Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT YUNANI DAN KEBANGKITAN DUNIA ISLAM


Diajukan untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:H. Burhanudin, S Ag., M.Ag.,M.H

OLEH:
MUHAMMAD ALFARIZI (2102030037)
M. ALWIY

FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR IS .................................................................................................................. III

KATA PENGANTAR ................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian filsafat yunani ................................................................................ 3

B. Kemunculan filsafat yunani ............................................................................ 5

C. Pengertian kebangkitan islam ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 10

B. Saran.................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11

II
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Anjani,01 Juni 2022

Penyusun

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, sebelum filsafat Islam lahir telah terdapat berbagai


alam pikiran di timur dan barat.Di antaranya adalah pikiran Mesir kuno, Babylonia,
Persia, Cina dan Yahudi. Namun dari pikiran-pikirann tersebut yang dominan
berhubungan dengan dunia Muslim adalah alam pikiran Yunani, walaupun pikiran
Persia dan India juga banyak memberikan sumbangan.1
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat Yunani yang sampai ke
tangan kaum Muslim bukanlah murni filsafat Yunani, melainkan sudah melewati
pemikiran Romawi yang sudah mempengaruhi pemikiran Yunani. Oleh karena itu
tidak semua pemikirsn filsafat yang sampai kepada dunia Islam berasal dari Yunani,
baik teks serta ulasan-ulasannya, tetapi merupakan hasil dari dua faham yaitu faham
Hellenisme dan faham Hellenisme Romawi.
Pengaruh pandangan Hellenisme kedalam pemikiran Islam, merupakan
dasar pandangan munculnya konsentrasi dan bangunan pemahaman manusia dalam
pengertian pemahaman yang bukan datang dari Tuhan, telah menimbulkan revolusi
intelektual yang demikian yang besar dampaknya pada masa itu maupun terhadap
konsep-konsep selanjutnya. Hampir dapat dipastikan bahwa produk intelek,baik itu
pada masa awal pengaruh masuk dan diterima maupun pada sebagian besar
pemikiranmuslim sesudahnya bertumpu pada pengaruh rasional.2
Didalam ajaran agama yang di wahyukan semisal Islam,ada dua jalan untuk
memproleh pengetahuan, pertama jalan wahyu dalam artian komunikasi dari Tuhan
kepada manusia, dan yang kedua adalah akal, yang dianugrahkan Tuhan kepada
manusia dengan memakai kesan-kesan yang diproleh panca indra sebagai bahan

1
Hsyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999) h. 9.
2
Muhammad Baqir As-Shadr, Falsaftuna terj. Nur Mufid bin Ali (Bandung : Mizan, 1991) h.31.

1
pemikran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan.3Wahyu adalah
petunjuk yang di turunkan oleh Allah kepada umat manusia untuk membimbingnya
menuju jalan kebenaran.Pengetahuan yang di bawa oleh wahyu adalah diyakini
absolut dan mutlak benar.
Sedangkan akal sendiri adalah kemampuan berpikir dan sekaligus sebagai
anugrah dari Allah kepada manusia, dimana dengan akal tersebut kita mampu
danbisa untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.Selain itu, akal juga
merupakan pertanda atau bukti kesempurnaan manusia dibandingkan dengan
makhluk lain.Kemampuan lebih yang di miliki manusia itu adalah kemampuan
akalnya, ia sering di sebut dengan istilah animal rationale, al-hayawan an-
natiq.Melalui kegiatan akalnya, manusia berusaha memahami dirinya dan alam
sekitarnya.4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dan untuk memperjelas arah


penelitian, maka pertanyaan mendasar yang menjadi pokok masalah dalam kajian
ini adalah :
1. Apa pengertian filsafat yunani?

2. Bagaimana kemunculan filsafat yunani


3. Apa pengertian kebangkitan dunia islam

C. Tujuan

Sebuah penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun


tujuandari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat yunani
2. Untuk mengetahui bagaiman kemunculan filsafat yunani
3. Untuk mengetahui pengertian kebangkitan dunia islam.

3
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta : UI-Press, 1986 ), h. 1.
4
Musa Asy’ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Islam (Yoyakarta : LESFI, 1992), h.1

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat yunani


Secara Etimologi, fiIsafat yang dalam bahasa Inggrisnya Philosophy, berasal dari
kata Yunani Philosophia yang lazim diterjemahkan dengan cinta kearifan.Akar
katanya adalah philia = cinta dan sophia = kearifan. Menurut pengertian semula dari
zaman Yunani kuno, filsafat berarti cinta kearifan. Namun cakupan pengertian sophia
yang semula itu ternyata luas sekali. Sophia tidak hanya berarti kearifan, melainkan
juga meliputi kebenaran pertama, pengetahuan luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikan dalam memutuskan hal yang praktis.3
Menurut Cicero, seorang penulis Romawi (106 - 43 SM) orang yang pertama
memakai kata filsafat adalah Pythagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap
cendikiawan dimasanya yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. Pythagoras
mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai dengan
manusia. Tiap-tiap orang mengalami kesukaran dalam memperolehnya meskipun
ia telah menghabiskan segala umurnya, namun ia tidak akan sampai ketepinya.
Karena itu kita ini menurutnya bukan ahli pengetahuan, namun pencari dan
pencinta pengetahuan atau filosof.4
Sedangkan pengertian filsafat secara terminologi, menurut The Liang Gie, sulit
untuk merumuskan dalam suatu formulasi yang bisa mewakili keseluruhan defenisi
yang dikemukakan oleh para ahli menurut aliran filsafatnya masing- masing
sebagaimana yang bisa dilakukan dalam bidang keilmuan yang lain. Karena itu The liang
Gie dalam mengemukakan pengertian filsafat, mengutip defenisi-defenisi yang
dikemukakan para ahli tersebut.

______________________
3 The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty, Cetakan ke 5, 2400, hal 29

4 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996, hal 3.

3
Diantara defenisi-defensisi tersebut adalah (1) Thales (640-546 s.M.), filsafat
adalah suatu penela’ahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya,
unsur-unsurnya, dan kaidah-kaidahnya. (2) Socrates (469-369 s.M.) mengatakan
bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan
terhadap asas-asas kehidupan yang adil dan bahagia. (3) Plato (427-347 s.M.)
berpendapat bahwa pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. (4)Aristoteles (348-322 s.M.)
mendefenisikan filsafat sebagai ilmu tentang asas-asas pertama atau suatu ilmu yang
menyelidikan terhadap sesuatu yang ada sebagai yang ada dan ciri-ciri yang
tergotong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri.5

______________________
5 The Liang Gie, op-cit, hal, 31-3 3

B. Kemunculan filsafat yunani

Para ahli tampaknya sepakat, bahwa pemikiran ilmiah. yang merupakan titik awat
kemunculan filsafat, merupakan penemuanYunani. Namun pemikiran ilmiah tidak
muncul dan berkembang tanpa ada faktor-faktor yang mendahuluinya.

4
Sebelum lahirnya pemikiran ilmiah manusia menggunakan mitos dalam
menjawab segala pertanyaan tentang alam yang mengitarinya. Mitologi menjawab
pertanyaan tentang alam semesta ini dengan jawaban dalam bentuk mite yang
terlepas sama sekali dari kegiatan rasio.6 Namun lama kelamaan manusia tidak lagi
puas dengan jawaban mitotogi tersebut dan mencoba mencari jawaban yang
rasional dari pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta. Dari usaha mencari
jawaban rasional7 terhadap pertanyaan tentang alam semesta itulah munculnya
filsafat8

Menurut Aristoteles, filsafat dimulai dengan adanya rasa thaumagien, yaitu


ketika akal budi dicengangkan oleh apria (problem). Filosof-filosof Lonia yang
pertama menyingkap tabir rahasia alam semesta ini dengan menjaw ab,
menerangkan gejala--gejala yang terdapat didalamnya agar terhindar dari
ketidaktahuan.
Sejak iu mitos mulai ditinggalkan, bahkan ketika Fythagoras yang terkenal
sampai sekarang dengan hukum dalil Pythagoras berpendapat bahwa gejala-
gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis mitologi makin jauh ditingggalkan.9
Keinginan yang kuat para pemikir Yunani untuk keluar dari kekuasaan
golongan agama bersahaja (agama berhala) serta kekuasaan pemerintah yang
zaIim10 semakin mempercepat perkembangan filsafat. Para pemikir/ filosof
waktu itu menguji ajaran agama, apa yang dapat dibenarkan oleh akat pikiran
dinamakan filsafat, dan yang tidak dimasukkan kedalam cerita-cerita agama.
Perlu dibuat batasan yang jelas tentang rentang waktu lahir dan
berkembangrrya filsafat Yunani, agar dalam pembicaraan tentang para filosof
Yunani menjadi jelas batasan dimensi waktunya. Dalam hal ini Ahmad
Hanafi mengatakan bahwa pemikiran filsafat yang hanya dimiliki oleh orang-
orang Yunani adalah sejak abad ke-6 sampai akhir abad ke-4 sebelum
Masehi. Masa tersebut dinamakan dengan fase Hellenisme.11 Diantara filosof
Yunani di masa Hellenisme tersebut adalah:

1. Thales (640-556 s.M.). la merupakan seorang filosof yang mendirikan aliran filsafat
alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Filsafat kosmos atau yang
kemudian dikenat dengan kosmolagi mempertanyakan tentang unsur tunggal apa

5
yang menjadi dasar perubahan atau membentuk alam semesta. Terhadap
pertanyaan filosofis aliran ini didapatkan jawaban yang bermacam--macam, yaitu
air, api, tanah atau udara.
2. Pythagoras (572-497 s.M). la adalah pendiri filsafat Pythagorianisme. Aliran filsafat ini
mengemukakan sebuah ajaran metafisis, bahwa bilangan merupakan intisari dari semua
benda maupun dasar pokok sifat- sifat benda. Segenap gejala alam menurut alran ini
merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan- perbandingan matematika.
Filsafat ini dan mazhab Pythagorianisme dipadatkan menjadi sebuah dalil yang
berbunyi “Bilangan memerintah jagad raya” (Number rules the universe).

3. Socrates (469-349 s.M). Seorang filosof bidang moral terkemuka setelah Thales
pada zaman Yunani kuno adalah Socrates. la mengajarkan terhadap khalayak ramai
terutama kaum muda, bahwa pengetahuan adalah kebajikan, dan kebajikan adalah
kebahagiaan.
4. Plato (427-347 s.M.). Dia adalah seorang filosof Yunani yang sangat besar pengaruhnya
terhadap filsafat Islam. Melalui banyak karya tulisnya Umat Islam di masa Daulah
Abbasiah begitu tergerak untuk mengadakan kegiatan ilmiah. Plato adalah seorang
filosof yang telah mengubah pengertian kearifan (sophia) yang semula berkaitan
dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektaal. Dalam
karyanya berjudul “Republic”, Plato menegaskan bahwa para fi1suf adalah pencinta
pandangan tentang kebenaran ( vision of truth). Dalam pencarian kebenaran itu,
hanyalah filosof yang bisa menemukan dan menangkap pengetahuan tentang ide yang
abadi dan tak berubah.
5. Aristoteles (348-322 s.M.). Sebagaimana halnya Plato, Aristoteles juga merupakan
salah seorang filosof Yunani yang pemikirannya sangat mempengaruhi filsafat Islam.
la adalah murid Plato yang paling terkemuka. Menurutriya sophia (kearifan)
merupakan kebajikan intelekktual tertinggi, sedang philosophia merupakan padanan
kata episteme, dalam arti suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai
sesuatu abjek yang sesuai.
_________________________________
9 ibid

10
Sebagai contoh dari hal tersebut adalah apa yang dialami Plato. Ia hidup dalam suatu periode
gelap kehidupan politik Athena
11
Ahmad Hanafi, op-cit, hal 21.

C. Pengertian Kebangkitan Islam

6
Pada abad ke 18, dunia Islam jatuh ke jurang keruntuhan terdalam1.
Tidak ada lagi keproduktifitasan umat Islam dalam bidang politik, ekonomi,
ilmu, seni, dan lain sebagainya layaknya 14 abad masa kejayaannya silam.
Kritisme umat Islam atas modernisasi Barat (modernisme) tumbuh dengan
pesat dalam bentuk yang beragam, baik berupa gerakan intelektual maupun
gerakan social politik. Keberagaman ini menyebabkan sulitnya mencari istilah
yang tepat yangmencakup semua gejala itu. Istilah yang dipakai Barat sebagi
penggelinding pertama bola kebangkitan Islam antara lain adalah revivalisme
(faham untukmendapatkan kebangkitan kembali), aktivisme (ajaran politik yang
menganjurkan tidakan kekerasan untuk mencapai tujuan politik),
milienarisme, militansi Islam ( kegiatan yang terpancar dari ketinggian
semangat berjuang, kegagah beranian di kalangan umat Islam), meseanisme,
resurgence (kemunculan kembali, kebangkitan kembali dengan jumlah yang
lebih banyak dari sebelumnya), dan reassertion (penegakan kembali)2

______________________
1
Lothorp Stoddard, Dunia Baru Islam, terj Muljadi Djojomartono, (Jakarta: Panitia Penerbit
Menko kesejahteraan, 1966), hal 29
2
Skrpisi Lilik Umi Hanik, Perspektif Neo Modernisme dan Neotradisionalisme atas Kebangkitan
Islam ; Studi Perbandingan antara pemikiran Fazlur Rahman dan Hossein Nashr, Surabaya:
SKI,1996, hal 16

7
Menurut Amien Ra’is, istilah-istilah tersebut di atas, yang digunakan
oleh Barat untuk menunjukkan adanya usaha umat dalam merelevansikan dan
mengoperasikan agama mereka, tidaklah tepat sama sekali. Sebab istilah-istilah
tersebut mempunyai konotasi seolah-olah Islam sudah tidur atau bahkan
terkubur kemudian bangkit lagi. Islam tidak pernah mengalami enkapsulasi
(pembungkusan atau pengemasan dalam kapsul) yang menjadikannya pasif-
reaktif terhadap perubahan-perubahan social, politik, ekonomi, dan budaya3.
Sementara itu, Chandra Muzaffar yang menganalisis dari sudut
sosiologi memandang bahwa ressurgence (kebangkitan) merupakan istilah
yang tepat. Baginya, kebangkitan yang didefinisikan sebagai ‘tindakan
membangkitkan kembali’ mempunyai pengertian-pengertian yang jelas.
Pertama, pandangan dari kaum muslim sendiri bahwa Islam menjadi penting
kembali, mendapatkan kembali prestise dan harga dirinya. Kedua, Islam
dikaitkan dengan kebenaran masa lalu, jalan yang ditempuh Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat di masa lalu itu mempengaruhi pemikiran umat Islam
sekarang. Ketiga, Islam dipandang sebagai alternative dan oleh karena itu
dipandang sebagai ancaman bagi pandangan hidup atau idiologi lain yang
sudah mapan, khusunya idiologi Barat.Di antara istilah lain, demikian lanjut
Chandra Muzaffar, yang mendekati pengertian ‘ressurgence’ di atas adalah
istilah “reassertion” dan revivalisme4.

3
Ibid
4
Ibid, hal 1

8
Dalam khazanah Islam sendiri, sikap kritis terhadap modernisasi ini
lebih sering disebut tajdid dan ishlah 5 . Tajdid secara etimologi berasal dari kata
jaddada yujaddidu yang berarti menjadikan sesuatu baru. Tajdid menurut
asalusul artinya secara bahasa menimbulkan persepsi yang menghimpun tiga
pengertian yang tidak mungkin dipisahkan, masing-masing terikat satu sama
lain, yaitu: Pertama, Bagian yang telah diperbaharui pada mulanya telah ada.
Kedua, Barang itu dilanda zaman sehingga menjadi usang dan kuno. Ketiga,
Barang itu dikembalikan lagi kepada keadaan sebelum usang dan kreasi kuno6.
Dari segi terminologi, Muhammad Jindar Tamimi mengatakan bahwa
tajdid terbagi dua karena sasarannya, yaitu: Pertama, Berarti pembaharuan
dalam arti mengembalikan kepada keaslian dan kemurniannya, ialah bila tajdid
sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap atau tidak
berubah-ubah. Kedua, Berarti pembaharuan dalam arti modernisasi ialah bila
tajdid sasarannya mengenai masalah, seperti metode, sistem, teknik, dan
strategi perjuangan yang sifatnya berubah-ubah disesuaikan dengan situasi dan
kondisi7.
Tajdid menurut Yusuf Abdullah Puar adalah kembali pada ajaran Islam
yang asli murni, seperti yang diwahyukan Allah swt (al Qur’an) dan yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW serta yang dikerjakan oleh para sahabat
dan ulama salaf yang sesuai dengan ajaran al Qur’an dan al Hadits, dengan

5
John L. Esposito, Dinamika Kebangunan Islam Watak, Proses, dan Tantangan, terj Bakri
Siregar,(Jakarta: PT. Rajawali, 1987), hal 22
6
Skripsi M. Audad AZ, Tajdid Menurut Pandangan Muhammadiyah, Surabaya: SKI, 1994
7
Skripsi M. Audad AZ, Tajdid,,,,,,,,,,,hal 6.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transformasi filsafat Yunani ke dalam dunia Islam yang jalur utamanya
adalah penerjeman buku-buku turats Yunani kebahasa umat Islam (bahasaArab)
menyebabkan munculnya dan berkembangnya filsafat Islam, yang telah
mengantarkan umat Islam kepintu gerbang peradabannya gemilang yang
pernah menjadi kiblat dan mercusuar peradaban dunia.
Dalam gerakan kebangkitan itu terlihat pula kemajuan pembangunan
ekonomi yang sedikit demi sedikit menanjak maju di negara-negara Islam.
Bangsa-bangsa Arab di kawasan Timur Tengah dengan kekayaan minyaknya
semakin memperlihatkan getaran-getaran kemajuan. Negara-negara Arab ini
sempat mampu membuat resah negara-negara industri Barat dengan politik
“embargo minyak” ketika terjadi perang Arab-Israil di tahun 1970.

B. Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelumnya kami
haturkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA
Abdu al-Rahim Khan, Muhammad, Sumbangan Umat Islam Terhadap Ilm Pengetahuan
dan Peradaban,
terjemahanAdang Affandi, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset,
cetakan ke 3, 1993.
Abdu al-Raziq, Mushthofa, Tamhid li Tarikhi al-Falsafah al-Islamiyah, Cairo, Lajnah
al-ta’lif, Cetakan ke-2. 1959
Al-Faruqi, Isma’i1 R & Lamya al-Faruqi, Lois, Atlas Budaya Islam: Menjelajah khazanah
PeradabanGemilang,
terjemahan Ilyas Hasan, Bandung, Mizan. 1998.
Amin, Ahmad, Fajru al-Islam, Cairo, Al-Nahdhah, Cetakan ke II, 1975. Baiquni, Ahmad, Al-
Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta, PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Chanafiah al-Jauhari, Imam, Hermeuneutika Islam: Membanguan peradaban Tuhan di Pentas
Global, Yogyakarta, Ittaqa Press, 1999.
Durant, Wil, Qadhiyyatu al-Hadharah, Terjemahan Muhammad Badran, tt, Dar Al-JiI. Ji1id II,
1998.

Fuad Al-Ahwani, Ahmad, Filsafat Islam, terjemahan team Pustaka Firdaus, Jakarta, Pustaka
Firdaus, cetakan ke 8,

11
2

Anda mungkin juga menyukai