis. Umat Islam terlena dan bangga terhadap hasil kemajuan dr abad klasik
Kondisi Umat Islam di Indonesia Sekarang
Umat Islam di Indonesia hampir sama dgn masa zaman
pertengahan.
Manyoritas umat Islam di Indonesia menganut satu mazhab
yaitu Asy’ariyah.
Islam difahami dengan definisi sempit. Bukan haya oleh
umat Islam sendiri ttp juga dunia
Harun Nasution : kurikulum pendidikan Islam hanya
menekankan pengajaran aspek ibadah, fiqih, tauhid, tafsir,
hadits, bhs arab shg islam dikenal aspek ibadadah dan fiqh
saja dan hy diajarkan dlm satu mazhab saja
Islam dipahami hy sbg dogma/absolut, akal manusia statis
dan wahyu baru diperlukan ketia akal tidak dpt mampu lg
berbuat
Penjajahan yang dilakukan bangsa eropa di dunia Islam.
Islam Normatif - Islam Historis
Agama islam prespektif bayak wajah (multifaces), bukan semata
wajah ketuhanan ttp terkait erat persoalan historis kultural manusia
Tiap agama mempunyai aspek dogmatik (Islam normatif) sekaligus
sisi kesejarahan sis pemikiran yg menghasilkan dogma (islam historis)
Normatif/dokmatik yg terdoktrins dr kesepakatan ulama waktu lalu
(klasik) spt fikih, ilmu kalam, tasawuf, hadits, tafsir diperlukan dikaji
analisis historisitasnya
Alat bantu analisis historisnya adalah ilmu sejarah, sosiologis,
antropologi, politik, budaya utk merekonstruksi masa lalu yg
menghasilkan suatu wacana atau gagasan pemikiran
Pendekatan historis-empiris melihata sisi fenomena dogma dan
pemahaman dogma oleh umatnya

Anda mungkin juga menyukai