Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT ILMU

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Muhammad Faiq, S.Hi., M. H

KELOMPOK 12 :

1. Nada Isyfiana Khulaidah (220703110003)


2. Ri’ayatuszava Roliza (220703110007)
3. Ahmadiyah Musliha (220703110088)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa
menyusun tugas mata kuliah Filsafat ini dengan baik serta tepat waktu.
Dengan judul "Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan" yang semuanya
akan dibahas pada makalah ini.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan mengenai
makna integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan. Mudah-mudahan makalah
yang kami buat ini bisa bermanfaat dan bisa memberikan pengetahuan kita
menjadi lebih luas lagi. Kami menyadari jika masih banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah Filsafat. Kepada pihak
yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Batu, 12 Maret, 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5

1.3 Tujuan .......................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................6

2.1 Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan......................................................6

2.2 Integrasi Islam dan Ilmu Kesehatan........................................................11

2.3 Pengimplementasian Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan


dengan Mengakomodasi Budaya Bangsa...............................................13

BAB III PENUTUP ............................................................................................18

3.1 Kesimpulan.............................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan,
dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam
masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Sebab dengan pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia
yang cerdas, bertanggung jawab, berkualitas, dan mampu mengembangkan
keilmuannya.1
Umumnya banyak orang beranggapan bahwa Ilmu pengetahuan atau sains
dan agama itu memiliki posisi masing-masing yang mana ilmu dalam memperoleh
suatu kebeneran itu didasarkan pada perolehan data secara epismologis melakukan
melalui beberapa penelitian. Sedangkan agama dalam memperoleh kebenaran itu
dengan menerima hal ghaib yang mana hal tersebut berlandaskan pada ‘’iman’’
dan kepercayaan. meskipun ada kesamaan dalam misi mereka, perbedaan
mendasar antara keduanya menyajikan sebuah konflik yang akan beresonansi
pada inti masing-masing. Namun, disamping itu Ilmu pengetahuan dan agama
sangat penting bagi kesejahteraan individu dan bertujuan menciptakan harmoni
bagi kehidupan.2
Pemikiran tentang integrasi atau islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini
dilakukan oleh kalangan intelektual muslim. Secara totalitas, hal ini dilakukan di
tengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa umat Islam akan maju dapat menyusul
dan menyamai orang-orang Barat apabila mampu mentransformasikan dan
menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan. Di samping itu terdapat
asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari negara-negara Barat dianggap
sebagai sekuler, oleh karenanya ilmu tersebut harus ditolak, atau minimal ilmu
tersebut harus dimaknai dan diterjemahkan dengan pemahaman secara islami.3

1
Feiza Rahma P.” Integrasi Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Agama Islam’’, Jurnal IAIN
Purwokwerto,5(8),2019,hal.55
2
Muhammad Sulaiman,’’Integrasi Agama Islam dan Ilmu Sains dalam Pembelajaran’’,
PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020.
3
Iis Arifudin,’’ Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan Islam’’,
Edukasia Islamika : Volume 1, Nomor 1, Desember 2016

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian integrasi islam dan ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana bentuk Integrasi Islam dan Ilmu Kesehatan?
3. Bagaimana pengimplementasian islam dan ilmu pengetahuan dengan
mengakomodasi budaya bangsa?

1.3 Tujuan
1. Memaparkan pengertian integrasi islam dan ilmu pengetahuan.
2. Mengetahuai titik temu dalam mengintegrasikan islam dalam bidang
Kesehatan
3. Untuk mengetahui pengimplementasuan islam dan ilmu pengetahuan
dengan mengakomodasi budaya bangsa.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan
Istilah integrasi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) diartikan
sebagai penyatuan suatu hal sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh . Wathoni,
L. M. N. (2018) menyebutkan bahwa integrasi merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris, “to integrate” yang diartikan sebagai “combine (something) so that it
becomes fully a part something else” atau “mix or be together as one group.”
Artinya integrasi merupakan suatu proses mengkombinasikan, menggabungkan
atau menyatupadukan suatu komponen dengan komponen atau unsur lainnya
sehingga menjadi sesuatu yang utuh atau bentuk lain yang lebih baik.4
Islam memandang bahwa semua ilmu pengetahuan, pada dasarnya adalah
sesuatu yang suci sebab semua ilmu pengetahuan yang diperdapat manusia berasal
dari Allah. Manusia bukanlah orang yang menciptakan ilmu pengetahuan, tetapi
manusia hanya sekedar menemukan rumusan-rumusan dan hukum-hukum yang
dijadikan Allah dimuka bumi berupa hukum alam atau sunnatullah. Melaui kerja
keras manusia berdasarkan pengalaman, penelitian, penyelidikan dan uji coba
tentang sesuatu menghasilkan ilmu.
Konsep ilmu dalam islam sangatlah berbeda dengan konsep ilmu barat.
objek ilmu dalam Islam tidak hanya bersifat empiris, tapi juga metafisik. Sumber
ilmu dalam islam juga berbeda dengan epistemologi barat. jika barat hanya
mengakui indra dan rasio, maka dalam pandangan muslim, ilmu datang dari tuhan
yang diperoleh melalui :Indra sehat, Khabar shadiq dan instiusi. Berdasarkan
pemahaman diatas dapat dipahami bahwa Ilmu pengetahuan adalah usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem tentang kenyataan,
struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ikhwal yang
diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya
pikiran manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya dapat diuji
secara empiris melalui riset observatif dan eksperimental, salah satunya adalah

4
Nugraha, Muhamad Tisna. "Integrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Umum di Perguruan Tinggi." Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 17.1 (2020): 29-
37.

6
ilmu sains. Pada paradigma Islam, integrasi antara agama dan sains adalah sesuatu
yang dimungkinkan karena dilandasi oleh gagasan kesatuan (tauhid).5
Wacana integrasi sains dan agama sedang dibahas di tahun ini, serta
pembukaan fakultas umum/non-keagamaan di berbagai universitas Islam Negeri
(UIN) di Indonesia. Secara genealogis, kita dapat melihat interaksi antara sains
dan agama dalam perdebatan antara dimensi iman yang dipahami secara tekstual
dan pemahaman sains yang meminggirkan doktrin agama, karena seringkali
argumennya dianggap tidak sesuai dengan akal sehat. Domain yang sama, yaitu
“pengalaman” kemanusiaan. Pengalaman yang dimaksud bisa hushuli atau
hudhuri. Selama ini pendapat di kalangan masyarakat luas masih kuat, bahwa
"agama" dan "ilmu" adalah dua entitas yang tidak dapat didamaikan. Keduanya
memiliki domain yang berbeda, terpisah satu sama lain, baik dalam hal objek
material formal, metode penelitian, kriteria kebenaran, dan peran yang dimainkan
oleh para ilmuwan. Dengan kata lain, sains tidak peduli dengan agama dan begitu
pula sebaliknya, agama tidak peduli dengan sains.
Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa sains dan agama memiliki cara
pendekatan dan pengalaman yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi sumber
perdebatan. Sains erat kaitannya dengan pengalaman yang sangat abstrak, seperti
matematika, sedangkan agama lebih erat kaitannya dengan pengalaman hidup
biasa. Ada juga yang melihat sains dan agama pada posisinya masing-masing,
karena bidang sains secara empiris didasarkan pada data-data yang terbukti untuk
menentukan apa yang 'nyata' dan apa yang tidak. Disisi lain agama, siap menerima
yang tidak terlihat dan yang tidak pasti hanya berdasarkan variabel nyata dari
"iman" dan kepercayaan. Bahwa agama dan sains harus hidup berdampingan
secara independen satu sama lain, karena terlepas dari kesamaan misi mereka,
perbedaan mendasar antara keduanya menghadirkan semacam integrasi antara
sains dan agama yang sulit dicapai, sebagai kriteria ilmiah untuk mengidentifikasi
asumsi ini sebagai nyata. , karena pasti ada proses kanibalisasi antara keduanya,

5
Safarudin, Rizal, et al. "Analisis Filosofis tentang Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan Islam dan Implikasinya terhadap Pengembangan Pendidikan Islam." Journal on
Education 5.1 (2022): 770-783.

7
sedangkan agama sangat penting bagi kesejahteraan individu dan bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan bagi kehidupan.6
Islam muncul di dunia ini untuk memberikana solusi serta menjawab
permasalahan-permasalahan hidup yang dialami oleh manusia. Islam bukanlah
satu golongan, kepentingan kelompok tertentu ataupun kepentingan politik
lainnya dan juga Islam bukanlah semata-mata untuk umat Islam itu sendiri. Lebih
dari itu, Islam diturunkan oleh Allah dengan suatu visi dan misi, yaitu untuk
menyebarkan kebaikan dan keselamatan serta rahmat bagi seluruh alam.
Pada dasarnya ajaran Islam menegaskan bahwa manusia akan memperoleh
derajat dan martabat yang tinggi di sisi Allah manakala ia beriman dan berilmu
pengetahuan. Hal ini diterangkan Allah Swt. dalam al-Qur’an surah Al-Mujadilah
ayat 11 yang berbunyi:

ٍ ‫ يـَرْ فَ ِع اهللاُ الَّ ِذ ْينَ ا َمنـُوْ ا ِم ْن ُك ْم َو الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬...
... ‫ت‬

Dalam al-Qur’an mengandung ayat-ayat yang dapat dijadikan pedoman meskipun


hanya secara garis besar, bagi pengembangan ilmu pengembangan (sains) dan
teknologi dalam rangka mempertebal keimanan dan meningkatkan kesejahteraan
manusia.
Perhatikan firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 89:

َْ‫َاب تِبـْيَانًا لِ ُك ِّل َش ْي ٍء َوهُ ًد َّو َرح َْمةً َوبُ ْشرى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫ َونـ َ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬.

Pada ayat tersebut dapat dipahami bahwa al-Qur’an sebagai kitab petunjuk dan
dapat menjelaskan pokok-pokok dan garis-garis besar urusan di segala bidang dan
segi kehidupan yang dibutuhkan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Hal
tersebut tentu saja diperlukan pula as-Sunnah sebagai sumber/rujukan kedua.
Dengan demikian hubungan antara ajaran Islam dan ilmu pengetahuan sangat erat.
Selain itu dalam al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan tentang segala makhluk ciptaan-Nya. Baik manusia, hewan,
tumbuhan, hingga penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya. Dari uraian di
6
Lubis, Asrul Parlindungan. "Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan
Islam." Book Chapter of Proceedings Journey-Liaison Academia and Society 1.1 (2022): 79-90.

8
atas dapat dipahami bahwa antara agama dengan ilmu pengetahuan telah terjadi
pemisahan terutama di dunia Barat, sehingga mengakibatkan perbedaan pemikiran
dan kekakuan dalam ilmu itu sendiri. Hal ini pulalah yang sangat dikhawatirkan
terutama dalam era globalisasi, pemisahan antara agama dalam kehidupan
(sekular) dapat terjadi dalam kehidupan seseorang, padahal dalam Islam tidak
mengenal pemisahan agama dengan ilmu-ilmu lain. Namun hal ini juga bisa
dihindari apabila sejak dari dini seorang anak dibekali dengan pengetahuan
agama. Termasuk di antaranya mengintegrasikan pendidikan agama dalam mata
pelajaran lainnya.7
Perguruan tinggi adalah pusat ilmu pengetahuan (centre of knowledge) dan
pusat pengembangan sumber daya manusia (human recources). Lembaga
pendidikan ini muncul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Kehadirannya penting dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi bagi
para warganya melalui kegiatan pembelajaran dalam perkuliahan, dan untuk
pengembangan masyarakat serta pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Kebesaran perguruan tinggi adalah karena hasil karya dosen-dosennya dan mutu
alumninya yang didukung oleh kepemimpinan universitas yang penuh dedikasi,
berbobot dan profesional yang mampu mewujudkan kebebasan akademis dalam
kehidupan kampus.8
Setiap perguruan tinggi Islam boleh menyebut pola pengembangan kaitan
ilmu-ilmu secara bervariasi. UIN Sunan Ampel menempuh pengintegrasian ilmu-
ilmu keislaman dan umum dengan konsep integrated twin tower (menara kembar).
Nur Syam mengungkapkan, bahwa integrated twin tower merupakan titik temu
antara dua menara keilmuan, yakni, menara ilmu Keagamaan dan menara ilmu
umum, sosial/humaniora. Titik temu itu berupa jembatan dialog antar-keduanya
yang diwujudkan melalui konstruksi epistemologis. Secara visual, titik temu itu
digambarkan dengan garis melengkung di bagian puncak dua menara keilmuan
yang saling berhubungan. Hasil dari pertautan dua menara keilmuan itu

7
Ramli, Muhammad. "Integrasi pendidikan agama Islam ke dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Mulawarman Banjarmasin." Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan 12.21 (2014): 111-132.
8
Shils, Edward. "Etika Akademis, terjemah A." Agus Nugroho. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia (1993).

9
melahirkan ilmu keislaman multidisipliner seperti sosiologi agama, filsafat agama,
ekonomi Islam, politik Islam, dan lain-lain.
Sementara itu, UIN Sunan Kalijaga yang mengembangkan konsep
pendekatan interdisipliner melalui interkoneksi dan interrelasi. Kemudian UIN
Syekh Maulana Malik Ibrahim Malang dengan pendekatan interdisipliner melalui
konsep pohon ilmu. Demikian pula UIN Syarif Hidayatullah mengembangkan
integrasi ilmu. Meskipun konsep atau labelnya bervariasi, akan tetapi
sesungguhnya ada muatan atau core yang sama dalam memandang relasi antara
ilmu alam, ilmu sosial dan culture/ humanities, yaitu keinginan
untuk membangun kesaling-menyapaan antara ketiga bidang ilmu tersebut melalui
proses sinergi, interkoneksi dan interrelasi. Apapun konsep atau labeling yang
digunakan, sesungguhnya ada kerinduan akan terwujudnya disiplin keilmuan yang
nantinya akan saling menyapa dan mendekati, sehingga klaim tentang
keterpilahan secara tegas antara ketiga pembidangan tersebut bukan barang
mustahil sekarang dan lebih-lebih di masa yang akan datang.9 Berikut ini beberapa
konsep perguruan tinggi Islam dalam menanggapi issue kaitan agama dan ilmu
pengetahuan:
1. Konsep UIN SYAHID untuk mengintegrasikan agama dan sains,
pertama-tama terlihat dari mottonya: “Knowledge, Piety, Integrity”. Motto
ini pertama kali disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam pidato Wisuda Sarjana ke-67 tahun
akademik 2006-2007.
2. Konsep UIN SUKA Yogyakarta mengintegrasikan agama dan sains
adalah dengan apa yang disebut integrasi-interkoneksi, yaitu sebuah
upaya mempertemukan antara ilmu-ilmu agama (Islam) dan ilmu-ilmu
umum (sains-teknologi dan social humaniora).
3. Konsep UIN MALIKI Malang untuk mengintegrasikan agama dan sains:
bahwa pertama-tama bangunan struktur keilmuannya didasarkan pada
universalitas ajaran Islam. Hal ini mengambil metafora sebuah pohon
yang kokoh, bercabang rindang, berdaun subur, dan berbuah lebat karena
ditopang oleh akar yang kuat. Akar yang kuat tidak hanya berfungsi
9
Darda, Abu. "Integrasi ilmu dan agama: Perkembangan konseptual di Indonesia." At-Ta'dib 10.1
(2016).

10
menyangga pokok pohon, tetapi juga menyerap kandungan tanah bagi
pertumbuhan dan perkembangan pohon.
4. Konsep UINSA mengintegrasikan agama dan sains: bahwa pertama-tama
UINSA didesain untuk mengemban amanah sebagai pencipta, penemu,
atau dan pengembang ilmu-ilmu humaniora, sains, dan teknologi. Pada
saat yang sama, ia juga mutlak menjadi avant garde dalam pelestarian dan
pengembangan ilmu-ilmu dasar keislaman. Bahkan kajian dasar
keislaman dijadikan sebagai main core.
5. Konsep UNIDA Gontor untuk mengintegrasikan agama dan sains tampak
dan tergambar dari logonya yang berupa pintu gerbang. Universitas
Darussalam Gontor merupakan pintu gerbang pengetahuan menuju
terciptanya manusia-manusia yang memiliki empat karakter berakhlaq
mulia, berbadan sehat, berilmu pengetahuan luas, sehingga dapat
berfikiran bebas atau kreatif meletakkan sesuatu secara proporsional (pada
tempatnya) atau adil. Dengan ketinggian akhlak dan keluasan ilmu
pengetahuan yang berdasarkan keimanan itulah seseorang dapat
memperoleh atau mencapai hikmah (wisdom).

2.2 Integrasi Islam dalam Bidang Kesehatan


Islam dan ilmu kesehatan adalah dua disiplin ilmu yang memiliki relevansi
dan saling menguatkan satu sama lain. Maka sangat perlu diterapkan konsep
integrasi Islam dan ilmu kesehatan dalam dunia kerja seperti rumah sakit, Apotik
puskesmas, klinik dan lain sebagainya. Adanya integrasi ini juga dapat membantu
mengoreksi pemahaman yang salah bagi kelompok yang meyakini bahwa ilmu
kesehatan tidak memiliki hubungan dengan agama (nilai-nilai Islam). Integrasi
agama dan ilmu kesehatan sebenarnya sudah dibahas oleh ulama-ulama terdaluhu
seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya yang revolusioner, The Canon of
Medicine. Ilmuwan Persia ini memperkenalkan metode perancangan obat- obatan
canggih yang dianggap oleh para cendekiawan beberapa abad ke depan dari
masanya. Selanjutnya adalah dokter Muslim yang dikenal pada periode 936-1013
yaitu Al-Zahrawi yang mendirikan fondasi dari pelaksanaan operasi modern yang
sangat berpengaruh di Barat. Banyak instrumen dan teknik bedah inovatifnya

11
masih digunakan hingga hari ini. Kemudian, sejarah Islam juga mencatat Ibn Al-
Nafis, seorang tabib Arab abad ke-13 yang menulis tentang sirkulasi darah yang
sangat bermanfaat bagi dunia medis.
Selain ulama-ulama yang sudah mempraktikkan integrasi agama dan ilmu
kesehatan, banyak juga dalam Al-Qur’an yang sudah menjelaskan tentang
pentingnya ilmu kesehatan. dalam penelitian yang dilakukan oleh Ina Wati
menunjukkan bahwa setidaknya ada 19 ayat yang berkaitan dengan kesehatan,
yang terdapat dalam 12 surat. Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan kesehatan
yaitu: kebersihan personal (QS. Al-Baqarah: 222, al-Maidah: 6), kesehatan
lingkungan (QS. Al-Hajj: 26, Sad: 27, ar-Rum: 41), kesehatan nutrisi (QS.
AlA’raf: 31), kesehatan ibu dan anak (QS. Al-Baqarah: 233), kesehatan mental
(QS. Ali- Imran: 164, al-Fath: 4, yunus ayat: 57) 10
Banyaknya ayat yang
menjelaskan tentang ilmu kesehatan menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan ilmu kesehatan. Dalam sebuah ayat juga menunjukkan bahwa
Islam selain memotivasi untuk mengejar akhirat, Islam juga memotivasi untuk
memanfaat ilmu pengetahuan (dunia) sebagai sarana memberikan manfaat kepada
orang lain dan mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Ayat Al-Qur’an tersebut
yaitu:
‫سا َد‬ َ ‫سن َك َمٓا َأ ْح‬
َ َ‫سنَ ٱهَّلل ُ ِإلَ ْي َك ۖ َواَل تَ ْب ِغ ٱ ْلف‬ ِ ‫صيبَكَ ِمنَ ٱل ُّد ْنيَا ۖ َوَأ ْح‬ ِ َ‫َنس ن‬ َ ‫َوٱ ْبت َِغ فِي َمٓا َءاتَ ٰى َك ٱهَّلل ُ ٱلدَّا َر ٱ ْلـَٔا ِخ َرةَ ۖ َواَل ت‬
٧٧ َ‫س ِدين‬ِ ‫ض ۖ ِإنَّ ٱهَّلل َ اَل يُ ِح ُّب ٱ ْل ُم ْف‬ِ ‫فِى ٱَأْل ْر‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [Al Qasas: 77]

Salah satu kandungan ayat di atas adalah tujuan hidup seseorang adalah
akhirat atau surga. Tetapi untuk meraih akhirat seseorang harus melalui dunia.
Yaitu dengan memanfaatkan apa yang ada di dunia ini sebagai bekal di akhirat
nanti. Kandungan ini memberikan motivasi kepada seseorang untuk
mementingkan akhiratnya tetapi juga harus memikirkan dunianya agar dia dapat

10
Opi Irwansah (2021) Integrasi Islam dan Ilmu Kesehatan, Jurnal kesehatan Al-Irsyad,14(2),p.56

12
hidup lebih bermanfaat dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Apabila
dijabarkan lebih luas, maka menintegrasikan antara Islam dan ilmu kesehatan
merupakan salah satu bentuk dari penerapan kandungan ayat di atas. Yang mana
seseorang harus mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-
harinya termasuk di dalam dunia kesehatan. Karena banyak sekali keterkaitan
ilmu kesehatan dengan Islam, di antaranya adalah perintah untuk menjaga
kesehatan, perintah untuk berobat, perintah untuk mendoakan orang sakit dan lain
sebagainya.

2.3 Upaya Pengimplementasian Islam dan Ilmu Pengetahuan dengan


Mengakomodasi Budaya Bangsa
Dalam mewujudkan integrasi keilmuan merupakan hal yang tidaklah
mudah, banyak upaya sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi Islam di
Indonesia diantaranya dengan cara memasukkan beberapa program studi umum di
dalamnya untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang konsep integrasi
ilmu. Konsep pertama yang perlu dilakukan adalah memahami konteks
munculnya ide integrasi keilmuan tersebut, bahwa selama ini dikalangan umat
Islam terjadi suatu pandangan dan sikap yang membedakan antara ilmu-ilmu
keislaman di satu sisi dengan ilmu-ilmu umum di sisi lain. Adanya perlakukan
diskriminatif terhadap dua jenis ilmu tersebut. Umat Islam tampaknya terbagi
antara mereka yang berpandangan positif terhadap ilmu-ilmu keislaman sambil
memandang negatif yang lainnya, dan mereka yang berpandangan positif terhadap
disiplin ilmu-ilmu umum dan memandang negatif terhadap ilmu-ilmu keislaman.
Kenyataan tersebut telah melahirkan pandangan dan perlakuan yang berbeda
terhadap kedua ilmu tersebut.
Pada milenium ketiga, beberapa sekolah atau lembaga Islam di tingkat
pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi mengintegrasikan kembali

13
ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum berdasarkan beberapa model perencanaan
untuk mengintegrasikan agama dan sains. Model-model ini dapat diklasifikasikan
dengan menghitung jumlahnya. Konsep dasar yang mewakili komponen utama
model tersebut adalah model monadik, diadik, triadik, dan integralisme islam.11
Pertama, model monadik. Model ini ada dua pandangan yaitu religius dan
sekuler. Religius menyatakan bahwa agama adalah keseluruhan yang mengandung
semua cabang kebudayaan, sedangkan sekuler beranggapan agama sebagai salah
satu cabang kebudayaan. Berdasarkan model ini, tidak mungkin bisa terjadi
koeksistensi antara agama dan sains, karena keduanya menyangkal eksistensi atau
kebenaran yang lainya. Maka hubungan antara kedua sudut pandang tersebut
adalah konflik seperti yang dipetakan oleh Ian Barbour atau John F. Haught
mengenai hubungan antara sains dan agama. Pendekatan ini akan sulit digunakan
sebagai landasan integrasi di lembaga-lembaga pendidikan Islam baik tingkat
Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.12
Kedua, model diadik. Model ini menganggap bahwa sains dan agama
adalah dua kebenaran yang sepadan. Sains membicarakan fakta alamiah,
sedangkan agama membicarakan nilai Ilahiyah.
Ketiga, model triadik. Model ini ada unsur ketiga yang menghubungkan
sains dan agama, jembatan itu adalah filsafat. Model ini merupakan perluasan dari
model diadik komplementer dengan memasukkan filsafat sebagai komponen
ketiga yang letaknya diantara sains dan agama. Model ini dapat dimodifikasi
dengan menggantikan filsafat dengan humaniora atau ilmu-ilmu kebudayaan.
Dengan demikian kebudayaanlah yang menghubungkan sains dan agama. Struktur
sains dilukiskan sebagai penghubung antara alam dan manusia, dengan bahasa
metafora objek sains adalah bumi, sedangkan subjeknya adalah manusia dengan
seluruh nilainya. Sains tubuhnya adalah pengetahuan teoritis yang rasional,
kakinya adalah pengetahuan eksperimental yang empiris, kedua tangannya adalah
metode ilmiah, yakni matematika atau logika yang deduktif dan statistika induktif.
Pandangan diatas jelas berbeda dengan pandangan Islam tentang sains atau ilmu
pada umumnya, yang memandang bahwa dalam diri manusia terdapat ruh sebagai
11
Armahedi Mahzar, Dalam Integrasi Sains dan Agama Model dan Metodologi, Bandung:
Mizan,2003) 94
12
Ian G.Barbour, When Science Meets Religion, terj. Zainal Abidin Bagir, (Bandung: Mizan,
2003) 94-95

14
subtansi yang bersifat imateriil, sedangkan alam tak lain adalah manifestasi
kreativitas Tuhan sebagai ciptaan yang dibentuk berdasarkan ilmuNya. Dengan
demikian, akan nampak jelas perbedaannya bahwa sains modern menganggap
alam materiil sebagai basis realitas. Sedang sains Islami melihat wahyu Tuhan
sebagai basis realitas.
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengintegrasikan ilmu dan islam
diperlukan format dan model pendidikan yang integratif dengan dasar kesatuan
ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama yang seimbang. Adapun model-model
pendidikan integratif tersebut dalam konteks saat ini bisa dengan berbagai bentuk.
Pertama, model pendidikan integralistik, yaitu konsep perluasan pembaharuan
pendidikan sebagaimana yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan format
mengintegrasikan pesantren tradisional dengan model sekolah Barat dengan
berpijak pada sistem pendidikan nasional. Artinya pesantren mendirikan lembaga
pendidikan formal yang bercorak sekolah atau madrasah, sehingga pesantren akan
melakukan integrasi baik kurikulum, kesiswaan, pembiayaan, pengelolaan,
maupun komponen pendidikan lainya.
Kedua, holistic transformative education, yaitu pembakuan materi al-Islam
di sekolah-sekolah yang didirikan oleh organisasi keagamaan seperti
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Irsyad dan yayasan-yasan Islam lainya
yang mendirikan lembaga pendidikan dengan identitas sekolah, sebagaimana yang
dirintis oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah pada tahun 2000an yang lebih
popular dengan “gerakan ilmu”. Sedangkan NU membentuk lembaga pendidikan
yang dinamakan Ma‟arif yang bertugas melaksanakan kebijakan dibidang
pendidikan formal seperti sekolah, madrasah dan pondok pesantren dengan
maksud mengembangkan apa yang dikonsepsikan sebagai SNP-Plus, yaitu
memiliki standar nasional pendidikan (SNP) ditambah (plus) standar kearifan
lokal keNU-an yang mencakup mata pelajaran Ke-Aswaja-an dan nilai-nilai ke-
NU-an
Ketiga, modernisasi madrasah. Awal modernisasi dimulai ketika madrasah
berubah status menjadi sekolah yang berciri khas agama Islam dengan merubah
kurikulum pendidikan umumnya sama dengan sekolah, sementara muatan materi
agama tetap dipertahankan dengan konsep penerapan manajemen professional.

15
Perubahan status madrasah ini merupakan modal politik dan akademik untuk
merubah citra diri dan meningkatkan harkat martabat ke tempat yang lebih
terhormat.
Keempat, spriritualisasi sekolah. Pada tahun 1990an madrasah mengalami
modernisasi. Pada kurun tersebut sekolah mengalami spiritualisasi. Proses
modernisasi madrasah dan spiritualisasi sekolah berlangsung melalui peoses yag
berbeda. Modernisasi madrasah bersifat top down proses, dimana inisiatif
perubahan berasal dari pemerintah dan berkonsentrasi pada madrasah negeri.
Sebaliknya spriritualisasi sekolah lebih banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah
swasta, bukan oleh pemerintah dan bersifat bottom up. 13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi merupakan suatu proses mengkombinasikan, menggabungkan atau
menyatupadukan suatu komponen dengan komponen atau unsur lainnya sehingga
menjadi sesuatu yang utuh atau bentuk lain yang lebih baik. Sains erat kaitannya dengan
pengalaman yang sangat abstrak, seperti matematika, sedangkan agama lebih erat
13
Istikomah, I. (2017). Integrasi ilmu sebuah konsep pendidikan Islam ideal. Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman, 28(2), 408-433.

16
kaitannya dengan pengalaman hidup biasa. dalam al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat-
ayat yang menjelaskan tentang segala makhluk ciptaan-Nya. Baik manusia, hewan,
tumbuhan, hingga penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya. Dari uraian di atas
dapat dipahami bahwa agama dan sains harus hidup berdampingan secara independen
satu sama lain, karena terlepas dari kesamaan misi mereka, perbedaan mendasar antara
keduanya menghadirkan semacam integrasi antara sains dan agama yang sulit dicapai,
sebagai kriteria ilmiah untuk mengidentifikasi asumsi ini sebagai nyata. , karena pasti ada
proses kanibalisasi antara keduanya, sedangkan agama sangat penting bagi kesejahteraan
individu dan bertujuan untuk menciptakan keharmonisan bagi kehidupan.Permasalahan
dikotomi antara Islam dan ilmu kesehatan masih muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah tersebut dibuktikan dengan adanya pemahaman yang salah dalam memahami
hubungan antara Islam dan ilmu kesehatan.
Dalam mewujudkan integrasi keilmuan merupakan hal yang tidaklah mudah,
banyak upaya sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi Islam di Indonesia. Upaya
yang dapat dilakukan dalam mengintegrasikan ilmu dan islam diperlukan format dan
model pendidikan yang integratif dengan dasar kesatuan ilmu pengetahuan umum dan
ilmu agama yang seimbang. Adapun model-model pendidikan integratif tersebut dalam
konteks saat ini bisa dengan berbagai bentuk, diantaranya; model pendidikan integralistik,
holistic transformative education, modernisasi madrasah, dan spriritualisasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Darda, A. (2016). Integrasi ilmu dan agama: Perkembangan konseptual di
Indonesia. At-Ta'dib, 10(1).
Feizha, R.P. (2019) ‘Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam’, Αγαη, 8(5), p.
55.
G.Barbour, Ian. (2003). When Science Meets Religion. Terj: Zainal Abidin Bagir.
Bandung: Mizan.

17
Iis, A. (2016) ‘Integrasi Sains Dan Agama Dalam Pendidikan Islam’, LITERASI
(Jurnal Ilmu Pendidikan), 4(2), p. 171. Available at:
https://doi.org/10.21927/literasi.2013.4(2).171-188.
Irawansah,O.(2021) Integrasi Islam dan Ilmu Kesehatan, Jurnal kesehatan Al-
Irsyad,14(2),p.56
Istikomah, I. (2017). Integrasi ilmu sebuah konsep pendidikan Islam
ideal. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 28(2), 408-433.
Lubis, A. P. (2022). Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap
Pendidikan Islam. Book Chapter of Proceedings Journey-Liaison
Academia and Society, 1(1), 79-90.
Mahzar, Armahedi. (2003) Integrasi Sains dan Agama Model dan Metodologi.
Bandung: Mizan
Nugraha, M. T. (2020). Integrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu
Pengetahuan Umum di Perguruan Tinggi. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan
Ilmu Pengetahuan, 17(1), 29-37.
Ramli, M. (2014). Integrasi pendidikan agama Islam ke dalam mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Mulawarman
Banjarmasin. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, 12(21),
111-132.
Safarudin, R., Zulfamanna, Z., Zulmuqim, Z., & Zalnur, M. (2022). Analisis
Filosofis tentang Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam dan Implikasinya terhadap Pengembangan Pendidikan
Islam. Journal on Education, 5(1), 770-783.
Shils, E. (1993). Etika Akademis, terjemah A. Agus Nugroho. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sulaiman, M. (2020) ‘Integrasi Agama Islam Dan Ilmu Sains Dalam
Pembelajaran’, Jurnal Studi Islam, 15(1), pp. 96–110.

18

Anda mungkin juga menyukai