Anda di halaman 1dari 18

INTEGRASI ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Islam dalam Sisdiknas

DOSEN PEMBIMBING: ASWAN, S.Ag, MM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

FIRMAN AMANDA MATONDANG 1901020061


LAILY ALVIANTHI 1901020085
SUCI ANJANI 1901020166

PRODI : PAI SEMESTER VII

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah   ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya. Selanjutnya sholawat dan
salam kami kirimkan kepada nabi besar Muhammad SAW sebagaimana beliau
telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada Buya ASWAN, S.Ag, MM
Selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
Nasional yang telah memberikan ilmu serta arahan pada tugas makalah ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami berikan kepada teman-teman yang telah
mau bekerja sama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini, tanpa mereka
makalah ini juga tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya serta dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman pada pembahasan makalah ini. Aamiin. Tentunya
masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin kami tidak sadari,
oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan tugas makalah-makalah selanjutnya.

Kisaran, 27 Desember 2022


Penyusun

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu Dan Agama Islam.................2
B. Pengertian Integritas dan Ilmu...................................................................3
C. Sumber Ilmu..............................................................................................5
D. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam..................................................6
E. Sumber Pengetahuan Menurut Islam.........................................................7
F. Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam............................9
G. Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam........................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................14


A. Kesimpulan ...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Munculnya konsep Integrasi Ilmu di dalam agama Islam dipegandhi
oleh adanya Sekulerisasi di Barat. Dimana antars mu dan agama menjadi
terpisah satu sama lain dan tidak ada terkaitan antara keduanya. Maka
berkembangalah ilmu atau sains yang tidak punya kaitannya sama sekali
dengan agama atau lepas dari teologi apapun. Perceraian sains dari nilai-nilai
teologis akan berdampak negatif.
Dari aspek ontologis, sains melihat alam beserta bukum dan polanya,
termasuk manusia sendiri hanya sebagai wujud material yang eksis tanpa
intervensi tuhan. Karena itu dalam aplikasinya, manusia bisa mengeksploitir
kekayaan alam dengan tanpa perhitungan. Aspek metodologis, sains ini
menjadi mengesampingkan teks wahyu sebagai sumber pengetahuan sehingga
tidak sesuai dengan pandangan masyarakat muslim. yang justru bersikap
sebaliknya. Sedangkan aspek aksiologis, barat tidak mengaitkan
pengembangan ilmu pengetahuan dengan tata nilai, moralitas, spiritualitas
dan religius Dan kebenaran dan validitas sains dalam Paradigina Barat hanya
dapat dilalui dengan metode empirik-rasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu Dan Agama Islam?
2. Bagaimana Pengertian Integritas dan Ilmu?
3. Bagaimana Sumber Ilmu dalam integrasi?
4. Bagaimana Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam?
5. Bagaimana Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam?
6. Bagaimana Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu Dan Agama Islam


Dalam kajian historis, dikotomi ilmu muncul bersamaan dengan masa
Renaisanse di Barat. Berawal dari perlawanan masyarakat intelektual Barat
terhadap dominasi gereja atas sosio-relegius dan sosio-intelektual di Eropa.
Gereja kala itu melembangakan ajaran-ajaran Kristen dan menjadikannya
sebagai penentu kebenaran ilmiah. Akibatnya, temuan-temuse ilmiah yang
bertentangan dengan doktrin-doktrin tersebut harus dibatalkan demi
supremasi geraja. Karena tekanan tersebut, para ilmuwan melawan kebijakan
gereja. Mereka mengadakan koalisi dengan raja untuk menyumbangkan
dominasi kekuasaan gereja. Pada akhirnya koalisi yang diadakan berhasil,
dominasi geja tumbang dan kemudian masa Renaisanse sekulerisasi
kemudian dalam sekulerisasi lahirlah dikotomi ilmu pengetahuan. 1

Zaman Renaisanse adalah zaman kelahiran kembali kebudayaan Yunani


dan Romawi di Eropa pada abad ke 15 dan 16 M. Zaman ini merupakan
gerakan untuk menentang pola pemikiran Zaman pertengahan yang dogmatis.
Zaman renaisanse merupakan kelahiran kembali kebebasan manusia berfikir.
Gerakan yang didukung oleh cita-cita kembali manusia yang bebas. Manusia
pada zaman ini berangsung-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan
gereja, yang selama ini telah mengekang kebebasan dalam mengemukakan
kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Zaman ini disebut sebagai
zaman Humanisme. Adapun maksud dari ungkapan ini adalah dimana pada
masa ini manusia menemukan jati dirinya, manusia pada zaman ini diberikan
akal yang mandiri dan diberi kepercayaan dan porsi yang lebih besar. Karena
ada suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam
persoalan yang diperlukan pemecahannya. Humanisme mengkehendaki
ukuran dari manusia itu sendiri bukan dari pihak gereja, karena manusia
mempunyai akal untuk berfikir hingga bisa mengatur dirinya dan dunia tanpa
1
Aswan, Diktat Penidikan Islam Dala Sistem pendidikan nasional, (Asahan: Fakultas
Tarbiyah, IADU, 2016), h. 104

2
intervensi pihak gereja. Zaman ini ditandai juga dengan zaman kebangkitan
dan kelahiran kembali perkembangan peradaban, seni, dan sastra, zaman ini
juga dilihat sebagai transisi atau peralihan dari abad pertengahan menuju abad
moderen. perhatian besar diberikan padu seni lukis, arsitektur, musik, sastra,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun tanda-tanda khas yang menonjol pada zaman ini adalah
kesadaran akan kuasa manusia atas alam semesta dan bahwa kemajuan dunia
ini amat tegantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri. Maka ilmu
pada zaman ini berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh dan
penemuan-penemuannya. Francis Bacon melihat pengalaman empiris
sebagai awal dan tujuan akhir dari semua ilmu pengetahuan. Semua ilmu
pengetahuan diolah oleh matematika. Dia dilihat sebagai perintis filsafat ilmu
pengetahuan.

B. Pengertian Integritas dan Ilmu


Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
keseluruhan. Istilah integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan dari
unsur-unsur yang berbeda sehingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Secara harfiah integrasi berlawanan dengan perpisahan, suatu sikap yang
meletakkan tiap-tiap bidang dalam kotak-kotak yang berlainan. Integrasi
memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua
objek atau lebih.
Sebagaimana dikemukakan oleh poerwandarminta bahwa integrasi
adalah penyatuan supaya menjadi satu atau kebulatan yang utuh. Integrasi
menurut Sanusi adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dan
bercerai berai. Integrasi meliputi kebutuhan atau kelengkapan anggota-
anggota yang membentuk suatu kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat,
harmonis dan mesra antara anggota kesatuan itu. Istilah integrasi dapat
dipakai dalam banyak konteks yang berkaitan dengan hal pengaitan dan

3
penyatuan dua unsur atau lebih yang dianggab berbeda, baik dari segi sifat,
nama jenis dan sebagainya.2
Terdapat Tiga jenis dari integrasi
1. Sebagai kata kerja, To Integrat yang berarti mengintegrasikan,
menyatupadukan, menggabungkan, mempersatu-kan.
2. Sebagai kata benda, yaitu Integration yang berarti integrasi,
pengintegrasian, atau integrity yang bearti ketulusan hati, kejujuran dan
keutuhan.
3. Sebagai kata sifat kata ini merujuk pada kata integrai yang bermakna
hitungan integral, bulat, utuh. 3
Kata Ilmu berasal dari bahasa arab yang berarti pengetahuan dan
merupakan lawan kata Jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan, kata
ilmu biasanya disepadakan dengan kata arab innya yaitu Ma'rifah
(pengetahuan), Fiqh (pemahaman). Hikmah (kebijaksaan) dan Syu'ur
(perasaan). Dalam dunia Islam bermula dari keinginan untuk memahami
wahyu yang terkandung dalam Al-Qur'an dan bimbingan Nabi Muhammad m
mengenai wahyu tersebut. al-'ilm itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah
SWT. Dalam bentuk yang berbeda Allah juga disebut al-'ilm dan a'lim yang
berarti yang maha mengetahui dan yang maha tahu. Sedangkan Ilmu menurut
Jujun adalah pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam, agar
gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri.
Integrasi Ilmu adalah cara pandang tertentu atan mode pendekatan
tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan. Dan bukan
hanya sekedar pengetahuan umum dan agama atau memberikan bekal norma
keagamaan, Akan tetapi upaya menyatukan Sunnatullah (hukum alam)
dengan Al-Qur'an, yang keduanya merupakan tanda-tanda Tuhan. Lebih dari
itu, Integrasi yang dimaksud adalah upaya mempertemukan cara pandang,
cara pikir dan bertindak (Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis) Barat
dengan lslam.
2
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung:
Alumni, 2002), h. 133
3
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : Citapusta, 2016), h. 89

4
Muh. Hatta berpendapat ilmu pengetahuan adalah yang didapat lewat
keterangan. Ada juga yang membedakan antara ilmu dengan pengetahuan,
kalau ilmu diperoleh lewat hipotetis deduktif-verifikatif, sedangkan
pengetahuan tidak diperoleh dengan cara demikian.
Menurut Koento Wibisono, pengetahuan dibagi kepada tiga macam:
1. Pengetahuan non ilmiah
2. Pengetahuan pra-ilmiah
3. Pengetahuan ilmiah

C. Sumber Ilmu
1. Rasionalisme, yakni aliran ini berpendapat bahwa akallah yang paling
utama memperoleh ilmu pengetahuan. Penggagasnya ialah Rene
Descartes (1596- 1650)
2. Empirisme, yakni aliran ini berpendapat bahwa akal bukanlah sumber
utama utuk mencapai pengetahuan melainkan akal mendapat tugas
untuk mengolah bahan- bahan yang diperoleh dari pengalaman.
Penggagasnya ialah Jhon Locke.
3. Kritisisme, yakni aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah
sumber dari akal dan empirisme semata-mata. Penggagasnya ialah
Immanuel Kant (1724- 1804)
4. Positivisme, yakni: aliran ini menggabungkan antara rasionalisme dan
empirisme. Penggagasnya ialah August Comte (1798-1857).
5. Fenomenologis, yakni aliran yang membebaskan diri dari tradisi
berfikir yang telah ada dari prasangka subjektif. Penggagasnya ialah
Husserl(1859-1938).
6. Intuisi dan wahyu, intuisi adalah pengetahuan yand didapat tanpa
melalui pengalaman tertentu dan wahyu adalah bentuk pengatahuan
yang disampaikan Allah kepada para Rasul dan Rasul tersebut
menyampaikannya kepada umatnya. 4
D. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
4
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2012) h. 96

5
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan
terukur, serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Ilmu menurut
Al-Qur'an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang
diberikan kepada manusia baik melalui Rasul-Nya atau langsung kepada
manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah
yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Ilmu meliputi tiga kompenen yang saling bertautan dan merupak
kesatuan logis yang mesti ada serta berurutan.
1. Integrasi ontologis adalah mengidentifikasi materi-subjek (subject
matter), yang akan dijadikan sasaran (objek) penelitian ilmu-ilmu yang
dikandungnya.
2. Integrasi klasifikasi ilmu. Para filosof muslim seperti al-Farabi
membangun klasifikasi ilmu berdasarkan tiga pengelompokan utama
ilmu, yaitu: (a). Metafisika, yang berhubungan dengan wujud dan sifat-
sifatnya, yang mengklasifikasikan jenis wujud dan yang berhubungan
dengan wujud yang bukan merupakan benda. (b). Matematika, terdiri
dari: aritmatika, geometri, astronomi, musik, optika, ilmu tentabg gaya
dan alat-alat mekanik. (c). Ilmu-ilmu alam, yang menyelidiki benda-
benda alami dan aksiden-aksiden di dalamnya, dibagi menjadi
minerologi, botani dan zologi.
3. Integrasi metodologis. Metode ilmiah yang dikembangkan oleh para
pemikir muslim berbeda secara signifikan dengan metode ilmiah yang
dikembangkan oleh para pemikir barat yang hanya menggunakan satu
macam metode ilmiah, yaitu observasi. Sementara para pemikir muslim
menggunakan tiga macam metode sesuai dengan tingkat atau hierarki
objek-objeknya, yaitu metode observasi, (tajrîbi), metode logis atau
demonstratif (burhâni), dan metode intuitif (irfâni) yang masing-masing
bersumbar pada indra, akal, dan hati. 5
Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruh pengetahuan yang belum
tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan bahwa
5
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 49-50

6
pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu
sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode
dan mekanisme tertentu. Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu
pengetahuan dan agama merupaka sesuatu yang saling berkaitan dan
melengkapi. Agama merupakan sumber ilmu pengetahuan dan ilmu
pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang
tertuang dalam ajaran agama. Di dalam Al-Qur'an terdapat sekitar 750 ayat
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan itu merupakan bukti bahwa
Islam adalah agama yang sangat menekankan pada pengembangan ilmu
pengetahuan.

E. Sumber Pengetahuan Menurut Islam


1. Instring (gharizah)
Ghazirah adalah salah satu potensi yang ada pada diri manusia, yang
mampu mendorongnya bertendensi pada al-asyya dan al-a’maal, atau
punya tendensitas untuk menahan dari al-asyya dan al-a’maal. Semua itu
mengacu kepada pemenuhan semua perkara yang terdapat dalam diri
manusia
2. Indra
Merupakan sistem fisiologi dalam tubuh manusia untuk mengenali,
merasakan, dan merespon terhadap serangkaian stimulus secara fisik. Saat
suatu indra mengenali atau merasakan sesuatu, indra akan mengumpulkan
informasi untuk memberikan persepsi dan respon terhadap apa yang
diketahui.
3. Akal (rasional)
Dalam pandangan islam, akal mempunyai pengertian tersendiridan
berbeda dengan pengertian pada umumnya. Dalam pengertian islam, akal
berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam bukan otak, melainkan
daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia.
4. Pengalaman (empiris)

7
Empiris adalah suatu ilmu pengetahuan yang didasarkan oleh akal
sehat, tidak spekulatif serta dengan berdasarkan observasi terhadap
kenyataan.
5. Intuitif
Intuisi adalah pengetahuan tentang hal-hal tidak diketahui yang
diperoleh melalui proses berpikir tanpa kesadaran, terjadi secara cepat,
mendadak, berdasarkan data-data yang bersumber dari keadaan emosi atau
reaksi-reaksi emosi terhadap pengalaman masa lalu untuk mengarahkan
perilaku dengan benar.
6. Qalbu
Qalb merupakan suatu anugerah Allah swt. yang diberikan kepada
manusia yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dan
utama, sebab qalb berfungsi sebagai penggerak dan pengontrol anggota
tubuh lainnya.
7. Wahyu
Wahyu berasal dari bahasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan
kecepatan. Disamping itu, wahyu mengandung makna bisikan, isyarat,
tulisan, dan kitab.
8. Mimpi yang benar
mimpi Benar adalah mimpi yang sesuai dengan kenyataan atau yang juga
disebut dengan kasyaf dan syuhud (penyaksian) dalam tidur. Pada mimpi
benar selain digunakan istilah Ru'yah al-Shadiqah juga digunakan istilah
lain seperti ru'yah al-hasanah dan ru'yah al-shalihah.
9. Anugrah ilahi.
bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. 6

F. Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

6
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Depublish, 2018), h.
166

8
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang dikumpulkan dengan
metode ilmiah (scientific methods). Dalam penjelasan lain, ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan yang sistematis yang dibangun oleh
eksperimentasi dan observasi. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan hanya
akan terwujud jika diusahakan, dibangun, dan dikembangkan. Ilmu tidak akan
lahir dengan berpangku tangan. Sebuah statemen dalam dunia pengembangan
ilmu, "tanpa ada penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan bertambah maju".
Penelitian dalam konteks ini sebagai dasar untuk meningkat kembangkan
ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan
memutlakkan adanya kegiatan penelitian Kegiatan penelitian merupakan
upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran
yang benar. Tetapi lebih dinamis lagi, penelitian juga berfungsi dan bertujuan
inventif, yakni terus-menerus memperbaharui kesimpulan dan teori yang telah
diterima berdasarkan fakta-fakta dan kesimpulan yang telah ditemukan.
Tradisi pemikiran Islam abad pertengahan (periode klasik)
menunjukkan bahwa ilmu- ilmu agama berhasil dikembangkan oleh ulama-
ulama zaman klasik. Prestasi yang cukup membanggakan itu adalah hasil dari
penelitian-penelitian yang tidak kenal lelah.
Pada tahap paling awal memang harus disadari benar bahwa penelitian
agama sebagai usaha akademis berarti menjadikan agama sebagai sasaran
penelitian. Secara metodologis agama haruslah dijadikan sebagai suatu
fenomena yang riil, betapapun mungkin terasa agama itu abstrak. Dari sudut
ini, maka dapat dibedakan tiga kategori agama sebagai fenomena. Yang
menjadi subject matter penelitian, yaitu
1. Agama sebagai doktrin;
2. Dinamika dan struktur masyaraka yang dibentuk oleh agama
3. Sikap masyarakat terhadap doktrin.
Suatu upaya unik menjadikan ilmu (pengetahuan) agar relevan dengan
perkembangan zaman adalah tetap pengembangan ilmu itu sendiri. Hal yang

9
demikian koheren dengan ilmu agama Islam. Pengembangan ilmu
pengetahuan secara umum dapat dibedakan ke dalam tiga strategi, yang oleh
Prof. Kunto dijelaskan sebagai berikut:
1. Ilmu dikembangkan dari konteks atau tertutup untuk ilmu dengan
semboyannya “science for the sake of science only”, dalam konteks ini
ilmuwan berada dalam menara gading dan tidak berpengaruh untuk
siapapun dan apa yang ada di masyarakat. Sehingga yang terjadi adalah
nilai-nilai komunalisine, universalisme yang tidak lebih dari keterkaitan
dan keterkungkungan yang tiada batas hentinya.
2. Ilmu lebur dalam konteks, dengan demikian ilmu cenderung untuk
berubah-ubah terkadang menjadi ideologi yang diabadikan kepada
tercapainya tujuan tertentu, dengan semboyannya asimilasi, adaptasi,
dan toleransi. Sehingga ilmu tidak mempunyai identitas dan jati diri
yang spesifik adanya dan perannya adalah semu. Dalam konteks ini,
maka filsafat mengabadi pada agama sebagaimana pada abad
pertengahan. Oleh karena itu kebenaran dan kenyataan di bawah
hegemoni kelompok tertentu.
3. Ilmu dan konteks saling berpengaruh, melengkapi serta saling
membutuhkan. Dalam konteks ini terjalin adanya hubungan fungsional
science, etike, agama, seni, dan bahkan keterjalinan antara disiplin ilmu
yang satu dengan lainnya. Konteks ini menjunjung tinggi “science for
the sake of human progress”, ini adalah pendirinya.
Nampaknya strategi (konteks) ketiga inilah yang dapat mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan agama Islam secara utuh dan konsisten.
Strategi pengembangan ilmu agama Islam ini harus tetap berlandaskan pada
dasar filsafat ilmu pengetahuan tiga tiang penyangga ilmu pengetahun- yaitu
ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Di samping dasar filosofis
pengembangan ilmu agama Islam juga harus memperhatikan aspek
operasional yaitu aspek penerapan teori-teori ilmu agama Islam dalam dunia
empiris praktis di masyarakat.

10
Islam menyamakan dirinya dengan ilmu pengetahuan. Islam
menjadikan ilmu pengetahuan sebagai syarat ibadah. Islam sangat memuji
orang yang tekun mencari pengetahuan, karena dalam Islam ilmu disebut
sebagai cahaya kebenaran dan diyakini sebagai kunci kesuksesan dunia dan
akhirat.
Kamsul Abraha menilai bahwa sejarah peradaban manusia idak pernah
mengenal satu agama pun yang menaruh perhatian yang begitu besar dan
sempurna terhadap ilmu pengetahuan selain Islam. Jadi prinsipnya Islam
sangat menghargai ilmu pengetahuan dengan tetap mengoreksi terhadap cara-
cara atau metode yang dianggap salah dalam menggali ilmu pengetahuan
tersebut. Dan akal sebagai media atau alat untuk menggali pengetahuan. Ilmu
selalu mengalami pembaharuan dan perbaikan sesuai dengan kaidah atau
norma kemajuan. Ilmu selalu berada antara yang kurang menjadi sempurna,
yang kabur menjadi jelas, yang bercerai berai menjadi terpadu, yang keliru
nenjadi lebih benar dan yang masih rekaan menjadi lebih yakin.
Bagi umat Islam untuk berupaya menafsirkan memperlihatkan dari
kitab sucinya perincian apa yang diperoleh dalam ilmu itu. Tidak ada suatu
keutamaan yang mengangkat martabat seseorang manusia selain daripada
keutamaan ilmu. Allah berfirman:
‫ج‬
ِ ِ‫يٰاَيُّ َه ا الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا اِذَا قِْي ل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح ْوا ىِف الْ َم ٰجل‬
‫س فَافْ َس ُح ْوا َي ْف َس ِح ال ٰلّ هُ لَ ُك ْم‬ َ
ٍ‫واِ َذا قِيل انْ ُشزوا فَانْ ُش زوا يرفَ ِع ال ٰلّه الَّ ِذين اٰمُن وا ِمْن ُكم ال والَّ ِذين اُوتُوا الْعِْلم در ٰجت‬
ََ َ ْ َْ َ ْ ْ َ َْ ُ َْ ْ ُ ُْ َ ْ َ
‫قلى َوال ٰلّهُ مِب َا َت ْع َملُ ْو َن َخبِْيٌر‬
Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu Berlapang-
lapanglah dalum lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu, dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan
Allah Maha Mengetahui ara yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujadilah:
11) 7

Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Semarang : Toha


7

Putra , 2016), h. 353

11
Jadi, Al-Qur'an tidak berlawanan atau bertentangan dengan ilmu,
terutama ilmu alam dengan pengertian yang sejalan dengan ajaran akidah.
Kelebihan Islam yang terbesar adalah bahwa ia membuka bagi umat Islam
pintu-pintu ilmu pengetahuan seraya menghimbau mereka untuk masuk
mencari dan mengembangkan ilmu itu. Bukanlah kelebihannya dalam
membuat mereka malas mencari ilmu dan melarang mereka memperluas
penelitian dan penalaran karena semata-mata mereka menyangka bahwa
mereka telah memiliki semua jenis oleh Al-Qur'an untuk maju dalam
Lehidupan dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan ai dengan
kedudukannya sebagai khalifah Allah di bumi ini

I. Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam


1. Landasan Filosofis
Pada landasan filosofis ini akan diuraikan tentang landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis. Landasan oatologis perlu dikemukakan
bahwa keberadaan sesuatu itu bukan hanya materi tapi immateri juga.
Pendekatan terhadap immateri ini tidak sama dengan pendekatan materi.
Filsafat barat hanya mengakui keberadaan materi, sedangkan filsafat
keilmuan islam mengaku adanya hakikat ilmu bersifat materi dan immateri
Landasan epistemologi yakni bahwa pencapaian dan dari mana ilmu
itu diperoleh tidak hanya berdasarkan positivistik dan rasionalistik tetapi
lebih dari itu yakti kebenaran etik dan transedental Landasan aksilogi
bahwa filsafat barat menganggap ilmu itu tidak terkait dengan nilai adapun
ilmu menurut pandangan islam tidak bisa dilepaskan diri dari
keterkaitannya dengan nilai. Oleh karena itulah dalam landasan aksiologi
iptek itu mesti berwawasan nilai-nilai

2. Landasan Metodologis
Hingga saat sekarang ini diakui bahwa masih langka sekali pemikiran
yang diungkapkan melaui landasan metodologis ini. Dalam perspektif
Islam diperlukan tiga langkah yaitu :

12
a. Mengkontruksi suatu bangunan ilmu tertentu berdasarkan konsep Iptek
yang valid
b. Menghimpun menyusun-menelaah ayat al-Quran dan hadis yang
relevan
c. Berupaya merekonstruksi bangunan teori iptek kembali berdasarkan
dari nash
Untuk mengkonstruksi ilmu yang berwawasan Islan diperlukan dua
landasan pokok yakni landasan filosofia des landasan metodologis. 8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Aswan, Ibid, h.113

13
Dalam kajian historis, dikotomi ilmu muncul bersamaan dengan masa
Renaisanse di Barat. Berawal dari perlawanan masyarakat intelektual Barat
terhadap dominasi gereja atas sosio-relegius dan sosio-intelektual di Eropa.
Gereja kala itu melembangakan ajaran-ajaran Kristen dan menjadikannya
sebagai penentu kebenaran ilmiah. Akibatnya, temuan-temuse ilmiah yang
bertentangan dengan doktrin-doktrin tersebut harus dibatalkan demi
supremasi geraja.
Integrasi Ilmu adalah cara pandang tertentu atan mode pendekatan
tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan. Dan bukan
hanya sekedar pengetahuan umum dan agama atau memberikan bekal norma
keagamaan, Akan tetapi upaya menyatukan Sunnatullah (hukum alam)
dengan Al-Qur'an, yang keduanya merupakan tanda-tanda Tuha
Sumber Ilmu yaitu Rasionalisme, Empirisme , Kritisisme, Positivisme,
Fenomenologis Intuisi dan wahyu, intuisi
Ilmu meliputi tiga kompenen yang saling bertautan dan merupak
kesatuan logis yang mesti ada serta berurutan yaitu Integrasi ontologis ,
Integrasi klasifikasi ilmu. , Integrasi metodologis, Pengalaman (empiris),
Intuitif, Qalbu, Wahyu, Mimpi yang benar dan Anugrah ilahi.
Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan
memutlakkan adanya kegiatan penelitian Kegiatan penelitian merupakan
upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran
yang benar.
Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam yaitu melalui
Landasan Filosofis dan Landasan Metodologis

DAFTAR PUSTAKA

Aswan, Diktat Penidikan Islam Dala Sistem pendidikan nasional, Asahan:


Fakultas Tarbiyah, IADU, 2016

14
Departemen Agama Islam RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , Semarang : Toha
Putra , 2016

Harisah, Afifuddin.Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta : Depublish, 2018


Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung:
Alumni, 2002

Nata, Abuddin Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2012

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Citapusta, 2016

15

Anda mungkin juga menyukai