MAKALAH
Dosen pengampu:
Oleh:
Pendidikan Biologi B
KELOMPOK 4
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Renaisans..............................................................................2
2.2 Faktor-Faktor Munculnya Renaisans...................................................3
2.3 Karakteristik Zaman Renaisans............................................................5
2.4 Pemikiran Pada Zaman Renaisans........................................................6
2.4.1 Humanisme..............................................................................................6
2.4.2 Rasionalisme............................................................................................6
2.4.3 Empirisme................................................................................................7
2.4.4 Materialisme............................................................................................7
2.5 Tokoh-Tokoh Renaisans.........................................................................7
2.5.1 Dante Alighiere (1265-1321 M)..............................................................7
2.5.2 Lorenzo Valla (1405-1457 M).................................................................8
2.5.3 Niccolo Machiavelli (1469-1527 M).......................................................8
2.5.4 Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)......................................................9
2.5.5 Galileo Galilei (1564-1642).....................................................................9
2.5.6 Francis Bacon (1561-1626 M).................................................................9
2.5.7 Martin Luther (1483-1556 M)...............................................................10
2.5.8 John Calvin (1509-1564 M)...................................................................10
2.5.9 Huldrych Zwingli (1483-1556 M).........................................................10
BAB III KESIMPULAN......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terlepas dari zaman ini, baiklah kalau kita melihat kebelakang sebelum
zaman Renaisans ini. Tepatnya pada abad pertengahan yaitu abad 14-16 M.
Semua kebenaran di dominasi oleh iman Kristen. Pada abad ini, orang hidup
dalam suatu kebudayaan di mana agama menjadi esensial dalam hidup. Penelitian
dan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan rasio, tidak
juga mendapat tempatnya. Hal ini pun merembas pada bidang filsafat. Dalam
filsafatnya Plato dan Aristoteles orang kristen menggunakannya untuk
menjelaskan kebenaran iman Kristen. Misalnya diinspirasikan oleh dualisme
Plato, St. Sgustinus menjelaskan bahwa jiwa manusia adalah substansi abadi yang
menggunakan tubuh. Jiwa bersifat kekal dan tubuh dapat hancur. Tubuh hancur
dan jiwa kembali kepada Allah. Sementara menurut Thomas Aquinas yang
memandang filsafat Aristoteles tentang “Penggerak pertama dan penyebab
terakhir yang tak dapat digerakkan” disebut oleh Thomas begitu saja sebagai jalan
untuk membuktikan eksistensi Tuhan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara historis Renaisans adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman
di mana orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam
kelahiran kembali itu orang kembali pada sumber-sumber murni bagi pengetahuan
dan keindahan. Dengan demikian, orang memiliki norma-norma yang senantiasa
berlaku bagi hikmat dan kesenian manusia. Istilah ini mula-mula digunakan oleh
seorang sejarahwan terkenal, Jules Michelet, seorang sejarawan Perancis yang
lahir di abad ke-18 dan mulai terkenal di dunia Barat pada abad ke-19 karena
karyanya yang berjudul “History of France” yang menekankan bahwa masa
romatik Abad Pertengahan bukanlah sama sekali tidak berguna bagi
perkembangan kebudayaan Barat. Pendapat Michelet dikembangkan oleh J.
Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang
bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan
manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan
(Runes: 270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaisans
(Runes: 271).
2
2.2 Faktor-Faktor Munculnya Renaisans
Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa
suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat
kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat memengaruhi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai
kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal
diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereja akan
mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus
mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya,
tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuh.
Paham Helio Centris tidak padam begitu saja, banyak ilmuan-ilmuan yang
mengungkapkan teorinya namun selalu berakhir di penjara diantaranya adalah
Gardano Bruno (1594-1600), Jerman Johannes Kapler (1571-1630) dan Galileo
Galilei (1564-1642) dengan penemuan teleskop sederhan. Hingga pada Tahun
1642 bertepatan dengan meninggalnya Galileo lahirlah ilmuan baru Ishac Newton,
seorang penemu teori Gravitasi Bumi, sehingga dengan penemuanya berhasil
mendobrak kebodohan Gereja dan mengubah worldview baru bagi eropa dalam
memahami agama. Newton berakhir pada kesimpulan bahwa Tuhan bisa di capai
oleh akal melalui perenungan alam semesta seperti tokoh pendahulunya Rene
Decrates yakni bukan melalui Al-kitab (Hardiman, 2011:10).
Timbulnya Renaisans jika dilihat dari aspek kondisi sosial yaitu saat itu
kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada doktrin gereja. Segala kegiatan
kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk
menentukan pribadinya, dan kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia tidak
tenteram karena senantiasa diintip oleh intelijen gereja, sehingga menimbulkan
sikap saling mencurigai dalam masyarakat. Pemikiran manusia pada Abad
Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan
dengan tujuan akhir (ekstologi).
Jika dilihat dari kondisi budaya yaitu terjadi pembatasan kebebasan seni
dalam arti bahwa seni hanya tentang tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja.
Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya tidak
3
berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu pengetahuan karena segala
kebenaran hanya kebenaran gereja. Kondisi politik raja yang secara teoritis
merupakan pusat kekuasaan politik dalam negara, kenyataannya hanya menjadi
juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok bangsawan dan kelompok
gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat digunakan
untuk melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan militer kaum bangsawan dan
kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik raja. Dan kondisi ekonomi
abad pertengahan berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai
perekonomian hanya golongan penguasa. Kondisi-kondisi di atas menyebabkan
masyarakat Eropa terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai
manusia. Oleh karena itu timbullah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan
tersebut.
4
keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaisans sehingga
menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Renaisans lahir sebagai pembaharu untuk
membentuk manusia yang mandiri, utuh, otonom, dan bertanggung jawab. Pola
pikir abad tengah yang dibelenggu oleh ajaran gereja diganti dengan pola pikir
rasional sehingga manusia bisa berkembang.
5
2.4 Pemikiran Pada Zaman Renaisans
Pada masa Renaisans ini juga berkembang bentuk pemikiran manusia
yang baru, yang sama sekali terlepas dengan gereja. Diantara pemahaman itu
adalah humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materialisme (Tafsir, 2007:126).
2.4.1 Humanisme
Zaman Renaisans ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme.
Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad
pertengahan itu manusia di anggap kurang di hargai sebagai manusia. Kebenaran
diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang
dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dari manusia.
Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir, maka humanisme menganggap
manusia mampu mengatur dirinya dan dunia (Tafsir, 2007:126). Tujuan
pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan gembira.
Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat kepada
kekuasaan. Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk memperoleh
kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada jaman Yunani dan
Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan tradisi, berkembang selaras,
individualistis, bukan manusia kolektifistis seperti pada abad pertengahan.
Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada kenikmatan duniawi, bukan kepada
keakhiratan seperti abad pertengahan.
2.4.2 Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di peroleh dengan
alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu adalah kaidah
kaidah logis atau kaidah kaidah logika.
Rasonalisme ada dua macam, dalam bidang agama dan filsafat. Dalam
bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama adalah
kemampuannya untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang
6
filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme,
rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang
atau bersumber dari penemuan akal.
2.4.3 Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan
mengecilkan peranan akal, istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria
yang berarti coba-coba atau pengalaman (Tafsir, 2007:173). Empirisme sebagai
lawan rasionalisme berpendapat bahwa pengetaahuan diperoleh dari pengalaman
dengaan cara observasi/penginderaan baik pengalamaan lahiriyah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi
manusia. Pengalaman merupakan faktor fundamental, dan merupakan sumber dari
pengetahuan manusia (Maksum, 2010:357).
2.4.4 Materialisme
Paham ini di pelopori oleh Lamettrie (1709-1751). Baginya manusia tak
lain dari mesin begitu pula halnya dengan binatang, sehingga tak ada bedanya
antara manusia dengan binatang. Lamettrie mengingkari prinsip hidup pada
umumnya. Mencoba membuktikan, bahwa bahan (badan) tanpa jiwa mungkin
hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tak mungkin ada, jantung
katak yang dikeluarkaan dari tubuh katak masih berdenyut beberapa detik (hidup
kata Lamettrie), sedangkan tak mungkin ada katak, jika tak ada badannya.
Lamettrie bahwa prinsip hidup itu tak ada dan tentu tak ada prinsip hidup yang
rohani (Poedjawijatna, 1990:123).
7
yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah
buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang kedudukan
dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik,
mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil
karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life) berisi tentang
gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada
dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa
manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh
utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang
setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria
(pembersih jiwa), dan paradiso (surga).
8
2.5.4 Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow.
Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi
buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of
Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan
bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada porosnya
dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut heliocentric
menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih
penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup
penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan
benda-benda tersebut.
9
pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan
demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi
modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.
10
Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad renaisans tidak
secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad
ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat
mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat
didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada
filsafat modern.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13