MAKALAH
Oleh:
Kelompok 1 :
SAHIDUL ANAM (NIM/NIRM: 1925.0059/0705.1901053)
AGUS TIO BAKTI (NIM/NIRM: 1925.0003/0705.1901.003)
ERIK PALINTINO (NIM/NIRM: 1925.0025/0705.1901013)
HERU HIDAYAT (NIM/NIRM: 1925.0020/0705.1901020)
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya kepada kita semua, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan. Sholawat
serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi seluruh alam, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kiamat nanti. Makalah ini penulis buat
untuk menyelesaikan tugas makalah dengan judul Relasi Sains dan Agama.
Semoga makalah ini memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu
pengetahuan kita semua. Hanya kepada Allah penulis mohon ampun dan kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kita diberi syafa’at di hari kiamat nanti. Amiin..
ii
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
ABSTRAK
Relasi antara sains dengan agama dewasa ini harus disesuaikan serta disejajarkan
karena kehidupan sosial menjadikan dirinya memiliki kemampuan
mengaplikasikan apa yang harus dilakukan dalam setiap aspek kehidupan. Sains
dan agama ditafsirkan sebagai dua bahasa yang tidak saling berkaitan karena
fungsi masing-masing berbeda. Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap
individu untuk menghadapi zaman yang erat dengan persaingan ini, tak terkecuali
kaum muslimin. Karena dengan sains, seseorang bisa dihormati dan diakui
keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga menjadi salah satu indikator
kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang kehidupan
memerlukan sains.
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk
menghadapi zaman yang erat dengan persaingan ini, tak terkecuali kaum
muslimin. Karena dengan sains, seseorang bisa dihormati dan diakui
keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga menjadi salah satu
indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang
kehidupan memerlukan sains.
Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan
pertentangan dan ketidaksesuaian Banyak kalangan yang berusaha mencari
hubungan antar keduanya. Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains
tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda,
memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material
(ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan
(aksiologi).
Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa
Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan
agama (kitab suci). Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan
teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab
Suci)”. Yang menjadi pemasalahannya adakah titik temu antara agama dan
sains.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian sains?
2. Apa Pengertian agama?
3. Bagaimana hubungan sains dan agama?
4. Bagaimana pandangan islam terhadap sains?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian sains.
2. Mengetahui pengertian agama.
3. Mengetahui hubungan sains dan agama.
4. Mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap sains.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains
Kata sains berasal dari kata science, scienta, scine yang artinya
mengetahui. Dalam kata lain, sains adalah logos, sendi, atau ilmu. “Sains dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebanaran
berdasarkan fakta atau fenomena alam”.1
Jadi “ilmu pengetahuan (sains) adalah himpunan pengetahuan
manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau
dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai
kumpulan rasionalisasi kolektif insani atau sebagai pengetahuan yang sudah
sistematis”.2
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dijelaskan sains
adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi,
penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip
sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri, penerjemahan kata sciene menjadi
ilmu atau ilmu pengetahuan memiliki masalah yang pokok. Selanjutnya, ia
mengusulkan kata padaan untuk ilmu adalah knowledge, “sedangkan science
adalah ilmu pengetahuan”.3
B. Pengertian Agama
Dalam masyarakat Indonesia selain kata agama, dekenal pula kata
din berasal dari Bahasa Arab dan kata religi dari Bahsa Eropa, sedangkan
agama berasal dari Bahasa Sansekerta.
Istilah agama sendiri berasal dari bahasa sanskerta. Ada pendapat
yang menyatakan bahwa kata agama tersusun dari dua kata a berarti tidak, dan
gam artinya pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Menurut Harun
1
Eggi Sudjana, Islam Fungsional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 3-4
2
Achmad Wahyuddin dkk., pendidikan agama islam, (Surabaya: PT. Grasindo,
2009), hlm. 82
3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1984), hlm. 291
4
Nasution, “agama memang mempunyai sifat yang demikian. Ada lagi pendapat
yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agama
memang mempunyai kitab-kitab suci”.4
Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Menurut Emile Durkheim suatu sistem interpretasi terhadap dunia
yang mengartikulasikan pemahaman diri dan tempat serta tugas masyarkat
dalam alam semesta.
Menurut Insklopedi Indonesia I (Ed. Hasan shadily), istilah agama
berasal dari bahasa sangsakerta: a berarti tidak, gama berarti pergi atau jalan
dan yang a berarti bersifat atau keadaan. Jadi, agama berarti bersifat atau
keadaan tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah. Maka, agama adalah
pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal.
Menurut Sidi Gazalba (1991) “agama adalah kepercayaan pada
hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib,
hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap
hidup berdasarkan doktrin tertentu”.5
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press,
1985), hlm. 9
5
Achmad Wahyuddin dkk., pendidikan agama islam, hlm.12
5
6
M. Abdullah Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif
Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 92
7 Ian G. Barbour, ]uru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama, (Bandung:
Mizan, 2002), hlm. 40-42
6
)٥( ) َعل َّ َن اإل ًْ َساىَ َها لَ ْن ٌَ ْعلَ ْن٤( الَّ ِذي َعلَّ َن بِ ْالقَلَ ِن
ِ ٌَّاب ال
)١٩١( ار َ اطال ُسب َْحاًَكَ فَقٌَِا َع َذ
ِ َهَ َذا ب
9
8 Lilis Fauziyah R.A. dan Andi Setyawan, Kebenaran al-Qur’an dan Hadits,
(Solo: Tiga Serangkai, 2009), hlm. 114
11
konteks etika Islam. “Sifat dasar dan jenis sains ini harus jauh berbeda dari
sains Barat”.9
Tapi, untuk mendapatkan bentuk sains yang seperti ini, hampir
tidak mungkin, bila dilihat dari kesadaran dan pemahaman kaum Muslimin
sekarang. Bila dilihat, mereka lebih banyak meniru dan menganut pendapat-
pendapat ilmuwan Barat, yang sudah jelas-jelas salah. Ini sangat ironis, karena
Islam yang dulu pernah menguasai ilmu pengetahuan dunia, kini malah meniru
dan berkiblat kepada sains Barat, tanpa berusaha mencari kebenaran sains yang
hakiki.
Dalam memecahkan masalah ini, penulis perlu memaparkan bahwa
Islam adalah sebuah sistem agama, kebudayaan, dan peradaban secara
menyeluruh. Ia merupakan sistem holistik dan nilai-nilainya menyerap setiap
aktivitas manusia, yang tentunya sains termasuk di dalamnya. Dan bila diulas
kembali makna sains sebagai metode yang rasional dan empiris untuk
mempelajari fenomena alam, maka menggali ilmu sains dalam Islam adalah
satu-satunya cara untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang
Sang Pencipta, dan menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat Islam. Ia
sendiri tidak akan berakhir. Oleh karena itu, sains tidak dipelajari untuk sains
itu sendiri, akan tetapi untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. dengan mencoba
memahami ayat-ayatNya.
Dalam dunia sains, konsep sains seperti ini sering disebut sebagai
konsep sains Islam, yang notabennya adalah ilmu sains yang dalam
mempelajarinya tidak akan pernah bertentangan dengan hukum dan ajaran
Islam. Karena sains itu sendiri dijadikan sarana untuk beribadah kepadaNya,
Sang Maha Pemilik Ilmu. “Penerapan sains Islam akan menciptakan suasana
yang menggugah ingatan kita kepada Allah, mendorong perilaku yang sesuai
dengan ketentuan syariat, dan mengingatkan nilai-nilai konseptual yang ada
dalam al-Qur’an”.10
9
Nasim Butt, Sains dan Masyarakat Islam (Diterjemahkan oleh Masdar Hilmy
dari Buku Science and Muslim Society) (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), hlm. 63-64
10
Ibid,hlm. 92
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Relasi sains dan agama telah menjadi topik yang cukup hangat
dikalangan ilmuwan sejak beberapa abad yang lalu. Pada mulanya relasi sains
dan agama merupakan wacana yang kontroversial di dunia barat. Akan tetapi
kemajuan sains dan teknologi di dunia barat telah memberikan dampak yang
cukup besar bagi masyarakat muslim. Akibatya, kontroversi antara sains dan
agama juga menjadi salah satu isu yang banyak dibicarakan di kalangan sarjana
muslim. Karena, hingga kini masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang
mengatakan bahwa agama dan sains adalah dua entitas yang tidak bisa
dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri terpisah antara
satu dengan lainnya.
B. Saran
Makalah ini tentunya masih banyak sekali kekurangan. Sumber
kritik dari pembacalah tentunya bisa membuat makalah ini lebih baik lagi.
Kritik yang membangun sangat kami nanti-natikan. Karena semakin banyak
ktitik dari pembaca semakin bagus pula makalah tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Barbour Ian G. ]uru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama. Bandung: Mizan,
2002
Butt Nasim. Sains dan Masyarakat Islam. (Diterjemahkan oleh Masdar Hilmy
dari Buku Science and Muslim Society). Bandung: Pustaka Hidayah,
2001
Fauziyah R.A Lilis, dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Qur’an dan Hadits. Solo:
Tiga Serangkai, 2009
Nasution. Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985