MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Sains
Dosen pengampu :
Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd
Oleh :
Kelompok 1 Pendidikan Biologi B
Adika Muhammad Aziz 2005286
Ardhiana Resti Kamila 2005316
Dea Fitri Afifah 2000827
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
Kesimpulan......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan filsafat dari masa ke masa menimbulkan banyak perubahan
tergantung dimana filsafat itu berkembang dan siapa yang mengembangkannya.
Filsafat dengan kerangka berpikirnya merupakan sebuah tatanan pola pemikiran
yang membuka jalan baru terhadap proses berpikir umat manusia. Dalam
perkembangannya, filsafat menemukan pro dan kontra karena kerap kali
mengundang eksistensi yang mengusik sebagian golongan.
Filsafat selalu diidentikan dengan Yunani sebagai awal dan cikal bakal
munculnya pemikiran filsafat ini. Dari mulai Aristoteles, Plato, dan masih banyak
lagi filsuf-filsuf yang mempunyai pemikiran kritis terhadap segala hal. Tidak
dapat dipungkiri memang, Yunani mempunya peran kunci terhadap lahirnya
filsafat, termasuk di adoptirnya filsafat ini oleh orang Islam sehingga menciptakan
aliran baru filsafat yaitu filsafat Islam.
Filsafat Islam lahir setelah filsafat Yunani. Islam mulai muncul sekitar
abad ke-7 ketika Muhammad mendapat wahyu untuk menyebarkan agama Islam
kepada seluruh umat manusia. Pada awal penyebaran Islam, keilmuan dan
pemikiran tentang filsafat belum dikenal dalam Islam. Barulah ketika masa
kekhalifahan dinasti Umayah, hadir studi pemikiran yang bertujuan sebagai sarana
untuk menentukan suatu hukum dalam Islam.
Rupanya, kerangka berpikir logis dan rasional sudah Islam terapkan
sebelum akhirnya Islam mengadoptir pemikiran-pemikiran filsuf Yunani. Islam
sudah menyediakan media ruang bagi pemikiran-pemikiran barat dapat diterima
tanpa mengubah esensi pemikiran Islam, bahkan justru terjadi pengembangan
pemikiran dari filsafat Yunani menjadi filsafat Islam.
Dengan demikian, lahirnya filsafat Islam ada keterkaitan dengan
diadoptirnya pemikiran filsafat Yunani yang kemudian dikembangan menjadi
filsafat Islam. Filsafat Islam kadang kala disebut tidak memiliki perbedaan dengan
filsafat Yunani. Padahal, lebih jauh dari itu pola pemikiran filsafat Islam tidak
dapat dipungkiri mempunyai nyawa tersendiri dalam dunia pemikiran filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal Mula Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran rasional-filosofis Islam disebut-sebut merupakan penjiplakan
dan peniruan dari pemikiran-pemikiran rasional-filosofi Yunani. Padahal pada
kenyataannya pemikiran rasional Islam sudah ada sebelum Islam mengenal
pemikiran filosofi Yunani. Walaupun seiring perkembangan zaman akhirnya
banyak pemikiran rasional Islam yang merupakan adoptir pengembangan pola
pemikiran Yunani, akan tetapi bukan berarti pemikiran Islam murni sepenuhnya
berasal dari mereka.
Pemikiran rasional telah terlebih dahulu dikenal di masyarakat Islam
dengan adanya fiqih dan kalam sebagai kajian hukum dan persoalan teologis.
Pengembangan pemikiran seseorang yang membuatnya kritis terhadap sesuatu
rupaya telah Islam terapkan dengan banyaknya metode-metode dalam
menentukan sebuah hukum tertentu. Sebut saja tasawuf sebagai salah satu cara
berpikir dan berpandang seorang sufi terhadap kehidupan.
Masa keislaman dimulai ketika Muhammad mendapat wahyu untuk
mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Ketika itu pola
pemikiran kritis belum terlalu ada dan berkembang karena ketika itu jika ada
sebuah permasalahan mereka akan bertanya langsung kepada Muhammad. Pola
seperti itu terus berlanjut hingga berakhirnya semua kekhalifahan sahabat nabi.
Sepeninggal mereka semua, banyak lahir permasalahan-permasalahan baru yang
menuntut sesorang untuk berpikir rasional dan tentu saja semua pemikiran
tersebut harus berdasarkan tuntutan Al-quran dan hadis. Dari sanalah pemikiran
rasional Islam sudah mulai muncul.
Adanya hal tersebut mengandung arti bahwa filsafat Islam bukan berasal
dari Yunani. Sebaliknya, pemikiran teologis dan rasional dari hukum Islam inilah
yang mempersiapkan ruang bagi diterima dan berkembanganya logika dari filsafat
Yunani dalam tradisi pemikiran Islam. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ilmu
filsafat bukan merupakan ilmu yang diciptakan dan langsung berada dalam tradisi
pemikiran Islam, hanya saja Islam memiliki pengembangan pemikiran filosofi
yang berbeda karena telah dibekali oleh pemikiran rasional tersendiri.
Perkembangan kegiatan ilmiah pada masa keislaman pada saat itu dibagi
menjadi dua. Pertama, jalan salaf yaitu pengembangan ilmu-ilmu bayani, seperti
filologi, sejarah, dan fiqih. Dan yang kedua, jalan yang kurang salaf yang
merupakan jalan dalam pengembangan ilmu seperti filsafat, matematika, dsb
(Soleh, 2014). Pada masa dinasti Umayah (661-750), kedua jalan tersebut berjalan
dan berkembang secara seimbang.
Pada saat itu, pengembangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan seperti
matematika dan astranomi belum terlalu berkembang. Tokoh tokoh pemikir lebih
banyak mengembangan pemikiran dalam hal keagamaan. Hal tersebut
dikarenakan pengembangan pemikiran terhadap keagamaan dianggap lebih
penting daripada membuka pikiran pada keilmuan barat.
Namun pada masa khalifah Al-Makmun (811-833) dari dinasti Abbas
(750-1258) mulai terjadi penerjemahan buku-buku dan catatan pemikiran-
pemikiran rasional filsafat Yunani. Penerjemahan tersebut bukan tanpa alasan,
karena pada saat itu jalan kurang salaf mulai berkembang pesat seiring dengan
berkembangnya pemikiran rasinoal dalam tradisi pemikiran Islam. Dengan
demikian, pemikiran-pemikiran Yunani tersebut dapat dikembangkan dan di
terima oleh pemikiran rasinal-filosofis Islam.
Pada abad tersebut, pascapenerjemahan akhirnya lahir filsafat Islam
pertama yang dikenalkan oleh Al-Kindi dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Pertama (al-falsafah al-Ula) yang ditujukan kepada Khalifah Al-Mu’tashim.
Pemikiran rasional semakin berkembang, dan dari sanalah era fislafat Islam yang
semakin berkembang dan menjadi bagian dari sejarah filsafat di dunia.
Setelah Ibnu Rusyd (1126-1198 M), munculah seorang tokoh besar dan
dikenal sebagai guru besar illuminasi yaitu Suhrawardi al-Maqtul (1153-1119 M).
Filsafat islam pada masa ini mulai berkembang pesat dengan bersinergi atau
bergabung dengan pemikiran tasawuf. Setelah itu, bahasan filsafat islam terus
berkembang di kalangan akademi mazhab Syiah, bahkan sampai sekarang
(Sholeh, A. K., 2014).
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad
Al-Ghazali. Ia belajar di Thus, Jurjan dan Nisyapur. Di Nisyapur ia berguru
dan bergaul dengan Imam Juwaini (Imam Al-Haramain Al-Juwaini) dalam usia
20-28 tahun. Al-Ghazali belajar mengenai teologi, hukum islam, filsafat,
logika, supisme, dan ilmu-ilmu alam (Syadani, 1997: 178).
Setelah mempelajari beberapa filsafat, baik filsafat Yunani maupun filsafat
Islam, Al-Ghazali menemukan argumen-argumen mereka yang tidak kuat,
bahkan banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Salah satunya, ia
menyerang dalil Aristoteles tentang azali alamnya dan ia menentang argumen
para filsuff yang mengatakan kepastian hukum sebab akibat semata-mata,
mustahil adanya penyelewengan dari hukum itu. (Yunasril, 1991: 68).
Al-Ghazali diberikan gelar kehormatan sebagai Hujjat Al-Islam atas
pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama Islam, terutama karena
bantahanya terhadap kaum batiniyat dan kaum filsuf. Karya tulisnya mencakup
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Karya tulisnya berjumlah lebih dari 28
buah, dan karyanya yang paling populer adalah Ihya ‘Ulum Ad-Din
(menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), yang berisi panduan antara fikih,
tasawuf, dan filsafat.
Selain karya tersebut, ada beberapa karya lagi yang dituliskan oleh Al-
Ghazali, beberapa diantaranya adalah Maqasid Al-Falasifah (tujuan-tujuan
para filsuf) merupakan karangan pertama dan berisi masalah-masalah filsafat,
Tahafut Al-Falasifah (kekacauan pikiran para filsuf), di dalam buku ini, Al-
Ghazali mengecam filsafat dan para filsufnya dengan keras. buku ini dikarang
pada saat jiwanya dilanda keragu-raguan di Baghdad. Dan karyanya yang lain
adalah Mi’yar Al-‘Ilm (ilmu-ilmu).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat islam
bukan merupakan hasil jiplakan dari filsafat Yunani yang bisa dikatakan bahwa
filsafat Islam hanya sebuah filsafat Yunani yang bercorak arab. Filsafat Islam
lahir karena Islam sudah mempunya budaya pemikiran sendiri sehingga
menciptakan ruang bagi filsafat Yunani untuk diterima dan dikembangkan.
Pengembangan filsafat inilah yang membuat filsafat Islam mempunyai perbedaan
dengan filsafat Yunani sebagai titik awal kemunculannya.
Banyak sekali filsuf-filsuf islam yang mempunya gagasan pemikiran yang
mendalam mengenai suatu hal. Satu hal yang pasti bahwa dari merekalah lahir
terobosan-terobosan pemikiran yang membuat islam menemui masa
keemasaannya. Hal tersebut memberikan bukti bahwa pengaruh budaya berpikir
Islam sangat menentukan pemikiran filsafat pada masa tersebut.
.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, L. (2018). Filsafat Islam dari Aspek Historis. Research Gate Article.
Hlm.1-9
https://www.researchgate.net/publication/329915641_FILSAFAT_ISLAM_
DARI_ASPEK_HISTORIS
Drajat, A. (2006). Filsafat Islam: Buat Yang Pengen Tahu. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Diakses pada tanggal 16 November 2020, dari
http://repository.uinsu.ac.id/2882/1/Filsafat%20islam.pdf
Putra, A.E. (2012). “Tasawuf, Ilmu Kalam, dan Filsafat Islam (Suatu Tinjauan
Sejarah Tentang Hubungan Ketiganya)”. Al-AdYaN. (7). 93-100.
Soleh, A.K. (2014). FILSAFAT ISLAM: Dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA