Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT UMUM DAN FILSAFAT


ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan islam


Dosen Pengampu: Uswatun Hasanah M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 2 :


1. Septiana (2111010433)
2. Rafif Virgentino (2111010427)
3. Titi Anggraini (2111010437)

KELAS L
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat Umum .......................................................................... 5


B. Sejarah Filsafa ........................................................................... 7
C. Sejarah Filsafat Islam .............................................................. 12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 17
B. Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat sebagai ilmu praktis mendorong akal manusia untuk selalu berupaya dalam
hidupnya yaitu melihat kebenaran di balik setap peristiwa yang terjadi. Dalam ajaran
agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan, yaitu melalui
pengetahuan yang diperoleh jalan akal yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia
dengan memakai kesankesan yang diperoleh panca indra sebagai bahan pemikiran untuk
sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan (intuisi) adalah petunjuk yang
diturunkan oleh Allah kepada umat manusia untuk membimbingnya menuju kebenaran.
Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar.

Sedangkan akal sendiri adalah kemampuan berpikir dan merupakan anugerah yang
diberikan Allah kepada manusia yang dengannya membedakan manusia dari makhluk
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan
mungkin salah. Al-qur’an menyebut manusia sebagai insan yang secara kodrati
merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna bentuknya dibandingkan dengan ciptaan
lainnya, sudah dilengkapi kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan
yang terpancar dari ciptaan-Nya. Kemampuan lebih yang dimiliki manusia itu adalah
kemampuan akalnya, ia seringkali disebut sebagai animal rationale, hayawan an-natiq.
Melalui kegiatan akalnya, manusia memahami dirinya dan apa yang di sekitarnya. Akal
dan jalannya pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.Wahyu diturunkan Allah kepada manusia yang berakal. Sedangkan akal dan
panca indra yang menyertainya dapat memahami wahyu sebagai pedoman dan petunjuk
manusia. Namun penggunaan akal di kalangan umat islam menimbulkan kecemasan,
karena pemikiran akal menghasilkan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan teks
wahyu. Sedangkan umat islam sekarang ini masih terikat dengan teks wahyu yaitu al-
qur’an. Persoalan akal ini berawal dari munculnya konsep filsafat dari kalangan muslim.
Ketika peradaban Islam menghadapi tantangan peradaban pemikiran luar yang
berdasarkan tiang-tiang akal, pembahasan ini semakin menarik dan penting untuk dikaji.
Hal inilah yang terjadi ketika filsafat Yunani masuk kedalam ruang lingkup peradaban

3
Islam pada abad kedua dan ketiga, berkaitan dengan masalah mengkompromikan antara
hikmah dan syariat sebagai salah satu spesifikasi pemikiran filsafat Islam.

Hal ini pula yang terjadi sejak beberapa waktu lalu, ketika peradaban barat memasuki
dunia islam, ketika itu pula permasalahan akal dan wahyu muncul. Terjadi adanya jurang
pemisah antara Islam dan Filsafat Aristoteles dalam berbagai persoalan, seperti sifat
Tuhan dan ciri-ciri khasnya, baharu atau qadim-nya alam, hubungan alam dan Tuhan,
keabadian jiwa, dan balasan badaniyah atau ruhaniyah di akhirat. Kemudian, hal itu
menjadi salah satu permasalahan penting yang selalu menjadi topik pembahasan manusia.
Dari sinilah lahir aliran-aliran pemikiran dalam ruang lingkup peradaban islam seperti
Mu’tazilah, Jabariah, Qodariah, Asy’ariah, yang tidak terlepas dari perbedaan pandangan
dalam menempatkan akal dan wahyu.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka kelompok kami merumuskan masalah:

1. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat?


2. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat islam?

C. Tujuan Makalah
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:

1. Memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan


2. Mempelajari dan mengetahui apa itu filsafat
3. Menambah pengetahuan baru tentang filsafat
4. Mengetahui bagaimana sejarah filsafat

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat Umum

Menurut bahasa, Filsafat (bila merujuk pada bahasa Arab disebut falsafah, sedangkan
pada bahasa Inggris disebut philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Adapun kata ini
terdiri dari dua kata yaitu ‘philein’ yang bermakna cinta (love) dan ‘sophia’ yang memiliki
arti kebijaksanaan (wisdom). Jadi, secara etimologi, filsafat dapat didefenisikan sebagai cinta
kebijaksanaan dalam arti yang mendalam. Seorang filsuf (philosopher) adalah pecinta,
pendamba dan pencari kebijaksanaan (kebenaran).

Kemudian dalam proses perkembangannya filsafat sangat tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan pengetahuan pada masa peradaban kuno (masa Yunani) sehingga sangat
banyak bahkan hampir seluruh perkembangan ilmu pengetahuan itu berhubungan dengan
Yunani, contohnya saja seperti banyak kata-kata istilah atau dasar pengetahuan yang
memakai bahas Yunani begitu juga dalam hal filsafat, bahkah filsuf pertama (Thales) yang
diyakini berada di Yunani.

Penyebutan filsafat awalnya dipopulerkan oleh Pythagoras yang hidup antara tahun 582-
496 SM. Belakangan istilah filsafat digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf
lainnya.Pada konteks ini lagi-lagi mengindikasikan bahwa filsafat memang bersumber dari
Yunani sebagaimana pencetus istilaah tersebut (Pythagoras) yang lahir di Kota Samos,
Yunani.

Secara etimologis kata filsafah memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Ada dua
defenisi secara etimologis yang berbeda. Pertama, bila istilah filsafah mengacu pada dasar
kata ‘philein’ dan ‘sophos’, maknanya hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana yang
dimaksudkan merupakan sebagai suatu kata sifat). Kedua, bila filsafat merujuk pada asal kata
‘philos’ dan ‘sopia’, maka artinya menjadi teman kebijaksanaan (adapun kebijaksanaan disini
dimaksudkan sebagai suatu kata benda). Sederhananya, bijaksana sebagai kata sifat berarti
menunjukkan pada karakter seseorang yang bersifat bijaksana. Bijaksana sebagai kata benda
lebih condong kepada oknumnya yang mana secara kasap mata terlihat sebagai sosok
manusia yang bijak.

5
Secara terminologi merupakan makna yang dikandung oleh istilah filsafat. Berhubung
objek kajian filsafat begitu luas. Sebagai deskripsi maka perlu dikerucutkan beberapa
batasan. Lebih mudahnya, coba dipahami filsafat itu dalam pandangan para filsuf itu sendiri.8
Definisi filsafat itu sangat variatif. Meskipun begitu, pada dasarnya memiliki tujuan yang
identik. Dalam perkembangannya, filsafat satu dengan filsafat yang lainnya memiliki cara
pandang yang berbeda-beda, dan itu mempengaruhi definisi filsafat itu sendiri.

Aristoteles mengatakan bahwa filsafah merupakan ilmu yang memuat kebenaran yang
terdapat pada ilmu-ilmu, logika, metafisika, etika, ekonomi, estetika, dan politik. Marcus
Tullius Cicero sebagai seorang ahli pidato dan politikus romawi, menjelaskan filsafat sebagai
penmgetahuan mengenai sesuatu yang maha agung sertaupaya untuk mencapainya. Al-Farabi
sebagai seorang filsuf muslim menjelaskan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan
mengenai alam maujud yang bertujuan menyelidiki substansi yang sebanarnya. Immunuel
Kant mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan.

Menurut Langeveld, selaku guru besar RijksUniversitiet Utrecht berpendapat bahwa


filsafat merupakan suatu ilmu yang berpikir tentang hakikat yang akhir dan yang
menentukan, yaitu problema yang membahas makna eksistensi, Tuhan, kebebasan, dan
keabadian. Sedangkan Hasbullah Bakry berpendapat bahwa ilmu filsafat merupakan ilmu
yang mengeksplrasi segala sesuatu secara mendalam terkait ke-Tuhanan, manusia, dan alam.
Selanjutnya filsafat dapat menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana inti dari kebenran,
sejauh yang dapat dicapai akal manusia serta bagaimana sikap manusia menykapinua
khususnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.

Lain halnya menurut N. Driyarkara. Filsuf berdarah Indonesia ini menilai bahwa filsafat
merupakan perenungan yang dalam tentang hubungan kausalitas terkait ‘ada dan berbuat’,
perenungan mengenai kenyataan (reality) yang mendalam sampai ke titik akhir. Berbeda
dengan Notonagoro, ia berfikir bahwa filsafat itu mengkaji hal-hal yang titik objeknya dari
sudut utama yang mutlak, mendasar, stabil, dan tidak berubah atau disebut juga ontologi
(hakikat).

Berdasarkan beragam defenisi di atas, maka dapat diambil benang merah bahwa filsafat
adalah suatu ilmu pemikiran yang mengkaji apa saja selama itu dapat difikirkan dengan
berbagai metode dan pendekatan yang digunakan guna mencari suatu kebenaran yang
objektif dan mendalam. Oknum yang menggeluti filsafat disebut filsuf atau phylosofer
(barat), sedangkan dalam Islam, tokoh Filsafat Islam disebut sebagai filsuf.

6
B. Sejarah Filsafat

1. Zaman Klasik

Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk
mencari jawaban atas pertanyaannya. Fenomena ini menimbulkan suatu perubahan dalam
proses berfikir dari mempercayai mitos-mitos yang berkembang ditengah masyarakat
menjadi pemikiran yang lebih masuk akal. Orang Yunani pertama yang biasa diberi gelar
filsuf ialah Thales dari Mileta. Para filsuf Miletus mempermasalahkan alam, bukan manusia
yang dipermasalahkan. Menurut Thales, azas pemula ini ialah air, yang dalam sifatnya yang
bergerak-gerak merupakan azas kehidupan segala sesuatu. Inilah pemikiran filsuf pada masa
itu dan dilanjutkan dengan pilsuf-pilsuf yang lain seperti Phytagoras, Anaximander,
Demokritus, Parmenides dan Heraklitus. Mereka itu biasanya disebut pilsuf pra
Socrates.Kemudian zaman Socrates (469-399 SM) ditandai dengan kemunculan kaum sofis
yang berarti cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka mengajar
dengan mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada zaman itu.

Tokoh-tokoh pilsuf yang terkenal pada masa klasik antara lain:

a. Socrates

Menurut Socrates, pengetahuan dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap


hal-hal yang konkret dan beragam corak, namun masih termasuk dalam jenis yang sama.
Unsur-unsur yang berbeda kemudian dihilangkan, sehingga tinggal unsur yang sama dan
bersifat umum sebagai pengetahuan yang sejati. Dengan demikian, Socrates mengemukakan
konsep: "Barangsiapa yang memiliki pengertian sejati, akan memiliki kebajikan (arête) atau
keutamaan moral, sehingga dapat menjadi manusia yang sempurna"

b. Plato (427-347 SM)

Plato merupakan murid setia Socrates. Titik tolak pemikiran filsafatnya adalah
menentukan mana yang paling benar, pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman atau
pengetahuan indra yang berubah-ubah (Heracleitos) atau pengetahuan yang didapatkan dari
akal yang tetap (Parmenides).

c. Aristoteles (348-322 SM)

7
Aristoteles merupakam filsuf yang mengembangkan konsep logika (yang disebutnya
sebagai analitika) dan etika. Di bidang ilmu pengetahuan, Aristoteles membangi ilmu
pengetahuan menjadi:

 Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik)


 Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian)
 Ilmu pengetahuan teoretik (fisika, matematika, dan metafisika)

2. Zaman Abad Pertengahan

Filsafat abad pertengahan disebut filsafat skolastik. Kata skolastik berasal dari kata
school yang berarti sekolah. Pada masa ini biasanya disebut masa kegelapan karena pada
masa itu gereja membelenggu kehidupan manusia. Masyarakat tidak lagi diberi kebebasan
berfikir untuk mengembangkan potensinya. Semua hasil pemikiran manusia selalu diawasi
oleh gereja, kalua ada pemikiran yang menyimpang dari gereja, mereka akan mendapatkan
hukuman yang berat.

Filsafat pada abad pertengahan terbagi ke dalam 3 (tiga) periode, yaitu:

1) Awal skolastik

Sutarjo Wiramihardja mengatakan bahwa zaman ini berhubungan dengan terjadinya


perpindahan penduduk, yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa sehingga bangsa
Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran romawi yang secara politik sudah mengalami
kemerosotan.

Tokoh-tokoh filsafat pada masa ini adalah

a. Agustinus (354-430 M)

Pemikirannya adalah dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada
yang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebanaran
berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu yang dicipatakan oleh Allah dari yang tidak
ada (creation ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang
terpenting adalah cinta pada Tuhan.

b. Santo Anselmus (1033-1109)

Ungkapan yang terkenal dari Santo Anselmus adalah credo ut intelligam (saya
percaya agar saya paham).

8
c. Peter Abaelardus (1079-1142)

Kebebasan berfikir dieropa dipelopori oleh peter abaclardus. ia menginginkan kebebaasn


berfikir dengan membalik dictum Augustinus-Anselmus, credo ut intelligam dan
merumuskan pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham) supaya saya
percaya).

2) Kejayaan skolastik(1200-1300)

Pada masa ini bukan hanya filsuf kristiani saja yang berkembang tetapi juga pemikiran
pada masa ini dipengaruhi oleh filsuf Islam. Masa ini juga disebut dengan masa berbunga
karena muncul universitas dan ordo-ordo yang menyelenggaraka pendidikan ilmu
pengetahuan.Tokoh yang paling terkenal pada masa ini ialah Thomas Aquinas (1225-1274).

3) Masa akhir skolastik (1300-1450 M)

Runtuhnya masa skolastik ditandai dengan pemikiran William Occam (1285-1349)


dengan tulisan-tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. William Occam
merasa membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi. Tuhan harus diterima atas
dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat
mendeostrasikan.

Ciri-ciri filsafat abad pertengahan adalah:

 Filsafat sudah diajarkan pada sekolah-sekolah


 Adanya pengaruh gereja
 Pemikiran mereka berdasarkan keyakinan kepada doktrin gereja.

3. Zaman Modern

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme
semakin kuat. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan abad pertengahan
berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa abad pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16
atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah abad pertengahan adalah masa Modern.
Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya abad pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-
hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha
untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah

9
yang diresapi oleh suasana Kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus
mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran aliran
yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang
penting.

Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode di mana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah
pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka.
Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun
tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang
sentimental.

Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu
zaman Renaissans (Renaissance), zaman pencerahan Budi (Aufklärung), dan zaman
Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.

Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519),
Nicolaus Copernicus (1473 1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564
1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar
filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan
bangSAWan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan
teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

Pada masa filsafat modern ini terdapat beberapa aliran yang berkembang pada masa
itu, diantaranya yaitu:

a. Idealisme

Idealisme adalah suatu ajaran/paham aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri
atas roh-roh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini
merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah b pikiran manusia.

b. Materialisme

Materialisme merupakan paham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada
selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Kemajuan aliran ini mendapat
tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana. Hal ini disebabkan bahwa

10
paham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah
diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama
ulama barat yang menentang Materialisme.

c. Dualisme

Dualisme adalah ajaran atau aliran/paham yang memandang alam ini terdiri atas dua
macam hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu masing-
masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu
menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama
kedua hakikat ini adalah terdapat dalam diri manusia.

d. Empirisme

Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang


terhadap filsafat mulai merosot.Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi
kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan sangat besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.
Kemudian ada anggapan bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya
diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama Empirisme.

e. Rasionalisme

Rasionalisme adalah merupakan paham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio,
ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.

f. Fenomenalisme

Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau paham yang menganggap bahwa
Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme
suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmupositif yang mengumpulkan data,
mencari korelasi dan fungsi, serta membuathukum-hukum dan teori. Fenomenalisme
bergerak di bidang yang pasti Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa
meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode
pemikiran, "a way of looking atthings".

g. Intusionalisme

Intusionalisme adalah suatu aliran atau paham yang menganggap bahwa intuisi
(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu

11
kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan
tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu 28 dan sering bercampur aduk dengan
perasaan."

C. Sejarah Filsafat Islam

1. Faktor Munculnya Filsafat Islam

Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum
Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke 2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan
Mesir.

Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan
dan filsafat Yunani masuk ke daerah daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa
Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan
Arbela (sebelah timur Tigris).

Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia,
bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah
memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir,
Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia.

Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu
nampak karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada
kebudayaan Arab Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah
karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur
pemerintahan pusat.

Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu kedokteran Yunani
berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan
ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat zaman Khalifah Al-Makmun
(198-218 H/813-833 M).

Kelahiran ilmu filsafat islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-
naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa arab yang telah
dilakukan sejak masa klasik islam.

12
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran signifikan dalam kehidupan
intelektual dunia Islam. Jamal al-Din al Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra saat di
Persia, menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir,sebagian tokoh agama
dan intelektual terkemuka seperti Abd. Al-Halim Mahmud, Syaikh al-Azhar al-marhum,
menjadi pengikutnya.

Filsafat Islam di Persia, juga terus berkembang dan memainkan peran yang sangat
penting meskipun terdapat pertentangan dari kelompok ulama Syi'ah. Tetapi patut dicatat
bahwa Ayatullah Khoemeni, juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam)
selama berpuluh puluh tahun di Qum, sebelum memasuki arena politik, dan juga Murtadha
Muthahhari, pemimpin pertama Dewan Revolusi Islam, setelah revolusi Iran 1979, adalah
seorang filosof terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad Baqir al Shadr, pemimpin
politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat Islam.

2. Periodisasi Perkembangan Filsafat Islam

Jalaluddin dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan mengemukakan perkembangan periodisasi filsafat pendidikan Islam sebagai
berikut:

a. Periode awal perkembangan Islam

Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan
dari kandungan ayat-ayat al-Qur'an dan al hadis, yang keseluruhannya membentuk kerangka
umum ideologi Islam. Dengan kata lain, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi
al-Qur'an dan hadis, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya
dengan masyarakat seperti yang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam
kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh
masyarakat.Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang dilihat dalam al-Qur'an
dan hadis mendapatkan nilai ilmiahnya. Pada periode kehidupan Rasulullah SAW,
tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadits
secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran
al-Qur'an yang diteladani oleh masyarakat dari sikap dan prilaku hidup Nabi Muhammad
SAW.

b. Periode klasik

13
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa' al-Rasyidun
hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani
Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga
awal abad ke-19.

Perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode klasik ini masih menyimpan
tokoh-tokoh seperti; Ibnu Masarrah (269-319) yang pemikirannya menyangkut tentang jiwa
dan sifat-sifat manusia, Ibnu Maskawaih (330-421), pemikirannya tentang pentingnya
pendidikan akhlak, Ibnu Sina (370-428), karya besarnya as-Syifa dan al-Qanun al-Tibb
sebuah karya ensiklopedi kedokteran, dan Al-Gazali (450/1058-505/1111 M), karya besarnya
sering menjadi acuan berbagai pandangan masyarakat dan sangat terkenal yaitu Ihya Ulum
al-Din, menurutnya bahwa pendidikan yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia
kepada keridhaan Allah SWT., yang tentunya selamat hidup dunia dan akhirat.

c. Periode Modern

Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah Islam, yaitu menurut
Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai
dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani Ummaiyah secara politik dan dilumpuhkan oleh
imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan besar Islam yang masih memegang hegemoni
kekuasaan Islam, yaitu Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi
(Persia), dan kerajaan Mughol (India).

Puncak dari pemikiran filsafat pendidikan Islam periode modern terangkum dalam
komperensi pendidikan Islam sedunia di Makkah tahun 1977 sebagai awal pencetusan konsep
tentang penanganan pendidikan Islam. Selanjutnya di Islamabad (1980) menghasilkan
pedoman tentang pembuatan pola kurikulum, di Dhakka (1981) menghasilkan tentang
perkembangan buku teks, dan di Jakarta (1982) telah menghasilkan tentang metodologi
pengajaran.

3. Ciri-Ciri Filsafat Islam

Filsafat Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sebagai Filsafat Religius

Topik-topik filsafat Islam bersifat religius, dimulai dengan meng-Esakan Tuhan dan
menganalisis secara universal dan menukik ke teori ke-Tuhanan yang tak terdahului

14
sebelunya. Seolah-olah menyaingi alairan kalamiah Mu'tazilah dan Asy'ariyah yang
mengoreksi kekurangannya dan berkonsentrasi mengambarkan Allah Yang Maha Agung
dalam pola yang berlandasan tajrid (pengabstrakan), tanzih (penyucian), keesaan mutlak dan
kesempurnaan total. Dari Yang Esa ber-emanasi segala sesuatu. Karena la pencita, maka la
menciptakan dari bukan sesuatu, menciptakan alam sejak azzali, mengatur dan menatanya.
Karena alam merupakan akibat bagi-Nya, maka dalam wujud dan keabadian Nya, maka la
menciptakannya karena semata-mata anugerah-Nya.

b. Filsafat Rasional.

Akal manusia juga merupakan salah satu potensi jiwa dan disebut rasional soul.
Walaupun bercirikhas religius-spritual, tetapi tetap bertumpu pada akal dalam menafsirkan
problematika ketuhanan, manusia dan alam, karena wajib al-wujud adalah akal murni. la
adalah obyek berpikir sekaligus obyek pemikiran.

c. Filsafat Sinkretis

Filsafat Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti mendekatkan


dan mengumpulkan dua sudut, dalam filsafat ada aspek-aspek yang tidak sesuai dengan
agama. Sebaliknya sebagian dari teks agama ada yang tidak sejalan dengan sudut pandang
filsafat. Para filosuf Islam secara khusus konsentras mempelajari Plato dan Ariestoteles.

d. Filsafat yang Berhubungan Kuat dengan Ilmu Pengetahuan

Saling take and give, karena dalam kajian-kajian filosof terdapat ilmu pengetahun dan
sejumlah problematika saintis, sebaliknya dalam saintis terdapat prinsip-prinsip dan teori-
teori filosofis. Filosof Islam menganggap ilmu-ilmu pengetahuan rasional sebagai bagian dari
filsafat. Misalnya adalah buku As-Syifa' milik Ibnu Sina yang merupakan Encyclopedia, Al-
Qanun, kemudian Al Kindi mengkaji masalah-masalah matematis dan fisis. Al-Farabi
mempunyai kajian ilmu ukur dan mekanik.

4. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam

1. Al-Kindi

Hidup pada tahun 796-873 M pada masa khalifah al-Makmun dan al-Mu'tashim. Al-
Kindi menganut aliran Mu'tazilah dan kemudian belajar filsafat. Menurut Al-Kindi filsafat
yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan.

2. Al-Farabi

15
Al-Farabi hidup tahun 870-950 M, dia meninggal dalam usia 80 tahun. Filsafatnya
yang terkenal adalah teori emanasi (pancaran). Filsafatnya mengatakan bahwa yang banyak
ini timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha Satu tidak berubah, jauh dari materi, jauh dari
arti banyak, maha sempurna dan tidak berhajat apapun. Kalau demikian hakikat sifat Tuhan,
bagaimana terjadinya alam? Mater yang banyak ini dari yang Maha Satu.

Menurut Al-Farabi, alam terjadi dengan cara emanasi atau pancaran dari Tuhan yang
berubah menjadi suatu maujud Perubahan itu mulai dari akal pertama sampai akal kesepuluh
Kemudian dari akal kesepuluh muncullah berupa bumi serta roh-roh dan materi pertama yang
menjadi dasar dari empat unsur. ap udara, air dan tanah. Pada falsafat kenabian dia
mengatakan bahwa Nabi dan Rasul adalah pilihan, dan komunikasi dengan akal kesepuluh
terjadi bukan atas usaha sendiri tetapi atas pemberian Tuhan.

3. Ibnu Sina

Ibnu Sina lahir di Asyfana 980 M dan wafat di Isfahana tahun 1037 M. Pemikiran
terpenting yang dihasilkan oleh Ibnu Sina adalah tentang jiwa. Ibnu Sina juga menganut
paham pancaran, jiwa manusia memancar dari akal kesepuluh. Dia membagi jiwa dalam tiga
bagian, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan (nafsu nabatiyah), jiwa binatang (nafsu hayanawiyah),
dan jiwa manusia (nafsu natiqah).

Filsafat tentang wahyu dan nabi ia berpendapat, bahwa Tuhan menganugrahkan akal
meteriil yang besar lagi kuat yang disebut al hads (intuisi). Tanpa melalui latihan dengan
mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu
dari Tuhan. Akal yang seperti ini mempunyai daya suc (quwwatul qudsiyah). Ini bentuk akal
tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanya pada nabi-nabi..

4. Ibnu Miskawaih (W. 1030 M).

Beliau lebih dikenal dengan filsafat akhlaknya yang tetuang dalam bukunya, Tahzib
al-Akhlak. Menurutnya, akhlak adalah sikap mental atau jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan tanpa pemikiran yang dibawa sejak lahir. Kemudian ia berpendapat bahwa jiwa
tidak berbentuk jasmani dan mempunyai bentuk tersendiri. Jiwa memiliki tiga daya yang
pembagiannya sama dengan pembagian al Kindi. Kesempurnaan yang dicari oleh manusia
ialah kebajikan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tidak tunduk pada hawa nafsu serta
keberanian dan keadilan.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Filsafat adalah suatu ilmu pemikiran yang mengkaji apa saja selama itu dapat difikirkan
dengan berbagai metode dan pendekatan yang digunakan guna mencari suatu kebenaran
yang objektif dan mendalam.
2. Sejarah filsafat dimula dari zaman klasik, zaman abad pertenghan dan zaman modern.
3. Bahwasannya kelahiran filsafat islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan
naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa arab
yang telah dilakukan sejak masa klasik islam.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga pembahasan dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan pembaca. Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam penulisan maupun dalam pemaparannya, kami selaku pembuat makalah mohon
maaf. Tidak lupa kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Filsafat Pendidikan Islam,Jawa Timur: Al Rosyid, 2021

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum,Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

Mustansyir, Rizal, dkk, Filasafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Akhmadi, Asmoro.Filsafat Umum. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2007

Mustansyir, Filsafat Ilmu Cet V. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2008

Tafsir,Filsafat Umum Cet VI. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1998

Rizal, Filsafat Ilmu Cet VII. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2008

18

Anda mungkin juga menyukai