Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Qotrotul Ghois Lillah Muflikha

NIM : 20105040030
Kelas : SA-B

1.Relasi Agama dan Sains Menurut Seyyed Hossein Nasr dan Ian G Barbour
Wacana relasi agama dan sains pada dua tradisi di dunia Barat dan dunia Islam sangat
bergantung pada latarbelakang historis perjumpaan antara agama dan sains. Pada tradisi di Barat,
perkembangan sains awal pada sekitar abad ke 15 menjadi satu titik penting kebangkitan sains,
kebangkitan ini kemudian diteruskan dengan fase ketika sains mencapai puncaknya dan agama
perlahan ditinggalkan para ilmuwan, ketidaksimpatian saintis terhadap agama ini dikarenakan
sains menganggap bahwa percampuran agama dalam pemikiran hanya akan mencederai logika
positif. Sedangkan dalam dunia Islam, meskipun ia tidak mengalami masa traumatik seperti
halnya Barat, dunia Islam yang pernah mengalami masa kejayaan sainsnya juga pernah
mengalami masa stagnasi perkembangan ilmu dan hal ini yang kemudian menjadi penyebab
ketertinggalan dunia Islam dari kemajuan sains modern yang dihasilkan oleh Barat.

Latar belakang historis yang berbeda antara dunia Islam dan dunia Barat inilah yang
menghasilkan perbedaan pandangan pemikir dari masing-masing tradisi terhadap wacana agama
dan sains, yang dalam penelitian ini yaitu Seyyed Hossein Nasr dan Ian G Barbour. Dalam dunia
Islam, Nasr telah memberikan kontribusi pemikiran relasi agama dan sains pada tiga hal yaitu,
penekanannya pada pentingnya pengkajian sejarah sains, kedua, mengenai isu lingkungan
sebagai masalah agama dan sains yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Dan terakhir
gagasannya tentang islamisasi sains. Sedangkan Barbour, dalam dunia Barat pemikirannya telah
menjadi satu aliran utama dalam pengkajian relasi agama dan sains dengan teori empat
tipologinya yaitu konflik, independensi, dialog dan integrasi. Kedua tokoh ini memiliki tiga
persamaan pemikiran, pertama, keduanya sama-sama melihat pentingnya pengkajian sejarah
sains, kedua, permasalahan yang terjadi antara agama dan sains sebenarnya terletak pada
permasalahan etika lingkungan dan yang ketiga yaitu konsep mereka atas solusi untuk integrasi
antara agama dan sains, lebih berat pada pendekatan filosofis dan metafisis. Adapun perbedaan
pemikiran mereka meliputi argumen kedudukan sains, telaah terhadap teori Darwin dan terakhir
objek agama yang mereka integrasikan dengan sains.

2.Keselarasan Islam dan Sains


antara Islam dan sains tidak bertentangan satu sama lain. Bahkan, antara Islam dan sains
memiliki keselarasan dan dapat mempertegas antara satu dan yang lainnya.Keselarasan Islam
dan sains dapat dibuktikan dengan banyak hal. Salah satunya dengan produk berupa tokoh-tokoh
Islam yang cemerlang dan memiliki kontribusi dalam bidang sains. Beberapa nama terkenal
Islam tersebut diantaranya Ibnu Sina yang memiliki kontribusi dalam banyak bidang seperti
kedokteran, filsafat, dan lain sebagainya. Selain itu juga, ayat-ayat al-Qur’an, sumber utama
dalam Islam, memiliki keselarasan dengan penemuan-penemuan sains masa kini. Beberapa
diantaranya seperti ayat-ayat tentang bulan, bintang, dan matahari. Al-Qur’an telah lama memuat
ayat-ayat yang berbicara tentang hal tersebut, dan telah dibuktikan kebenarannya oleh sains
modern.

3. AGAMA DAN SAINS: Sebuah Kajian Tentang Relasi Dan Metodologi


Sains dan agama adalah dua entitas yang berbeda sebagai sumber pengetahuan dan
sumber nilai bagi kehidupan manusia. Meskipun secara filosofis keduanya berbeda namun secara
historis pernah dilakukan upaya-upaya konsolidatif baik dalam konteks kontraproduktif maupun
dalam konteks mutualistik . Langkah konsolidatif ini, disimpulkan dalam riset Zainul Arifin,
dilakukan supaya di antara keduanya tidak menjadi instrumen dan media perseteruan dan sumber
konflik bagi kehidupan manusia, namun sebaliknya, keduanya semestinya menjadi sumber
inspirasi meningkatkan kearifan dan kesadaran dinamis diri manusia dalam hubungannya dengan
alam, secara makrokosmik, dan dengan sesama manusia, secara mikrokosmik, serta dengan
Tuhan, secara transendental. Oleh sebab itu, agama dan sains perlu meniscayakan diri untuk
sama-sama mengabdi untuk kepentingan kesejahteraan dan kemakmuran manusia .

Sebagaimana agamawan, saintis memiliki langkah kerja yang khas, dengan menggunakan
berbagai tata cara yang bersifat ilmiah dalam melakukan kegiatannya, dengan tata cara yang
berpola atau keteraturan tertentu. Pola kerja ilmiah bisa saja berupa pelukisan, pengamanan,
penggolongan, pengukuran,penguraian, penyelidikan, percobaan, dan perbandingan. Tata cara
ilmiah terdiri dari serangkaian tata langkah yang tertib, yang pada umumnya berupa: penentuan
masalah, perumusan patokan duga (hipotesis), pengumpulan bahan keterangan, penurunan
kesimpulan, dan pengujian hasil. Pelaksanaan pola-pola dari tata cara ilmiah biasanya
memerlukan rincian lebih lanjut berupa aneka tata kerja seperti misalnya melakukan pemanasan
atau pembekuan, wawancara, dan mengerjakan perhitungan, dengan menggunakan alat-alat
bantu tertentu hingga terhimpunnya kumpulan-kumpulan pengetahuan yang teratur.

4.Pendidikan sebagai Medium Penerapan Islam dalam Sains dan Teknologi

Sistem pendidikan S&T Islam sebenarnya memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat
berbanding S&T yang tidak berasaskan sistem Islam. Sekiranya semua umat Islam berganding
bahu untuk mengembalikan semula S&T Islam pada era kegemilangan Islam dahulu dengan
memberikan nafas baru dan pendekatan baru, maka sudah tentu ledakan pengetahuan S&T Islam
boleh mengatasi apayang diperoleh oleh tamadun Barat. Hal ini kerana impak kejayaan yang
dikecapi dalam S&T Islam sudah tentu memberikan kebahagian, kemakmuran, dan keadilan
kepada umat manusia di dunia dan dalam masa yang sama mereka juga memperoleh kejayaan
yang kekal abadi di alam akhirat.
5.Integrasi Pendidikan Agama Islam Dengan Sains Dan Teknologi
Manusia sebagai ciptaan Tuhan dengan kesempurnaan akal pikirannya, di dalam ajaran
Islam, dianjurkan untuk membaca ayat-ayat yang tersirat lewat fenomena dan keteraturan alam.
Dengan kajian-kajiannya yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan dan teraplikasi dalam wujud
teknologi, kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan sejahtera. Dengan mengetahui dan
merenungi berbagai keteraturan dan fenomena alam yang ada akan menimbulkan keimanan,
ketakwaan, dan kesadaran rohaniyah dalam diri manusia bahwa betapa kecilnya makhluk
manusia dan betapa besarnya Tuhan sebagai pencipta alam semesta serta segala isinya.Selain
memberi panduan hidup kepada manusia agar menjadi manusia yang bertaqwa yang dapat
selamat dan menyelamatkan, Al-Qur’an banyak terkandung informasi-informasi ilmiah.
Walaupun Al-Qur’an bukan merupakan kitab sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi
sains dan teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang sangat penting saja dari
ilmu-ilmu dan teknologi yang dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam untuk belajar,
mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.

Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan pembelajaran
yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan pendidikan
agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya yaitu kitab suci AlQuran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran,
latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.

6.Integrasi Pendidikan antara Islam serta Sains dan Teknologi


Keistimewaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang lengkap yang berbeza daripada
ciptaaan lain seperti jin dan haiwan dengan wujudnya kesempurnaan akal fikirannya sehingga
ditunjukkan dalam al-Quran yang bermaksud manusia, ialah makhluk yang paling sempurna
ciptaannya. Dalam ajaran Islam sering digalakkan untuk membaca ayat suci al-Quran dan hadis
yang mana menceritakan kisah-kisah terdahulu, sekarang dan akan datang mengikut aturan alam.
Melalui pelbagai kajian yang dijalankan akan berkembang menjadi pelbagai ilmu pengetahuan
dan dapat diaplikasikan melalui penggunaan alat-alat teknologi dalam kehidupan manusia sehari-
hari.

Menerusi cara yang efektif, iaitu mengenali dan menghayati berbagai aturan alam yang ada akan
dapat mewujudkan dan meningkatkan keimanan, ketakwaan dan kesedaran rohani dalam jiwa
setiap insan bahwa betapa kerdilnya makhluk sempurna ciptaan Tuhan yang bernama manusia
dan betapa besarnya keesaan Allah SWT sebagai pencipta yakni Khalik. Fungsi al-Quran selain
dijadikan panduan hidup yang benar kepada manusia agar bertakwa yang mana boleh selamat
dan menyelamatkan, ia juga banyak mengandungi limpahan maklumat ilmiah untuk rujukan
manusia. Walaupun al-Quran bukan merupakan kitab sains dan teknologi, ia juga mengandungi
pelbagai maklumat yang berkait dengan konsep sains dan teknologi, walaupun cuma menyatakan
bahagian dasar-dasar yang lebih banyak kepentingan sahaja dari ilmu pengetahuan dan inovasi
yang dimaksudkan dan diperjelaskan lagi dalam hadis nabi. Al-Quran juga menjadi penguat
untuk umat Muhammad (Islam) untuk belajar, mengkaji dan menganalisis serta meneroka alam
semesta dan muka bumi ciptaan Allah SWT ini dengan lebih mendalam dan terperinci lagi.

Sebagai kesimpulan, dengankemajuan pendidikan Islam dengan sains dan teknologi tersebut
diharapkan pembelajaran dapat dijalankan dengan lebih baik dan berfaedah serta senang
difahami oleh semua pihak sama ada pengkaji ataupun pelajar. Dengan itu, tujuan integrasi
pendidikan dan agama Islam serta sains dan teknologi diharapkan dapat memberi panduan untuk
mereka menjadi insan yang beriman, bertakwa dan berakhlak mahmudah dalam melaksanakan
ajaran suci Islam dari sumber yang paling utama, iaitu al-Quran dan hadis agar dapat dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar, sistematik dan memberi manfaat bersama di dunia .

7.Islam dan Sains Menurut Sayyed Nasr Nasr

dinamika sains di dalam Islam yang penuh berliku karena tidak semua ummat muslim mau
menrima akan keberadaan sains dalam Islam terutama mereka ummat muslim tradisionalis yang
bersifat puritanis. Namun pada hakikatnya Islam tidak melarang akn adanya suatu pembelajaran
sains oleh ummat muslim bahkan dianjurkan untuk mempelajarinya demi kemaslahtan ummat
dan kebutuhan pribadi. Seperti yang dikatakan oleh Nasr sains dan Islam tidak sling bertentangan
bahkan diilustrasikan seperti pohon, pohonya adalah Islam dan ranting-rantingnya adalah sains
dan daun serta buah bagikan hasil dari keduanya. Jadi antara sains dan Islam ada suatu korelasi
yang kuat dalam mebentuk suatu perdaban seperti era Abbasiyah.

Sains Islam yang digaungkan oleh Nasr adalah bentuk sains yang lebih kompleks karena
perpaduan antara ajaran-ajaran Islam dengan rasionalitas. Sebagai seorang pionir sains Islam,
Nasr menolak segala sesuatu yang ada di dalam sains modern Barat, karena mereka hanya
bersifat naturalistik dan materialistic yang menolak sendi-sendi keindahan yang diajarkan oleh
wahyu (agama). Jadi secara jelas dan gambling sains Islam itu ada dan nyata dan itu dicetuskan
oleh Nasr sendiri untuk melawan sains Modern yang bersifat kering dan gersang.

8.Pengembangan Paradigma Integrasi Ilmu: Harmonisasi Islam dan Sains


dalam PendidikanAl Qur`an, sebagai sumber utama dalam pendidikan Islam, memang
bukan kitab sains. Melainkan kitab yang berisi tentang “petunjuk”. Yang oleh karenanya menjadi
berbahaya jika menyandingkan antara kitab suci yang kebenarannya mutlak dengan sains yang
kebenarannya bersifat relatif. Akan tetapi, apa yang digagas disini sebenarnya bukan seperti yang
dikhawatirkan tersebut, rumusan epistemologi keilmuan Islam justru menawarkan sebuah
terobosan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang ada di dalam Al Quran, sekaligus
mencari bukti terhadap pernyataan ilmiah yang ada di dalamnya seperti tentang penciptaan
langit, bumi, gunung sebagai pasak, pertemuan dua air yang tidak menyatu, dan lain sebagainya.

Jadi, pendidikan Islam dibangun di atas epistemologi keilmuan yang integratif; yang bukan
hanya menyandingkan antara agama dengan sains, namun justru menjadikan sains sebagai salah
satu pilar dalam agama.

9.ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN(Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan


Islam)
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan: Islam sebagai agama denganal-
Qur’an dan as-sunnah sebagai sumber ajaranyya banyak berbicara tentang ilmu pengetahuan dan
menempatkan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan pada derajat terhormat. Semua ilmu
pengetahuan agama ataupun ilmu pengetahuan kealaman semuanya bersumber dari Allah swt,
sehingga tidak perlu ada dikotomi antara keduanya. Sehingga berkembangnya temuan saintis
Barat beserta ide-ide yang ditimbulkannya berpengaruh besar terhadap munculnya ide dan
gagasan pembaruan di dunia Islam. Pembaruan dalam Islam memang sangat dianjurkan selama
pembaruan itu tidak mengebiri ajaran0ajaran Islam yang otentik, akan tetapi justru memperkuat,
mempertinggi dan mengangkat martabat ummat Islam dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Anda mungkin juga menyukai