Anda di halaman 1dari 15

ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI: HUBUNGAN ISLAM DENGAN

PANCASILA

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
dalam Program Studi Ilmu Hadis

Oleh
MOH.FAIQUL WAFFA (07040523072)
DIANNISA RAHMADINA (07020523026)
INDINA ULIN (07020523032)
ARUM SYAFIATUS S.A (07040523063)
ACHMAD BUHORI (07040523060)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul " Islam Sebagai Ideologi: Hubungan Islam dengan
Pancasila". Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas akademik untuk
memperdalam pemahaman tentang Islam sebagai ideologi serta hubungan Islam
dengan pancasila.

Kami ingin menyampaikan apresiasi yang tulus kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, dorongan, dan dukungan dalam penyelesaian makalah
ini. Tak lupa, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Bapak H.Drs. Eko Taranggono, M.Pd.I yang telah memberikan
arahan dan masukan berharga.

Dalam makalah ini, kami berusaha mengulas lengkap tentang "Islam


sebagai Ideologi serta Hubungan Islam dengan Pancasila", sebuah topik yang
sangat relevan dalam konteks keberagaman dan keadilan sosial di Indonesia.
Kami menyadari pentingnya memahami kaitan antara nilai-nilai Islam sebagai
agama mayoritas dengan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar negara.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumber inspirasi serta pemahaman
yang lebih mendalam tentang tema yang dibahas..

Surabaya,22 maret 2024

Ttd

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Definisi Ideologi...................................................................................
B. Konsep Islam sebagai Ideologi.............................................................
C. Keterkaitan antara Islam dengan Pancasila...........................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan beragam kekayaan budaya, agama
dan etnis yang menjadi salah satu ciri khasnya. Sejak awal kemerdekaannya
pada tahun 1945, Indonesia telah menjunjung tinggi prinsip pluralisme dan
toleransi sebagai fondasi keberagaman yang ada di dalamnya. Dalam konteks
ini, Indonesia memiliki dua hal yang sangat penting dalam konstruksi
identitas negara, yaitu Islam sebagai agama mayoritas dan Pancasila sebagai
dasar negara1.
Islam di Indonesia tidak hanya menjadi aspek keagamaan, tetapi juga
memiliki dimensi sosial, politik, dan budaya yang kuat 2. Sementara itu,
Pancasila sebagai ideologi negara yang terdiri dari lima sila (ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia) menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan negara Indonesia.
Sejak kemerdekaan Indonesia, Pancasila telah dijadikan sebagai dasar
negara yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip
Pancasila, seperti persatuan, demokrasi, keadilan sosial, ketuhanan yang
maha Esa, dan kemanusiaan yang adil dan beradab, dianggap sebagai
landasan yang penting dalam membangun Indonesia yang berdaulat dan adil.
Dalam konteks globalisasi dan modernisasi yang terus berkembang,
pemahaman dan implementasi nilai-nilai Islam serta prinsip Pancasila juga
mengalami dinamika yang perlu diperhatikan secara serius. Oleh karena itu,
penting untuk mengkaji lebih mendalam tentang hubungan antara Islam

1
Choirul anwar, “islam dan kebhinekaan di indonesia: peran agama dalam merawat perbedaan,”
zawiyah: jurnal pemikiran islam 4, no. 2 (december 27, 2018): 1–18,
https://doi.org/10.31332/zjpi.v4i2.1074.
2
ahmad yadi, uin sunan, and ampel surabaya, “komunikasi dan kebudayaan islam di indonesia,”
kalijaga journal of communication 2, no. 1 (june 21, 2020): 47–60,
https://doi.org/10.14421/kjc.21.04.2020.

1
sebagai ideologi dengan Pancasila sebagai dasar negara, agar dapat
memperkuat keselarasan dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ideologi?
2. Bagaimana konsep Islam sebagai ideologi?
3. Bagaimana hubungan antara Islam dengan Pancasila?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk memahami apa itu ideologi
2. Untuk memahami bagaimana konsep Islam sebagai ideologi
3. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dengan Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ideologi
Ideologi merupakan konsep yang kompleks dan seringkali
dipersepsikan secara berbeda oleh individu. Dalam pemikiran umum, ideologi
sering dianggap sebagai sistem keyakinan yang terstruktur dengan baik,
terutama dalam konteks politik dan filsafat 3. Namun, pandangan tentang
ideologi bisa sangat beragam, mulai dari pandangan yang menganggapnya
sebagai "jalan kebenaran" yang harus diyakini hingga pandangan yang
melihatnya sebagai pandangan yang salah tentang realitas dunia.
Secara netral, ideologi juga sering dipahami sebagai seperangkat prinsip
yang bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat 4. Ini bisa menjadi panduan
bagi individu atau kelompok dalam mengambil keputusan dan bertindak
dalam berbagai konteks sosial dan politik. Namun, perdebatan terus berlanjut
mengenai apakah ideologi membawa konotasi positif atau negatif.
Pandangan negatif tentang ideologi sering kali mengaitkannya dengan
kesadaran palsu atau tipuan, di mana pandangan tersebut dapat mengaburkan
realitas sebenarnya. Di sisi lain, pandangan positif melihat ideologi sebagai
ekspresi dari sudut pandang atau kepentingan suatu kelas atau kelompok
dalam masyarakat. Pertanyaan juga muncul tentang apakah ideologi
dipengaruhi oleh pikiran individu atau oleh faktor-faktor objektif dalam
masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa tokoh terkemuka telah memberikan pandangan mereka
tentang ideologi. Desttut de Tracy, misalnya, menganggap ideologi sebagai
ilmu pengetahuan yang baru dan bebas dari prasangka metafisik5. Pendekatan

3
hamka hamka, “sosiologi pengetahuan: telaah atas pemikiran karl mannheim,” scolae: journal
of pedagogy 3, no. 1 (june 6, 2020): 76–84, https://doi.org/10.56488/scolae.v3i1.64.
4
septiana dwiputri maharani et al., “indeks ketahanan ideologi pancasila,” jurnal ketahanan
nasional 25, no. 2 (august 23, 2019): 277–94, https://doi.org/10.22146/jkn.31823.
5
nana sutikna, “ideologi manusia menurut erich fromm (perpaduan psikoanalisis sigmund freud
dan kritik sosial karl marx),” jurnal filsafat 18, no. 2 (october 15, 2016): 205–22,
https://doi.org/10.22146/jf.3525.

3
ini memberikan dasar bagi pemahaman tentang ideologi sebagai sistem
keyakinan yang koheren dan komprehensif. Sementara itu, Bell menyatakan
bahwa ideologi adalah kompleksitas ide-ide yang menarik minat manusia,
terutama pada abad sembilan belas.
Analisis tentang ideologi juga sering dikaitkan dengan perdebatan
intelektual dan filosofis yang mendalam6. Tokoh seperti Jorge Larrain,
misalnya, telah menyumbangkan pandangannya tentang apakah ideologi itu
baik atau buruk, dan apakah itu dipengaruhi oleh individu atau oleh
masyarakat secara keseluruhan7.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang berbagai pandangan dan
interpretasi tentang ideologi bisa memperkaya pengetahuan tentang
kompleksitas konsep ini. Ini bukan hanya masalah pemikiran politik atau
filosofis, tetapi juga relevan dengan pemahaman tentang dinamika sosial dan
politik dalam masyarakat modern. Dengan terus mengkaji ideologi, dapat
meningkatkan pemahaman tentang bagaimana keyakinan dan nilai-nilai yang
bisa membentuk perilaku manusia dan struktur masyarakat secara
keseluruhan.
B. Konsep Islam sebagai Ideologi
Pengertian Islam secara etimologi adalah aslama yang berarti berserah
diri, melakukan perintah, dan keselamat8. Dari pengertian tersebut, Islam
dapat dipahami sebagai ajaran yang menyelamatkan dimana seseorang yang
mengikuti ajaran tersebut akan menyerahkan diri secara penuh kepada Allah,
melakukan segala sesuatu yang Allah perintahkan dan meninggalkan
larangan-Nya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang
sempurna, agama yang memiliki sistem kehidupan, terdapat hukum untuk
mengatur dan menyelesaikan berbagai permasalahan manusia.
6
m ilham masykuri hamdie et al., “reformasi tasawuf: kajian terhadap kontribusi syeikh ahmad
sirhindi,” titik karya: jurnal sosial dan humaniora kontemporer 1, no. 02 (december 31, 2023): 1–
10, http://tikar.tfk.or.id/index.php/tikar/article/view/14.
7
jorge larrain, “the postmodern critique of ideology,” the sociological review 42, no. 2 (may 1,
1994): 289–314, https://doi.org/10.1111/j.1467-954x.1994.tb00091.x.
8
moh asvin abdurrohman and sungkono sungkono, “konsep arti islam dalam al-qur’an,” al-mikraj
jurnal studi islam dan humaniora (e-issn 2745-4584) 2, no. 2 (march 9, 2022): 51–64,
https://doi.org/10.37680/almikraj.v2i2.1348.

4
Sebagaimana kapitalisme dan sosialisme, Islam juga merupakan
ideologi. Ideologi yang mengatur seluruh sistem kehidupan, baik dari segi
ekonomi, pendidikan, maupun politik.9 sebagai ideologi, islam juga mengacu
pada pandangan Islam sebagai sebuah sistem universal yang tidak hanya
mencakup aspek keagamaan, tetapi juga sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Konsep ini melibatkan berbagai prinsip, nilai, dan ajaran dalam Islam yang
membentuk kerangka kerja untuk mengatur kehidupan individu dan
masyarakat secara menyeluruh.
Dalam bidang politik, Islam menawarkan konsep negara Islam atau
khilafah, yang didasarkan pada penerapan hukum Islam dalam menjalankan
pemerintahan10. Konsep ini menempatkan agama Islam sebagai sumber
legitimasi utama dalam pembentukan kebijakan negara dan pengaturan
kehidupan masyarakat.
Dalam aspek sosial, Islam mendorong kesetaraan, keadilan, dan
kebersamaan di antara umat manusia. Prinsip-prinsip seperti zakat
(sumbangan wajib untuk kaum yang membutuhkan), ukhuwah
(persaudaraan), dan adil (keadilan) menjadi bagian integral dari ideologi
Islam dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.
Secara ekonomi, Islam menawarkan sistem ekonomi yang berbasis pada
prinsip-prinsip syariah, yang melarang riba (bunga), mendorong kegiatan
ekonomi yang halal, dan menekankan distribusi kekayaan yang adil. Konsep
ekonomi Islam juga menekankan pentingnya kerja keras, keadilan, dan
kesejahteraan bersama.
Dalam bidang budaya, Islam memberikan panduan tentang perilaku,
pakaian, makanan, dan aspek-aspek lain dari kehidupan sehari-hari. Hal ini
mencakup etika dalam berinteraksi dengan orang lain, menjaga kesucian diri,
dan memelihara lingkungan.

9
fuad riyadi, “sistem dan strategi pengupahan perspektif islam,” iqtishadia 8, no. 1 (june 7, 2015),
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v8i1.1086.
10
sistem pemerintahan menurut al-mawardi, “sistem pemerintahan islam menurut al-mawardi
dan aplikasinya di indonesia,” diktum: jurnal syariah dan hukum 16, no. 2 (december 5, 2018):
264–83, https://doi.org/10.35905/diktum.v16i2.621.

5
Secara keseluruhan, Islam sebagai ideologi menawarkan sebuah
pandangan holistik tentang kehidupan yang mencakup dimensi spiritual,
sosial, politik, ekonomi, dan budaya, yang didasarkan pada prinsip-prinsip
agama Islam dan memberikan pedoman bagi pengikutnya dalam menjalani
kehidupan mereka.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pandangan dan
implementasi Islam sebagai ideologi dapat bervariasi di antara berbagai
kelompok dan negara, tergantung pada interpretasi, konteks sejarah, dan
faktor-faktor sosio-politik yang ada. Beberapa negara mungkin menerapkan
Islam sebagai ideologi dominan, sementara yang lain memiliki pendekatan
yang lebih pluralistik atau sekuler dalam hal pemahaman agama dalam ranah
politik dan sosial.
C. Keterkaitan antara Islam dengan Pancasila
Indonesia adalah negara penuh dengan perbedaan, baik perbedaan suku,
etnis, agama, dan budaya. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut agama Islam. Dengan keadaan ini, tepatlah Indonesia menjadikan
Pancasila sebagai ideologi nasional dalam praktek berbangsa dan bernegara
dalam rangka mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa.
Sejak awal hadirnya islam sebagai agama sudah mengajarkan
bagaimana berdemokrasi yang baik serta berkeadilan. Meskipun yang
digunakan waktu itu bukan kata demokrasi, namun padanannya. Bahkan bisa
dikatakan bahwa Muhammad Saw. tidak hanya seorang nabi melainkan
negarawan yang sangat demokratis dalam memimpin suatu wilayah. Ini
terlihat bagaimana Beliau meminta penguasa sipil(non-agama) di luar status
beliau sebagai pemegang otoritas agama.
Ma’aruf Amin, meminta agar Pancasila dan agama tidak lagi
dipertentangkan. Agama dan Pancasila malah saling mengisi, karena seluruh
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila serupa dengan apa yang diajarkan
dalam agama Islam, mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan permusyawaratan serta keadilan sosial, semuanya ada dalam
Al-Qur’an dan Hadist.

6
Bahkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea tiga disebutkan
bahwa : “Atas berkat rakhmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Sayangnya karena banyak yang mempertentangkan Islam dengan Pancasila,
maka nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri hilang dari masyarakat,
sehingga banyak masyarakat yang hidup berdasarkan ideologinya masing-
masing, kita harus membangun bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila,
baik dalam bertindak, bersikap, berpikir, bertutur ataupun berperilaku.
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat
berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak
bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih
salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain.
Selanjutnya Kiai Achmad Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan
utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu
kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia pun tidak punya konflik
materi dengan Pancasila. Semua sila demi sila Pancasila mengandung nilai
yang sangat sejalan dengan ajaran Islam. Yang menganut prinsip Tuhan itu
Satu/Esa. Kehidupan harus adil dan beradab tanpa melihat siapapun itu dan
beragama Islam atau bukan. Islam juga mengajarkan pentingnya persatuan.
Islam pula yang punya prinsip mengendepankan pentingnya musyawarah.
Islam juga mengajarkan prinsip sosial yang sangat tinggi yang bisa kita lihat
dalam kegiatan peningkatan kesejahteraan warga.
1. Bahkan secara khusus, kita dapat mengambil beberapa ayat Al-Qur’an
yang menggambarkan betapa pada dasarnya sila-sila Pancdasila itu
sangat sesuai dengan agama Islam, antara lain sebagai berikut
Ketuhanan Yang Maha Esa ;Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Ikhlas (112:1) “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang
Maha Esa”.

7
2. Kamanusiaan yang adil dan beradab ; Allah SWT berfirman dalam
QS. An-Nisa (4:135) “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu
penegak keadilan. Menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap
dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kamu kerabatmu. Jika dia
(yang terdakwa/kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah maha mengetahui terhadap segala apa yang kamu
kerjakan.
3. Persatuan Indonesia; Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujarat
(49:13) “Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikankamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal,
sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;Allah SWT berfirman dalam QS.As-
Syura, (42:38) “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka
menginfakkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka”.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; Allah SWT berfirman
dalam QS. An-Nahl, (16:90) “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat
dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dari beberapa penjelasan yang kami paparkan, kita bisa
mengambil kesimpulan bahwasanya, Ideologi adalah sistem keyakinan yang
terstruktur dan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat sebagai
panduan dalam pengambilan keputusan dan tindakan dalam berbagai konteks
sosial dan politik. Bahkan Islam dianggap sebagai ideologi karena tidak
hanya merupakan aspek keagamaan, tetapi juga mencakup dimensi sosial,
politik, ekonomi, dan budaya yang membentuk kerangka kerja untuk
mengatur kehidupan individu dan masyarakat secara menyeluruh.
Pancasila merupakan suatu dasar negara Indonesia dengan memuat
prinsip-prinsip yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dari sini kita akan memahami bahwa hubungan antara Islam dan
Pancasila adalah saling mendukung dan menguatkan. Islam sebagai agama
mayoritas di Indonesia memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, seperti kesatuan, demokrasi, keadilan sosial, persatuan, dan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dengan ini kita bisa mengimplementasikan pemahaman yang
mendalam tentang ideologi, konsep Islam sebagai ideologi, dan hubungannya
dengan Pancasila penting untuk memperkuat keselarasan dan harmoni dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan
demikian, penting untuk terus membangun pemahaman yang lebih dalam
tentang hubungan antara Islam sebagai ideologi dengan Pancasila sebagai
dasar negara, sehingga dapat memperkuat keselarasan dan harmoni dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

9
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, semoga pembaca dapat memahami
pengertian tentang hubungan islam dengan pancasila. Kami juga sebagai
pemakalah memilki banyak kekurangan dalam membuat makalah ini. Dengan
keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami, pemakalah membutuhkan saran dan
kritik dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohman, moh asvin, and sungkono sungkono. “konsep arti islam dalam al-
qur’an.” Al-mikraj jurnal studi islam dan humaniora (e-issn 2745-4584) 2,
no. 2 (march 9, 2022): 51–64. Https://doi.org/10.37680/almikraj.v2i2.1348.
Anwar, choirul. “islam dan kebhinekaan di indonesia: peran agama dalam
merawat perbedaan.” Zawiyah: jurnal pemikiran islam 4, no. 2 (december
27, 2018): 1–18. Https://doi.org/10.31332/zjpi.v4i2.1074.
Hamka, hamka. “sosiologi pengetahuan: telaah atas pemikiran karl mannheim.”
Scolae: journal of pedagogy 3, no. 1 (june 6, 2020): 76–84.
Https://doi.org/10.56488/scolae.v3i1.64.
Ilham masykuri hamdie, m, moh iqbal assyauqi, coresponding author, and moh
iqbal assyauqi-. “reformasi tasawuf: kajian terhadap kontribusi syeikh
ahmad sirhindi.” Titik karya: jurnal sosial dan humaniora kontemporer 1,
no. 02 (december 31, 2023): 1–10.
Http://tikar.tfk.or.id/index.php/tikar/article/view/14.
Larrain, jorge. “the postmodern critique of ideology.” The sociological review 42,
no. 2 (may 1, 1994): 289–314. Https://doi.org/10.1111/j.1467-
954x.1994.tb00091.x.
Maharani, septiana dwiputri, surono surono, ahmad zubaidi, and hadi sutarmanto.
“indeks ketahanan ideologi pancasila.” Jurnal ketahanan nasional 25, no. 2
(august 23, 2019): 277–94. Https://doi.org/10.22146/jkn.31823.
Pemerintahan menurut al-mawardi, sistem. “sistem pemerintahan islam menurut
al-mawardi dan aplikasinya di indonesia.” Diktum: jurnal syariah dan hukum
16, no. 2 (december 5, 2018): 264–83.
Https://doi.org/10.35905/diktum.v16i2.621.
Riyadi, fuad. “sistem dan strategi pengupahan perspektif islam.” Iqtishadia 8, no.
1 (june 7, 2015). Https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v8i1.1086.
Sutikna, nana. “ideologi manusia menurut erich fromm (perpaduan psikoanalisis
sigmund freud dan kritik sosial karl marx).” Jurnal filsafat 18, no. 2 (october
15, 2016): 205–22. Https://doi.org/10.22146/jf.3525.
Yadi, ahmad, uin sunan, and ampel surabaya. “komunikasi dan kebudayaan islam

11
di indonesia.” Kalijaga journal of communication 2, no. 1 (june 21, 2020):
47–60. Https://doi.org/10.14421/kjc.21.04.2020.

12

Anda mungkin juga menyukai