PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam, sebagai agama yang mencakup dimensi spiritual dan moral, merangkum
pandangan holistik terhadap kehidupan manusia. Di samping fungsi rohaniahnya, Islam
memberikan landasan yang kokoh bagi eksplorasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Al-Qur'an, sebagai petunjuk utama bagi umat Islam, walaupun tidak secara tegas
membahas ilmu pengetahuan, menyajikan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk
merenungkan keajaiban alam dan keteraturan penciptaan Allah. Di sisi lain, Hadis,
sebagai ajaran yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, juga menyelipkan hikmah dan
pengetahuan yang sering sejalan dengan temuan-temuan ilmiah modern.
Mengidentifikasi isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis menjadi suatu
bentuk studi yang dikenal sebagai mukjizat ilmiah. Tujuan studi ini bukanlah untuk
mengubah karakter Al-Qur'an dan Hadis menjadi buku sains, melainkan untuk
menunjukkan keselarasan wahyu Ilahi dengan kebenaran ilmiah yang ditemukan oleh
manusia. Pemahaman mengenai keterkaitan antara agama dan ilmu pengetahuan
memberikan dimensi baru terhadap pemahaman kompleksitas Islam sebagai ajaran.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia berdasarkan dua pedoman
utama, yaitu Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW. Meskipun ilmu pengetahuan atau sains
tidak diuraikan secara rinci dalam ajaran ini, Al-Qur'an dan Hadis mengandung isyarat-
isyarat yang merangsang minat untuk mengembangkan sains, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Keterkaitan erat antara Islam dan sains mencerminkan bahwa keduanya saling
mendukung, membimbing manusia menuju peradaban yang maju, dan memenuhi
kebutuhan spiritual serta material.
Sejarah mencatat kegemilangan umat Islam pada masa lalu, di mana mereka
menjadi pusat peradaban dunia. Keberhasilan ini terkait erat dengan semangat ilmiah dan
eksploratif umat Islam serta ilmuwan-Islam pada masa itu. Meskipun fakta menunjukkan
bahwa umat non-Muslim lebih aktif dalam mengembangkan sains dan teknologi saat ini,
peran Islam dalam sejarah membuktikan potensi besar dalam menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam bersifat komprehensif dan
integratif, menggabungkan ilmu agama dan pengetahuan sebagai anugerah Allah yang
dianjurkan untuk digali dan dikembangkan demi kemajuan umat manusia. Nabi
Muhammad SAW, sebagai penutup rasul, menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi
umat Islam, menerima wahyu ilmiah melalui Al-Qur'an yang membimbing manusia
dalam berbagai aspek kehidupan.
Pentingnya kajian terhadap isyarat-isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadis
semakin relevan dalam konteks kontemporer. Beberapa pemikir dan ilmuwan Muslim
kontemporer, seperti Mehdi Golshani, telah menjelajahi hubungan antara agama dan
sains. Golshani mencetuskan konsep "Sains Islam," yang mencakup pengetahuan tentang
dunia fisik yang terakomodasi dalam pandangan Islam. Upaya pemikir seperti Golshani,
bersama dengan penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba membuktikan kebenaran
isi hadis dari segi sains atau ilmiahnya, menunjukkan adanya ketertarikan dalam
mengintegrasikan ajaran agama dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Beberapa tokoh yang melakukan kajian mengenai sains dalam konteks hadis
mencakup Zaghlūl Rāghīb Muḥammad al-Najjār, Faizin, Erfan Soebahar, Mohd Yusuf
Ismail, dan Abdul Kareem Toure. Upaya mereka untuk mengulas berbagai hadis dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep sains menunjukkan keinginan untuk
menggali potensi ilmiah dalam warisan keagamaan.
Makalah ini bertujuan untuk memotivasi pembaca, terutama Umat Islam, untuk
mendalami isyarat-isyarat sains yang terdapat dalam sabda-sabda Rasulullah. Dengan
meresapi makna-makna tersirat dalam teks-teks suci, diharapkan masyarakat Muslim
dapat lebih mendalami hubungan antara agama dan sains serta memahami pesan ilahi
yang terkandung dalam pengajaran Nabi SAW. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat
menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk mengeksplorasi lebih lanjut isyarat-
isyarat sains yang terkandung dalam hadis Nabi SAW, membuka pintu menuju
pemahaman yang lebih dalam tentang harmoni antara agama dan ilmu pengetahuan.
B. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan isyarat sains dalam Al-Qur'an dan Hadits. Al-
Qur'an dan Hadits adalah sumber utama ajaran Islam. Banyak ayat dan hadits
yang mengandung isyarat tentang fenomena alam dan hukum sains. Makalah ini
akan mengidentifikasi dan menjelaskan beberapa contoh isyarat sains tersebut
2. Menunjukkan bahwa Islam selaras dengan sains. Beberapa orang mungkin
beranggapan bahwa Islam dan sains bertentangan. Makalah ini akan
menunjukkan bahwa Islam sebenarnya selaras dengan sains. Isyarat sains dalam
Al-Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Pencipta alam
semesta dan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu.
3. Mendorong umat Islam untuk mempelajari sains. Memahami isyarat sains dalam
Al-Qur'an dan Hadits dapat mendorong umat Islam untuk mempelajari sains.
Sains dapat membantu umat Islam untuk memahami ciptaan Allah SWT dan
untuk meningkatkan keimanan mereka.
C. Mamfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman umat Islam tentang Al-Qur'an dan Hadits.
2. Memperkuat keimanan umat Islam kepada Allah SWT.
3. Mendorong umat Islam untuk mempelajari sains.
4. Mendukung dialog antara Islam dan sains.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains
Perbincangan pada bab tiga ini akan diarahkan kepada integrasi sains dan agama
yang difokuskan pada defenisi sains, pendekatan Al-Qur’an terhadap sains, serta
kedudukan sains dalam Islam serta urgensinya. Menurut Agus Purwanto dalam bukunya
Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al- Qur’an yang Terlupakan, Mizan, Bandung, 2008, jumlah
ayat kauniyah ada 800 ayat. Sementara menurut Syeikh Tantawi, ayat kauniyah
berjumlah 750 ayat. Tidak kalah menariknya adalah, dari 114 surah Al-Qur’an hanya 15
surat yang tidak ada ayat kauniyahnya, hal ini menunjukkan pentingnya ayat kauniyah
bagi kehidupan umat Islam. Oleh sebab itu, sudah saatnya jika para ilmuwan muslim
kembali menggali ayat-ayat kauniyah, melakukan penelitian guna menyingkap mukjizat
sains dalam Al-Qur’an. Sepantasnyalah dalam bidang pendidikan sejak tingkat yang
paling dasar sampai pendidikan tinggi harus mampu mengintegralkan penafsiran ilmiah
Al- Qur’an dengan mata pelajaran yang memiliki keterkaitan, misalnya fisika, biologi,
sejarah dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu, melalui Al-Qur’an memotivasi untuk
melakukan penelitian- penelitian terhadap fenomena alam
Sains menurut bahasa berasal dari bahasa Ingrias science, sedangkan kata science
berasal dari bahasa Latin scientia. Yang berasal dari kata scine yang artinya adalah
mengetahui. Kata sains dalam bahasa Ingris diterjemahkan sebagai al-‘ilm dalam bahasa
Arab. Dari segi istilah sains dan ilmu bermakna pengetahuan namun demikian menurut
Sayyid Hussen Al-Nasr kata science dalam bahasa Inggris tidak dapat diterjemahkan
kedalam bahasa Arab sebagai AlIlm, karena konsep ilmu pengetahuan yang dipahami
oleh barat ada perbedaannya dengan ilmu pengetahuan menurut perspektif Islam.
Ada beberapa pendapat tentang difenisi sains menurut Istilah, namun secara
umum dapat diartikan sebagai keutamaan dalam mencari kebenaran. Di dalam the New
Colombia Encyclopedia, sains diartikan sebagai satu kumpulan ilmu yang sistematis
mengenai metapisik yang bernyawa dan yang tidak bernyawa, termasuk sikap dan
kaedah-kaedah yang digunakan untuk mendapatkan ilmu tersebut. Oleh sebab itu sains
adalah merupakan sejenis aktivitas dan juga hasil dari aktivitas tersebut. Tidak jauh
berbeda apa yang dikatakan oleh R.H.Bube, menurutnya sains adalah pengetahuan yang
berkaiatan dengan alam semula jadi yang diperoleh melalui interaksi akal dengan alam
Berdasarkan defenisi diatas dapat ditegaskan bahwa sains adalah suatu proses
yang terbentuk dari interaksi akal dan panca indera manusia dengan alam sekitarnya.
Dengan arti kata, objek utama kajian sains adalah alam empirik termasuk juga manusia.
Sedangan objek sains yang utama adalah mencari kebenaran
B. Urgensi Sains
Sains dalam pengertian umum yaitu ilmu pengetahuan. Di dalam Al- Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang menyentuh tengtang Ilmu pengetahuan dan ilmuan, al-
Qur’an sentiasa mengarahkan manusia untuk menggunakan akal fikirannya memerangi
kemukjizatan dan memberi motivasi meningkatkan ilmu pengetahuan. Selain itu Al-
Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmuan. Al-Qur’an menyuruh
manusia berusaha dan bekerja serta selalu berdo’a agar ditambah ilmu pengetahuan.
Sementara itu Rasulullah memberi pengakuan bahwa ilmuan itu merupakan pewaris para
nabi. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah ilmuan
yang mengenali dan mentaati Allah.
Sains dalam pengertian khusus mempunyai peran penting dalam kehidupan
seorang muslim, ia disejajarkan dengan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan bila
diklasifikasikan maka sains ini termasuk fardu kifayah, karena dapat memberikan
dampak positif bagi peningkatan keimanan seseorang, hal ini dapat dilihat pada beberapa
hal berikut:
Dalam kajian sains, Al-Qur’an telah memberikan dasar yang jelas, banyak ayat-
ayat Al-Qur’an yang menyentuh berbagai bidang dalam disiplin sains. Dalam buku
Quranic Sicences, Afzalu Rahman telah menyebutkan sebanyak 27 cabang ilmu sains
yang disentuh oleh Al-Qur’an. Diantaranya kosmologi, astronomi, astrologi, fisika, kimia
serta betani dan lain sebaginya.14 Hal ini menjadi bukti terhadap relevansi sains dalam
agama. Selain itu Al-Qur’an selalu menganjurkan manusia untuk mengasah dan
menggunakan nalar .
Suatu hal yang perlu diingat bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab sains, maka cara
pendekatannya tidak sama dengan cara sains moderen. Pendekatan sains memisahkan
sesuatu dari semua yang ada kemudian menganalisa secara terperinci, sedangkan al-
Qur’an berbicara tentang sains dalam bentuk holistic dan global serta ditempatkan pada
berbagai surah di antaranya ayat 44, 73, 242, surah al-Baqarah, begitu pula ayat 118 surah
Ali Imran, ayat 61 surah al-Nur dan ayat 30 surah al-Mukminun. .Penekanan sains dalam
al-Qur’an lebih dititik beratkan pada penomena-penemena alam, objek utama pemaparan
ayat-ayat seperti ini adalah sebagai tanda keesaan dan kekuasaan Khalik, Bahkan,
perbincangan tentang ayat-ayat ini merupakan tema utama dalam al-Qur’an.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat kaiatan yang kuat antara al-
Qur’an dengan penomena alam. Dalam konteks tersebut menurut Sayyid Husin al-Nasr,
kedua-duanya merupakan ayat Allah. Alam merupakan kitab yang terbentang lebar (Al-
Kitab al-Maftuh) yang tidak ditulis dan dibaca, diibaratkan sebuah teks, alam bagaikan
sehamparan bahan-bahan yang penuh dengan lambang-lambang (ayat) yang mesti
difahami menurut maknanya. al-Qur’an merupakan kitab yang dibaca( al-Kitab al-
Maqru’) yaitu teks dalam bentuk kata- kata yang dipahami oleh manusia.
اولو النهى- اولواالبصار- تذكر اولز االباب-– فقه. تدبر – تفكر- نظر-عقل
Berdasarkan kepada wacana sains dalam Al-Qur’an, dapat difahami bahwa Al-
Qur’an memiliki peran penting serta motivator penggerak aktivitas sarjana muslim dalam
bidang ilmu pengetahuan, sejalan dengan faktor-faktor lain khususnya kepentingan ilmu
sains dalam kehidupan manusia. Kemudian jika dilihat pada ayat-ayat Al-Qur’an yang
bertemakan sains, akan nampak bahwa pengerakan sains menurut pendekatan Al-Qur’an
bukan hanya untuk sains itu sendiri atau hanya untuk kesenangan manusia saja, tapi ada
lebih penting dari itu, yaitu memahami ayat-ayat Allah untuk agar manusia lebih
mengenal Khaliknya.
Al-Qur’an Al-Karim, yang terdiri atas 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai
persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya.
Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering disebut ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang
dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal di atas. Jumlah ini tidak termasuk
ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat.
Tetapi, kendatipun terdapat sekian banyak ayat tersebut, bukan berarti bahwa Al-
Qur’an sama dengan kitab Ilmu Pengetahuan, atau bertujuan untuk menguraikan hakikat-
hakikat ilmiah. Ketika Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai tibyanan likulli syay'i
(QS 16:89), bukan maksudnya menegaskan bahwa ia mengandung segala sesuatu, tetapi
bahwa dalam Al-Qur’an terdapat segala pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup
duniawi dan ukhrawi
a. Surat Al-Baqarah (2): 164 yang menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi.
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy. Kalian tidak memiliki sesuatu pelindung dan penolong
selain dari Allah.”
b. Surat Al-Anbiya (21): 33 yang menyebutkan tentang pergerakan matahari dan bulan.
“Dan Tuhanmu telah menciptakan matahari dan bulan dengan perhitungan yang
pasti. Dia mengatur pergerakan masing-masing, supaya kamu dapat mengetahui
waktu-waktu (perhitungan) dan hitungan (tahun).”
c. Surat Al-Mulk (67): 3 yang menyebutkan tentang keteraturan dan kerapian alam
semesta. “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat dan
siang supaya kamu dapat melihat. Sesungguhnya dalam pembuatan langit dan bumi
dan (pergantian) malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.”
d. Surat Al-Hijr (15): 85 yang menyebutkan tentang keteraturan sistem planet. “Dan
Kami telah menjadikan untukmu di langit tempat-tempat yang teratur, dan Kami
telah menjadikan di dalamnya bulan yang cemerlang dan Kami telah menjadikan
matahari yang terang.”
e. Surat Al-Fathir (35): 13 yang menyebutkan tentang keteraturan sistem bulan dan
matahari. “Dia menjadikan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda (kekuasaan-
Nya); masing-masing berjalan pada garis edarnya (yang ditentukan).”
f. Surat Al-Muzzammil (73): 8 yang menyebutkan tentang pergerakan benda langit.
“Dan sesungguhnya kamu dan apa yang kamu kerjakan, serta benda-benda yang
kamu sembah selain Allah, adalah seperti orang yang terduduk di pinggir tebing, lalu
ia merasa takut kepada angin yang kencang yang menerpa. Maka ia merasa takut dan
merasa lemah, sedangkan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam kaitan dengan butir ketiga di atas, perlu digaris bawahi beberapa prinsip dasar
yang dapat, atau bahkan seharusnya, diperhatikan dalam usaha memahami atau
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengambil corak ilmiah. Prinsip-prinsip dasar
tersebut adalah :
Artinya:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang benar dan yang salah)”. (QS. Al-Baqarah
2:185).
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penyembuh dan
rahmat bagi orang yang beriman”. (QS. Al-Isra’/17; 82).
As-syifa secara bahasa diartikan sebagai sebagai suatu keadaan yang mendekati
pada sesuatu, dan pada umunya diartikan sebagai kesembuhan karena mendekati pulih
seperti sebelum sakit.
Ayat di atas menerangkan allah menurunkan al qur‟an sebagai obat
penyembuh nagi kita sekalian baik secara rohani dan jasmani yang mana hati yang
kotor fikiran yang jelek serta jasmani yang tak sehat al qur‟anla sebagai solusinya
penyembuh dohir dan batin dan juga obat bagi orang-orang mukmin. Fungsi
penciptaan manusia di dunia
untuk menjadi khlafah di muka bumi dan beribadah kepada Allah. Namun, dua fungsi
penciptaan manusia ini tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa adanya kesehatan
yang mendukungnya.
Kata as-shihah dan al-afiyah tidak hanya disebutkan dalam al-Qur‟an. Namun,
juga sering disebutkan dalam hadist dan do‟a-do‟a diantaranya:
Dan juga dalam do‟a yang dibaca ketika duduk diantara dua sujud, yang berbunyi:
Setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal secara zat, pembuatan
serta baik cara memperolehnya. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 168:
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah ayat 168).
Dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azim, Ibnu Katsir makanan yang tersedia di bumi
boleh dikonsumsi manusia dengan syarat halal dan baik untuk dimakan tidak berdampak
buruk bagi badan maupun akal.
َو َظَّلْلَنا َع َلْيُك ُم اْلَغ َم اَم َو َاْنَز ْلَنا َع َلْيُك ُم اْلَم َّن َو الَّس ْلٰو ىۗ ُك ُلْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َر َز ْقٰن ُك ْم ۗ َوَم ا َظَلُم ْو َنا َو ٰل ِكْن َكاُنْٓو ا َاْنُفَس ُهْم َيْظِلُم ْو َن
"Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan
salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan
kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri
sendiri." (QS. Al-Baqarah ayat 57).
Dalam Mu‘jam Alfāz Al-Qur’ān Al-Karīm, Muhammad ‘Ali an-Najjār
menyebut al-Mann merupakan sejenis madu yang beku dan turun dari langit seperti
embun. Sedangkan as-Salwā adalah sejenis burung puyuh. Kedua makanan tersebut
mengandung semua unsur utama gizi dan menghasilkan kalori tinggi.
Penjelasan lain mengenai sumber makanan manusia dari tetumbuhan ditemukan
juga pada Surah ‘Abasa/80: 24—32. Sedangkan dari jenis hewan Allah menyediakan
daging, ikan, telur, dan susu dapat ditemukan pada Surah an-Nahl/16: 5, Yāsīn/36: 71—
73, Fātir/35: 12.
Dalam segala hal, sikap berlebihan kerap merujuk kepada konteks negatif. Begitu pula
berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, baik terlalu sedikit maupun
terlalu banyak. Dalam Surah Al-A'raf ayat 31 Allah berfirman:
ٰي َبِنْٓي ٰا َد َم ُخ ُذ ْو ا ِزْيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُك ُلْو ا َو اْش َرُبْو ا َو اَل ُتْس ِرُفْو ۚا ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَن
"Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki)
masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf ayat 31)
Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam Fiqh al-Islami wa adillatuhu berpendapat, ajaran Islam
sangat memperhatikan kesehatan fisik dengan mewajibkan umatnya untuk memakan
asupan yang dapat menjaga kehidupan, menolak kerusakan fisik, melakukan kewajiban-
kewajiban agama seperti shalat, puasa dan yang lainnya.
Adanya pergantian siang dan malam adalah bentuk kekuasaan Allah. Yang mana pada
siang hari merupakan waktu bagi manusia bekerja mencari rejeki. Sedangkan malam hari
dalam kondisi gelap gulita dimaksudkan agar manusia beristirahat, mengembalikan
kekuatan, setelah siang harinya manusia berusaha keras mencari rezeki. Firman-Nya
dalam Surah Al-Furqan ayat 47:
َو ُهَو اَّلِذ ْي َج َعَل َلُك ُم اَّلْيَل ِلَباًسا َّوالَّنْو َم ُس َباًتا َّوَجَعَل الَّنَهاَر ُنُش ْو ًرا
"Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat.
Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha." (QS. Al-Furqan ayat 47).
Allah SWT juga menganugrahkan kepada manusia berupa mukjizat terbesar yaitu
Rasulullah SAW. Di antara seluruh manusia beliaulah sebagai tauladan paling sempurna
yang ada di dunia ini. Dalam berprilaku, bersikap dan berakhlak, yang menjadi
timbangan terbaik yang dijadikan sebagai ukuran bagi setiap mukmin.
tentang hadis yang yang berkaitan dengan kehidupan Rasulullah SAW. Oleh
sebab itu, pembahasan tentang hadis memerlukan kehati-hatian dan melebihi norma
ilmiah karena pembenaran terhadap prilaku Rasulullah SAW oleh peneliti hadis akan
menjadi pedoman hidup umat Islam.
Artinya: Dari Malik, Rasulullah SAW bersabda : “Telah aku tinggalkan pada diri
kamu sekalian dua perkara hingga kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh
dengannya. Yaitu Kitab Allah dan sunnah rasul-Nya.” (HR. Malik).
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an dan hadits merupakan
sumber yang dapat dijadikan pedoman untuk mnejalankan syari’at Allah. Dengan kata
lain, di samping dua sumber ajaran tersebut yang merupakan landasan dari ajaran Islam
(hujjah), karena al-hadits dalam posisinya selain sebagai sumber sekaligus pedoman
ajaran Islam (hujjah) bukan secara kebetulan atau karena taqdir tetapi harus mempunyai
argumentasi yang jelas, dasar hukum atau dalil kehujjahan yang jelas untuk diikuti.
1. Hadis Tentang larangan meniup makanan /minuman yang masih panas Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau
meniup isi gelas.” (H.R Abu Dawud : 3728, At Tirmizi : 1888,Ibnu Majah : 3288)
Dalam hadis diatas menunjukkan bahwa secara ilmu kesehatan apabila kita
meniup atau bernafas didalam isi gelas tersebut ditakutkan akan berpengaruh kepada
sirkulasi air yang masuk kedalam tubuh sehingga menggangu pernafasan. Oleh karena
itu, prinsip kehati-hatian sangat perlu dilakukan.
Hadis diatas menjelaskan bahwa segala hal yang akan terjadi adalah atas
kehendak dan petunjuk Allah SWT. Salah satu yang menjadi perbincangan adalah
tentang turunnya hujan dalam sebuah daerah. Adanya usaha untuk menunda,
menghilangkan dan memindahkan hujan dengan berbagai bentuk usaha dan ilmu
pengetahuan mutakhir, akan tetapi semuanya adalah atas kehendak Allah SWT. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber ilmu adalah satu dari Allah SWT
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai panduan untuk penelitian dan eksplorasi lebih lanjut, beberapa rekomendasi
dapat diambil:
Daftar Pustaka
Nurmayani. (2013). Sumbangan Islam Terhadap Sains dan Teknologi. Jurnal Handayani,
1(1), 19–33
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari bin Syarh al-Kirmani Kitab al-Ilm, Dar Ihya. Al- Turats al-
Arabi, juz 2, cet. 2 hal 30
Sayyid Qutb, (1986) Fi Zilal al-Qur’an, Dar al-Syuruq, Beirut, jld.1, cet 12, hal 21
Muhajir Ali Musa (1976) Lessons From The History of The Quran, Lahore: Muhammad
Asyraf,
Muhammad Saud, Islam and Evolution of Science, Dalam al-Islam Vol. 4 no 3 July
September 1973
Darsya, S. (2022). Hadis-hadis Tarbawih Tentang Integrasi Ilmu, Sains dan Teknologi.
At-Thullab: Jurnal Of Islamic Studies, 3(2).
Fakhri, J. (2010). Sains, dan Teknologi dalam, Al-Quran dan Implikasinya dalam
Pembelajaran. TA’DIB, 15(01)