Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUMBER ILMU PENGETAHUAN DAN PENGEMBANGAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:
MUHAMMAD RIAN/09320220041
MEI BATAU/09320220033

1
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, kami menyampaikan makalah ini sebagai
kontribusi kami dalam pemahaman tentang sumber ilmu pengetahuan dan
pengembangan dalam Islam. Makalah ini membahas sejumlah konsep dasar yang
penting dalam pemahaman ilmu pengetahuan dari perspektif Islam dan bagaimana
pemahaman tersebut dapat memberikan kontribusi berharga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEKS) yang mencerahkan.
Islam, sebagai agama dan pandangan dunia, telah memberikan fondasi kuat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Konsep tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah,
memberikan landasan filosofis yang mendalam dalam pengejaran pengetahuan. Selain
itu, pandangan ontologi dalam Islam juga memiliki dampak besar pada pemahaman
tentang realitas dan sumber ilmu pengetahuan.
Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana konsep-konsep tersebut
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kami juga akan membahas
metodologi keilmuan yang digunakan dalam penelitian ilmiah dan bagaimana konsep-
konsep Islam dapat memengaruhi metode penelitian.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
keterkaitan antara Islam, sumber ilmu pengetahuan, dan pengembangan IPTEKS.
Semoga makalah ini menjadi sumber inspirasi bagi pembaca dalam menjalani
perjalanan ilmiah dan spiritual mereka. Kami juga menyadari bahwa keterbatasan
waktu dan sumber daya, makalah ini mungkin tidak mencakup semua aspek yang
relevan, namun kami berharap dapat memulai diskusi yang lebih luas dalam topik ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
2.1. TAUHID SEBAGAI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN IPTEKS ............ 5
2.2. SUMBER ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN
BARAT (Ontologi) ........................................................................................................ 8
2.3. METODOLOGI KEILMUAN.......................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................... 14
PENUTUP .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam bukan hanya sebuah agama, tetapi juga sebuah pandangan dunia yang
mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan dan
teknologi. Konsep tauhid dalam Islam, yaitu keyakinan akan keesaan Allah,
memainkan peran penting dalam cara Islam memahami dunia dan alam
semesta. Pandangan ontologi dalam Islam juga mempengaruhi cara pandang
Islam tentang realitas dan sumber ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini,
penting untuk memahami bagaimana Islam memandang ilmu pengetahuan dan
bagaimana konsep-konsep ini berkontribusi dalam pengembangan IPTEKS.

Pemahaman tentang sumber ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam


memiliki relevansi yang besar dalam dunia kontemporer. Sejarah ilmu
pengetahuan Islam telah memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai
bidang seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Kontribusi-
kontribusi ini mencerminkan pemahaman Islam yang mendalam tentang ilmu
pengetahuan. Dalam era modern ini, ada upaya untuk mengintegrasikan nilai-
nilai dan pandangan Islam ke dalam pengembangan IPTEKS, menghubungkan
pemahaman ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai spiritual dan etika.

Selain itu, dalam menghadapi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan


yang pesat, pemahaman tentang bagaimana pandangan ontologi dalam Islam
memengaruhi cara pandang Islam tentang realitas dan sumber ilmu
pengetahuan sangat penting. Keterkaitan antara agama, ontologi, dan ilmu
pengetahuan menjadi semakin relevan dalam menghadapi tantangan
kontemporer.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
a) Bagaimana konsep tauhid dalam Islam menjadi dasar penting dalam
pengembangan IPTEKS?
b) Bagaimana pandangan ontologi dalam Islam memengaruhi cara
pandang Islam terhadap sumber ilmu pengetahuan?
c) Bagaimana metodologi keilmuan digunakan dalam penelitian ilmiah
dan bagaimana konsep-konsep Islam memengaruhi metode penelitian?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TAUHID SEBAGAI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN IPTEKS
Konsep integrasi keilmuan juga berangkat dari doktrin keesaan Allah
(tauhîd),sebagaimana dikemukakan oleh Seyyed Hossein Nasr, the arts and
sciences in Islam arebased on the idea of unity, whichh is the heart of the Muslim
revelation. Doktrin keesaanTuhan, atau iman dalam pandangan Isma'il Razi al
Faruqi, bukanlah semata-mata suatukategori etika. Ia adalah suatu kategori
kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan,dengan kebenaran proposisi-
proposisinya. Dan karena sifat dari kandungan proposisinyasama dengan sifat
dari prinsip pertama logika dan pengetahuan, metafisika, etika, danestetika,
maka dengan sendirinya dalam diri subjek ia bertindak sebagai cahaya
yangmenyinari segala sesuatu. Menurut al-Faruqi, mengakui Ketuhanan
Tuhan dan keesaanberarti mengakui kebenaran dan kesatupaduan Pandangan al-
Faruqi ini memperkuat asumsibahwa sumber kebenaran yang satu berarti tidak
mungkin terjadi adanya dua atau lebih sumber kebenaran. Ini sekaligus
menjadi bukti bahwa integrasi keilmuan memilikikesesuaian dengan prinsip
al tauhîd. Mengatakan bahwa kebenaran itu satu, karenanya tidakhanya sama
dengan menegaskan bahwa Tuhan itu satu, melainkan juga sama
denganmenegaskan bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali Tuhan, yang merupakan
gabungan daripenafian dan penegasan yang dinyatakan oleh syahadah.
Tauhid sebagai prinsip metodologis, menurut al Faruqi, memuat tiga
prinsip utama,yaitu: Pertama, penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak
berkaitan dengan realitas(rejection of all that does not correspond with
reality); kedua, penolakan kontradiksi-kontradiksi hakiki (deniel of ultimate
contradictions); dan ketiga, keterbukaan bagi buktiyang baru dan/atau yang
bertentangan (opennes to new and/or contrary evidence).
Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak pada
terbentuknyageneologinya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang
spesifik. Bahwa Tuhan adalahpengetahuan tantang alam semesta sebagai salah satu
efek tindak kreatif ilậhi. Pengetahuantentang hubungan antara Tuhan dan dunia,
antara pencipta dan ciptaan, atau antara prinsipIlahi dengan manifestasi kosmik,
merupakan basis paling fundamental dari kesatuan antarasains dan pengetahuan

5
spiritual. Berilmu pengetahuan menurut Islam lalu sama dansebangun
maknanya dengan: menyatakan ketertundukan pada tauhid dan
elaborasipemahaman secara sainstifik terhadap dimensi-dimensi kosmik
alam semesta. Itulahsebabnya Alqur’an kemudian berperan sebagai sumber
inteleketualitas dan spiritualitas Islam. Alqur’an berfungsi sebagai basis bukan
hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual,tetapi bagi semua jenis
pengetahuan. Alqur’an sebagai kalam Allah merupakan sumberutama inspirasi
pandangan Muslim tentang keterpaduan sains dan pengetahuan spiritual.Gagasan
keterpaduan ini bahkan merupakan konsekuensi dari gagasan keterpaduan
semuajenis pengetahuanSains dalam formulasi Tauhid, termaktub ke dalam
narasi kalimat seperti berikut:“Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai
sumber dan melalui berbagai cara danjalan” tetapi semua pengetahuan pada
akhirnya berasal dari Tuhan yang Maha mengetahui.
Menurut pandangan Alqur’an, pengetahuan manusia tentang benda-benda
mapun hal-halruhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah memberinya fakultas
yang dibutuhkan untukmengetahui. Banyak filosof dan ilmuan Muslim
berkeyakinan bahwa dalam tindakanberfikir dan mengetahui, akal manusia
mendapatkan pencerahan dari akal ilậhi. 31 Sains dalam formuasi Tauhid yang
sedemikian rupa itu menegaskan satu hal, bahwa pegetahuan,filsafat dan berbagai
hal yang terkait dengan semua itu sesungguhnya berada di wilayahKetuhanan.
Manusia takkan mampu menguasai semua itu jika ada kehendak untuk masukke
dalam wilayah Ketuhanan. Dan hanya Tauhîd, manusia mampu menyentuh,
mengetukserta masuk ke dalam wilayah ketuhanan yang didalamnya terdapat
khazanah ilmu yang takterbatas.(QS. [Thahaa] 20:114):

“Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.

Tradisi keilmuan Islam mengajarkan bahwa pencarian obyektifitas


dalam upayaintelektual bukan hanya sah dan diajarkan oleh Islam, berakar pada
fitrah manusia, tetapijuga memiliki signifikansi religius yang besar. Dalam
perspektif Islam, pengertianobyektifitas yang difahami dengan sifat-sifat
tidak berpihak dan apa adanya diwilayahpengetahuan, tidak dipisahkan
dari kesadaran religius tauhid. Agama bukan penghalanguntuk merealisasikan
obyektifitas pengetahuan, justru merupakan syarat bagi sains, tidakterkecuali ilmu-
6
ilmu keislaman. Seorang muslim merasa yakin bahwa Allah adalah maujud,bahwa
dia adalah penyebab segala ultimat, satu-satunya pelaku yang dengan
tindakannyamenyebabkan segala yang ada menjadi ada, dan segala yang akan
terjadi pasti terjadi. Alamsebagai ciptaan-Nya disediakan buat manusia untuk
dipelajari, sebagai sumber pelajaranyang siap diteliti dan dianalisis secara ilmiah.
Dan tauhid sebagai pandangan dunia Islam memperkuat pandangan.
Berkenaan dengan ilmu pengetahuan yang berada di wilayah
Ketuhanan, Nasrani menggunakan istilah scientia sacra. Istilah ini
digunakan untuk mengingatkan bahayadesakralisasi yang menghantam dan
memporak porandakan sains. Desakralisasi dapatdisimak ke dalam
perkembangan mutakhir sains, yaitu sejak sekitar permulaan abad ke17. Padahal
sampai kapanpun, sains tetap bersemayam di dalam wilayah
ketuhanan.Sebagaimana yang tercantum di ajaran tauhid, hanya Tuhan
yang merupakan sumberlahirnya pengetahuan. Siapapun manusia memang
memiliki kebebasan untuk memperlajaridisiplin ilmu pengetahuan apapun
serta mengembangkan sains apapun. Upaya saksamamemelihara tauhid,
dengan sendirinya merupakan kehendak untuk menjaga agar manusiaterus
menerus berilmu pengetahuan.
Setelah meninjau pandangan hubungan sains dan agama dalam
merespon masalahpenciptaan, penulis lebih mendukung dan mengakomodasi
pendekatan integrasi dalammenghubungkan sains dan Islam, karena dalam
hubungan integrasi ini keanekaragamanrealitas yang relatif sepadu dengan
Kesatuan Realitas yang Mutlak. Di mana realitas sainsmemiliki konvergensi
dengan realitas yang diungkapkan Alqur’an mengenai fenomena alamdan
manusia. Tanpa integritas keduanya, manusia akan terus menghadapi
problematikamodernitas sains di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Tauhid transpormatifmerupakan sebuah upaya penyatuan nilai-nilai Islam dan
terhadap perkembangan sains danteknologi agar hasil yang dicapai sains
dan teknologi dimanfaatkan dalam kehidupanmanusia

7
2.2. SUMBER ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN
BARAT (Ontologi)
Konsep Ilmu dalam Islam

Dalam Islam seluruh ilmu pengetahuan bersumber pada Allah Swt. Yang
diketahui melalui wahyunya yang tercantum dalam al-Qur’an.6 Namun,
berdasarkan penelusuran terhadap ayat-ayat yang bertemakan tentang ilmu, tidak
ditemukan ayat yang menyebutkan tentang arti, makna, hakikat, ataupun ontologi
dari kata ‘ilm secara spesifik. Dengan kata lain, definisi dan pemaknaan tentang
ilmu merupakan hasil interpretasi para pemikir Muslim dalam memaknai kata
dimaksud berdasarkan perspektif masing-masing. Ketiadaan penyebutan secara
spesifik tentang konsep, definisi, makna atau hakikat ilmu di dalam Al-Qur‘an ini
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, bahwa kata ilmu sudah menjadi kata yang
bisa dipahami oleh masyarakat Arab saat Al-Qur‘an diturunkan hingga tidak perlu
lagi disebut secara spesifik pemaknaannya di dalam Al-Qur‘an. Artikulasi dari kata
ini akan berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan
pengetahuan umat manusia. Perkembangan pengetahuan umat manusia dimaksud
tentu berkorelasi dengan sejauh mana manusia mampu menggunakan kemampuan
yang ada di dalam dirinya untuk menyerap pengetahuan. Kedua, terdapat rahasia
Ilahi di dalamnya terkait dengan keistimewaan al-Qur’an, hingga artikulasi dari
kata ‘ilm bisa mewakili, sesuai, dan tidak akan berkontradiksi dengan semua
pengetahuan di alam semesta, baik itu pengetahuan yang berkembang di masa lalu,
masa sekarang, ataupun di masa yang akan datang.

Menurut Quraish Shihab kata ilmu dalam Al-Qur’an memiliki berbagai bentuk
dan terdapat 854 kali disebutkan. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian
tujuan. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi
ontologi, epistemologi maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai
ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.

Persoalan hakikat ilmu pengetahuan (ontologi) telah menjadi perdebatan antara


kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan
yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh
dengan menggunakan akal atau indra yang bersifat empiris dan terdapat di alam
materi yang ada di dunia ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk Islam

8
ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang
bersifat empiris saja tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri yaitu ilmu
pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai Khaliq atau pencipta pengetahuan
tersebut.

Menurut para ahli filsafat Islam seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Al-
Ghazali, dan Ibnu Khaldun, klasifikasi dan hierarki ilmu berpegang pada Al-
Qur’an dan Hadis yakni dalam pemilihan antara ilmu yang pokok atau utama
dengan ilmu yang tidak pokok atau tidak utama. Al-Kindi (796-873 M)
mengklasifikasi ilmu dalam dua jenis, yaitu ilmu teoritis dan ilmu praktis seperti
pembagian Ariatoteles, yaitu:

a) Ilmu Teoritis (ilmu nazariah): Fisika (ilmu tabiat), Matematika (ilmu


riyadiat), Metafisika (ilmu Ilahiyah).
b) Ilmu praktis (ilmu amaliyah) : Etika (akhlaqiyah), Ekonomi
(iqtisaduyah), Politik (siasiyah)
Ibnu Sina (980-1036 M), juga membagi ilmu seperti klasifikasi
Aristoteles: a. Ilmu Teoritis: Fisika, Matematika, Metafisika, dan ilmu
universal. b. Ilmu praktis: Etika, Ekonomi, Politik,

Syariah. Al-Farabi (878-950 M) mengklasifikasi ilmu sebagai berikut:


a. Ilmu Bahasa (ilm al-lisan)
b. Ilmu logika (ilm al-mantiq)
c. Ilmu Matematik (ulum al-ta’alim)
d. Ilmu Fisika (al-ilm al-tabi’i)
e. Ilmu Metafisika (al-ilm al-ilahi)
f. Ilmu Masyarakat (ilm al-madani).

Al-Ghazali (1058-1111 M) mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut:


a. Ilmu syar’iyah dan ilmu aqliyah. Ilmu syar’iyah terbagi atas ilmu
usul (tauhid, tafsir, hadist) dan ilmu furu’ (Ibadat, fiqh, akhlak),
sedangkan

Ilmu Aqliyah terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:

9
1) Tingkat pertama adalah matematika (aritmatika, geometri,
astronomi, astrologi, musik) dan logika.
2) Tingkat pertengahan adalah: ilmu pengetahuan alam (perubatan,
metereologi, mineralogy, dan kimia).
3) Tingkat tertinggi adalah tentang maujud (yang wajib dan
mungkin), tentang pecipta (zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-
Nya), tentang tasawuf, tentang malaikat, syaitan, mukjizat, dan
kiamat. b. Ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu fardlu
‘ain menurut Al-Ghazali adalah aqidah, ibadah, dan suluk/akhlaq,
sedangkan yang termasuk fardlu kifayah adalah selebihnya.

Ibnu Khaldun (1332-1382 M) mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut:

a) Ilmu Syar’iyah (al-Qur’an, tafsir, hadist, nasikh dan mansukh,


sanat hadist, usul fiqh, ilmu kalam dan ilmu tasawuf).
b) Ilmu Aqliyah (bilangan, berhitung, hisab, algebra, muamalat dan
faraid, ilmu ekonomi, ilmu bentuk, ilmu ruang dan kawasan, ilmu
kegunaan seperti perubatan, pertukangan, kebidanan, dan lain-
lain).

Ontologi Ilmu Barat

Dalam konteks barat istilah ilmu disebut dengan Knowledge yang berarti ilmu
pengetahuan. Kata Knowledge berasal dari kata know yang memiliki arti
pernyataan dari fikiran guna menghapus kebodohan dan menyempurnakan
kemurnian akal fikiran. Kemudian, istilah Knowledge juga mengandung
pengertian sebagai suatu kepakaran dan juga kemahiran yang diperoleh manusia
melalui pengalaman dan pendidikan. Selaian itu Knowledge juga memiliki arti
sebagai ilmu tentang manusia, suatu benda, atau memperoleh suatu pandangan
melalui maklumat daripada fakta tentang sesuatu. Berdasarkan pengertian di atas
terdapat tiga elemen utama dalam ilmu yaitu sebagai berikut:

1. Kemahiran yang diperoleh manusia dalam proses menuntut ilmu melalui


pembelajaran dan pengalaman yang dapat membentuk manusia menjadi
seseorang yang mahir dalam suatu ilmu.

10
2. Ilmu adalah suau pengetahuan yang diperoleh melalui fakta-fakta dan
maklumat-maklumat tertentu yang diketahui oleh manusia melalui buku dan
pembelajaran.
3. Ilmu juga diperoleh melalui kesadaran dan kebiasaan yaitu proses
pemerolehan suatu ilmu berdasarkan pengalaman yang diteui oleh manusia
secara realita melalui pengamatan (Observasi) atau pengalaman sosial.22

Tokoh yang paling dominan dalam sejarah peradaban barat adalah kaum skeptis,
yang mana mereka dianggap sering mengisyaratkan beberapa hal yang berkaitan
dengan ilmu.

Menurut pandangan Syed Muhamad Naquib al-Attas, peradaban Barat modern


membuat ilmu menjadi problematis. Ilmu barat modern tidak di bangun atas wahyu
atau kepercayaan agama melainkan berdasarkan tradisi budaya yang diperkuat
dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional.27 Aristoteles (374-322 SM)
mengklasifikasikan ilmu sebagai alat dan ilmu sebagai tujuan. Ilmu sebagai alat
ialah logika, sedangkan ilmu sebagai tujuan dibagi kedalam dua bagian besar,
yaitu:

a) Ilmu teoritis yakni meliputi fisika, matematika, dan metafisika.


b) Ilmu praktis yakni meliputi etika, ekonomi, dan politik. Klasifikasi
Aritoteles ini juga dipakai oleh filosof Islam seperti al-Farabi, al-Kindi dan
Ibnu Sina sebagai dasar klasifikasi ilmu yang dikembangkannya.

Pada zaman pertengahan, klasifikasi ilmu yang diterima dan berkembang adalah
apa yang disebut Trivium dan Quadrivium:

a) Ilmu trivium meliputi: grammar, dialektika, dan retorika.


b) Ilmu quadrivium meliputi: aritmetik, geometri, musik, dan astronomi.28
Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Wilhelm Windelband (1848-1915)
mencetuskan teori dikotomi antara disiplin sains (ilmu pengetahuan alam)
dengan disiplin ilmu kemanusiaan dan sastra. Sejak itu ilmu pengetahuan
dibagi atas dua kelompok besar, yaitu kelompok ilmu (science), dan
kelompok seni (arts).29

11
Dalam hubungan ontologi ilmu dikenal 2 sifat dari ilmu pengetahuan perspektif
barat yaitu:

a) Santifik Sifat saintifik dari ilmu pengetahuan berkaitan dengan hukum


kausalitas. Seperti dijelaskan oleh Windelband bahwa ada dua jenis ilmu,
yaitu ilmu nomotetik dan ilmu idiografik. Ilmu nomotetik merupakan ilmu
pengetahuan kealaman yang dikatakan mempunyai pola hukum yang
bersifat umum dan universal, yaitu hukum sebab dan akibat (cause and
effect) yang tetap. Dengan sifat yang demikian maka dapat dibuat prediksi
atau ramalan tentang kejadian yang akan datang, yang biasanya akan
berlaku tepat seperti yang ditentukan (determined). Sedangkan ilmu
idiografik merupakan ilmu pengetahuan kealaman yang dikatakan
mempunyai pola hukum yang bersifat spesifik.
b) Humanistik Sifat humanistik dari ilmu pengetahuan menjadi asas bagi ilmu
pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Sifat humanistik terbagi atas dua
macam pendekatan, yaitu pendekatan fungsional dan pendekatan genetik.

2.3. METODOLOGI KEILMUAN


Metodologi keilmuan adalah pendekatan sistematis yang digunakan dalam
penelitian ilmiah untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat diandalkan dan
diverifikasi. Metode ini membantu peneliti mengumpulkan data, menganalisis
informasi, dan menarik kesimpulan yang didasarkan pada bukti-bukti yang ada.
Berikut ini adalah delapan poin penting dalam metodologi keilmuan:

1. Identifikasi Masalah Penelitian:


Setiap penelitian ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau
pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan. Pemilihan masalah ini harus
didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang literatur yang sudah ada
dan relevansi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Penentuan Tujuan Penelitian:
Setelah masalah penelitian diidentifikasi, peneliti perlu menetapkan tujuan
penelitian yang jelas. Tujuan ini dapat berupa pengembangan teori, eksplorasi
fenomena, verifikasi hipotesis, atau pemecahan masalah tertentu.
3. Perancangan Metode Penelitian:

12
Metodologi penelitian harus dipilih dengan hati-hati berdasarkan tujuan
penelitian. Ini termasuk pemilihan pendekatan kualitatif atau kuantitatif,
pengumpulan data, analisis statistik, dan alat-alat yang akan digunakan.
4. Pengumpulan Data:
Proses pengumpulan data melibatkan teknik-teknik seperti survei,
eksperimen, wawancara, observasi, atau pengumpulan dokumen. Data harus
dikumpulkan secara sistematis dan akurat.
5. Analisis Data:
Data yang terkumpul perlu dianalisis untuk mengidentifikasi pola, hubungan,
dan tren yang relevan. Metode statistik, analisis kualitatif, atau metode lainnya
digunakan untuk mengolah data.
6. Interpretasi Hasil:
Hasil analisis data perlu diinterpretasikan dengan hati-hati untuk
menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian. Peneliti harus
menjelaskan makna temuan mereka dalam konteks teori yang ada.
7. Kesimpulan dan Implikasi:
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengambil kesimpulan terhadap
pertanyaan penelitian mereka. Selain itu, mereka juga harus membahas
implikasi penemuan mereka dalam konteks lebih luas dan mungkin
memberikan saran untuk penelitian masa depan.
8. Publikasi dan Diseminasi:
Hasil penelitian perlu diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau platform lainnya
untuk mendukung pertukaran pengetahuan di komunitas ilmiah. Diseminasi
hasil penelitian merupakan langkah penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.

Metodologi keilmuan merupakan landasan penting dalam penelitian ilmiah, dan


keberhasilan penelitian tergantung pada bagaimana metodologi ini diterapkan dengan
baik. Proses ini memastikan bahwa pengetahuan yang dihasilkan adalah kredibel, valid,
dan dapat diandalkan dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap jenis sistem memerlukan proses perencanaan dan pengendalian yang berbeda.
Setiap jenis sistem manufaktur mempunyai kelebihan dan kekurangan. Perencenaan
dan pengendalian produksi berutujuan agar aktivitas produksi berjalan seefektif dan
seefisien mungkin. Sistem manufaktur mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
sistem produksi.

3.2 Saran
Adapun saran dari kami yaitu:
1. Perencanaan produksi dilakukan seusai dengan aturannya
2. Perencanaan produksi diharapkan mampu menopang dunia dimasa yang akan
datang
3. Ada bagusnya jika seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi
memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan penggunaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Adian Husaini, et al. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam. Depok: Gema Insani,
2013
Al-Faruqi, Achmad Reza Hutama. “Konsep Ilmu Dalam Islam.” Kalimah 13, no. 2
(2015): 223. https://doi.org/10.21111/klm.v13i2.286.
Husaini, Adian. Filsafat Ilmu Perspktif Barat Dan Islam. Jakarta: Gema Insani,
2013.
anshri, Endang Saifuddin.1987. Ilmu, Filsafat dan Agama.Bandung:Bina ilmu
Offset.Shihab,
M Quraish.1997. Membumikan AL-Quran.Bandung: Mizan.Mannan,
Audah. 2018. Transformasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Perkembangan Sains Dan
Teknologi . Vol. IV No. 2

15

Anda mungkin juga menyukai