Anda di halaman 1dari 9

“DISGRAFIA”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu: Nurasia, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 8

Nurhasma 1901414038
Intan Anggun Paratiwi 1901414278
Hardiansah 1901414203
Febrianti 1901414343
Hikmawati Pari 1901414204

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis tangan, karena
kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi
lainnya. Terdapat macam macam definisi menulis. Lerner (1985:413)
mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide-ide  ke dalam suatu
bentuk visual. Kemampuan menulis berhubungan dengan kemampuan motorik
yakni motorik halus karena menekankan pada koordinasi otot tangan dan jari atau
kelenturan tangan yang bersifat keterampilan.
Soemarmo Markam (1989:7) menjelaskan bahwa menulis adalah
mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol dan gambar. Tarigan (1986:21)
mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa
yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain  yang menggunakan
bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Kesulitan menulis tidak hanya
menimbulkan masalah bagi anak namun juga menimbulkan masalah bagi guru.
Kesulitan dalam hal menulis terjadi pada 5-10% dari seluruh anak di dunia.
Kesulitan menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia ) (Jordon seperti
dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd, 1985 : 237). Penyebab disgrafia
adalah faktor neurologis yakni adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang
berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami
kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan
menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai pengertian disgrafia,
penyebab disgrafia ciri-ciri disgrafia, tipe disgrafia, pendampingan anak dan
permainan yang cocok untuk anak penyandang disgrafia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Disgrafia
Disgrafia adalah kelainan sebagai akibat gangguan integrasi visual
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan disgrafia, di antaranya adalah:
1. Terdapat  ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengomunikasikan suatu ide,
pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap, caranya memegang
alat tulis sering kali terlalu dekat, bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan
yang sudah ada.

B.   Faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis


Menurut Lerner (1985 : 402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk menulis, yaitu :
a.      Motorik
     Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan menyebaban
kesulitan dalam menulis. Beberapa contoh diantaranya adalah tulisannya masih
terputus-putus, tulisan tidak terlihat dengan jelas dan tidak mengikuti garis.
b.      Perilaku
       Hiperaktif menjadi salah satu pengaruh kesulitan anak dalam menulis hal itu
disebabkan karena perhatian anak yang teralihkan menjadi pemicu terhambatnya
pekerjaan menulis anak.
c.       Persepsi
       Anak yang persepsi visualnya terganggu akan sulit membedakan bentuk-
bentuk huruf yang hampir serupa. Contohnya b dan d kemudian p dan q.. Jika
persepsi auditorisnya yang terganggu maka ia akan mengalami kesulitan untuk
menulis kata-kata yang diucapkan guru.
d.      Memori
       Gangguan memori juga menjadi penyebab terjadinya keuslitan menulis,
karena saat terjadi gangguan memori pada anak, anak tidak  bisa mnegingat apa
yang akan ditulis setelah mendengar penjelasan dari guru.
e.       Kemampuan melaksanakan cross modal
       Kemampuan cross modal menyangkut kemampuan menstransfer dan
mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. Ketidakmampuan di bidang ini dapat
menyebabkan anak mengalami gangguan koordinasi mata-tangan sehingga tulisan
menjadi tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis lurus.
f.       Penggunaan tangan yang dominan
      Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering
terbolak-balik dan kotor.

C.   Cara-Cara Anak Disgrafia Memegang Pensil Untuk Belajar

1. Sudut pensil terlalu besar


2. Sudut pensil terlalu kecil
3. Menggenggam Pensil
4. Menyeret Pensil
5. Memegang pensil yang benar
6. Memegang pensil dengan bantuan segitiga.

D. Pendampingan yang dilakukan untuk anak Disgrafia


Ada beberapa macam aktivitas yang dapat digunakan untuk membantu
anak berkesulitan belajar menulis dengan tangan seperti:
1.      Aktivitas menggunakan papan tulis
Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya.
Anak disediakan papan tulis dan kapur. Papan tulis tersebut anak diberi kebebasan
untuk menggambar garis, lingkaran, bentuk-bentuk geometri, angka, dan
sebagainya. Aktivitas tersebut dapat melibatkan motorik kasar dan halus.
Kegunaan dari aktivitas ini adalah untuk mematangkan motorik kasar, motorik
halus, dan koordinasi mata-tangan yang merupakan keterampilan prasyarat dalam
belajar menulis.
2.      Bahan-bahan lain untuk latihan gerakan menulis
Selain papan tulis, ada bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk
melatih gerakan menulis, yang mencakup motorik kasar maupun motorik halus.
Bahan-bahan tersebut antara lain adalah kertas yang ditempel pada papan atau
dengan menggunakan bak pasir. Pada kertas atau bak pasir tersebut anak dapat
berlatih membuat angka, huruf, atau bentuk-bentuk geometri. Tujuannya untuk
mematangkan motorik kasar, motorik halus, dan koordinasi mata-tangan.
3.      Memegang Pensil
Anak yang kesulitan belajar menulis yang memegang pensil dengan cara
yang tidak benar. Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk di atas
pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil dan pensil dipegang sedikit
di atas bagian yang diraut. Anak yang belum dapat memegang pensil dengan
benar, pensil dimasukkan ke dalam plastik yang berbentuk segitiga dan anak
memegang pensil latihan dapat dimulai dengan spidol besar, spidol sedang, spidol
biasa, dan kemudian pensil.
4.      Menjiplak
Buat bentuk atau tulisan dengan warna hitam tebal di atas kertas yang agak
tebal, letakkan di atasnya selembar kertas tipis, dan suruh anak menjiplak bentuk
atau tulisan tersebut. Latihan juga dapat menggunakan OHP (Overhead Projector).
Berbagai gambar bentuk atau tulisan ditulis di transparansi dan ditayangkan ke
papan tulis berwarna putih (whiteboard), lalu anak diminta untuk menjiplak
gambar bentuk atau tulisan tersebut dengan spidol di atas papan putih.
Gambar hendaknya berupa garis-garis tegak lurus (vertikal), horizontal, miring ke
kiri, miring ke kanan, lengkung ke kiri, lengkung ke kanan, lengkung ke atas, dan
lengkung ke bawah. Setelah itu baru anak diajarkan berbentuk segi empat, segi
tiga, lingkaran, angka, dan huruf.
5.      Titik-titik
Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat
dari titik-titik. Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut
menjadi huruf yang utuh.
6.      Menjiplak dengan semakin Dikurangi
Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak
huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian
kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk meneruskan penulisan.
7.      Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tipis-tebal. Dengan buku
bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf
secara benar. Garis dapat diberi warna yang mencolok untuk meningkatkan
perhatian anak.

E. Permainan Yang Cocok Untuk Anak Penyandang Disgrafia


1.      Menjumput biji-bijian
Menjumput biji-bijian merupakan salah satu terapi yang bisa membantu
anak yang mengalami kesulitan menulis seperti memegang pensil yang masih
kaku dan gementar, bisa melatih konsentrasi dan kesabaran anak agar anak bisa
menulis menghasilkan tulisan yang rapi dan indah, serta membantu anak agar
menulis memegang pensil menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Terapi
menjumput biji-bijian ini, bisa dilakukan dengan cara memindahkan biji-bijian
yang kecil seperti kacang hijau atau biji-bijian yang berukuran kecil lainnya ke
dalam botol yang memiliki lubang yang sempit agar bisa merangsang otot jari
tangan anak dan melatih otot jari tangan anak menjadi kuat sehingga anak bisa
terbiasa menulis. Anak diajak harus memasukan biji-bijian itu sampai penuh di
dalam botol.
2.      Bermain pistol-pistolan
Permainan pistol-pistolan merupakan salah satu permainan yang disukai
dan biasanya dimainkan anak laki-laki, permainan pistol-pistolan ini juga bisa
membantu anak yang kesulitan menulis seperti memegang pensil yang masih
gementar dan kaku sehingga melalui permainan pistol-pistolan ini, bisa mengasah
otot jari tangan anak agak kuat memegang pensil ketika menulis.
3.      Bermain gelembung sabun
Permainan gelembung sabun sangat asyik dan menyenangkan ketika
dimainkan.  Permainan ini biasanya dimainkan orang dewasa maupun anak-anak.
permainan ini merupakan salah satu permainan yang bisa sebagai terapi untuk
membantu anak yang kesulitan menulis. Salah satu kesulitan menulis adalah
memegang pensil yang belum kuat, sehingga melalui permainan ini bisa
membantu menguatkan otot jari tangan anak agar bisa memegang pensil dengan
kuat.
4.      Memasukan koin ke dalam celengan
Menabung adalah salah satu cara mengajarkan anak bisa terlatih untuk
mandiri. Ini merupakan salah satu keuntungan yang bakal membuat anak bisa
berhasil di masa yang akan datang. Tetapi perlu diketahui bahwa setiap hari anak
menabung atau memasukan koin ke dalam celengan, ada keistimewahan yang
diperoleh anak jika anak tersebut mengalami kesulitan menulis, sehingga melalui
terapi menabung yang dilakukan anak setiap hari, bisa melatih kekuatan otot jari
anak ketika menulis.
BAB III
KESIMPULAN
            Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwan, Disgrafia adalah kelainan sebagai akibat gangguan integrasi
visual motor. Anak tidak mengalami gangguan penglihatan atau gangguan
motorik, tetapi tidak mampu untuk mengalihkan informasi visual ke sistem
motorik. Tidak hanya akibat gangguan integrasi visual motor, penyandang
disgrafia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: perilaku, persepsi, memori,
kemampuan melakukan cross modal, dan penggunaan tangan yang dominan.
Beberapa faktor tersebut tentu mempengaruhi cara menulis penyandang disgrafia
dan bagaimana penyandang disgrafia dalam memegang pensil. Akan tetapi,
penyandang disgrafia dapat dibantu dengan melalui beberapa pendampingan dan
permainan agar pendamping disgrafia mampu menulis dengan baik.
            Dengan demikian, sebagai calon pendidik harus mengetahui hal-hal
tersebut, agar calon pendidik mengetahui anak yang mengalami disgrafia dan
bagaimanan cara membantu pendampingan anak disgrafia.
Daftar Pustaka :
Dr Abdurraahman.2009.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: PT
Rineka Cipta
http://c3i.sabda.org/disgrafia_pada_anak_yang_kesulitan_menulis_dan_solusinya
T,Suratinah.” Cara Mengatasi Mengatasi Kesulitan Belajar Akibat Disfungsi
Minimal Otak (DMO)”. Cakrawala Pendidikan Nomor 1, Tahun x.IV, Febuari
(1995). 17 April 2017.
http://nonirosliyani.com/aktivitas-anak-yang-melatih-otot-jari-untuk-persiapan-
belajar-menulis/

Anda mungkin juga menyukai