Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT ZAMAN RENAISANS

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sains

Dosen pengampu:

Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd.

Dr. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Si.

Oleh:

Pendidikan Biologi B

KELOMPOK 4

Raditha Putri C (2000101)

Rahmawati Aisyah (2009242)

Shakila Noorlathifa (2006486)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Renaisans..............................................................................2
2.2 Faktor-Faktor Munculnya Renaisans...................................................3
2.3 Karakteristik Zaman Renaisans............................................................5
2.4 Pemikiran Pada Zaman Renaisans........................................................6
2.4.1 Humanisme..............................................................................................6
2.4.2 Rasionalisme............................................................................................6
2.4.3 Empirisme................................................................................................7
2.4.4 Materialisme............................................................................................7
2.5 Tokoh-Tokoh Renaisans.........................................................................7
2.5.1 Dante Alighiere (1265-1321 M)..............................................................7
2.5.2 Lorenzo Valla (1405-1457 M).................................................................8
2.5.3 Niccolo Machiavelli (1469-1527 M).......................................................8
2.5.4 Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)......................................................9
2.5.5 Galileo Galilei (1564-1642).....................................................................9
2.5.6 Francis Bacon (1561-1626 M).................................................................9
2.5.7 Martin Luther (1483-1556 M)...............................................................10
2.5.8 John Calvin (1509-1564 M)...................................................................10
2.5.9 Huldrych Zwingli (1483-1556 M).........................................................10
BAB III KESIMPULAN......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Renaisans atau abad pembaharuan adalah sebuah gerakan budaya yang


berkembang dan sangat mempengaruhi kehidupan intelektual Eropa pada modern
awal yaitu kira-kira pada periode dari abad ke-14 sampai abad ke-17 dimulai di
Italia pada akhir abad pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa.
Gerakan ini tidak terjadi secara serentak melainkan perlahan-lahan mulai dari
abad ke 15. Zaman Renaisans menjadi suatu zaman di antara sekian zaman yang
telah menyejarah dalam hidup manusia zaman ini. Bagi para pemikir dan
ilmuwan, zaman ini ternyata menjadi suatu era baru sekaligus sebagai suatu
sumbangsih yang besar terhadap eksistensi manusia sebagai makhluk rasional.
Pengaruh Renaisans dirasakan dalam sastra, filsafat, seni, musik, politik, ilmu
pengetahuan, agama, dan aspek lain di bidang intelektual.

Terlepas dari zaman ini, baiklah kalau kita melihat kebelakang sebelum
zaman Renaisans ini. Tepatnya pada abad pertengahan yaitu abad 14-16 M.
Semua kebenaran di dominasi oleh iman Kristen. Pada abad ini, orang hidup
dalam suatu kebudayaan di mana agama menjadi esensial dalam hidup. Penelitian
dan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan rasio, tidak
juga mendapat tempatnya. Hal ini pun merembas pada bidang filsafat. Dalam
filsafatnya Plato dan Aristoteles orang kristen menggunakannya untuk
menjelaskan kebenaran iman Kristen. Misalnya diinspirasikan oleh dualisme
Plato, St. Sgustinus menjelaskan bahwa jiwa manusia adalah substansi abadi yang
menggunakan tubuh. Jiwa bersifat kekal dan tubuh dapat hancur. Tubuh hancur
dan jiwa kembali kepada Allah. Sementara menurut Thomas Aquinas yang
memandang filsafat Aristoteles tentang “Penggerak pertama dan penyebab
terakhir yang tak dapat digerakkan” disebut oleh Thomas begitu saja sebagai jalan
untuk membuktikan eksistensi Tuhan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Renaisans


Kata Renaisans ini berasal dari kata dalam bahasa Prancis yang artinya
adalah “Kelahiran kembali atau kebangkitan kembali”. Sementara dalam bahasa
latin Renaisans merujuk pada kata “renaitre” yang berarti “hidup kembali” atau
“lahir kembali”. Pengertian Renaisans pada intinya menyangkut tentang kelahiran
atau hidupnya kembali kebudayaan klasik Yunani dan Romawi dalam kehidupan
masyarakat Barat (Budi, 2011:7). Dalam pengertian yang lebih spesifik,
Renaisans diartikan sebagai suatu periode sejarah di mana perkembangan
kebudayaan Barat memasuki periode baru dalam semua aspek kehidupan
manusia, seperti ilmu-ilmu pengetahuan, teknologi, seni dalam semua cabang,
perkembangan sistem kepercayaan, perkembangan sistem politik, institusional,
bentuk-bentuk sistem kepercayaan yang baru dan lain-lain.

Secara historis Renaisans adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman
di mana orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam
kelahiran kembali itu orang kembali pada sumber-sumber murni bagi pengetahuan
dan keindahan. Dengan demikian, orang memiliki norma-norma yang senantiasa
berlaku bagi hikmat dan kesenian manusia. Istilah ini mula-mula digunakan oleh
seorang sejarahwan terkenal, Jules Michelet, seorang sejarawan Perancis yang
lahir di abad ke-18 dan mulai terkenal di dunia Barat pada abad ke-19 karena
karyanya yang berjudul “History of France” yang menekankan bahwa masa
romatik Abad Pertengahan bukanlah sama sekali tidak berguna bagi
perkembangan kebudayaan Barat. Pendapat Michelet dikembangkan oleh J.
Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang
bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan
manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan
(Runes: 270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaisans
(Runes: 271).

2
2.2 Faktor-Faktor Munculnya Renaisans
Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa
suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat
kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat memengaruhi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai
kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal
diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereja akan
mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus
mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya,
tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuh.

Paham Helio Centris tidak padam begitu saja, banyak ilmuan-ilmuan yang
mengungkapkan teorinya namun selalu berakhir di penjara diantaranya adalah
Gardano Bruno (1594-1600), Jerman Johannes Kapler (1571-1630) dan Galileo
Galilei (1564-1642) dengan penemuan teleskop sederhan. Hingga pada Tahun
1642 bertepatan dengan meninggalnya Galileo lahirlah ilmuan baru Ishac Newton,
seorang penemu teori Gravitasi Bumi, sehingga dengan penemuanya berhasil
mendobrak kebodohan Gereja dan mengubah worldview baru bagi eropa dalam
memahami agama. Newton berakhir pada kesimpulan bahwa Tuhan bisa di capai
oleh akal melalui perenungan alam semesta seperti tokoh pendahulunya Rene
Decrates yakni bukan melalui Al-kitab (Hardiman, 2011:10).

Timbulnya Renaisans jika dilihat dari aspek kondisi sosial yaitu saat itu
kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada doktrin gereja. Segala kegiatan
kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk
menentukan pribadinya, dan kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia tidak
tenteram karena senantiasa diintip oleh intelijen gereja, sehingga menimbulkan
sikap saling mencurigai dalam masyarakat. Pemikiran manusia pada Abad
Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan
dengan tujuan akhir (ekstologi).

Jika dilihat dari kondisi budaya yaitu terjadi pembatasan kebebasan seni
dalam arti bahwa seni hanya tentang tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja.
Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya tidak

3
berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu pengetahuan karena segala
kebenaran hanya kebenaran gereja. Kondisi politik raja yang secara teoritis
merupakan pusat kekuasaan politik dalam negara, kenyataannya hanya menjadi
juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok bangsawan dan kelompok
gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat digunakan
untuk melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan militer kaum bangsawan dan
kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik raja. Dan kondisi ekonomi
abad pertengahan berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai
perekonomian hanya golongan penguasa. Kondisi-kondisi di atas menyebabkan
masyarakat Eropa terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai
manusia. Oleh karena itu timbullah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan
tersebut.

Adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas saran


dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada awalnya merupakan
pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada
pertengahan abad XIV. Sebelum gereja mempunyai peran penting dalam
pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan,
keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh
maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat Renaisans.
Ernst Gombrich menyatakan bahwa munculnya Renaisans sebagai suatu gerak
kembali di dalam seni, artinya bahwa Renaisans tidak dipengaruhi oleh ide-ide
baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan
kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh
hiasan.

Renaisans juga muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur


akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan)
menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya sistem stratifikasi
sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri
dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk
melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan
menjadi fokus kemajuan. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan
humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari

4
keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaisans sehingga
menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Renaisans lahir sebagai pembaharu untuk
membentuk manusia yang mandiri, utuh, otonom, dan bertanggung jawab. Pola
pikir abad tengah yang dibelenggu oleh ajaran gereja diganti dengan pola pikir
rasional sehingga manusia bisa berkembang.

2.3 Karakteristik Zaman Renaisans


Zaman ini sering juga disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud
Ungkapan ini ialah manusia diangkat dari Abad Pertengahan. Pada Abad
Pertangahan manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran
diukur berdasarkan ukuran dari gereja. Humanisme menghendaki ukuran
kebenaran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir,
maka humanism menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia. Jadi,
ciri utama Renaisans ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak
mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari
watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Sains berkembang karena
empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat
humanisme tersebut.

Filsafat abad pertengahan memiliki perbedaan yang jelas bila


dibandingkan dengan filsafat Renaisans. Yang pertama lebih mencurahkan
perhatiannya kepada hal-hal yang abstrak, sedangkan kepada pengertian-
pengertian, hal-hal yang konkrit, yang nampak, terlalu diabaikan. Sedangkan
filsafat Renaisans lebih tertuju kepada hal-hal yang konkrit seperti kepada alam
semesta dan kepada manusia, juga kepada kehidupan bermasyarakat serta sejarah.
Dapat juga dikatakan bahwa manusia pada saat itu menemukan dua hal yaitu,
dunia dan dirinya sendiri. Dimana pengenalan akan dirinya sendiri terbentuk atas
kesadaran manusia akan nilai pribadinya dan akan kekuatan pribadinya itu. Ciri
utana filsafat pada masa Renaisans adalah rasionalisme, yang menetapkan bahwa
kebenaran berpusat dari akal (bergantung pada subjek yang menggunakannya).

5
2.4 Pemikiran Pada Zaman Renaisans
Pada masa Renaisans ini juga berkembang bentuk pemikiran manusia
yang baru, yang sama sekali terlepas dengan gereja. Diantara pemahaman itu
adalah humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materialisme (Tafsir, 2007:126).

2.4.1 Humanisme
Zaman Renaisans ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme.
Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad
pertengahan itu manusia di anggap kurang di hargai sebagai manusia. Kebenaran
diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang
dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dari manusia.
Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir, maka humanisme menganggap
manusia mampu mengatur dirinya dan dunia (Tafsir, 2007:126). Tujuan
pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan gembira.
Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat kepada
kekuasaan. Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk memperoleh
kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada jaman Yunani dan
Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan tradisi, berkembang selaras,
individualistis, bukan manusia kolektifistis seperti pada abad pertengahan.
Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada kenikmatan duniawi, bukan kepada
keakhiratan seperti abad pertengahan.

2.4.2 Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di peroleh dengan
alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu adalah kaidah
kaidah logis atau kaidah kaidah logika.

Rasonalisme ada dua macam, dalam bidang agama dan filsafat. Dalam
bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama adalah
kemampuannya untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang

6
filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme,
rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang
atau bersumber dari penemuan akal.

2.4.3 Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan
mengecilkan peranan akal, istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria
yang berarti coba-coba atau pengalaman (Tafsir, 2007:173). Empirisme sebagai
lawan rasionalisme berpendapat bahwa pengetaahuan diperoleh dari pengalaman
dengaan cara observasi/penginderaan baik pengalamaan lahiriyah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia. Pengalaman merupakan faktor fundamental, dan merupakan sumber dari
pengetahuan manusia (Maksum, 2010:357).

2.4.4 Materialisme
Paham ini di pelopori oleh Lamettrie (1709-1751). Baginya manusia tak
lain dari mesin begitu pula halnya dengan binatang, sehingga tak ada bedanya
antara manusia dengan binatang. Lamettrie mengingkari prinsip hidup pada
umumnya. Mencoba membuktikan, bahwa bahan (badan) tanpa jiwa mungkin
hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tak mungkin ada, jantung
katak yang dikeluarkaan dari tubuh katak masih berdenyut beberapa detik (hidup
kata Lamettrie), sedangkan tak mungkin ada katak, jika tak ada badannya.
Lamettrie bahwa prinsip hidup itu tak ada dan tentu tak ada prinsip hidup yang
rohani (Poedjawijatna, 1990:123).

2.5 Tokoh-Tokoh Renaisans


Tokoh-tokoh Renaisans mempunyai peranan yang penting dalam
Renaisans. Tokoh-tokoh tersebut antara lain.

2.5.1 Dante Alighiere (1265-1321 M)


Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga
kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka
dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan
Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang atoritas moral Kepausan

7
yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah
buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang kedudukan
dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik,
mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil
karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life) berisi tentang
gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada
dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa
manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh
utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang
setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria
(pembersih jiwa), dan paradiso (surga).

2.5.2 Lorenzo Valla (1405-1457 M)


Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu
ungkapannya yang sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran
dan keadilan adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan
pahal tertinggi”. Hasil karyanya antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang
terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme yang
mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka
mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan
bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan
keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta
tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif
manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini
donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar
Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan
gaya bahasa abad ke-4 melainkan abd ke-8.

2.5.3 Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)


Filosof politik Italia, Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The
Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513. mungkin yang paling brilian yang
pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan.

8
2.5.4 Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow.
Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi
buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of
Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan
bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya
dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric
menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih
penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup
penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan
benda-benda tersebut.

2.5.5 Galileo Galilei (1564-1642)


Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar di bidang ilmu
pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat
suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi
gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya.
Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang
Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-
masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan
menemukan beberapa satelit Jupiter.

2.5.6 Francis Bacon (1561-1626 M)


Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris. Ia belajar di
Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan
serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan
scientific methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada
zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat
mengungkapkan kebenaran dengan inductive method, tetapi lebih dahulu harus
membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah
memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam
Idols of the Mind. Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam
ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia
juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui

9
pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan
demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi
modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.

2.5.7 Martin Luther (1483-1556 M)


Merupakan seorang reformator dari Jerman. Pemikirannya dalam
pendidikan:

a) Semua anak harus mengunjungi sekolah;


b) Anak-anak belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu
digunakan untuk mempelajari pekerjaan tangan;
c) Anak perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka
mengerjakan pekerjaan rumah tangga;
d) Anak-anak miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;
e) Posisi guru dihargai tinggi;
f) Pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran paling penting.

2.5.8 John Calvin (1509-1564 M)


Dalam buku-bukunya sangat banyak mengungkapkan tentang pentingnya
pendidikan, serta pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan agama.
Dalam hal bahasa, Calvijn lebih mementingkan pelajaran bahasa Latin. Di Geneva
didirikan sebuah gymnasium yang juga memberikan pelajaran rendah dan satu
sekolah tinggi.

2.5.9 Huldrych Zwingli (1483-1556 M)


Daerah yang dipengaruhi Zwingli lebih kecil dibandingkan Luther maupun
Calvin. Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa klasik adalah penting.
Ilmu pengetahuan dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi tidak boleh mengambil
waktu terlalu banyak. Pendapatnya yang baru adalah bahwa setiap murid harus
mempelajari satu pekerjaan tangan. Mendirikan sekolah di Zurich, yang kemudian
menjadi universitas.

Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting


bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada
zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern.

10
Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad renaisans tidak
secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad
ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat
mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat
didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada
filsafat modern.

2.6 Dampak Renaisans


1) Kemunculan aliran yang mementingkan kebebasan akal abad ke-18 seperti
humanisme, rasionalisme, nasionalisme, dan absolutisme berani
mempersoalkan kepercayaan lama yang diamalkan, hal ini secara langsung
melemahkan kekuasaan golongan feodal.
2) Italia telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di Eropa pada abad ke-15. Hal
ini terjadi apabila kota Konstantinopel dikuasai oleh Islam telah jatuh ke
tangan oarang Barat pada tahun 1453. Hal ini menyebabkan Italia menjadi
pusat intelektual terkenal di Eropa.
3) Renaisans telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju.
Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan golongan feodal
yang senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan masyarakat.
4) Melahirkan tokoh-tokoh pemikiran seperti Leonardo da Vinci yang terkenal
sebagai pelukis, pemusik, dan ahli filsafat. Michelangelo merupakan tokoh
seni arsitek jurutera, penyair, dan ahli anatomi. Melahirkan ahli-ahli sains
terkenal seperti Copernicus dan Galileo.
5) Pada masa ini selain terjadi kebangunan kembali juga terjadi kebobrokan
moral. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu norma yang bisa mengatur
kehidupan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia Renaisans
merupakan manusia yang tidak mempunyai pegangan (liar). Keliaran ini
mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap norma sehingga manusia
mengalami krisis akhlak seperti mabuk-mabukan dan lain-lain. Hal ini
tidak hanya terjadi di kalangan borjuis tetapi juga dikalangan pendeta

11
BAB III

KESIMPULAN

Zaman Renaisans merupakan abad pembaharuan suatu zaman di mana


orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Di zaman ini.
berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada
doktrin gereja. Segala kegiatan kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat
kehilangan kebebasan untuk menentukan pribadinya, dan kehilangan harga
dirinya.

Renaisans lahir sebagai pembaharu untuk membentuk manusia yang


mandiri, utuh, otonom, dan bertanggung jawab. Pola pikir abad tengah yang
dibelenggu oleh ajaran gereja diganti dengan pola pikir rasional sehingga manusia
bisa berkembang. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama
sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus kemajuan.

Ciri utama Renaisans ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama


(tidak mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh
dari hal tersebut ialah pengetahuan rasional berkembang. Sains berkembang
karena empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena adanya
semangat humanisme.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asfar, A. I. T., & Asfar, A. I. A. (2019). Pendidikan Masa Renaisans: Pemikiran


dan Pengaruh Keilmuan Pendidikan. doi:
http://www.researchgate.net/profile/Amirafan_Asfar

NN. (2020). Jaman_renaisans. [Online]. Diakses dari


http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JAMAN_renaisans.docx#:~:text=Ciri
%20utama%20filsafat%20pada%20masa,seorang%20berfikir%20berarti%20ia
%20ada. Diakses 8 november 2020

Saifullah, S. (2014). Renaisans dan Humanisme Sebagai Jembatan Lahirnya


Filsafat Modern. Jurnal Ushluddin,22(2), 133-144. doi: http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/ushluhudin/article/view/731

Setiawan, S. (2020). Renaisans – Latar Belakang, Sejarah, Sebab, Karakteristik,


Tokoh. [Online]. Diakses dari https://www.gurupendidikan.co.id/Renaisans/

Salamah. Umi. (2015). Filsafat Renaisans. [Online]. Diakses di


https://www.academia.edu/12216109/Filsafat_Renaisans
Purwokerto, lain. (2020). Filsafat Masa Renaisans. [Online]. Diakses di
https://www.academia.edu/37662573/Filsafat_Masa_Renaisance

13

Anda mungkin juga menyukai