Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT ISLAM

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Sains
Dosen pengampu :
Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd

Oleh :
Kelompok 1 Pendidikan Biologi B
Adika Muhammad Aziz 2005286
Ardhiana Resti Kamila 2005316
Dea Fitri Afifah 2000827

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi........................................................................................................... i

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

2.1. Awal Mula Munculnya Filsafat Islam......................................... 2

2.2. Studi Pemikiran Islam................................................................. 3

2.3. Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam..................................... 5

2.4. Pemikiran atau Teori dalam Filsafat Islam.................................. 6

2.4.1. Filsafat Jiwa....................................................................... 6

2.4.2. Falsafah Ke-Tuhanan......................................................... 7

2.4.3. Teori Emanasi.................................................................... 7

2.4.4. Filsafat Kenabian............................................................... 7

2.4.5. Filsafat Lima Kekal........................................................... 7

2.5. Tokoh-Tokoh Penting dalam Filsafat Islam dan Karyanya......... 8

2.5.1. Al-Kindi (185-252 H/ 801-866 M).................................... 8

2.5.2. Al- Farabi (258-339 H/872-950 M)................................... 9

2.5.3. Ibnu Sina (980-1037 M).................................................... 9

2.5.4. Ibnu Rusyd (520-595 H/ 1126-1198 M)............................ 11

2.5.5. Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)............................. 12

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 14

Kesimpulan......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan filsafat dari masa ke masa menimbulkan banyak perubahan
tergantung dimana filsafat itu berkembang dan siapa yang mengembangkannya.
Filsafat dengan kerangka berpikirnya merupakan sebuah tatanan pola pemikiran
yang membuka jalan baru terhadap proses berpikir umat manusia. Dalam
perkembangannya, filsafat menemukan pro dan kontra karena kerap kali
mengundang eksistensi yang mengusik sebagian golongan.
Filsafat selalu diidentikan dengan Yunani sebagai awal dan cikal bakal
munculnya pemikiran filsafat ini. Dari mulai Aristoteles, Plato, dan masih banyak
lagi filsuf-filsuf yang mempunyai pemikiran kritis terhadap segala hal. Tidak
dapat dipungkiri memang, Yunani mempunya peran kunci terhadap lahirnya
filsafat, termasuk di adoptirnya filsafat ini oleh orang Islam sehingga menciptakan
aliran baru filsafat yaitu filsafat Islam.
Filsafat Islam lahir setelah filsafat Yunani. Islam mulai muncul sekitar
abad ke-7 ketika Muhammad mendapat wahyu untuk menyebarkan agama Islam
kepada seluruh umat manusia. Pada awal penyebaran Islam, keilmuan dan
pemikiran tentang filsafat belum dikenal dalam Islam. Barulah ketika masa
kekhalifahan dinasti Umayah, hadir studi pemikiran yang bertujuan sebagai sarana
untuk menentukan suatu hukum dalam Islam.
Rupanya, kerangka berpikir logis dan rasional sudah Islam terapkan
sebelum akhirnya Islam mengadoptir pemikiran-pemikiran filsuf Yunani. Islam
sudah menyediakan media ruang bagi pemikiran-pemikiran barat dapat diterima
tanpa mengubah esensi pemikiran Islam, bahkan justru terjadi pengembangan
pemikiran dari filsafat Yunani menjadi filsafat Islam.
Dengan demikian, lahirnya filsafat Islam ada keterkaitan dengan
diadoptirnya pemikiran filsafat Yunani yang kemudian dikembangan menjadi
filsafat Islam. Filsafat Islam kadang kala disebut tidak memiliki perbedaan dengan
filsafat Yunani. Padahal, lebih jauh dari itu pola pemikiran filsafat Islam tidak
dapat dipungkiri mempunyai nyawa tersendiri dalam dunia pemikiran filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal Mula Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran rasional-filosofis Islam disebut-sebut merupakan penjiplakan
dan peniruan dari pemikiran-pemikiran rasional-filosofi Yunani. Padahal pada
kenyataannya pemikiran rasional Islam sudah ada sebelum Islam mengenal
pemikiran filosofi Yunani. Walaupun seiring perkembangan zaman akhirnya
banyak pemikiran rasional Islam yang merupakan adoptir pengembangan pola
pemikiran Yunani, akan tetapi bukan berarti pemikiran Islam murni sepenuhnya
berasal dari mereka.
Pemikiran rasional telah terlebih dahulu dikenal di masyarakat Islam
dengan adanya fiqih dan kalam sebagai kajian hukum dan persoalan teologis.
Pengembangan pemikiran seseorang yang membuatnya kritis terhadap sesuatu
rupaya telah Islam terapkan dengan banyaknya metode-metode dalam
menentukan sebuah hukum tertentu. Sebut saja tasawuf sebagai salah satu cara
berpikir dan berpandang seorang sufi terhadap kehidupan.
Masa keislaman dimulai ketika Muhammad mendapat wahyu untuk
mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Ketika itu pola
pemikiran kritis belum terlalu ada dan berkembang karena ketika itu jika ada
sebuah permasalahan mereka akan bertanya langsung kepada Muhammad. Pola
seperti itu terus berlanjut hingga berakhirnya semua kekhalifahan sahabat nabi.
Sepeninggal mereka semua, banyak lahir permasalahan-permasalahan baru yang
menuntut sesorang untuk berpikir rasional dan tentu saja semua pemikiran
tersebut harus berdasarkan tuntutan Al-quran dan hadis. Dari sanalah pemikiran
rasional Islam sudah mulai muncul.
Adanya hal tersebut mengandung arti bahwa filsafat Islam bukan berasal
dari Yunani. Sebaliknya, pemikiran teologis dan rasional dari hukum Islam inilah
yang mempersiapkan ruang bagi diterima dan berkembanganya logika dari filsafat
Yunani dalam tradisi pemikiran Islam. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ilmu
filsafat bukan merupakan ilmu yang diciptakan dan langsung berada dalam tradisi
pemikiran Islam, hanya saja Islam memiliki pengembangan pemikiran filosofi
yang berbeda karena telah dibekali oleh pemikiran rasional tersendiri.
Perkembangan kegiatan ilmiah pada masa keislaman pada saat itu dibagi
menjadi dua. Pertama, jalan salaf yaitu pengembangan ilmu-ilmu bayani, seperti
filologi, sejarah, dan fiqih. Dan yang kedua, jalan yang kurang salaf yang
merupakan jalan dalam pengembangan ilmu seperti filsafat, matematika, dsb
(Soleh, 2014). Pada masa dinasti Umayah (661-750), kedua jalan tersebut berjalan
dan berkembang secara seimbang.
Pada saat itu, pengembangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan seperti
matematika dan astranomi belum terlalu berkembang. Tokoh tokoh pemikir lebih
banyak mengembangan pemikiran dalam hal keagamaan. Hal tersebut
dikarenakan pengembangan pemikiran terhadap keagamaan dianggap lebih
penting daripada membuka pikiran pada keilmuan barat.
Namun pada masa khalifah Al-Makmun (811-833) dari dinasti Abbas
(750-1258) mulai terjadi penerjemahan buku-buku dan catatan pemikiran-
pemikiran rasional filsafat Yunani. Penerjemahan tersebut bukan tanpa alasan,
karena pada saat itu jalan kurang salaf mulai berkembang pesat seiring dengan
berkembangnya pemikiran rasinoal dalam tradisi pemikiran Islam. Dengan
demikian, pemikiran-pemikiran Yunani tersebut dapat dikembangkan dan di
terima oleh pemikiran rasinal-filosofis Islam.
Pada abad tersebut, pascapenerjemahan akhirnya lahir filsafat Islam
pertama yang dikenalkan oleh Al-Kindi dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Pertama (al-falsafah al-Ula) yang ditujukan kepada Khalifah Al-Mu’tashim.
Pemikiran rasional semakin berkembang, dan dari sanalah era fislafat Islam yang
semakin berkembang dan menjadi bagian dari sejarah filsafat di dunia.

2.2. Studi Pemikiran Islam


Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ada dua jalan yang
dilakukan ilmuan atau ulama pada saat itu dalam hal metodologi ilmu, yaitu jalan
salaf dan jalan kurang salaf. Keduanya secara metodologis memiliki perbedaan
yang mendasar. Jalan salaf menggunakan metode arab bayani yang digunakan
dalam ilmu-ilmu keagamaan. Pola pemikira arab bersifat dualistis, diskontinu, dan
analogis. Sedangkan jalan kurang salaf menggunakan metode burhani yang
dipakai dalam pemikiran filosofis. Pola pemikirannya cenderung sintestis, kontinu
dan dialogis (Soleh, 2014).
Pemikiran rasional dalam Islam berkembang pada awalnya dari segi
kebahasaannya. Karena kitab suci yang diturunkan kepada rosulnya merupakan
wahyu-wahyu. Apabila terdapat sebuah permasalahan tentang sesuatu, maka
rujukannya selalu kembali kepada kitab suci dan perlu penafsiran pada setiap
ayatnya. Oleh karena itu, dalam pola piker arab bayani, yang menjadi tumpuannya
yaitu kata atau bahasa, sedangkan pola pikir filsafat adalah makna dan logika.
Jika di uraikan kembali, dalam studi pemikiran keislaman ada tiga hal
mendasar yang menjadi kontrversi; yakni tasawuf, ilmu kalam dan filsafat Islam.
Ketiganya seolah tidak dapat menemui titik temu serta persinggungan sejarah.
Ada uraian mengenai perbedaan antara tasawuf dengan ilmu kalam, padahal pada
awal kemunculannya tasawuf dan ilmu kalam tidak dapat dipisahkan hanya
belakangan ini keduanya dipisahkan menjadi studi yang berbeda (Putra, 2012)
Tasawuf merupakan rumusan langsung perasaan seorang hamba terhadap
kehadiran pencipta, penyucian batin dan ketenangan hati. Tasawuf ini berkaitan
dengan ketauhidan. Tasawuf memiliki tujuan untuk memperoleh hubungan secara
langsung dengan Tuhan, sehingga secara sadar seorang hamba tersebut berada di
hadirat Tuhan dan dengan sadar adanya komunikasi batin antara roh manusia
dengan Tuhan (Putra, 2012)
Ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari ajaran-ajaran dari suatu agama.
Setiap orang yang ingin memperdalam ilmu agamanya, perlu mempelajari ilmu
kalam. Dengan mempelajari ilmu kalam sesorang dapat lebih yakin dan
mempunyai landasan yang kuat. Oleh karena itu, ilmu kalam juga sering disebut
dengan ilmu aqaid (ilmu akadah-akidah) (Putra,2012).
Filsafat berasal dari bahasa arab falsafah, yang diturunkan dari bahasa
Yunani philosopia. Filsafat merupakan sebuah pemikiran rasional, kritis, radikal,
dan sistematis. Objek pemikirannya tidak terbatas, artinya seluruh hal yang ada di
muka bumi ini bisa menjadi objek dari filsafat.
Tiga studi pemikiran islam yang telah disebutkan diatas walaupun
memiliki perbedaan nyatanya memiliki hubungan diantaranya. Persamaan yang di
dapat dari ketiganya adalah dari segi pencarian segaa sesuatu yang sifatnya
rahasia (ghaib). Cara yang ditempuh oleh ketiganya memanglah berbeda, tetapi
ketiganya saling menguatkan untuk mencari kebenaran yang merupakan tujuan
dari ketiganya.

2.3. Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam

Pada dasarnya pemikiran filsafat islam bukanlah berdasarkan pemikiran


filsafat Yunani akan tetapi dikembangkan dari sumber-sumber keislaman itu
sendiri. Namun, proses terjemahan buku-buku filsafat Yunani telah membantu
perkembangan filsafat islam menjadi lebih pesat (Arifah, L., 2018). Proses
terjemahan atas pemikiran rasional filsafat Yunani dilakukan karena telah
berkembang dan mapannya tradisi berpikir rasional filosofis dikalangan
masyarakat islam. Proses penerjemahan paling awal dimulai pada masa
kekhalifahan Bani Ummayah (661-750 M), khususnya masa kekhalifahan Abd
Al-Malik (685-705 M). Namun, tidak berlangsung dengan baik. Kemudian, proses
terjemahan atas pemikiran filsafat Yunani ke dalam bahasa arab baru benar-benar
dilakukan secara serius setelah masa pemerintahan Bani Abbas (750-1258 M),
yaitu pada masa kekhalifahan Al-Makmun (811-833 M).
Pemikiran filsafat islam yang berkembang pasca penerjemah atas buku-buku
Yunani, pertama kali di kenalkan oleh Al-Kindi sekitar abad ke-9 yaitu 806-875
M. Al-Kindi menulis tentang objek bahasan dan kedudukan filsafat. Al-Kindi
telah memperkenalkan persoalan baru dalam pemikiran Islam dan mewariskan
persoalan filsafat yang terus hidup sampai sekarang: (1) penciptaan alam semesta,
bagaimana terjadinya, (2) keabadian jiwa, apa artinya dan bagaimana
pembuktiannya, dan (3) pengetahuan Tuhan, apa hubungannya dengan astrologi
dan bagaimana terjadinya. Selain itu, pemikiran filsafat islam tambah berkembang
dengan hadirnya al-Razi (865-925), tokoh yang dikenal sebagai orang yang
ekstrim dalam teologi dan juga sebagai seorang rasionalis murni yang hanya
mempercayai akal. Salah satu pikirannya yang dikenal adalah pandangannya
tentang akal.

Akan tetapi, perkembangan pemikiran filsafat islam mengalami sedikit


hambatan pada masa khalifah al-Mutawakil (847-861 M). Hambatan tersebut
disebabkan oleh adanya penentangan oleh Imam Ibnu Hanbal (780-855 M). Meski
demikian, hambatan tersebut hanya terjadi di lingkar pusat kekuasaan (Baghdad).
Sedangkan, di luar Baghdad (Aleppo dan Damaskus), kajian filsafat tetap
dilakukan. Sehingga melahirkan seorang filsuf besar, yakni Abu Nasr al-Farabi
(870-950 M). Al-Farabi memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
pemikiran filsafat islam. Pemikirannya tidak hanya tentang metafisika islam,
melainkan juga memberikan landasan bagi pengembangan keilmuan pada
umumnya. Dalam pemikiran metafisika, ia mengembangkan teori emanasi yang
menggabungkan antara teori neo-platonis dengan tauhid Islam. Selain itu,
pemikiran filsafat islam semakin berkembang pada masa Ibnu Sina (980-1037 M).
Ibnu Sina mengembangkan lebih lanjut konsep emanasi Al-Farabi, dengan
menggabungkan antara prinsip neoplatonisme Yunani, tauhid islam dan filsafat
timur yang mistik dan simbolik.

Namun, setelah Ibnu Sina, pemikiran filsafat kembali mengalami


kemunduran karena serangan Al-Ghazali (1058-1111 M). Tetapi, serangan dari
Al-Ghazali tidak menyerang filsafat secara keseluruhan melainkan hanya pada
bagian metafisiknya, yaitu pemikiran metafisik Al-Farabi dan Ibnu Sina yang neo-
platonis. Setelah itu, pemikiran filsafat kemudian muncul kembali pada masa Ibnu
Rusyd (1126-1198 M). Dalam bidang metafisika, ia memberikan wawasan baru
yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya dengan teori gerak. Ibnu Rusyd juga
berjasa dalam mempertemukan antara agama dan filsafat.

Setelah Ibnu Rusyd (1126-1198 M), munculah seorang tokoh besar dan
dikenal sebagai guru besar illuminasi yaitu Suhrawardi al-Maqtul (1153-1119 M).
Filsafat islam pada masa ini mulai berkembang pesat dengan bersinergi atau
bergabung dengan pemikiran tasawuf. Setelah itu, bahasan filsafat islam terus
berkembang di kalangan akademi mazhab Syiah, bahkan sampai sekarang
(Sholeh, A. K., 2014).

2.4. Pemikiran atau Teori dalam Filsafat Islam


2.4.1. Filsafat Jiwa
Menurut Al-Kindi bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun, tidak
panjang, dalam dan lebar. Jiwa memiliki arti yang penting, sempurna, dan
mulia. Jiwa juga memiliki wujud tersendiri, berbeda dengan badan atau jasad.
Kemudian, dalam pemikiran Al-Farabi, jiwa bersifat rohani dan terwujud
setelah adanya badan dan tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan
lain. Jiwa diciptakan ketika jasad atau badan siap menerimanya (Widodo,
2019).
2.4.2. Falsafah Ke-Tuhanan
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth) (Harun Nasution dalam Sulaiman, 2016). Disinilah
persamaan falsafah dan agama. Agama, disamping wahyu menggunakan akal,
dan falsafah juga menggunakan akal. Baginya yang benar pertama ialah Tuhan.
Falsafah dengan demikian membahas soal Tuhan sehingga agama menjadi
dasar filsafatnya (Drajat dalam Sulaiman, 2016)
2.4.3. Teori Emanasi
Teori emanasi adalah salah satu konsep dalam menjelaskan proses
penciptaan alam. Keinginan untuk tidak menodai keesaan Tuhan menjadi
landasan filosofis dari teori ini (Muhaemin, 2016). Menurut Al-Farabi, bahwa
alam ini dijadikan Tuhan secara pancaran dari bahan yang sudah ada menjadi
ada. Namun, berbeda dengan Ibnu Miskawih menurutnya alam ini secara
emanasi dari tiada menjadi ada (Sulaiman, 2016)
2.4.4. Filsafat Kenabian
Ibnu Sina berusaha menjelaskan bahwa konsep kenabian adalah sesuatu
yang “lumrah” yang dapat dipahami secara nalar. Menurutnya, kenabian adalah
tingkat tertinggi dari fase manusia dimana ia menghimpun seluruh potensi
kemanusiaan dalam wujud yang paling sempurna. Adapun syarat kenabian
meliputi 3 hal : daya imajinasi yang kuatdan sempurna, kecerdasan intelek, dan
kemampuan untuk menundukkan hal-hal yang muncul dari luar dirinya agar
bisa taat.
2.4.5. Filsafat Lima Kekal
Filsafat ini merupakan filsafatnya Ar-Razi. Menurut Supriadi (dalam
Sulaiman 2016), penjelasan tentang lima kekal, sebagaimana Al-Biruni
mengatakan, Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi telah melaporkan kekekalan
lima hal dari Yunani kuno, yaitu Tuhan, Ruh universal, materi pertama, ruang
mutlak, dan waktu mutlak
2.5. Tokoh-Tokoh Penting dalam Filsafat Islam dan Karyanya
2.5.1. Al-Kindi (185-252 H/ 801-866 M)
Al-Kindi merupakan tokoh filsuf pertama yang muncul di dunia Islam.
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ibnu Sabbah Ibnu
Imran Ibnu Ismail bin Muhammad bin Al-Ash‟ats bin Qais Al-Kindi. Karena
ia adalah satusatunya filsuf Muslim yang berasal dari keturunan Arab, Al-
Kindi dikenal dengan sebutan Failasuf Al-‘Arab. Al-Kindi dilahirkan di Kufah.
Ia memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi tumbuh dewasa, dan
meninggal di Baghdad (Nasution, 2002: 16).
Aktivitas dari Al-Kindi lebih banyak tertuju kepada upaya untuk
menyimpulkan pandangan-pandangan filsafat yang sulit dipahami kemudian
mengarang sendiri. Ia turut menyumbangkan pemikirannya secara efektif
dalam memasukkan filsafat ke dalam khazanah pengetahuan Islam. Al-Kindi
menguasai bahasa Syria dan mempelajari bahasa Yunani, keahlian yang
diperlukan dalam menerjemahkan beberapa karya klasik. Ia juga memperbaiki
beberapa terjemahan bahasa Arab, seperti terjemahan Enneads-nya Plotinus
oleh Al-Himsi, yang sampai kepada orang-orang Arab sebagai salah satu karya
Aristoteles.
Karya-karya Al-Kindi pada umumnya berbentuk ringkas dan tidak
mendalam. Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan berupa makalah, tetapi
jumlahnya sangat banyak. Beberapa karya Al-Kindi diantaranya adalah Kitab
Kimiya’ Al-‘Itr (Book of the Chemistry of Perfume), Kitab Ash-Shu’a’at (Book
of the Rays), Kitab fi Isti’mal Al-‘Adad Al-Hindi (On the Use of the Indian
Numerals), dan Kitab Al-Kindi Ila Al-mu’tashim Billahi Fi Al-Falsafah Al-Ul;
karya yang merangkum pemikiran Al-Kindi tentang Filsafat pertama.
Dari karya-karyanya dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah penganut
aliran Eklektisme, yaitu sikap berfilsafat dengan mengambil teori yang sudah
ada dan memilah dan mengambil mana yang paling baik. Dalam metafisika dan
kosmofologi ia mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi ia mengambil
pendapat Plato. (A. Mustofa, 1997:102), dan dalam bidang etika ia mengambil
pendapat Sokrates dan Plato. Al-Kindi tidak sependapat dengan para filsuf
Yunani dalam hal-hal yang dirasanya bertentangan dengan Islam.
2.5.2. Al- Farabi (258-339 H/872-950 M)
Nama lengkap dari Al-Farabi adalah Abu Muhammad Ibnu Muhammad
Tarkhan Ibnu Auzalagh, yang dikenal dengan Avennoser. Di kalangan orang-
orang Latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr
(Abunaser), nama Al-Farabi diambil dari tempat kelahiranya yaitu Farab,
Transaxonia. Dalam sejarah, riwayat hidup Al- Farabi tidak tercatat dengan
jelas, karena Al-Farabi dan pengikutnya tidak pernah menulis dan merekam
kehidupannya. Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar yang memiliki
banyak keahlian di bidang keilmuan, diantaranya ilmu bahasa, matematika,
kimia, astronomi, kemiliteran, musik, dan memandang filsafat secara utuh dan
menyeluruh serta mengupasnya dengan sempurna. Pandangannya mengenai
filsafat, terbukti dengan usahanya untuk mengakhiri kontradiksi antara
pemikiran Plato dan Aristoteles lewat risalahnya Al-Jam’u baina Ra’yay Al-
Hakimain Alfathun wa Aristhu.
Kepandaian Al-Farabi dalam filsafat ditunjang oleh keahliannya dalam
logika sehingga disebut oleh para ahli sejarah filsafat sebagai Al-Mu’allim as-
Tsani (guru kedua) yang artinya dialah guru kedua sesudah Aristoteles. Karya-
karya filsafat Al-Farabi hanya berupa risalah (karangan pendek) dan sedikit
sekali yang merupakan buku besar yang mendalam pembicaraannya.
Kebanyakan karyanya telah hilang dan hanya ada kurang lebih 30 judul yang
masih dapat dibaca dan dipublikasikan. Beberapa diantaranya adalah Risalah
fima Yajibu Ma’rifat Qabla Ta’allumi Al-Falsafah, As-Suyasatu Al-Madinah
(politik pemerintahan), As-Syiasyah (ilmu politik), Kitab Tahshil As-Sa’adah
(Mencari kebahagiaan), dan Risalah fi Itsbat Al-Mufaraqah (Ketetapan
berpisah).
Aliran filsafat yang banyak berpengaruh pada pemikiran beliau adalah
Filsafat Plato, Aristoteles dan Neo Platonisme. Al-Farabi tergolong ke dalam
kelompok filusuf kemanusiaan, yakni lebih mementingkan soal-soal
kemanusiaan seperti akhlak (etika), kehidupan intelektual, politik, dan seni.
2.5.3. Ibnu Sina (980-1037 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husain Ibnu Abdullah Ibnu Ali Ibnu
Sina, dan dikenal sebagai nama Avicenna di Barat. Ibnu Sina merupakan filsuf
muslim ternama dengan penguasaan filsafat Aristoteles dan Neo-Platonis yang
sangat mumpuni. Sejak kecil ia belajar matematika kepada al-Khawarizmi, dan
kedokteran kepada Isa Ibnu Yahya, lalu mempelajari ilmu-ilmu yang sudah ada
pada zaman itu, seperti fisika, hukum dan lain-lain. Ibnu Sina terkenal dalam
dua bidang ilmu kedokteran dan matematika sejak usia 17 tahun.
Jumlah karya Ibnu Sina diperkirakan antara 100-250 buah judul. Di bidang
filsafat ia menulis al-Najat dan al-Syifa; dalam kedokteran ia menulis al-
Qaumun fi al-Thibb; dalam ilmu jiwa/psikologi ia mengarang Ahwal al-Nafs;
dalam mistis muncul Risalah al-Thair, al-Manthiq al- Masyriqiyyah, dan Hayy
ibnu Yaqzhan. Rincian karya-karyanya yang terpenting dan telah dikenal di
dunia Islam diantaranya:
1) Al-Qanun fi Ath-Thibb, yang terdiri atas 5 bagian yang telah di
terjemahkan beberapa kali kedalam bahasa latin. Kitab ini dianggap
sebagai sumber medis paling penting baik di Timur maupun di Barat
selama 5 abad (awal abad ke 11 H/ke 17 M) dan tetap menjadi sumber
utama kedokteran Islam yang di praktikkan dimana-mana bahkan
hingga kini seperti di Anak Benua India-Pakistan.
2) Asy-Syifa, yang merupakan karya filosofis Ibnu Sina paling detail dan
di dalamnya memuat materi-materi yang di kelompokkan kedalam 4
topik, yakni: logika, fisika, matematika, dan metafisika.
3) An-Najah (ringkasan dari Asy-Syifa’) yang terdiri atas 4 bagian juga
yakni logika, fisika, dan metafisika yang dipersiapkan sendiri oleh Ibnu
Sina sedangkamn matematikanya oleh Al-Jurjani.
4) ‘Uyun Al-Hikmah (dikenal juga dengan nama Al-Mujaz) yang agaknya
dimaksudkan untuk pengajaran logika, fisika dan metafisika di kelas.
Hal ini terbukti dari kesederhanaan, kejelasan, dan kelugasan dalam
paparannya.
5) Danisynama-yi Ala’I yang terdiri atas 4 bagian dan sangat penting
karena merupakan karya filsafat paripetik Islam pertama dalam bahasa
Persia.
6) Al-Isyarat wa At-Tanbihat yang merupakan karya filsafat Ibnu Sina
termatang dan terkomprehensif yang terdiri juga atas logika, fisika, dan
metafisika.
7) Beberapa essainya yang terpenting seperti: Hayy Ibnu Yaqzhan,
Risalah Ath-Thair, Risalah fi Sirr Al-Qadar, Risalah fi Al’Isyq dan
Tahshil As-Sa’adah. Sedangkan puisinya: Al-Urjuzah fi Ath-Thibb, Al-
Qashidah Al-Muzdawiyyah dan Al-Qashidah Al- ‘Ainiyyah. Serta masih
banyak puisi yang ditulis kedalam bahasa Persia (Inati, 2003: 287).
Ibnu Sina tidak tergantung kepada satu mazhab seperti Aristotelianisme,
Neoplatonisme, Galenisme, Farabianisme, dan gagasan Yunani dan Islam
lainnya. Ia mengambil dari berbagai sumber lainnya dan memilih apa yang
dinilai meyakinkan.
2.5.4. Ibnu Rusyd (520-595 H/ 1126-1198 M)
Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad
Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd lebih dikenal dengan nama Averroes
di Barat. Ibnu Rusyd merupakan seorang dokter sekaligus seorang filsuf. Ia
sendiri pernah menjadi hakim di Seville. Sebagai ahli hukum dan filsuf, pikiran
Ibnu Rusyd banyak berpengaruh di kalangan istana, terutama di zaman Sultan
Abu Yusuf Ya’qub al-Mansur (1184-1199M). Karyanya yang terkenal di
bidang fiqh Islam adalah Bidayah al-Mujtahid; sedang dalam bidang
kedokteran adalah Kitab al-Kulliat. Tulisan-tulisan lainnya adalah menyangkut
bidang filsafat.
Tetapi, pada tahun 1195 Ibnu Rusyd harus berhadapan dengan para
pemuka agama yang menyerangnya dan memfitnahnya. Ia kemudian
diasingkan ke Lausanne. Buku-buku karyanya dibakar, kecuali yang berkaitan
dengan bidang kedokteran, matematika dan astronomi.
Karya Ibnu Rusyd adalah berupa tulisan-tulisan dan ia menulis di banyak
bidang, antara lain, ilmu fiqih, kedokteran, ilmu falak, filsafat dan lain-lain.
Karyanya yang paling besar dan berpengaruh di Barat adalah mengenai
komentarnya terhadap Aristoteles. Manuskrip-manuskrip Arabnya sudah tidak
ada, namun masih terdapat terjemah-terjemahnya dalam bahasa Latin dan
Ibrani. Karya salah satunya adalah Kitab al-Kulliyat fi al-Thib, (Aturan Umum
Kedokteran), terdiri atas 16 jilid.
Adapun karya Ibnu Rusyd yang sampai kepada kita sampai saat ini ada empat,
yaitu:
1) Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, (berisikan uraian-uraian
di bidang fiqih). Buku ini bernilai tinggi karena berisi perbandingan
mazhabi (aliran-aliran) dalam fiqh dengan menyebutkan alasan masing-
masing.
2) Fash al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari‟ah min al-Ittishal
(Kitab ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dengan
agama/ilmu kalam). Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya
persesuaian antara filsafat dan syariat.
3) Manahij al-Adillah fi Aqaaidi Ahl al-Millah (Ilmu Kalam). Buku ini
menguraikan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan
kelemahan-kelemahannya..
4)Tahfut at-Tahafut. Suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan
ilmu kalam, dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan Al-
Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah.
2.5.5. Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)

Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad
Al-Ghazali. Ia belajar di Thus, Jurjan dan Nisyapur. Di Nisyapur ia berguru
dan bergaul dengan Imam Juwaini (Imam Al-Haramain Al-Juwaini) dalam usia
20-28 tahun. Al-Ghazali belajar mengenai teologi, hukum islam, filsafat,
logika, supisme, dan ilmu-ilmu alam (Syadani, 1997: 178).
Setelah mempelajari beberapa filsafat, baik filsafat Yunani maupun filsafat
Islam, Al-Ghazali menemukan argumen-argumen mereka yang tidak kuat,
bahkan banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Salah satunya, ia
menyerang dalil Aristoteles tentang azali alamnya dan ia menentang argumen
para filsuff yang mengatakan kepastian hukum sebab akibat semata-mata,
mustahil adanya penyelewengan dari hukum itu. (Yunasril, 1991: 68).
Al-Ghazali diberikan gelar kehormatan sebagai Hujjat Al-Islam atas
pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama Islam, terutama karena
bantahanya terhadap kaum batiniyat dan kaum filsuf. Karya tulisnya mencakup
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Karya tulisnya berjumlah lebih dari 28
buah, dan karyanya yang paling populer adalah Ihya ‘Ulum Ad-Din
(menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), yang berisi panduan antara fikih,
tasawuf, dan filsafat.
Selain karya tersebut, ada beberapa karya lagi yang dituliskan oleh Al-
Ghazali, beberapa diantaranya adalah Maqasid Al-Falasifah (tujuan-tujuan
para filsuf) merupakan karangan pertama dan berisi masalah-masalah filsafat,
Tahafut Al-Falasifah (kekacauan pikiran para filsuf), di dalam buku ini, Al-
Ghazali mengecam filsafat dan para filsufnya dengan keras. buku ini dikarang
pada saat jiwanya dilanda keragu-raguan di Baghdad. Dan karyanya yang lain
adalah Mi’yar Al-‘Ilm (ilmu-ilmu).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat islam
bukan merupakan hasil jiplakan dari filsafat Yunani yang bisa dikatakan bahwa
filsafat Islam hanya sebuah filsafat Yunani yang bercorak arab. Filsafat Islam
lahir karena Islam sudah mempunya budaya pemikiran sendiri sehingga
menciptakan ruang bagi filsafat Yunani untuk diterima dan dikembangkan.
Pengembangan filsafat inilah yang membuat filsafat Islam mempunyai perbedaan
dengan filsafat Yunani sebagai titik awal kemunculannya.
Banyak sekali filsuf-filsuf islam yang mempunya gagasan pemikiran yang
mendalam mengenai suatu hal. Satu hal yang pasti bahwa dari merekalah lahir
terobosan-terobosan pemikiran yang membuat islam menemui masa
keemasaannya. Hal tersebut memberikan bukti bahwa pengaruh budaya berpikir
Islam sangat menentukan pemikiran filsafat pada masa tersebut.
.
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, L. (2018). Filsafat Islam dari Aspek Historis. Research Gate Article.
Hlm.1-9
https://www.researchgate.net/publication/329915641_FILSAFAT_ISLAM_
DARI_ASPEK_HISTORIS

Farida, M. (2011). Perkembangan Pemikiran Tasawuf dan Implementasinya di


Era Modern. Jurnal Substantia, Vol. 12, No. 1 : 105-114
https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4816/3104

Drajat, A. (2006). Filsafat Islam: Buat Yang Pengen Tahu. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Diakses pada tanggal 16 November 2020, dari
http://repository.uinsu.ac.id/2882/1/Filsafat%20islam.pdf

Muhaemin. (2016). Teori Emanasi dalam Hubungannya dengan Sains Modern.


Al-Fikr, Vol.20, No.2 : 318-330 http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/alfikr/article/download/2323/2253

Putra, A.E. (2012). “Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan
Sejarah Tentang Hubungan Ketiganya)”. Al-AdYaN. (7). 93-100.

Sulaiman, A. (2016). Mengenal Filsafat Islam. Bandung: Fadillah Press. Diakses


pada tanggal 16 November 2020, dari
http://fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801152.pdf

Soleh, A.K. (2014). FILSAFAT ISLAM: Dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA

Universitas Negeri Yogyakarta. Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat dalam


Islam. Diakses pada tanggal 16 November 2020, dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/3-
SEJARAH+PEMIKIRAN+-+FILSAFAT+DALAM+ISLAM.pdf

Widodo, S. (2019). Tokoh Filsafat Islam. Universitas Islam Batik Surakarta


https://www.academia.edu/40508596/TOKOH_FILSAFAT_ISLAM
Zainuddin, H.M. (2013). Mengenal Filosuf Muslim dan Pemikirannya. Diakses
pada 16 November 2020, dari https://www.uin-
malang.ac.id/blog/post/read/131101/mengenal-filosuf-muslim-dan-
pemikirannya-a-filsafat-ketuhanan.html

Anda mungkin juga menyukai