Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam, sebagai agama yang mencakup dimensi spiritual dan moral, merangkum
pandangan holistik terhadap kehidupan manusia. Di samping fungsi rohaniahnya, Islam
memberikan landasan yang kokoh bagi eksplorasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Al-Qur'an, sebagai petunjuk utama bagi umat Islam, walaupun tidak secara tegas
membahas ilmu pengetahuan, menyajikan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk
merenungkan keajaiban alam dan keteraturan penciptaan Allah. Di sisi lain, Hadis,
sebagai ajaran yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, juga menyelipkan hikmah dan
pengetahuan yang sering sejalan dengan temuan-temuan ilmiah modern.
Mengidentifikasi isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis menjadi suatu
bentuk studi yang dikenal sebagai mukjizat ilmiah. Tujuan studi ini bukanlah untuk
mengubah karakter Al-Qur'an dan Hadis menjadi buku sains, melainkan untuk
menunjukkan keselarasan wahyu Ilahi dengan kebenaran ilmiah yang ditemukan oleh
manusia. Pemahaman mengenai keterkaitan antara agama dan ilmu pengetahuan
memberikan dimensi baru terhadap pemahaman kompleksitas Islam sebagai ajaran.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia berdasarkan dua pedoman
utama, yaitu Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW. Meskipun ilmu pengetahuan atau sains
tidak diuraikan secara rinci dalam ajaran ini, Al-Qur'an dan Hadis mengandung isyarat-
isyarat yang merangsang minat untuk mengembangkan sains, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Keterkaitan erat antara Islam dan sains mencerminkan bahwa keduanya saling
mendukung, membimbing manusia menuju peradaban yang maju, dan memenuhi
kebutuhan spiritual serta material.
Sejarah mencatat kegemilangan umat Islam pada masa lalu, di mana mereka
menjadi pusat peradaban dunia. Keberhasilan ini terkait erat dengan semangat ilmiah dan
eksploratif umat Islam serta ilmuwan-Islam pada masa itu. Meskipun fakta menunjukkan
bahwa umat non-Muslim lebih aktif dalam mengembangkan sains dan teknologi saat ini,
peran Islam dalam sejarah membuktikan potensi besar dalam menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam bersifat komprehensif dan
integratif, menggabungkan ilmu agama dan pengetahuan sebagai anugerah Allah yang
dianjurkan untuk digali dan dikembangkan demi kemajuan umat manusia. Nabi
Muhammad SAW, sebagai penutup rasul, menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi
umat Islam, menerima wahyu ilmiah melalui Al-Qur'an yang membimbing manusia
dalam berbagai aspek kehidupan.
Pentingnya kajian terhadap isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis
semakin relevan dalam konteks kontemporer. Beberapa pemikir dan ilmuwan Muslim
kontemporer, seperti Mehdi Golshani, telah menjelajahi hubungan antara agama dan
sains. Golshani mencetuskan konsep "Sains Islam," yang mencakup pengetahuan tentang
dunia fisik yang terakomodasi dalam pandangan Islam. Upaya pemikir seperti Golshani,
bersama dengan penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba membuktikan kebenaran
isi hadis dari segi sains atau ilmiahnya, menunjukkan adanya ketertarikan dalam
mengintegrasikan ajaran agama dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Beberapa tokoh yang melakukan kajian mengenai sains dalam konteks hadis
mencakup Zaghlūl Rāghīb Muḥammad al-Najjār, Faizin, Erfan Soebahar, Mohd Yusuf
Ismail, dan Abdul Kareem Toure. Upaya mereka untuk mengulas berbagai hadis dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep sains menunjukkan keinginan untuk
menggali potensi ilmiah dalam warisan keagamaan.
Makalah ini bertujuan untuk memotivasi pembaca, terutama Umat Islam, untuk
mendalami isyarat-isyarat sains yang terdapat dalam sabda-sabda Rasulullah. Dengan
meresapi makna-makna tersirat dalam teks-teks suci, diharapkan masyarakat Muslim
dapat lebih mendalami hubungan antara agama dan sains serta memahami pesan ilahi
yang terkandung dalam pengajaran Nabi SAW. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat
menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk mengeksplorasi lebih lanjut isyarat-
isyarat sains yang terkandung dalam hadis Nabi SAW, membuka pintu menuju
pemahaman yang lebih dalam tentang harmoni antara agama dan ilmu pengetahuan.
B. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi dan menjelaskan isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadits. Al-
Qur'an dan Hadits adalah sumber utama ajaran Islam. Banyak ayat dan hadits
yang mengandung isyarat tentang fenomena alam dan hukum sains. Makalah ini
akan mengidentifikasi dan menjelaskan beberapa contoh isyarat sains tersebut
2. Menunjukkan bahwa Islam selaras dengan sains. Beberapa orang mungkin
beranggapan bahwa Islam dan sains bertentangan. Makalah ini akan
menunjukkan bahwa Islam sebenarnya selaras dengan sains. Isyarat sains dalam
Al-Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Pencipta alam
semesta dan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu.
3. Mendorong umat Islam untuk mempelajari sains. Memahami isyarat sains dalam
Al-Qur'an dan Hadits dapat mendorong umat Islam untuk mempelajari sains.
Sains dapat membantu umat Islam untuk memahami ciptaan Allah SWT dan
untuk meningkatkan keimanan mereka.

C. Mamfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman umat Islam tentang Al-Qur'an dan Hadits.
2. Memperkuat keimanan umat Islam kepada Allah SWT.
3. Mendorong umat Islam untuk mempelajari sains.
4. Mendukung dialog antara Islam dan sains.
D.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sains

Perbincangan pada bab tiga ini akan diarahkan kepada integrasi sains dan agama
yang difokuskan pada defenisi sains, pendekatan Al-Qur’an terhadap sains, serta
kedudukan sains dalam Islam serta urgensinya. Menurut Agus Purwanto dalam bukunya
Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al- Qur’an yang Terlupakan, Mizan, Bandung, 2008, jumlah
ayat kauniyah ada 800 ayat. Sementara menurut Syeikh Tantawi, ayat kauniyah
berjumlah 750 ayat. Tidak kalah menariknya adalah, dari 114 surah Al-Qur’an hanya 15
surat yang tidak ada ayat kauniyahnya, hal ini menunjukkan pentingnya ayat kauniyah
bagi kehidupan umat Islam. Oleh sebab itu, sudah saatnya jika para ilmuwan muslim
kembali menggali ayat-ayat kauniyah, melakukan penelitian guna menyingkap mukjizat
sains dalam Al-Qur’an. Sepantasnyalah dalam bidang pendidikan sejak tingkat yang
paling dasar sampai pendidikan tinggi harus mampu mengintegralkan penafsiran ilmiah
Al- Qur’an dengan mata pelajaran yang memiliki keterkaitan, misalnya fisika, biologi,
sejarah dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu, melalui Al-Qur’an memotivasi untuk
melakukan penelitian- penelitian terhadap fenomena alam
Sains menurut bahasa berasal dari bahasa Ingrias science, sedangkan kata science
berasal dari bahasa Latin scientia. Yang berasal dari kata scine yang artinya adalah
mengetahui. Kata sains dalam bahasa Ingris diterjemahkan sebagai al-‘ilm dalam bahasa
Arab. Dari segi istilah sains dan ilmu bermakna pengetahuan namun demikian menurut
Sayyid Hussen Al-Nasr kata science dalam bahasa Inggris tidak dapat diterjemahkan
kedalam bahasa Arab sebagai AlIlm, karena konsep ilmu pengetahuan yang dipahami
oleh barat ada perbedaannya dengan ilmu pengetahuan menurut perspektif Islam.
Ada beberapa pendapat tentang difenisi sains menurut Istilah, namun secara
umum dapat diartikan sebagai keutamaan dalam mencari kebenaran. Di dalam the New
Colombia Encyclopedia, sains diartikan sebagai satu kumpulan ilmu yang sistematis
mengenai metapisik yang bernyawa dan yang tidak bernyawa, termasuk sikap dan
kaedah-kaedah yang digunakan untuk mendapatkan ilmu tersebut. Oleh sebab itu sains
adalah merupakan sejenis aktivitas dan juga hasil dari aktivitas tersebut. Tidak jauh
berbeda apa yang dikatakan oleh R.H.Bube, menurutnya sains adalah pengetahuan yang
berkaiatan dengan alam semula jadi yang diperoleh melalui interaksi akal dengan alam
Berdasarkan defenisi diatas dapat ditegaskan bahwa sains adalah suatu proses
yang terbentuk dari interaksi akal dan panca indera manusia dengan alam sekitarnya.
Dengan arti kata, objek utama kajian sains adalah alam empirik termasuk juga manusia.
Sedangan objek sains yang utama adalah mencari kebenaran

B. Urgensi Sains
Sains dalam pengertian umum yaitu ilmu pengetahuan. Di dalam Al- Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyentuh tengtang Ilmu pengetahuan dan ilmuan, al-
Qur’an sentiasa mengarahkan manusia untuk menggunakan akal fikirannya memerangi
kemukjizatan dan memberi motivasi meningkatkan ilmu pengetahuan. Selain itu Al-
Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmuan. Al-Qur’an menyuruh
manusia berusaha dan bekerja serta selalu berdo’a agar ditambah ilmu pengetahuan.
Sementara itu Rasulullah memberi pengakuan bahwa ilmuan itu merupakan pewaris para
nabi. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah ilmuan
yang mengenali dan mentaati Allah.
Sains dalam pengertian khusus mempunyai peran penting dalam kehidupan
seorang muslim, ia disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan bila
diklasifikasikan maka sains ini termasuk fardu kifayah, karena dapat memberikan
dampak positif bagi peningkatan keimanan seseorang, hal ini dapat dilihat pada beberapa
hal berikut:

a. Memperteguh Keyakinan Terhadap Allah


Terbentuknya alam semesta ini dengan berbagai fenomenanya merupakan kunci
hidayah Allah, demikian dikatakan oleh Sayyid Qutb dalam kitab fi Zilal al-Qur’an.10
Menurut Yusuf Qardhawi, hal tersebut merupakan kitab Allah yang terbentang untuk
manusia membaca kekuasaan dan kebesaran Nya.11 Sekalipun Tuhan merupakan tema
sentral dalam al-Qur’an, namun tidak pernah memberikan gambaran figurative tentang
penciptaan, namun hanya menyebut tanda-tandanya saja. Keadaan seperti ini membawa
implikasi bahwasanya untuk memahami sifat Tuhan , seseorang perlu mengkaji dan
menggenal semua aspek ciptaannya.
Seperti telah dijelaskan sains adalah pengkajian terhadap penomena alam dengan
mengunakan metode ilmiah, sains mempunyai korelasi dengan proses pengenalan
manusia terhadap sifat-sifat Tuhan. Setiap benda dan setiap penomena alam menjadi
bukti kewujudan dan kekuasaan Allah Sains mempunyai peran memperteguh keyakinan
manusia terhadap Allah. Sains telah membuktikan bahwa jagad raya ini bersifat tertib,
dinamis dan segala elemennya saling berkaitan dengan cara yang rapi dan teratur.
Penemuan seperti ini membuktikan kekuasaan Allah sebagai Rab semesta alam

b. Menyingkap Rahasia Tasyri


Sebagian hikmah dan maslahah disebalik disyariatkannya suatu hukum didalam
Al-Qur’an dapat diungkapkan melalui sains. Sains dapat membuktikan bahwa hukum
yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an adalah mengenai realitas kehidupan dan kondisi
alam yang sebenarnya. Sebagai contoh dapat dilihat tentang hukum khamar, Al-Qur’an
mengharamkan karena memberi efek negatif terhadap sistem dan organ tubuh manusia,
dengan menggunakan sains, akan dapat dilihat lebih jelas sejauh mana dampak negatif
yang ditimbulkannya, sehingga pantas diharamkan.
Namun demikian perlu digaris bawahi, bahawa agama tidak boleh hanya
difahami melalui teori sains semata, sebab sikap sains ini tidak sama dengan sikap ibadah
, Tuhan tidak akan dapat dikenali dan agama tidak dapat dihayati hanya dengan teori-teori
sains belaka, namun jika sains dijadi pendukung untuk memahami agama lebih dalam
lagi, tentu akan dapat memberi kesan yang lebih fositif lagi terhadap hukum-hukum
agama serta lebih memberi keyakinan bagi orang Islam untuk mengamalkannya

c. Bukti Kemu’jizatan Al-Qur’an.


Untuk membuktikan kemu’jizatan Al-Qur’an, sains juga dianggap sebagai
sesuatu yang penting, sebab banyak perkara yang waktunya belum samapai telah
disebutkan dalam Al-Qur’an. Ketika Al-Qur’an turun, kondisi manusia untuk memahami
penomena alam yang disinyalis oleh Al-Qur’an belum lagi memadai, hal ini dapat dilihat
tentang asal usul kejadian manusia, seperti yang disinyalis dalam surah al-An’am(6) ayat
2 yang menyatakan manusia berasal dari tanah. Dalam kajian sains, bahwa yang
dimaksud dengan tanah pada ayat tersebut adalah tanah yang terdiri beberapa unsur
tertentu. Menurut analisa kimia terdapat 105 unsur pada tanah yang semuanya ada pada
diri manusia walaupun kadarnya berbeda- beda, selain itu ada unsur-unsur kecil lainnya
yang tidak dapat dideteksi. Oleh sebab itu penemuan sains amat penting untuk
menghayati maha bijaksananya Allah.
d. Menyempurnakan Tanggung Jawab Peribadatan
Dalam menjalani kehidupan manusuia butuh beberapa bantuan, pengetahuan
tentang sains merupakan salah satu yang dibutuhkan, begitu pula dalam hal hubungannya
dengan Allah sebagai tuhan semasta, pengetahuan tentang sains juga dibutuhkan. Shalat
sebagai ibadah yang wajib ditunaikan diperintahkan untuk menghadap kiblat, Untuk
menentukan arah kiblat diperlukan ilmu geografi dan astronomi, begitu juga terhadap
penetuan waktu-waktu menjalankan shalat serta penentuan awal dan akhir bulan
Ramadan. Dengan demikian sains diperlukan dalam ibadah puasa ramadhan.
Dalam masalah zakat pengetahuan tentang matemateka tidak dapat
dikesampingkan begitu saja, begitu juga dengan ibadah haji , diperlukan arah penunjuk
jalan serta transportasi yang dijadikan alat angkutan dari berbagai penjuru dunia menuju
kota Makkah, yang semua itu memerlukan sains. Dengan menggunakan sains para dokter
dapat mendeteksi dan selanjutnya menggobati berbagai macam penyakit dan kesehatan
akan dapat terjaga dengan baik sehingga manusia akan dapat beribadah kepada tuhannya
secara sempurna.64) Dengan demikian dapatlah difahami bahwa sains merupakan salah
satu sarana penunjang untuk kesejahteraan kehidupan manusia serta penunjang
kesempurnaan ibadah seorang hamba terhadap tuhannya.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sains juga merupakan
sesuatu yang urgensi untuk memenuhi tuntutan agama. Didalam Al-Qur’an Allah
menganjurkan orang-orang Islam untuk 33 mempersiapkan diri dengan kekuatan
seoptimal mungkin, sama ada kekuatan mental maupun matrial untuk mempertahankan
diri dari ancaman musuh, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an ayat 60 surah
Al- An’am. Kekuatan material seperti peralatan perang adalam menuntut kepada
kecanggihan dan ketrampilan umat Islam dalam bidang sains dan teknologi.
Alam semesta ini diciptakan Allah untuk kepentingan dan kebutuhan hidup
manusia sebagaimana dijelaskan pada ayat 20 surah Lukman(Q.S.31:20). Dalan rangka
mendapatkan berbagai fasilitas diperlukan pengolahan terhadap sumber daya alam yang
dikurnikan oleh Allah, dan untuk memperoleh hasil yang maksimal tentunya diperlukan
berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengatahuan tentang sains dan teknologi 66) .
Pemanfaatan sumber daya alam adalah sebagaian dari pada aktivitas sains. Dalam kontek
ini, menurut Muhammad Qutb, pada prinsipnya sains adalah merupakan suatu cara
melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Allah kepada umat manusia.
C. Al-Qur’an Terhadap Sains

Dalam kajian sains, Al-Qur’an telah memberikan dasar yang jelas, banyak ayat-
ayat Al-Qur’an yang menyentuh berbagai bidang dalam disiplin sains. Dalam buku
Quranic Sicences, Afzalu Rahman telah menyebutkan sebanyak 27 cabang ilmu sains
yang disentuh oleh Al-Qur’an. Diantaranya kosmologi, astronomi, astrologi, fisika, kimia
serta betani dan lain sebaginya.14 Hal ini menjadi bukti terhadap relevansi sains dalam
agama. Selain itu Al-Qur’an selalu menganjurkan manusia untuk mengasah dan
menggunakan nalar .

Suatu hal yang perlu diingat bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab sains, maka cara
pendekatannya tidak sama dengan cara sains moderen. Pendekatan sains memisahkan
sesuatu dari semua yang ada kemudian menganalisa secara terperinci, sedangkan al-
Qur’an berbicara tentang sains dalam bentuk holistic dan global serta ditempatkan pada
berbagai surah di antaranya ayat 44, 73, 242, surah al-Baqarah, begitu pula ayat 118 surah
Ali Imran, ayat 61 surah al-Nur dan ayat 30 surah al-Mukminun. .Penekanan sains dalam
al-Qur’an lebih dititik beratkan pada penomena-penemena alam, objek utama pemaparan
ayat-ayat seperti ini adalah sebagai tanda keesaan dan kekuasaan Khalik, Bahkan,
perbincangan tentang ayat-ayat ini merupakan tema utama dalam al-Qur’an.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat kaiatan yang kuat antara al-
Qur’an dengan penomena alam. Dalam konteks tersebut menurut Sayyid Husin al-Nasr,
kedua-duanya merupakan ayat Allah. Alam merupakan kitab yang terbentang lebar (Al-
Kitab al-Maftuh) yang tidak ditulis dan dibaca, diibaratkan sebuah teks, alam bagaikan
sehamparan bahan-bahan yang penuh dengan lambang-lambang (ayat) yang mesti
difahami menurut maknanya. al-Qur’an merupakan kitab yang dibaca( al-Kitab al-
Maqru’) yaitu teks dalam bentuk kata- kata yang dipahami oleh manusia.

Ayat-ayat al-Qur’an yang ada kaitannya dengan sains, dapat diklasifikasikan


kepada dua ketegori. Yang pertama adalah ayat-ayat yang menjelaskan secara umum ,
sama ada yang berhubungan dengan biologi, fisika,geografi atau astonomi dalam lain
sebagainya. Sedangkan yang kedua, adalah ayat-ayat yang menjelaskan secara khusus
dan terperinci, seperti tentang uraiannya mengenai masalah reproduksi manusia.(Q.S.
23:12-14). Ayat-ayat tersebut secara umum menyentuh tentang penomena alam semesta,
jadi Seperti yang telah disebutkan bahwa pemaparan fenomena-fenomena tersebut
dilakukan oleh al-Qur’an bertujuan mengajak manusia mengenal Penciptannya menerusi
esensi yang wujud pada alam tersebut. Objek ini lah yang menjadi titik perbedaan kajian
sains sekuler dengan kajian sarjana muslim. Sekularisme memandang dunia secara fisik
dan mengabaikan metafisik secara mendalam, padahal antara dunia fisik mempunyai
kaitan yang erat dengan metafizik dan penciptanya

Dalam upaya mengajari manusia memahami dan mengenal kekuasan dan


keagungan Tuhannya, al-Qur’an telah menekankan akan arti pentingnya manusia
menggunakan akal fikiran serta panca indra. Bahkan al-Qur’an mengibaratkan manusia
yang tidak menggunakan fikiran dan panca indranya laksana binatang ternak ,bahkan
lebih jelek dari itu (Q.S:7:179). Oleh sebab itu manusia selalu diingatkan untuk sentiasa
membuat observasi, berfikir secara reflektif, membuat penganalisaan yang kritis serta
membuat pertimbangan yang matang. Secara umum kajian sains menggunakan dua
metode, yaitu observasi dan eksprimen dimana kedua-duanya akan melibatkan fungsi
akal dan panca indra.Akal bukanlah hanya satu objek yang terletak di kepala sebagaimana
otak. Akal merupakan daya untuk merasa atau berfikir yang bisa memberikan kekuatan
kepada manusia untuk memperhati dan mengkaji, memilih dan membuat keputusan
terhadap sesuatu perkara atau langkah-langkah serta berbagai macam persoalan yang
dihadapi untuk mencapai apa yang diinginkan.

Al-Qur’an menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi, manusia dimotivasi


untuk menggunakannya. Berbagai potensi alam disediakan oleh Allah untuk digarap
dengan menggunakan akal fikiran. Terdapat sejumlah kata yang digunakan oleh Allah
dalam Al-Qur’an yang mengandung perintah menggunakan akal fikiran, seperti kata:

‫ اولو النهى‬-‫ اولواالبصار‬-‫ تذكر اولز االباب‬-‫– فقه‬. ‫ تدبر – تفكر‬-‫ نظر‬-‫عقل‬

Al-Qur’an menekankan tentang arti pentingnya membuat penelitian secara


cermat terhadap penomena alam untuk mendapatkan dan memperkembangakan suatu ide.
Sedangkan manusia diperintahkan untuk memikirkan apa saja yang ada dilangit dan di
bumi. Ayat-ayat Al-Qur’an yang secara konsep mendorong manusia menggunakan
fikiran, terutama terhadap penomena-penomena alam, secara tidak langsung telah
memperkenalkan metode induksi, dimana manusia diajak untuk memahami unsur-unsur
alam dengan lebih dalam melalui kewujudan jagad raya ini. Hal tersebut bertujuan untuk
memperkokoh kewujudan dan kekuasan Allah. Dengan demikian baik secara eksplisit
maupun implisit Al- Qur’an telah banyak memberi penekanan tentang kaedah-kaedah
empirik untuk mengungkapkan rahasia-rahasia kosmos yang tersusun sifatnya

Berdasarkan kepada wacana sains dalam Al-Qur’an, dapat difahami bahwa Al-
Qur’an memiliki peran penting serta motivator penggerak aktivitas sarjana muslim dalam
bidang ilmu pengetahuan, sejalan dengan faktor-faktor lain khususnya kepentingan ilmu
sains dalam kehidupan manusia. Kemudian jika dilihat pada ayat-ayat Al-Qur’an yang
bertemakan sains, akan nampak bahwa pengerakan sains menurut pendekatan Al-Qur’an
bukan hanya untuk sains itu sendiri atau hanya untuk kesenangan manusia saja, tapi ada
lebih penting dari itu, yaitu memahami ayat-ayat Allah untuk agar manusia lebih
mengenal Khaliknya.

Al-Qur’an Al-Karim, yang terdiri atas 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai
persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya.
Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering disebut ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang
dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal di atas. Jumlah ini tidak termasuk
ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat.

Tetapi, kendatipun terdapat sekian banyak ayat tersebut, bukan berarti bahwa Al-
Qur’an sama dengan kitab Ilmu Pengetahuan, atau bertujuan untuk menguraikan hakikat-
hakikat ilmiah. Ketika Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai tibyanan likulli syay'i
(QS 16:89), bukan maksudnya menegaskan bahwa ia mengandung segala sesuatu, tetapi
bahwa dalam Al-Qur’an terdapat segala pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup
duniawi dan ukhrawi

Al-Ghazali dinilai sangat berlebihan ketika berpendapat bahwa "segala macam


ilmu pengetahuan baik yang telah, sedang dan akan ada, kesemuanya terdapat dalam Al-
Qur’an". Dasar pendapatnya ini antara lain adalah ayat yang berbunyi, Pengetahuan
Tuhan kami mencakup segala sesuatu (QS 7:89). Dan bila aku sakit Dialah Yang
Menyembuhkan aku (QS 26:80). Tuhan tidak mungkin dapat mengobati kalau Dia tidak
tahu penyakit dan obatnya. Dari ayat ini disimpulkan bahwa pasti Al-Qur’an, yang
merupakan Kalam/Firman Allah, juga mengandung misalnya disiplin ilmu kedokteran
Demikian pendapat Al-Ghazali dalam Jawahir Al-Qur'an. Di sini, dia mempersamakan
antara ilmu dan kalam, dua hal yang pada hakikatnya tidak selalu seiring. Bukankah tidak
semua apa yang diketahui dan diucapkan?! Bukankah ucapan tidak selalu
menggambarkan (seluruh) pengetahuan?

Al-Syathibi, yang bertolak belakang dengan Al-Ghazali, juga melampaui batas


kewajaran ketika berpendapat bahwa "Para sahabat tentu lebih mengetahui tentang
kandungan Al-Qur’an" tetapi dalam kenyataan tidak seorang pun di antara mereka yang
berpendapat seperti di atas. "Kita," kata Al-Syathibi lebih jauh, "tidak boleh memahami
Al-Qur’an kecuali sebagaimana dipahami oleh para sahabat dan setingkat dengan
pengetahuan mereka." Ulama ini seakan-akan lupa bahwa perintah Al-Quran untuk
memikirkan ayat-ayat nya tidak hanya tertuju kepada para sahabat, tetapi juga kepada
generasi-generasi sesudahnya yang tentunya harus berpikir sesuai dengan perkembangan
pemikiran pada masanya masing-masing.

E.Isyarat Sains Dalam Al-Quran


Saat ini banyak yang dapat dibuktikan secara sains ilmiah. Bagaimanapun juga,
isyarat Allah tentang sains dan pengetahuan perlu digali dan dicari keberadaannya. Dalam
hal ini, Islam menekankan umatnya untuk terus meningkatkan pengetahuan ilmu dalam
bidang sains, teknologi, dan lain sebagainya. Dari sejarahnya, pada abad pertengahan,
Islam pernah mencapai tonggak tertinggi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia.
Bahkan, kemajuan Islam saat itu dirasakan oleh masyarakat Eropa hingga berabad-abad
lamanya.
Al Quran memang mengandung beberapa ayat yang dianggap sebagai referensi
tentang sains dan pengetahuan luar angkasa. Beberapa contoh ayat tersebut diantaranya
adalah ayat tentang penciptaan langit dan bumi, pergerakan bulan dan matahari, serta
kejadian-kejadian alam yang lain. Beberapa ayat dalam Al Quran yang dianggap sebagai
referensi tentang sains dan pengetahuan luar angkasa diantaranya adalah :

1. Pembentukan Alam Raya dalam Al-Quran :

a. Surat Al-Baqarah (2): 164 yang menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi.
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy. Kalian tidak memiliki sesuatu pelindung dan penolong
selain dari Allah.”
b. Surat Al-Anbiya (21): 33 yang menyebutkan tentang pergerakan matahari dan bulan.
“Dan Tuhanmu telah menciptakan matahari dan bulan dengan perhitungan yang
pasti. Dia mengatur pergerakan masing-masing, supaya kamu dapat mengetahui
waktu-waktu (perhitungan) dan hitungan (tahun).”
c. Surat Al-Mulk (67): 3 yang menyebutkan tentang keteraturan dan kerapian alam
semesta. “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat dan
siang supaya kamu dapat melihat. Sesungguhnya dalam pembuatan langit dan bumi
dan (pergantian) malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.”
d. Surat Al-Hijr (15): 85 yang menyebutkan tentang keteraturan sistem planet. “Dan
Kami telah menjadikan untukmu di langit tempat-tempat yang teratur, dan Kami
telah menjadikan di dalamnya bulan yang cemerlang dan Kami telah menjadikan
matahari yang terang.”
e. Surat Al-Fathir (35): 13 yang menyebutkan tentang keteraturan sistem bulan dan
matahari. “Dia menjadikan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda (kekuasaan-
Nya); masing-masing berjalan pada garis edarnya (yang ditentukan).”
f. Surat Al-Muzzammil (73): 8 yang menyebutkan tentang pergerakan benda langit.
“Dan sesungguhnya kamu dan apa yang kamu kerjakan, serta benda-benda yang
kamu sembah selain Allah, adalah seperti orang yang terduduk di pinggir tebing, lalu
ia merasa takut kepada angin yang kencang yang menerpa. Maka ia merasa takut dan
merasa lemah, sedangkan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Seperti dikemukakan di atas bahwa Al-Qur’an berbicara tentang alam dan


fenomenanya. Paling sedikit ada tiga hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal
tersebut:

1. Al-Qur’an memerintahkan atau menganjurkan kepada manusia untuk memperhatikan


dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh manfaat dan kemudahan-
kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk mengantarkannya kepada kesadaran akan
Keesaan dan Kemahakuasaan Allah SWT. Dari perintah ini tersirat pengertian bahwa
manusia memiliki potensi untuk mengetahui dan memanfaatkan hukum-hukum yang
mengatur fenomena alam tersebut. Namun, pengetahuan dan pemanfaatan ini bukan
merupakan tujuan puncak (ultimate goal).
Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya, diciptakan,
dimiliki, dan di bawah kekuasaan Allah SWT serta diatur dengan sangat teliti. Alam raya
tidak dapat melepaskan diri dari ketetapan-ketetapan tersebut kecuali jika dikehendaki
oleh Tuhan. Dari sini tersirat bahwa:
a. Alam raya atau elemen-elemennya tidak boleh disembah, dipertuhankan atau
dikultuskan.
b. Manusia dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang adanya ketetapan-
ketetapan yang bersifat umum dan mengikat bagi alam raya dan fenomenanya
(hukum-hukum alam).
c. Redaksi ayat-ayat kauniyah bersifat ringkas, teliti lagi padat, sehingga pemahaman
atau penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut dapat menjadi sangat bervariasi, sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsir.

Dalam kaitan dengan butir ketiga di atas, perlu digaris bawahi beberapa prinsip dasar
yang dapat, atau bahkan seharusnya, diperhatikan dalam usaha memahami atau
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengambil corak ilmiah. Prinsip-prinsip dasar
tersebut adalah :

a. Setiap Muslim, bahkan setiap orang, berkewajiban untuk mempelajari dan


memahami Kitab Suci yang dipercayainya, walaupun hal ini bukan berarti bahwa
setiap orang bebas untuk menafsirkan atau menyebarluaskan pendapat-
pendapatnya tanpa memenuhi seperangkat syarat-syarat tertentu.
b. Al-Qur’an diturunkan bukan hanya khusus ditujukan untuk orang-orang Arab
ummiyyin yang hidup pada masa Rasul . dan tidak pula hanya untuk masyarakat
abad ke-20, tetapi untuk seluruh manusia hingga akhir zaman. Mereka semua
diajak berdialog oleh Al-Qur’an serta dituntut menggunakan akalnya dalam
rangka memahami petunjuk-petunjuk-Nya. Dan kalau disadari bahwa akal
manusia dan hasil penalarannya dapat berbeda-beda akibat latar belakang
pendidikan, kebudayaan, pengalaman, kondisi sosial, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), maka adalah wajar apabila pemahaman atau
penafsiran seseorang dengan yang lainnya, baik dalam satu generasi atau tidak,
berbeda-beda pula.
c. Berpikir secara kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman dan iptek
dalam kaitannya dengan pemahaman Al-Qur’an tidak berarti menafsirkan Al-
Qur’an secara spekulatif atau terlepas dari kaidah-kaidah penafsiran yang telah
disepakati oleh para ahli yang memiliki otoritas dalam bidang ini.
d. Salah satu sebab pokok kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan Al- Qur’an
adalah keterbatasan pengetahuan seseorang menyangkut subjek bahasan ayat-ayat
Al-Qur’an. Seorang mufasir mungkin sekali terjerumus kedalam kesalahan
apabila ia menafsirkan ayat-ayat kauniyah tanpa memiliki pengetahuan yang
memadai tentang astronomi, demikian pula dengan pokok-pokok bahasan ayat
yang lain. Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip pokok di atas, ulama-ulama
tafsir memperingatkan perlunya para mufasir, khususnya dalam menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an dengan penafsiran ilmiah, untuk menyadari sepenuhnya sifat
penemuan-penemuan ilmiah, serta memperhatikan secara khusus bahasa dan
konteks ayat-ayat Al-Quran

2. Ilmu Kesehatan dalam Alquran

Al-Qur‟an yang merupakan kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi


Muhammad Shollahu Alaihi Wasallam bukan merupakan sesuatu yang sia-sia
atau tanpa maksud dan fungsi yang jelas. Al-Qur‟an diturunkan dengan
berbagai fungsi dan maksud tertentu. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, Al-
Qur‟an diturunkan dengan banyak fungsi, diantaranya sebagai bukti kebenaran
Nabi Muhammad Shollahu Alaihi Wasallam . bukti kebenaran tersebut
dibuktikan dalam tantangan yang bersifat bertahap. Pertama, menantang siapa
yang meragukan untuk menyusun semacan al-Quran secara keseluruhan (QS.
52:34). Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah semacam al-
Qur‟an (QS. 11:13). Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah
yang semisal surah dalam al-Qur‟an (QS. 10:38). Keempat, menantang mereka
untuk menyusun satu surah semisal surah dalam al-Qur‟an dengan bantuan
siapapun selain Allah (QS. 2:23). Fungsi lain dari al –Qur‟an adalah sebagai
petunjuk bagi manusia seperti dijelaskan dalam al-Qur‟an yang berbunyi 4:

Artinya:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang benar dan yang salah)”. (QS. Al-Baqarah
2:185).

Selain sebagai petunjuk (huda), al-Qur‟an juga berfungsi sebagai pembeda


antara yang benar dan yang salah (furqan), penerang jalan hidup (bayyinah),
penyembuh penyakit hati (syifa), sumber informasi (bayan), dan nasehat atau petuah
(Mauizhah). salah satu fungsi al-Qur‟an adalah sebagai huda (petunjuk), petunjuk al-
Qur‟an bersifat luas dan meliputi seluruh aspek kehidupan, baik tentang kehidupan
duniawi ataupun kehidupan ukhrawi. Salah satu yang menjadi topiuk pembicaraan dan
menjadi hal yang diperhatikan oleh al-Qur‟an adalah tentang kesehatan.

Kesehatan dalam al-Qur‟an diungkapkan dalam berbagai istilah, hal ini


menunjukkan kekayaan bahasa yang dimikili oleh bahasa Arab umumnya, dan al-
Qur‟an khususnya. Diantara istilah tersebut adalah ;

(Penyembuh) sebagaimna firman Allah dalam surah Al-Isra’yang berbunyi :

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penyembuh dan
rahmat bagi orang yang beriman”. (QS. Al-Isra’/17; 82).

As-syifa secara bahasa diartikan sebagai sebagai suatu keadaan yang mendekati
pada sesuatu, dan pada umunya diartikan sebagai kesembuhan karena mendekati pulih
seperti sebelum sakit.
Ayat di atas menerangkan allah menurunkan al qur‟an sebagai obat
penyembuh nagi kita sekalian baik secara rohani dan jasmani yang mana hati yang
kotor fikiran yang jelek serta jasmani yang tak sehat al qur‟anla sebagai solusinya
penyembuh dohir dan batin dan juga obat bagi orang-orang mukmin. Fungsi
penciptaan manusia di dunia

untuk menjadi khlafah di muka bumi dan beribadah kepada Allah. Namun, dua fungsi
penciptaan manusia ini tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa adanya kesehatan
yang mendukungnya.
Kata as-shihah dan al-afiyah tidak hanya disebutkan dalam al-Qur‟an. Namun,
juga sering disebutkan dalam hadist dan do‟a-do‟a diantaranya:

“Dua kenikmatan yang banyak manusia


menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu kesehatan
dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari)

Dan juga dalam do‟a yang dibaca ketika duduk diantara dua sujud, yang berbunyi:

“Dan anugerahkan kesehatan padaku”

Kalimat yang terdapat dalam do‟a qunut:

“Dan anugerahkan kesehatan padaku sebagaimana oran yang kau beri


kesehatan”

Setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal secara zat, pembuatan
serta baik cara memperolehnya. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 168:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah ayat 168).
Dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azim, Ibnu Katsir makanan yang tersedia di bumi
boleh dikonsumsi manusia dengan syarat halal dan baik untuk dimakan tidak berdampak
buruk bagi badan maupun akal.

Kedua, mengonsumsi makanan yang bergizi.


Agar dapat beraktivitas dan menjaga kesehatan, tubuh manusia membutuhkan
makanan untuk mendapat energi. Ada enam unsur gizi yang terkandung dalam makanan
yaitu glukosa, lemak, protein, vitamin, garam, mineral, dan air.
Keenam unsur di atas sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam setiap proses
metabolisme. Berkenaan dengan kandungan yang ada dalam makanan ini, tersirat dalam
salah satu firman Allah di Surah Al-Baqarah ayat 57:

‫َو َظَّلْلَنا َع َلْيُك ُم اْلَغ َم اَم َو َاْنَز ْلَنا َع َلْيُك ُم اْلَم َّن َو الَّس ْلٰو ىۗ ُك ُلْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َر َز ْقٰن ُك ْم ۗ َوَم ا َظَلُم ْو َنا َو ٰل ِكْن َكاُنْٓو ا َاْنُفَس ُهْم َيْظِلُم ْو َن‬

"Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan
salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan
kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri
sendiri." (QS. Al-Baqarah ayat 57).
Dalam Mu‘jam Alfāz Al-Qur’ān Al-Karīm, Muhammad ‘Ali an-Najjār
menyebut al-Mann merupakan sejenis madu yang beku dan turun dari langit seperti
embun. Sedangkan as-Salwā adalah sejenis burung puyuh. Kedua makanan tersebut
mengandung semua unsur utama gizi dan menghasilkan kalori tinggi.
Penjelasan lain mengenai sumber makanan manusia dari tetumbuhan ditemukan
juga pada Surah ‘Abasa/80: 24—32. Sedangkan dari jenis hewan Allah menyediakan
daging, ikan, telur, dan susu dapat ditemukan pada Surah an-Nahl/16: 5, Yāsīn/36: 71—
73, Fātir/35: 12.

Ketiga, larangan makan dan minum berlebihan.

Dalam segala hal, sikap berlebihan kerap merujuk kepada konteks negatif. Begitu pula
berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, baik terlalu sedikit maupun
terlalu banyak. Dalam Surah Al-A'raf ayat 31 Allah berfirman:

‫ٰي َبِنْٓي ٰا َد َم ُخ ُذ ْو ا ِزْيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُك ُلْو ا َو اْش َرُبْو ا َو اَل ُتْس ِرُفْو ۚا ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَن‬

"Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki)
masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf ayat 31)

Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam Fiqh al-Islami wa adillatuhu berpendapat, ajaran Islam
sangat memperhatikan kesehatan fisik dengan mewajibkan umatnya untuk memakan
asupan yang dapat menjaga kehidupan, menolak kerusakan fisik, melakukan kewajiban-
kewajiban agama seperti shalat, puasa dan yang lainnya.

Keempat, istirahat cukup dan olahraga yang teratur.

Adanya pergantian siang dan malam adalah bentuk kekuasaan Allah. Yang mana pada
siang hari merupakan waktu bagi manusia bekerja mencari rejeki. Sedangkan malam hari
dalam kondisi gelap gulita dimaksudkan agar manusia beristirahat, mengembalikan
kekuatan, setelah siang harinya manusia berusaha keras mencari rezeki. Firman-Nya
dalam Surah Al-Furqan ayat 47:

‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َج َعَل َلُك ُم اَّلْيَل ِلَباًسا َّوالَّنْو َم ُس َباًتا َّوَجَعَل الَّنَهاَر ُنُش ْو ًرا‬

"Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat.
Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha." (QS. Al-Furqan ayat 47).

F. Pendekatan hadits terhadap sains


Islam adalah agama yang sempurna. Diantara kesempurnaannya adalah perintah
Allah SWT untuk mencari ilmu dan mengangkat derajat kaum yang berilmu. Perintah
menuntut ilmu dan mengajarkannya dengan mudah ditemui dalam Al-Quran dan Hadis.
Tidak ditemukan baik dalam Al-Quran maupun Hadis dikhotomisasi ilmu. Keduanya
tidak membedakan antara ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum. Sebab, semua
ilmu berasal dari Zat yang Maha mengetahui yaitu Allah SWT.
Allah SWT memerintahkan kepada setiap umat-Nya untuk menimba ilmu
pengetahuan dari manapun asal ilmu tersebut. Ilmu (hikmah) yang hilang dari umat Islam
tersebut merupakan barang berharga yang tercecer dari umat Islam. Sebagaimana hadis
Nabi SAW dalam At-Tirmizi menegaskan:

‫من خرج في طلب العلم فهو في سِ بي ِ ل هلال حتى يرجع‬

Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada


di jalan Allah hingga ia pulang." (H.R Tirmidzi).
Dari hadis diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan
kepada umatnya untuk keluar mencari ilmu tanpa dibatasi waktu dan objek ilmu yang
dipelajari. Ini menujukkan bahwa ilmu yang diberikan Allah SWT hanya satu yaitu ilmu
yang bersumber dari Allah SWT.

Allah SWT juga menganugrahkan kepada manusia berupa mukjizat terbesar yaitu
Rasulullah SAW. Di antara seluruh manusia beliaulah sebagai tauladan paling sempurna
yang ada di dunia ini. Dalam berprilaku, bersikap dan berakhlak, yang menjadi
timbangan terbaik yang dijadikan sebagai ukuran bagi setiap mukmin.

Rasulullah SAW diperintahkah oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak


manusia. Hal itu seperti yang beliau nyatakan:

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang


baik.” (HR. Ahmad).

Meneladani ataupun meniru prilaku Rasullullah SAW dan melaksanakan ibadah


dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan semata-mata hanya untuk Allah SWT tanpa
ada rasa ingin dipuji oleh orang lain. Semua perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir),
itu merupakan pembahasan

tentang hadis yang yang berkaitan dengan kehidupan Rasulullah SAW. Oleh
sebab itu, pembahasan tentang hadis memerlukan kehati-hatian dan melebihi norma
ilmiah karena pembenaran terhadap prilaku Rasulullah SAW oleh peneliti hadis akan
menjadi pedoman hidup umat Islam.

Artinya: Dari Malik, Rasulullah SAW bersabda : “Telah aku tinggalkan pada diri
kamu sekalian dua perkara hingga kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh
dengannya. Yaitu Kitab Allah dan sunnah rasul-Nya.” (HR. Malik).

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an dan hadits merupakan
sumber yang dapat dijadikan pedoman untuk mnejalankan syari’at Allah. Dengan kata
lain, di samping dua sumber ajaran tersebut yang merupakan landasan dari ajaran Islam
(hujjah), karena al-hadits dalam posisinya selain sebagai sumber sekaligus pedoman
ajaran Islam (hujjah) bukan secara kebetulan atau karena taqdir tetapi harus mempunyai
argumentasi yang jelas, dasar hukum atau dalil kehujjahan yang jelas untuk diikuti.

1. Hadis Tentang larangan meniup makanan /minuman yang masih panas Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:

Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau
meniup isi gelas.” (H.R Abu Dawud : 3728, At Tirmizi : 1888,Ibnu Majah : 3288)

Dalam hadis diatas menunjukkan bahwa secara ilmu kesehatan apabila kita
meniup atau bernafas didalam isi gelas tersebut ditakutkan akan berpengaruh kepada
sirkulasi air yang masuk kedalam tubuh sehingga menggangu pernafasan. Oleh karena
itu, prinsip kehati-hatian sangat perlu dilakukan.

Demikian juga hadits riwayat Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata,

Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang meniup-niup saat minum.


Seseorang berkata, “Bagaimana jika ada kotoran yang aku lihat di dalam wadah air
itu?” Beliau bersabda, “Tumpahkan saja.” Ia berkata, “Aku tidak dapat minum dengan
satu kali tarikan nafas.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, jauhkanlah wadah air (tempat
mimum) itu dari mulutmu

2. Hadis Tentang kewajiban menuntut ilmu


Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan
ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan
emas di sekitar leher hewan." (HR Ibnu Majah).

3. Hadis Tentang Transportasi

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abul Husain; Telah


menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh; Telah menceritakan kepada kami ayahku
dari ‘Ashim dari ‘Amirdari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma mengatakan; “Saya tidak
tahu, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang keledai dikarenakan ia
kendaraan masyarakat sehingga beliau tidak ingin jika kendaraan (sarana transportasi)
mereka lenyap, atau memang beliau mengharamkannya pada hari Khaibar khusus
daging keledai jinak. (H.R Bukhari)

Hadis diatas menjelaskan tentang larangan Nabi mengkonsumsi hewan yang


menjadi kendaraan atau transportasi. Hal tersebut seperti tergambar dalam hadis diatas
karena dikhawatirkan hewan tersebut akan sakit, hilang dan atau karena factor-faktor
lainnya

4. Hadis tentang makruhnya minum sambil berdiri

Artinya : “Telah menceritakan kepadaku'Abdul Jabbar bin Al 'Alaa`; Telah


menceritakan kepada kamiMarwanyaitu Al Fazari; Telah menceritakan kepada
kami'Umar bin Hamzah; Telah mengabarkan kepadakuAbu Ghathafan Al
Murribahwa dia mendengarAbu Hurairahberkata; Rasulullah bersabda: "Janganlah
sekali-kali salah seorang diantara kalian minum sambil berdiri, apabila dia lupa maka
muntahkanlah." (H.R Muslim : 3775

5. Hadis tentang tentang kekuasaan Allah


Artinya :“Telah menceritakan kepada kamiMuhammad bin Yusufberkata, telah
menceritakan kepada kamiSufyandari'Abdullah bin DinardariIbnu 'Umarberkata,
"Rasulullah ‫ﷺ‬bersabda: "Ada lima kunci ghaib yang tidak diketahui
seorangpun kecuali oleh Allah; tidak seorangpun yang mengetahui apa yang akan
terjadi esok hari, dan tidak seorangpun yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam
rahim, dan tak satu jiwa pun yang tahu apa yang akan diperbuatnya esok, dan tak satu
jiwa pun yang tahu di bumi mana dia akan mati serta tidak seorangpun yang mengetahui
kapan turunnya hujan.". (H.R Bukhari :981)

Hadis diatas menjelaskan bahwa segala hal yang akan terjadi adalah atas
kehendak dan petunjuk Allah SWT. Salah satu yang menjadi perbincangan adalah
tentang turunnya hujan dalam sebuah daerah. Adanya usaha untuk menunda,
menghilangkan dan memindahkan hujan dengan berbagai bentuk usaha dan ilmu
pengetahuan mutakhir, akan tetapi semuanya adalah atas kehendak Allah SWT. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber ilmu adalah satu dari Allah SWT

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam merangkum, makalah ini menghadirkan pemahaman mendalam tentang


isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis, membuka cakrawala baru dalam
hubungan antara keimanan dan pengetahuan ilmiah dalam Islam. Kajian ini mengungkap
bahwa keseimbangan antara agama dan sains dapat ditemukan dalam harmoni antara
teks-teks suci dan temuan-temuan ilmiah. Keindahan penciptaan Allah dinyatakan
melalui perspektif sains, mengundang umat Islam untuk merenung atas kebijaksanaan
Ilahi.

B. Saran

Sebagai panduan untuk penelitian dan eksplorasi lebih lanjut, beberapa rekomendasi
dapat diambil:

1. Mendorong Pemahaman Lebih Lanjut tentang Sains Islam: Diperlukan dorongan


untuk lebih mengembangkan konsep sains Islam, menjadikannya bidang studi yang
aktif dan berkembang. Pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana prinsip-
prinsip sains dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam dapat memperkaya
pandangan umat Islam terhadap dunia.
2. Eksplorasi Lebih Mendalam Isyarat-Isyarat Sains: Penelitian lebih lanjut terhadap
isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis dapat membuka pemahaman baru
dan mendalam. Analisis lebih mendalam terhadap hubungan antara konsep-konsep
sains modern dengan ajaran Islam dapat memberikan wawasan yang lebih kaya.
3. Pengembangan Materi Edukasi yang Ramah: Untuk menyampaikan pemahaman ini
kepada masyarakat secara lebih luas, perlu adanya pengembangan materi edukasi
yang ramah dan mudah dipahami. Ini dapat membantu menyebarkan pengetahuan ini
kepada berbagai kalangan masyarakat.
4. Fasilitasi Dialog Antar Disiplin: Mendorong dialog terbuka antara ilmuwan,
cendekiawan agama, dan komunitas umat Islam dapat memperkuat pemahaman
bersama. Ini membantu menjembatani perbedaan dan memperluas wawasan kolektif
mengenai harmoni antara agama dan sains.

Daftar Pustaka
Nurmayani. (2013). Sumbangan Islam Terhadap Sains dan Teknologi. Jurnal Handayani,
1(1), 19–33

Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari bin Syarh al-Kirmani Kitab al-Ilm, Dar Ihya. Al- Turats al-
Arabi, juz 2, cet. 2 hal 30

Sayyid Qutb, (1986) Fi Zilal al-Qur’an, Dar al-Syuruq, Beirut, jld.1, cet 12, hal 21

Yusuf Qardawi, (1986) al-Iman wa al-Hayat, Kaherah, hal 166

Muhajir Ali Musa (1976) Lessons From The History of The Quran, Lahore: Muhammad
Asyraf,

Muhammad Qutb, The concept of Islamic Education. Proceedings Second World


Confrerence Muslim Education, Islamabad, jl 2, hal 73

Afzalu Rahman (1981), Quranic sciences. Pustaka Nasional, Singapura, hal 15

Sayyid Husein Nasr, Scince and Civilization, Op-cit, hal 4

Muhammad Saud, Islam and Evolution of Science, Dalam al-Islam Vol. 4 no 3 July
September 1973

Darsya, S. (2022). Hadis-hadis Tarbawih Tentang Integrasi Ilmu, Sains dan Teknologi.
At-Thullab: Jurnal Of Islamic Studies, 3(2).

Fakhri, J. (2010). Sains, dan Teknologi dalam, Al-Quran dan Implikasinya dalam
Pembelajaran. TA’DIB, 15(01)

Ghulsyani, Mahdi. 1993. Filsafat Sains Menurut al-Qur’an,Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai