Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Sains dalam Tradisi Islam


Dosen Pengampu : Chandra Kartika Dewi. M.Kes

Makalah ini disusun Sebagai Tugas Matakuliah Sains dalam Tradisi Islam
 AMBAR DURROTUL AFIDAH (20105030135)
 MUHAMMAD SAHLAN Y. (20105030127)
 ROMA KHOIRUL ANWAR (20105030144)
 DIHYADHANI ZAYYANZAIRA A. (20105030132)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR’C

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

Sains dalam islam memiliki karakteristik khas yang berbeda secara dasar dengan ilmu-
ilmu yang dikembangkan di Barat, baik landasan, sumber, sarana, dan metodologinya. Dalam
islam sains memiliki landasan yang kokoh melalui al-Qur’an dan Sunnah, bersumber dari alam
fisika dan alam metafisika, diperoleh melalui indra, akal, dan hati. Cakupan ilmunya sangat luas,
tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan duniawi, namun juga terkait dengan permasalahan
ukhrawi. Namun Perdebatan agama dan sains seolah tak kunjung habis-habisnya. Sains dan
teknologi merupakan unsur utama dalam kemajuan peradaban manusia menuju terbentuknya
masyarakat berbasis pengetahuan.
Sebagaimana ungkapan Albert Einstein yang berarti bahwa kehidupan manusia
memerlukan arah dan pedoman. Agama merupakan pedoman dan arah kehidupan. Manusia
sudah pasti tidak hidup tenang tanpa agama. Manusia tidah hidup berkembang tanpa sains.
Agama dan sains saling melengkapi. Manusia juga beriman dengan dasar-dasar sains. Iman dapat
dilengkapi oleh sains, karena sains merupakan matanya iman, dan iman sebagai hatinya sains.
Sains akan sempurna kalua manusia memiliki agama. Agama akan mendalam dan terang bila
diikuti oleh sains. Sains dan agama memberikan kita mata dan hati untuk kita melihat alam.
Keduanya adalah komponen yang tak terpisahkan satu sama lain, untuk mencapai ketenangan
hidup dan melengkapi keperluan jiwa, sehingga manusia itu mencapai hidup yang seimbang.
Sains tidak bertentangan dengan islam, karena falsafah dan dasar-dasar teori serta formula yang
dipakai pleh sains ternyata bersumber dari al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an dan hadits menjadi
asas utama untuk mengembangkan sains dan penerapan sains dalam teknologi.
BAB II

PEMBAHASAN

Sains
Sains atau ilmu dalam pengertian lengkap dan komperhensif, menurut The Liang Gie,
adalah serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan menggunakan berbagai tata cara
sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami,
kemasyarakatan, dan perorangan untuk tujuan meraih kebenaran, pemahaman, penjelasan, atau
penerapan. Kata “Sains” berasal latin, scintia (“science”) yang berarti pengetahuan, sedangkan
pada kelanjutannya berasal dari bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari, mengetahui.
Dalam kajian Gie, istilah “science” dalam literature barat, mengandung lima cakupan, yang
merupakan pertumbuhan kesejarahan dari pemikiran manusia yang saling melengkapi. Bahkan,
bisa dikatakan, dari cakupan satu ke cakupan berikutnya terjadi penegasan makna sehingga
menjadi pengertian ilmu dalam artian dewasa ini. Cakupan ilmu yang pertama dan tertua adalah
sesuai dengan asal usul dari kata “science” yang mengacu pada “pengetahuan semata-mata
mengenai apa saja”. Cakupan kedua, bahwa sesudah abad ke-17 dan memasuki abad berikutnya,
pengertian science mengalami penghalusan dan mengacu pada pengetahuan yang teratur.
Cakupan ketiga, science sebagai ilmu kealaman, yang hingga sekarang masih di pertahankan
oleh sebagian pakar.

Tradisi islam
Tradisi dalam bahasa latin yaitu tradition yang artinya diteruskan, menurut artian bahasa
adalah sesuatu kebiasaan yang berkembang di msyarakat, baik yang menjadi adat kebiasaan, atau
yang diasimilasikan fdengan ritual adat atau agama. Atau dalam pengertian lain yaitu sesuatu
yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompokmasyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun seringkali melalui lisan, karena tanpa adanya ini maka tradisi dapat
punah. Adapun tradisi islam yaitu suatu adat kebiasaan yang didalamnya terdapat nilai-nilai
islam yang terakulturasikan.

Sains dalam Tradisi Islam

Istilah Sains dalam Islam, sebenarnya berbeda dengan sains dengan pengertian barat
modern saat ini, jika sains di Barat saat ini difahami sebagai satu-satunya ilmu, dan agama disisi
lain sebagai keyakinan, maka dalam islam ilmu bukan hanya sains dalam pengertian Barat
modern, sebab agama juga merupakan ilmu, artinya dalam Islam disiplin ilmu agama merupakan
sains. Untuk memahami posisi sains atau ilmu dalam islam, kita harus memahaminya secara
bahasa. Terdapat hubungan yang erat antara ilmu, alam, dan al-Khaliq. Awal kemunculan dan
perkembangan sains di dunia islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah ekspansi islam itu sendiri.
Dalam tempo lebih kurang 25 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (632M). kaum
Muslim telah berhasil menakhlukkan seluruh jazirah Arabia dari selatan hingga utara. Ekspansi
dakwah yang diistilahkan “pembukaan negeri-negeri” itu berlangsung pesat tak terbendung,
bagai diterpa gelombang tsunami, satu persatu, kerajaan demi kerajaan dan kota demi kota
berhasil ditakhlukkan. Maka tak sampai satu abad, pada 750 M, wilayah Islam telah meliputi
hampir seluruh luas jajahan Alexander the Great di Asia (Kaukasus) dan Afrika Utara (Libya,
Tunisa, Aljazir, dan Maroko), mencakup Iraq, Syiria, Palestina, Persia, Mesir, plus semenanjung
Liberia (Spayol dan Portugis) dan India.

Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa konsekuensi, seiring dengan
terjadinya konversi massal dari agama asal atau kepercayaan lokal kedalam Islam, terjadi pula
penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses interaksi yang berlangsung
alami namun intensif ini tidak lain dan tidak bukan adalah gerakan Islamisasi , dimana unsur-
unsur dan nilai-nilai masyarakat lokal ditampung, ditampih, dan disaring dulu sebelum kemudian
diserap. Hal-hal yang yang positif dan sejalan dengan Islam dipertahankan, dilestarikan dan
dikembangkan, sementara elemen-elemen yang tidak sesuai dengan kerangka dasar ajaran islam
ditolak dan dibuang. Dalam proses interaksi tersebut, kaum Muslim terdorong untuk mempelajari
dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang ditakhlukkannya.
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan materi tentang Sains dalam tradisi islam, dapat disimpulkan bahwa
sains dalam tradisi islam memiliki keterkaitan. Meskipun agama dan sains saling bertentangan,
tapi ada timbal balik dan saling ketergantungan yang kuat diantara keduanya. Meskipun memang
agama yang menentukan tujuan-tujuan fundamental bagi manusia, tapi bagaimanapun, agama
telah belajar dari sains , dalam arti luas, tentang sarana-sarana yang berkontribusi pada
pencapaian tujuan-tujuan mendasar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Muhammad Solikhudin,”Rekonsiliasi Tradisi Muslim dan Sains Modern”,


Kontempasi, vol.04, No.02, Desember 2016, di akses
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/kon/article/view/323/257
 Syarif Hidayatullah,”Agama dan Sains : Sebuah Kajian Tentang Relasi dan
Metodologi”, Jurnal Filsafat, Vol.29, No.01 Februari 2019, di akses
http://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/30246
 Muhammad Abduh “Peradaban Sains dalam Islam”, kemenag sumsel
 Abinehisyam’s Blog,” Tradisi dalam Masyarakat Islam”, di akses
http://abinehisyam.wordpress.com
 Albert Einstein,” Sains dan Agama”, circa, juli 2020

Anda mungkin juga menyukai