Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INTEGRASI SAINS DAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER


SANTRI DI ERA MILENIAL

Diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir semester mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen pengampu: Dr. ENDAH WINATRI, M. Pd

NAMA:AHMAD JAENURROHMAN
NIM:230107110067

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
JAWA TIMUR
2023
Kata Pengantar

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kami di panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberi segala
Rahmat, taufik, hidayah dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
tema Integrasi sains dan Islam Dalam Pendidikan ini.

Tidak lupa saya ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, makalah ini saya susun dan tulis guna memenuhi syarat dalam mata kuliah
filsafat ilmu.

Makalah ini berisi mengenai filsafat ilmu yang mana terdapat beberapa sub Bahasa
yaitu Pandangan integrasi islam dan sains dalam pendidikan karakter santri di era milenial,
serta Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Epistomologi Burani Dan Bayani.
Materi lebih lanjut akan dibahas dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kesalahan, untuk itu, saya menerima dengan senang hati
segala kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan penulisan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak aspek terutama dalam bidang filsafat
ilmu yang berkaitan dengan integrasi sains dan islam.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Malang, 28 November 2023


Penulis
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
A. Ap aitu Integrasi sains dan islam ?
B. Bagaimana cara implementasi integrasi sains dan islam dalam
Pendidikan karakter santri di era milenial saat ini ?
C. 2.Bagaimana pandangan/argumen kita sebagai generasi saat ini
mengenai integrasi sains islam dalam pendidikan karakter santri di era
milenial ?

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
….
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Filsafat ilmu memiliki cabang-cabang filsafat yang berkaitan dengan dasar,
metode, asumsi dan implikasi ilmu pengetahuan dari ilmu yang termasuk di dalamnya antara
lain ilmu alam dan ilmu sosial. Dalam memahami suatu pengetahuan diperlukan sebuah
pendekatan, hal ini terkait jenis pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan rasional (melalui
penalaran rasional), pengetahuan empiris (melalui pengalaman konkrit), dan pengetahuan
intuitif (melalui perasaan secara individu). Sehinga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah hasil tau manusia atas kerjasama antara subjek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Pengetahuan bersifat dinamis, dalam artian terus berkembang menuju
kesempurnaan. Perkembangan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh ilmu dimana ilmu
dibangun berdasarkan metode ilmiah yang bersifat objektif, ada aturan atau prosedur eksplisit
yang mengikat; bersifat empiris karena dapat dibuktikan, diketahui dan diukur; dapat
menjelaskan dan memprediksi peristiwa dalam bidang ilmunya. Pengetahuan berkembang
secara signifikan karena mengikuti kaidah ilmiah, seperti karya ilmiah yang ditulis secara
ilmiah, dalam pengertiannya tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya (Dwiloka, 2005). Dalam memahami secara ilmiah dan mendalam terkait ilmu
dan pengetahuan melalui pemikiran filsafat, hal ini “Telaah Buku Filasafat Ilmu (Sebuah
Pengantar Populer) oleh Jujun S. Suriasumantri” ini dalam analisis identifikasi proses
kerangka pikir, pola pikir dan landasan pemikiran terkait hubungan ilmu dan pengetahuan.1
Topik dalam makalah ini adalah integrasi sains dan islam dalam pendidikan karakter
santri di era milenial dengan pokok permasalahan berupaya untuk memadukan antara sains
dan agama, tak harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukan, karena identitas
atau watak dari masing-masing kedua entitas itu tak mesti hilang dan harus tetap
dipertahankan.

1
Suriasumantri, Jujun S. "Filsafat ilmu." Jakarta: Pustaka Sinar Harapan (2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

A. Ap aitu Integrasi sains dan islam ?


B. Bagaimana cara implementasi integrasi sains dan islam dalam Pendidikan karakter
santri di era milenial saat ini ?
C. Bagaimana pandangan/argumen kita sebagai generasi saat ini mengenai integrasi sains
islam dalam pendidikan karakter santri di era milenial ?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini akan menyelami dengan mendalam mengenai:

1. Untuk mengetahui definisi dari integrasi sains islam di era milenial pada santri.
2. Untuk mengetahui sebab dan alasan integrsi sains dan islam dalam karakter santri di
era milenial yang perlu dilakukan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Integrasi Islam Dan Sains

Diskursus mengenai integrasi antara sains dan agama kembali marak dibicarakan
belakangan ini, Dalam membicarakan persoalan sains dan agama, kita akan sampai pada
pembahasan mengenai interaksi sains dan agama pada level simbolik sekaligus maknawi.
Secara geneologis kita dapat melihat kompleksitas interaksi sains dan agama pada perdebatan
antara dimensi keimanan yang dipahami secara tekstual dan paham ilmu yang meminggirkan
doktrin agama, karena kerap dianggap tidak sesuai dengan dalil-dalil akal sehat. Padahal ilmu
dan agama lahir dari rahim yang sama yaitu wilayah “pengalaman” kemanusiaan.
Pengalaman yang dimaksud bisa bersifat hushuli maupun hudhuri.2
Ilmu sains dan Islam seharusnya memiliki kesimbangan dalam mempelajari dan
mengaplikasikan nya karena kedua ilmu tersebut saling membutuhkan dna saling bermanfaat
untuk menghadapi kehidupan sekarang ini. Jika berbicara sains maka yang terlinta hanya
pengetahuan secara holistik. Sains dan Agama memiliki kerangka materi yang berbeda
namun saling keterikatan dan keterkaitan dengan nilai-nilai agama. Sebab, realitas
menunjukkan bahwa para ahli ilmu dan teknologi (saintis) tidak membekali dirinya dengan
ilmu-ilmu agama sehingga justru ilmu pengatahuan yang diperoleh menghancurkan dirinya
sendiri. Sains semakin dicari atau dipelajari maka tidak akan ada habisnya karena sains
adalah ilmu yang selalu berubah mengikuti pola kehidupan dan mengikuti perkembanagan
teknologi.Ilmu Pengetahuan agar memiliki jiwa dalam pendidikan maka jangan
meninggalkan sains dan agama, praktik pendidikan Islam harus mengembangkan intergarsi
ilmu yang menjadikan pendidikan lebih menyeluruh, karena pada hakikatnya, Islam tidak
pernah mengenalkan istilah dualisme- dikotomik keilmuan. Ilmu sains dan agama
ditempatkan pada posisi dan porsi yang berimbang sebagaimana firman Allah SWT :

‫َتْبِغ اْلَفَس اَد‬ ‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخ َر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْيَك َو اَل‬
‫ُيِح ُّب اْلُم ْفِس ِد ْيَن‬ ‫ِفى اَاْلْر ِۗض ِاَّن َهّٰللا اَل‬

2
Arifudin, Iis. "Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan Islam." Edukasia Islamika:
Jurnal Pendidikan Islam 1.1 (2016): 161-179.
yang artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugrakan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.3”Rasulullah SAW dalam hadistnya bersabda:
“barang siapa ingin merengkuh (mencapai kepentingan) dunia, maka dengan ilmu. Barang
siapa ingin merengkuh akhirat, maka dengan ilmu dan barang siapa yang ingin merengkuh
dua-duanya maka dengan ilmu.”Dari hadist tersebut dijelaskan secara tegas Nabi menyatakan
bahwa umat Islam dapat meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat maka
wajibmempelajari ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan sains maupun ilmu pengetahuan
agama. Karena dalam mempelajari kedua ilmu tersebut maka manusia akan selamat dunia
ada akhirat dan bagi siapa yang mempelajari ilmu dan mengamalkan nya akan medapat
keanugraan yang berlipat ganda.Gagasan intergrasi (nilai-nilai Islam dan sains) suatu konsep
yang “usang” untuk dibahas ulang, mengingat dikotomi sudah mengakar sejak abad
pertengah an yang lalu. Namun, perkembanga nya gagasan-gagasan untuk mengkaji lebih
dalam mampu memberispektrum yang sangat luas, bahkan menjadi sesuatu yang menarik
untuk dikaji dan dicermati secara kritis. Sehingga masalah dikotomi ilmu diharapkan tidak
berimplikasi lebih luas dalam pelaksanaan pendidikan Islam terutama di tengah upaya umat
Islam untuk melakukan pembaharuan guna memperbaiki mutu pendidikan Islam yang masih
tertinggal dan termarginalkan.4

Integrasi Ilmu merupakan satu dari usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam
mewujudkan integrasi Islam dan Sains di lingkungan pendidikan terutama dalam pendidikan
Islam dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.5

a. Menjadikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama Ilmu Al-Qur’an dalam
pengintegrasian ilmu ini diposisikan sebagai sumber utama atau landasan dasar bagi
pencapaian ilmu umum yang diperoleh dari hasil observasi, eksperimen, dan penalaran logis
yang kedudukannya sebagai sumber pendukung dalam rangka menambah keyakinan terhadap
Allah melalui sumber utama yakni Al-Qur’an.

3
Qs. Al-Qashash: 77.
4
Chanifudin, Chanifudin, and Tuti Nuriyati. "Integrasi Sains dan Islam dalam Pembelajaran." Asatiza 1.2 (2020):
212-229.
5
Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang
Press, 2006), h.65.
a. Memperluas batas materi kajian Islam dan Menghindari dikotomi ilmu karena itu tidak
ada dikotomi dalam Islam karena semua llmu itu penting untuk dipelajari agar
menjalankan kehidupan dengan baik.
b. Menumbuhkan pribadi yang berkarakter Ulil Albab. Ulil Albab adalah orang yang benar-
benar mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami fenomena alam
sehingga dapat memahami sampai pada bukti-bukti keesaan dan kekuasaan sang Maha
pencipta yakni Allah swt.6
c. Menelusuri ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang sains. Menelusuri ayat-
ayat Al-Qur’an merupakan bentuk langkah yangsangat vital untuk terintegrasinya sains
dan Islam. Seterusnya bahwa sumber yang relevan dengan ilmu sangat pesat
berkembang.
d. Mengembangkan kurikulum pendidikan di lembaga pendidikan.Berdasarkan hasil kajian
beberapa ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan bahwa segala
macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan moral, krisis spiritual. Untuk
mewujudkan insan yang mempunyai kedalaman spiritual, keagungan akhlaq, keluasan
intelektual dan kematangan professional, akan dapat dicapai secara utuh jika
terpadu/terintegrasi nya ilmu sains dan Islam dalam proses pembelajaran. Melalui
pembelajaran terpadu dan integrative tersebut, suatu masalah yang menggejala tidak bisa
disalahkan kepada guru tertentu.

Menurut pandangan saya tentang integrasi sains islam dalam pendidikan karakter
sanrti di era milenial bahwa menuntut ilmu itu wajib untuk seorang manusia yang udah di
karuniyai akal oleh allah SWT, meskipun menggunakan media sosial. Dan Sebagaimana Ibnu
Majah berkata:

‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِرْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬.

Yang artinya “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”.7

Dan sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang
harus kita lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan
firman Allah Ta ‘ala :

6
Chanifudin, Chanifudin, and Tuti Nuriyati. "Integrasi Sains dan Islam dalam Pembelajaran." Asatiza 1.2 (2020):
212-229.
7
(HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani
dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).
‫ِإَّنَم ا َك اَن َقْو َل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِإَذ ا ُدُعوا ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه ِلَيْح ُك َم َبْيَنُهْم َأْن َيُقوُلوا َسِم ْعَنا َو َأَطْعَناۚ َو ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada
Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka
hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah
orang-orang yang berbahagia.8

Seperti kita menghargai waktu untuk melaksanakan shalat, demikian juga seharusnya
kita memberikan perhatian serupa terhadap peningkatan ilmu pengetahuan. Ketika waktunya
tiba untuk belajar, kita sebaiknya memberikan prioritas, bahkan jika tengah sibuk dengan
pekerjaan lain. Seperti dalam shalat yang memerlukan khusyu dan dedikasi, belajar pun
memerlukan komitmen dan kesungguhan agar dapat memberikan manfaat spiritual dan
intelektual.

8
(QS. An-Nuur [24]: 51).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa kini, diskusi seputar integrasi antara sains dan agama kembali menjadi
topik yang hangat diperbincangkan. Dalam konteks perbincangan mengenai sains dan agama,
integrasi antara sains dan Islam mencerminkan usaha untuk menyelaraskan dan
menggabungkan pandangan ilmiah dengan prinsip-prinsip Islam. Secara keseluruhan,
hubungan yang harmonis antara sains dan Islam dapat menghasilkan pemahaman yang lebih
menyeluruh terhadap alam semesta dan kehidupan. Ketika konsep-konsep sains
diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, ini tidak hanya membuka wawasan lebih dalam
terkait penciptaan dan tujuan hidup, tetapi juga mengarah pada pemahaman etika dalam
eksplorasi ilmiah. Oleh karena itu, integrasi ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan
pengetahuan, tetapi juga memberikan dorongan bagi pertumbuhan spiritual dan moral, serta
membentuk masyarakat yang lebih beradab dan seimbang secara menyeluruh.
B. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami dalam penulisan makalah ini.Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. "Filsafat ilmu." Jakarta: Pustaka Sinar Harapan (2007).

Arifudin, Iis. "Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan Islam." Edukasia Islamika:
Jurnal Pendidikan Islam 1.1 (2016): 161-179.

Qs. Al-Qashash: 77.

Chanifudin, Chanifudin, and Tuti Nuriyati. "Integrasi Sains dan Islam dalam Pembelajaran." Asatiza 1.2 (2020):
212-229.

Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang
Press, 2006), h.65.

Chanifudin, Chanifudin, and Tuti Nuriyati. "Integrasi Sains dan Islam dalam Pembelajaran." Asatiza 1.2 (2020):
212-229.

(HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih
al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).

(QS. An-Nuur [24]: 51).

Anda mungkin juga menyukai