Anda di halaman 1dari 7

UPAYA MENGHIDUPKAN

TRADISI KEILMUAN YANG


BAIK

Oleh : Adifa Nadira


XI IPS

I. Pendahuluan

Peradaban Islam adalah peradaban ilmu Terang Hamid Fahmi


Zarkasyi, Direktur Institute for Study of Islamic Thought and Civilization
( ISTAC) di Jakarta dalam wawancaranya dengan Republika.
Beliau menjelaskan bahwa substansi peradaban Islam ibarat
pohon (syajarah) yang akarnya tertanam kuat di bumi, dahan-dahannya
menjulang tinggi ke langit, dan memberi rahmat bagi alam semesta (Lihat
Al-quran Surah Ibrahim 24-25). Akar itu adalah teologi Islam (tauhid)
yang berdimensi epistemologis.
Karena faktor ilmu yang bersumber dari konsep-konsep dalam Alquran, peradaban pun berkembang. Dari pemahaman terhadap Alquran,
lahirlah tradisi intelektual Islam. Dari tradisi yang membentuk komunitas
itu, lahirlah konsep-konsep keilmuan dan akhirnya disiplin keilmuan Islam.
Dari ilmu, lahirlah sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya Islam. Itulah
peradaban Islam. Jadi, peradaban Islam adalah peradaban ilmu.
II. Pembahasan
A. Ilmu sebagai dasar peradaban
Bicara tentang peradaban tak lepas dari bicara tentang unsur
unsur pembentuk peradaban. Ilmu adalah bagian dari peradaban
peradaban manapun - bahkan merupakan dasar dari suatu peradaban.
Tanpa ilmu, tidak akan ada peradaban yang lahir. Seperti peradaban Islam
yang lahir dari tradisi keilmuan Islam yang bersumber dari Al quran dan
Hadist yang menjadi pedoman pokok.
Ilmu memegang peranan yang sangat fundamental dalam proses
pembentukan suatu peradaban. Begitu pentingnya masalah ilmu ini,
buku-buku klasik Islam - semacam kitab-kitab hadist seperti Sahih
Bukhari atau Sahih Muslim atau kitab klasik Ihya Ulumuddinkarangan Al
Ghazali - memulai awal bab-nya mengenai ilmu. Peran penting ilmu ini
bahkan diungkapkan oleh Imam Bukhari.

Untuk mengilustrasikan pentingnya ilmu dapat dikutip kata kata


bijak Imam Al Ghazali. Beliau mengatakan, Orang-orang yang selalu
belajar akan sangat dihormati dan semua kekuatan yang tidak dilandasi
pengetahuan akan runtuh.
Seorang ulama kontemporer, Yusuf Qadrawi, juga mengungkapkan
bahwa ilmu merupakan pembuka jalan bagi kehidupan spiritual yang
terbimbing. Ilmu merupakan petunjuk iman, penuntun amal; ilmu juga
yang membimbing keyakinan dan cinta. Dalam risalahnya mengenai
prioritas masa depan gerakan Islam, beliau menempatkan sisi intelektual
dan ilmu pengetahuan sebagai prioritas.
Konsep ilmu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tubuh
peradaban dan menjadi ruh dari peradaban Islam . kejayaan Peradaban
Islam dalam sejarah klasiknya bahkan diidentikkan dengan kejayaan ilmu
pengetahuan.
Prof Wan Moh. Nor Wan Daud pernah mengungkapkan bahwa
pencapain-pencapaian peradaban Islam dahulu amat sangat terkait
dengan adanya tradisi ilmu di dalamnya, dan hal ini sudah tercatat dalam
sejarah. Dari perspektif sejarah terbukti bahwa sebuah bangsa yang kuat
tetapi tidak ditunjang oleh tradisi ilmu yang baik, akan mengadopsi ciri
dan kekhasan bangsa yang ditaklukkannya tetapi memiliki tradisi ilmu
yang baik. Contoh kongkret dari pernyataan ini adalah Bangsa Tartar yang
mengobrak-abrik peradaban Islam di Baghdad dahulu kala tetapi justru
malah terislamisasikan. Bagaimana wujud tradisi ilmu ini bisa dicirikan
dengan terwujudnya masyarakat yang melibatkan diri dalam kegiatan
keilmuan, ilmu merupakan keutamaan tertinggi dalam sistem nilai pribadi
dan masyarakat. Munculnya penemuan-penemuan saintifik atau kemajuan
teknologi di dunia Islam pada masa silam tidaklah terbayangkan tanpa
adanya

tradisi

ilmu

yang

menggerakkannya,

karena

pencapaian-

pencapaian itu adalah manifestasi dari tradisi ilmu itu sendiri yang ada
pada saat itu.
Dari ulasan di atas, jelaslah bahwa ilmu adalah dasar atau
landasan yang fundamental bagi pembentukan sebuah peradaban.dan

tradisi

ilmu

dalam

masyarakat

tertentu

menentukan

bagaimana

peradaban dalam masyarakat tersebut.


B. Sumber Ilmu dalam Islam
Sumber ilmu dalam Islam adalah Alquran dan Hadist. Dimana
setiap ilmu dikembangkan sedemikian rupa dan tidak boleh bertentangan
dengan 2 pedoman tersebut - yaitu Al quran dan hadist / sunnah- baik
dalam wujud, tujuan maupun implementasinya.
C. Tradisi Intelektual / Keilmuan Islam
Berdasarkan sumber ilmu dalam Islam Al-quran dan Hadist
lahirlah tradisi keilmuan dalam Islam meliputi fiqh, kalam / tauhid, tasawuf
bahkan filsafat. Dari tradisi ini lahirlah konsep konsep ilmu seperti
kedokteran, fisika, biologi, dll. Bagaimana kolerasi antara fiqh, kalam,
tasawuf dan filsafat dengan ilmu ilmu seperti kedokteran, fisika, biologi,
dll adalah wujud keunggulan dalam tradisi keilmuan Islam. Para ilmuwan
kedokteran, fisika, biologi, dll merupakan para ahli fiqh, ahli kalam,
failasuf bahkan sufi yang sangat tunduk dan taat pada Allah dengan
segala perintah dan larangan - Nya. Hal ini yang sangat terlihat berbeda
dengan para ilmuwan yang banyak kita temui dewasa ini yang lahir dari
tradisi keilmuan barat sekuler ( saya menyebut barat sekuler bukan
barat saja - untuk menunjukkan bahwa saya tidak mengeneralisir barat
yang akan menimbulkan kesan seakan akan anti dengan semua yang
berbau barat) yang mendikotomi antara ilmu dengan agama seolah olah
keduanya sangat terpisah jauh dan tidak ada kaitan satu sama lain.
Tradisi keilmuan Islam tersebut melahirkan peradaban Islam yang
menawarkan pencerahan bagi kehidupan karena nilai nilai yang dibawa
dengan berlandaskan Al quran dan hadist Nabi dengan misi rahmatan lil
alamin. Dengan tradisi keilmuan Islam yang luar biasa hebat pada masa
silam, maka Islam berjaya selama tujuh abad lebih. Dengan tradisi
keilmuan Islam, Daulah Islam dapat menguasai dan mencerahkan Eropa
yang dulunya miskin dan berada dalam masa kegelapan ( dark ages ) dan
membawanya menuju peradaban yang maju, masa pencerahan ( the age
of Enlightenment ).

Jika diamati, terdapat satu kekhasan dalam tradisi keilmuan Islam


pada masa silam yang dikembangkan ilmuwan ilmuwan muslim pada
saat itu yang justru membawa kejayaan bagi tradisi keilmuan itu sendiri
dan peradaban Islam pada saat itu, yang tidak dimiliki peradaban lain
seperti barat misalnya.yaitu adanya unsur unsur berikut :
-

Kerendahhatian

Contoh

: Al-Haytsam

dalam

karyanya

Optics,

mengakui

bahwa

pengetahuannya terbatas dan mungkin ada kesalahan dlm karyanya.


Hal

ini

menunjukkan Kerendahhatian yang

merupakan tonggak

dasar

dalam tradisi keilmuan Islam.


-

Pengakuan akan keterbatasan metode ilmiah

Contoh : Al-Biruni mengingatkan pembaca akan keterbatasan metodenya.


Mengakui banyak metode dalam sains, baik nalar, eksperimen, dan intuisi.
Berbeda

dengan gagasan ilmuwan

barat

seperti Bacon yang

hanya

terpaku pada empirisme dan rasionalisme.


-

Penghargaan terhadap subjek yg diamati, alam,dll

Para ilmuwan muslim menghargai subjek subjek yang diamati dengan


landasan bahwa itu semua adalah tanda tanda kebesaran Allah yang
justru membuat mereka semakin tunduk dan taat pada Allah dengan ilmu
yang dimilikinya.
D. Tujuan Ilmu dalam Islam
Islam memandang bahwa ilmu adalah alat untuk mendapatkan
pengetahuan tentang Allah, keridhoan, dan kedekatan kepada- Nya. Itulah
mengapa ilmu menjadi sangat signifikan dan fundamental dalam Islam.
Bahkan menuntut ilmu dihukumi wajib bagi setiap muslim. Hal ini banyak
diterangkan dalam Al Quran maupun hadist yang menjelaskan
pentingnya ilmu dan keutamaan orang orang yag berilmu di hadapan
Allah. Peran ilmu idealnya dpt menolong manusia dlm perjalanannya
menuju

Allah.

Dengan ilmu,

seorang

muslim seharusnya dapat

bertaqarrub kepada Allah, di antaranya meliputi :

1. Meningkatkan pengetahuan tentang Allah


2. Dapat dengan efektif membantu pengembangan masyarakat Islam
mencapai tujuan - tujuannya.
3. Dapat membimbing orang lain
4. Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat
Selayaknya manusia terdidik harus menyadari dari mana asal
ilmunya dan menggunakannya untuk mencapai ridho Allah. Untuk
semakin tunduk pada Allah dengan segala perintah dan larangan Nya.
Berbeda dengan tujuan ilmu di barat yang berkembang dewasa ini
dengan Empirisme dan rasionalismenya, ilmu untuk ilmu, ilmu untuk
materi, ilmu untuk kekuasaan, dsb. Dalam islam, ilmu untuk beramal dan
beribadah kepada sumber pemberi ilmu. Seperti yang dikatakan Prof.
Laode M. Kamaluddin, selaku Rektor unissula, dalam diskusi peradaban
yang rutin dilaksanakan tiap selasa sore bahwa semua ilmu berasal dari
Allah. Maka ilmu itu harus menjadi sarana untuk beribadah kepada Allah.
Ilmu harus dapat mewujudkan pencerahan bagi kehidupan
seperti yang telah diwujudkan peradaban islam di masa kejayaannya yang
mencerahkan dunia sebagaimana visinya yaitu rahmatan lil alamin. Hal
ini mutlak dan harus dapat terwujud sebagai implementasi dari tujuan
ilmu dalam Islam itu sendiri.
III. Penutup
Ilmu adalah dasar dari sebuah peradaban. Dan tradisi keilmuan
di dunia Islam pada masa silam ternyata telah terbukti dapat membawa
kejayaan bagi peradaban Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan
bagi kehidupan pada masanya yang sangat sesuai dengan misi Islam itu
sendiri yaitu rahmatan lil alamin. Namun demikian telah kita ketahui
bersama bahwa Peradaban Islam telah mengalami kemunduran sejak
lama dan hal ini tidak lain karena kemunduran ilmu pengetahuan di dalam
tubuh umat muslim itu sendiri.
Jika ditarik benang merah antara sejarah peradaban Islam yang
dulu pernah berjaya dengan era kontemporer dewasa ini, tentu saja ada

harapan besar peradaban Islam dapat berjaya kembali, sebuah peradaban


yang memimpin dunia dengan nilai nilai luhur sesuai Al Quran dan
hadist yang menciptakan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dan
tentu saja dibutuhkan pengorbanan untuk dapat mencapainya.
Kejayaan

peradaban

Islam

dapat

dikembalikan

dengan

menghidupkan lagi tradisi intelektual dan keilmuan Islam yang sekarang


tampak meredup. Dikatakan meredup karena karya-karya Muslim belum
mencapai tingkat produktivitas dan kualitas yang tinggi dan yang dapat
dimanfaatkan seluas-luasnya oleh peradaban lain. Tradisi intelektual dan
keilmuan Islam yang kuat akan menghasilkan konsep-konsep yang kuat
pula. Kuat landasan teorinya dan kuat metodologinya.
Cendekiawan Muslim tidak dapat melakukan hal itu, kecuali
menguasai ilmu pengetahuan Islam dan juga ilmu pengetahuan asing,
baik dari Barat, Cina, Jepang maupun yang lainnya. Namun, penguasaan
ilmu pengetahuan Islam perlu didahulukan. Karena, dengan itu, Muslim
dapat melakukan proses adapsi dan bukan adopsi buta terhadap konsep konsep dari ilmu pengetahuan asing tersebut. Jika proses itu di balik, yang
terjadi bukan mengembalikan kejayaan peradaban Islam, tapi justru
menjadikan peradaban Islam terpuruk di bawah hegemoni pengetahuan
asing seperti saat ini. Yang lahir bukan peradaban Islam, tapi peradaban
asing, seperti Barat misalnya.
Jadi, hanya ada satu solusi untuk mengembalikan kejayaan
peradaban Islam di masa sekarang, yaitu membangun kembali kejayaan
tradisi intelektual / keilmuan dan itu menjadi PR bagi kita semua generasi
muslim yang hidup pada saat ini. Karena kejayaan tradisi intelektual /
keilmuan Islam sama dengan kejayaan Peradaban Islam.

Anda mungkin juga menyukai