Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Empat Pilar Filosofi Integrasi Ilmu UIN Antasari

( Integrasi Dinamis Islam-Sains dan Integrasi Islam-Kebangsaan )

Dosen Pengampu : Halimatus Sakdiah, S.Ag., MSi

Disusun oleh :

Faujan Dahuri : 220104010186

Karimatuzzahra : 220104010185

Nazwabela : 220104010163

Rani Puspita : 220104010142

Tahfazani Azmi : 220104010206

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehinggakami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Empat Pilar Filosofi Integrasi
Ilmu UIN Antasari ( Integrasi Dinamis Islam-Sains dan Integrasi Islam-Kebangsaan )’’
dengan tepat waktu, mungkin tanpa pertolongan Tuhan kami tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat, pengikut beliau hingga yaumil
kiamat.

Makalah ini disusun guna menyelasaikan tugas kelompok dari mata kuliah Pengantar
Integrasi dengan dosen pengampu Ibu Halimatus Sakdiah, S.Ag., M.Si Kami menyadari
penulisan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan serta kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
pembaca akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banjarbaru, 14 November 2022

Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...................................................................................... ....................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ....................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. ....................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. ....................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. ....................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... ....................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... ....................... 3

A. Integrasi Dinamis Sains-Islam........................................................... ....................... 3


B. Integrasi Islam Kebangsaan............................................................... ....................... 4
C. Contoh Integrasi Dinamis Sains-Islam .............................................. ....................... 6
D. Contoh Integrasi Islam Kebangsaan .................................................. ....................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... ....................... 9

Kesimpulan ................................................................................................... ....................... 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ....................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perubahan budaya dan politik yang semakin cepat dan
kompleks, berbagai teori dan metodologi ilmu-ilmu sosial dan humaniora telah di kaji
dan digunakan dalam rangka memperkaya kajian-kajian keislaman agar lebih
konsektual dan relevan sesuai dengan tuntunan zaman. Perjumapaan semakin akrab
dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora itu, lama kelamaan semakin menyadarkan
aktivitas akademika, bahwa dikotomi ilmu , yang membedakan ilmu agama dan ilmu-
ilmu lainnya.
Dikotomi ilmu yang berpijak pada pandangan dunia yang sekuler, memiliki
akar sejarah yang cukup lama di dalam negeri ini, terutama sejak era kolonialisme
belanda. Semakin dengan perjalanan waktu keterpisahan yang dikotomis itu perlahan-
lahan semakin mendekat dan tumbuhlah kesadaran akan perlunya memadukan dan
mengintegrasikannya. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas topik
tetang integrasi dinamis islam-sains, integrasi islam kebangsaan berserta contoh-
contohnya.

1
B. Rumusan Makalah
1. Apa yang di maksud dengan integrasi dinamis Islam-sains dengan keterkaitan filosofi
integrasi UIN antasari
2. Apa yang dimaksud dengan integrasi Islam kebangsaan dengan keterkaitan filosofi
integrasi UIN Antasari
3. Contoh integrasi Islam-sains dengan keterkaitan filosofi integrasi UIN Antasari
4. Contoh integrasi Islam kebangsaan dengan keterkaitan filosofi integrasi UIN Antasari

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami dan mengetahui apa yang di maksud dengan integrasi dinamis Islam-
sains dengan keterkaitan filosofi integrasi UIN antasari
2. Memahami dan mengetahui Apa yang dimaksud dengan integrasi Islam kebangsaan
dengan keterkaitan filosofi integrasi UIN Antasari
3. Mengetahui contki integrasi Islam-sains dengan keterkaitan filosofi integrasi UIN
Antasari
4. Mengetahui contoh integrasi Islam kebangsaan dengan keterkaitan filosofi integrasi
UIN Antasari

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Integrasi Dinamis Islam-Sains

Sebelum kita membahas Integrasi dinamis Islam-Sains, kita harus mengetahui


definisi dari kata integrasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau biasa dikenal
KBBI, integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Integrasi ilmu secara Etimologis, merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris
Integrate;Integration yang berarti menyatu padukan; penggabungan, atau penyatuan
menjadi satu kesatuan yang utuh, pemaduan.1 Adapun secara Terminologis, intergrasi
ilmu adalah pemanduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepanduan ilmu,
dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu yang
bercorak agama.2

Ide pengintegrasian ilmu dikembangkan pertama kali oleh Muhammad Natsir.


Beliau melihat bahwa mereka yang hanya mempelajari ilmu agama dan yang hanya
mempelajari ilmu dunia sama-sama jauh dari agamanya. Sebab didalam Al Qur’an
surat Al Qashash ayat 77 yang artinya “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa
yang telah di anugerakan Allah kepada mu, tetapi janganlah kamu lupakan bagian mu
di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepada mu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi”. Dari ayat di atas tadi
Allah SWT memerintahkan kita agar hidup seimbang.

Dengan demikian Integrasi adalah keterpaduan antara nilai-nilai agama (dalam


hal ini Islam), dengan ilmu pengetahuan pada umumnya. Sejarah dan gagasannya
terhadap pendidikan islam ini adalah salah satu bunyi pidato Mohammad Natsir dalam
bidang pendidikan yang beliau sampaikan pada rapat Persatuan Islam di Bogor, 17
Juni 1934. Beliau berpendapat bahwa pendidikan bukanlah bersifat parsial akan tetapi
pendidikan adalah universal, yang di mana mencangkup adanya sains dan agama.

1
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) hlm. 39.

2 Bastaman, Hanna Djumhana, Intergrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Yayasan Insan
Kamil dan Pustaka Pelajar, 1986) hlm 9.

3
Sains dan agaman merupakan dua entitas yang sama-sama telah mewarnai
sejarah kehidupan umat manusia. Sebab, keduanya telah berperan penting dalam
membangun peradaban. Dengan lahirnya agama tidak saja telah menjadikan umat
manusia memiliki iman,tapi hal lain yang tidak bisa dipandang sebelah mata adalah
terbangunnya manusia yang beretika, bermoral dan beradab yang menjadi pandangan
hidup bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia. Sementara sains dengan puncak
perkembangan yang telah dicapai, juga telah menjadikan kemajuan dunia dengan
berbagai penemuan yang gemilang.

Namun, sepanjang sejarah kehidupan umat manusia itu pula, hubungan sains
dan agama tak bisa dikatakan harmonis. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai persamaan dan perbedaan sains dan agama. Integrasi Sains-Islam pada
hakekatnya bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana terjadi pada
masa-masa ilmuwan Islam hidup di masa lampau. Integrasi Sains-Islam juga
merupakan manifestasi penghilangan dikotomi antara agama dengan sains.

Integrasi bukan sekedar menggabungkan pengetahuan sains dan agama atau


memberikan bekal norma keagamaan yang sangat dominan. Lebih dari itu, integrasi
adalah upaya mempertemukan cara pandang, cara bepikir dan cara bertindak antara
sains dan Islam.Integrasi juga memiliki pemikiran ekslusif Islam dengan pemikiran
sekuler Barat, sehingga dihasilkan pola dan cara pikir seseorang tentang keilmuan baru
yang utuh dan modern.

B. Integrasi Dinamis Islam-Kebangsaan

Relasi Agama (Islam) dengan negara senantiasa menuai perdebatan yang tidak
ada habisnya. Sejak jauh sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini tema tersebut
senantiasa ramai diperbincangkan. Tidak hanya diperbincangkan namun sebagian
kalangan sudah mulai membuat gerakan yang memuat ide pendirian khilafah
islamiyah, ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam dengan berbagai
aturanya pun harus mengacu pada hukum Islam.

Setidaknya ada tiga macam respon dalam menaggapi relasi Islam dengan
Negara menurut Gus Dur, yaitu respon integrative,respon fakultatif, dan respon
konfrontatif. Respon integratif, berarti Islam sama sekali dihilangkan kedudukan
formalnya dan umat Islam tidak menghubungkan ajaran agama dengan urusan negara.
Sedangkan sikap responsif fakultatif berarti jika kekuatan gerakan Islam cukup besar

4
di parlemen maka mereka akan berusaha membuat perundang-undangan yang sesuai
dengan ajaran Islam. Kalau tidak, mereka juga tidak memaksakan, melainkan
menerima aturan yang dianggap berbeda dari ajaran Islam. Dan sikap konfrontatif,
merupakan sikap penolakan tanpa kompromi terhadap kehadiran hal-hal yang
dianggap tidak islami.3

Dengan adanya tiga macam respon terhadap relasi Islam dengan negara,
penulis menilai bahwa para pendiri bangsa lebih memilih sikap yang pertama, yaitu
respon intergatif. Sehingga Islam semestinya menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan
Islam,bukan sekedar memperlihatkan simbol/formalisasi Islam, melainkan Islam
harus lebih berfungsi nyata dalam kehidupan umatnya. Ketika sikap tersebut sudah
menjadi pilihan yang paling realistis, dan sudah termanifestasikan dan sistem Negara,
maka sebagai warga negara semestinya mentaati apa yang telah menjadi keputusan
tersebut.
Dengan tanpa menghilangkan sikap kritis, agar negara (pemerintah) juga
berjalan sesuai dengan koridor yang telah digariskan. Keputusan-keputusannya harus
senantiasa dijaga, seperti Pancasila, UUD 1945, Bhineka tunggal ika dan NKRI
merupakan keputusan yang sudah Final. Indonesia bukanlah negara sekuler, yang
secara jelas memisahkan urusan agama dengan negara. Indonesia juga bukan negara
agama, yang menjadikan hukum Islam secara legal formal menjadi hukum negara.
Indonesia merupakan negara religious yang memposisikan agama (Islam) sebagai
etika sosial. Dengan menjadikan Islam sebagai etika sosial berarti telah menjadikan
Islam sebagai salah satu alternative untuk menghindarkan benturan agama dengan
modernisasi atau pembangunan bangsa.
Nilai-nilai agama Islam akan mendukung tegaknya konstruk ke indonesian
yang adil, egaliter dan demokrasi.4 Yang kedepannya akan melahirkan sikap toleransi
dan hidup yang harmonis antar umat beragama, mengingat Indonesia merupakan
Negara yang multikultur dan sangat plural. Islam pun sesungguhnya tidak mengenal
pembagian wilayah yang jelas antara urusan politik dan agama, bahkan Islam tidak
pernah lepas dari politik.

3 Samud, 2016: viii

4 Samud, 2016:34-35

5
Konteks sejarah Islam menunjukkan bahwa agama itu lahir sebagai protes
terhadap ketidakadilan ditengah masyarakat komersial Arab pada saat itu. Sehingga
alQur’an secara jelas memberikan dorongan untuk peduli terhadap hak-hak asasi
manusia dan melindungi mereka dari manipulasi yang datang dari kelas-kelas
5
masyarakat yang lebih kuat. Fakta historis ini merupakan alasan mengapa Islam
memusatkan perhatiannya pada signifikansi nilai-nilai moral dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga Islam tidak mempunyai seperangkat teori-teori politik yang
kohern atau teori pemerintahan yang lengkap, tetapi Islam hanya dapat digunakan
untuk membangun kerangka atau persepsi yang lebih tepat tentang kehidupan yang
baik dengan suntikan moral.
C. Contoh Integrasi Dinamis Islam-Sains
Ilmu sains tergolong dalam kumpulan sains terapan yang dikaitkan dengan
teori dan dasar untuk menciptakan suatu hasil atau sesuatu yang dapat member
manfaat kepada manusia. Jelasnya sains merupakan pemahaman ilmu tentang
fenomena fisik yang sesuai dengan perspektif islam yang digunakan di dalam
teknologi dengan menggunakan kaidah yang paling efisien dan tepat di dalam
mengkaji ilmu pengetahuan.
Tujuan sains dalam perspektif agama adalah untuk mengetahui watak sejati
segala sesuatu sebagaimana yang telah diberikan tuhan dan memperlihatkan kesatuan
hukum alam, hubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan
prinsip ilahiah. Prinsip ilahiah (ayat-ayat kauniyah) yang terkandung dalam Al-qur’an
dan Sunnah lebih istimewa dari mukjizat nabi-nabi sebelumnya dapat dinikmati dari
zaman Rasulullah saw sampai akhir jaman. Prinsip ilahiyah inilah yang meliputi
bidang kajian ilmu pengetahuan dan ilmu sosial hingga ilmu alam yang bersifat
empiris, prinsip ini sesuai dengan perubahan jaman yang mengagungkan kecerdasan
akal serta sains dan teknologi.
Seperti proses penciptaan jagat raya yang di mana dalam sebuah teori barat
modern, yang dikenal juga dengan teori the big bang theory (teori ledakan besar) yang
menyatakan bahwa alam semesta (galaxies) yang ada sekarang adalah hasil suatu
ledakan besar dari satu pusat (nebula utama). Dari teori ini kita mengetahui tidak ada
perbedaan antara penemuan ini dengan intruksi al-quran yang turun berabad-abad
sebelum di temukan the big bang theory, Allah SWT telah menggambarkan bagaimana

5 Samud,2016: 35

6
proses penciptaan alam semesta dan kemudia menginformasikan bahwa akan
terjadinya hari kiamat. Dalam firman Allah SWT Q.S Al-Anbiyah 21:30 yang artinya
“Dan apakah orang-orang kafir, tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami ciptakan yang hidup.
Maka mengapakah mereka juga tidak beriman”
(ingatlah) pada hari kami menggulung langit seperti menggulung lembaran
kertas...”(Q.S Al-Anbiya 21:104). Dari ayat tadi dijelaskan bahwa keadaan langit pada
hari kiamat itu hampir sama dengan teori “menggukung langit” yang di mana seorang
astronomi barat yang menyatakan bahwa semua bahan di alam semesta akan kembali
menuju suatu pusat yang sama bernama black hole. Oleh karena itu sejarah telah
mencatat bahwa ledakan ilmu yang pertama dalam sejarah manusia terjadi dalam
peradaban islam. Peradaban islamlah yang pertama kali meletakan dasar ilmu
pengetahuan yang menggunakan kaidah logis,sistemastis dan eksperimental.
D. Contoh Integrasi Islam Kebangsaan
Sebagai seorang mahasiswa sangat penting menyadari bahwa dalam perjalanan
sejarah bangsa kita, pernah terjadi ketegangan, bahkan kontradiksi antara kelompok
yang mengusung Islam dan kelompok yang menginginkan kebangsaan sebagai dasar
negara. Dua kelompok ini akhirnya dapat berkopromi dalam sebuah rumusan yang
menjadi sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan sila ini,
maka Indonesia tidak menjadi negara sekuler, tidak pula menjadi negara Islam, tetapi
menjadi negara yang multi-relijius.
Sejarah menunjukkan bahwa kompromi awal ini sempat dipersoalkan lagi
beberapa kali, bahkan hingga menjelma dalam bentuk konflik yang berdarah-darah.
Hingga sekarang pun, gerakan-gerakan Islam radikal yang anti-pancasila dan anti-
demokrasi masih berkembang. Oleh karena itulah, pentingnya menekankan
pentingnya integrasi Islam dan kebangsaan dalam orientasi kajian-kajian ilmiahnya
agar radikalisme dapat disingkirkan. Semua kajian ilmiah yang dilaksanakan, harus
sejalan dengan amanat Pembukaan UUD1945, yang bercita-cita ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan menjaga perdamaian dunia.
Semua kegiatan pendidikan juga harus mengacu kepada Undang Undang
Sisdiknas, dan peraturan-peraturan pemerintah lainnya. Semua ini dilakukan dengan
penuh kesadaran bahwa nilai-nilai Islam adalah sejalan dengan nilainilai Pancasila,
yang menjadi dasar bagi semua undang undang dan peraturan yang dibuat DPR dan
pemerintah Selain orientasi kajian-kajian ilmiahya, integrasi islam dan kebangsaan
7
tersebut, lebih diperdalam lagi dengan membagun kesadaran atau kesatuan daam
keragaman,yang dalam slogan kebangsaan kita disebut “Bhinneka Tunggal Ika” tak
dapat dipungkiri bahwa bangsa kita adalah bangsa yag amat majemuk,yang terdiri dari
ratusan suku dan hidup di pulau-pulau yang terpisah, dan memeluk berbagai macam
agama. Meskipun
Islam mengajarkan bahwa perbedaan adalah kehendak Tuhan. Karena itu,
manusia tidak bisa menyeragamkan atau menghapus perbedaan. Tuhan menciptakan
manusia bersuku-suku dan berbangsabangsa, agar mereka saling mengenal, dan
berlomba-lomba berbuat kebaikan. Dengan demikian, yang menjadi soal bukan
bagaimana kita menghapuskan, melainkan bagaimana kita mengelola perbedaan itu,
sehingga menjadi rahmat, bukan laknat. Dengan mengintegrasikan Islam dan
kebangsaan,maka dapat akan menanamkan sikap yang positif terhadap perbedaan, dan
berusaha mengelola perbedaan itu secara damai dan berkeadilan.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Integrasi ilmu secara Etimologis, merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris
Integrate;Integration yang berarti menyatu padukan; penggabungan, atau penyatuan
menjadi satu kesatuan yang utuh, pemaduan. Adapun secara Terminologis, intergrasi
ilmu adalah pemanduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepanduan ilmu,
dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu yang
bercorak agama. Dengan demikian Integrasi adalah keterpaduan antara nilai-nilai
agama (dalam hal ini Islam), dengan ilmu pengetahuan pada umumnya. integrasi
adalah upaya mempertemukan cara pandang, cara bepikir dan cara bertindak antara
sains dan Islam.Integrasi juga memiliki pemikiran ekslusif Islam dengan pemikiran
sekuler Barat, sehingga dihasilkan pola dan cara pikir seseorang tentang keilmuan baru
yang utuh dan modern.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, & Djumhana, H. (1986). Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Belajar.

Echols, J. M., & Shadily, H. (2003). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama .

10

Anda mungkin juga menyukai