Anda di halaman 1dari 75

1

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU

BUNGA BI TERHADAP EKSPOR JAWA TIMUR 2008 - 2020

SKRIPSI

Oleh :

Hilda Auliyah

NIM : G71216066

PRODI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2022
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian yang terjadi saat ini mengacu pada perekonomian

terbuka dimana dalam kondisi ini setiap negara akan melakukan perdagangan

antar negara atau biasa disebut perdagangan internasional. Ketergantungan

Indonesia pada perdagangan internasional sangat tinggi. Hal ini disebabkan

oleh semakin banyak dan beragamnya kebutuhan masyarakat yang tidak dapat

dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Salah satu keuntungan perdagangan

internasional adalah kenaikan pendapatan negara, cadangan devisa, transaksi

modal dan luasnya kesempatan kerja.

Ekspor merupakan salah satu variabel ekonomi makro terpenting yang

dapat menentukan apakah perekonomian suatu negara disebut perekonomian

tertutup atau terbuka. Jika nilai ekspor semakin tinggi angka maka

perekonomian suatu negara semakin terbuka. Hampir semua negara di dunia

memiliki perekonomian terbuka hanya saja takarannya yang berbeda-beda

tergatung kebijakan negara tersebut menyusun kegiatan ekspor dan impor.1

Pada awalnya hubungan perdagangan hanya sebatas pada suatu wilayah

tertentu namun semakin berkembangnya arus perdagangan, hubungan

perdagangan tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu

wilayah negara, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak

terkecuali Jawa Timur, Indonesia. Kegiatan ekspor dan impor dilandasi oleh

1
Ali Wardhana, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Non Migas Indoenesia Ke
Singapura Tahun 1990-2010, Jurnal Manajemen Akuntansi, Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2011),
99.
3

kondisi bahwa tidak ada negara atau wilayah yang benar-benar mandiri karena

saling membutuhkan dan saling melengkapi saru dengan lainnya. Hamdani,

menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian

nasional, maka perlu sekali mendorong ekspor non migas, karena potensi

ekspor non migas Indonesia perlu digali untuk dijadikan produk-produk

unggulan ekspor Indonesia.2 Pemicu utama suatu negara melakukan ekspor

atau impor terletak pada kekayaan sumber alam yang dimiliki. Perbedaan

kekayaan sumber daya alam membedakan corak perekonomian negara-negara

di dunia. Karena masing-masing negara saling membutuhkan hasil produksi

negara-negara lainnya.3

Ditinjau dari potensi sumber daya alam yang dimiliki provinsi Jawa

Timur yang dikutip dari sebuah artikel (jawatimurprov.go.id) bahwa provinsi

jawa timur memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam,

prospektif dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan,

peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutan. Dalam rangka

mendukung pembangunan berwawasan lingkungan yang berkesinambungan,

produksi kehutanan kini lebih diarahkan kepada hasil hutan non kayu dan

potensi ekowisatanya.. Keanekaragaman sumber daya mineral di provinsi itu

meliputi mineral logam, bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan

galian konstruksi. Bahan galian logam yang ada di provinsi ini meliputi emas,

mangaan, bijih besi dan pasir besi. Sumber daya energi terbaru berupa panas

bumi, air, serta bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari tebu, singkong,

2
Hamdani, Ekspor Impor Tingkat Dasar Level Satu, ( Jakarta: Bushindo, 2012), h. 58.
3
Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional, (Jakarta: Erlangga, 2015), 3.
4

sawit, dan tanaman jarak tengah dikembangkan, Saat ini Provinsi Jawa Timur

memiliki pabrik etanol berbahan tebu terbesar di Indonesia.4

Berdasarkan pemaparan tersebut tidak serta-merta ekspor nilai non

migas di provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tabel 1.1

dibawah dapat dilihat bahwa nilai ekspor non migas provinsi Jawa Timur

Tahun 2012 dan 2013 berturut-turut sebesar 15.524.173.322 dan

15.055.241.558. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor non migas provinsi Jawa

Timur dari tahun 2008-2020 cenderung fluktuatif dan mengalami penurunan

yang signifikan pada tahun 2012 dan 2013.

Tabel 1.1
Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2020
Tahun Ekspor (US $)
2008 10.051.178.328
2009 10.106.340.299
2010 13.805.530.773
2011 17.423.730.184
2012 15.524.173.322
2013 15.055.241.558
2014 15.480.600.481
2015 16.495.994.425
2016 17.943.257.950
2017 18.380.070.947
2018 19.109.208.904
2019 19.365.753.716
2020 16.753.047.947
Sumber data : Sumber : www.bps.go.id (diolah)

Berdasarkan data tersebut apa yang yang menyebabkan ekspor non

migas Jawa Timur tersebut cenderung turun sedangkan potensi alam yang

dimiliki cukup meyakinkan. Inflasi merupakan alat untuk menentukan kondisi

4
ttp://www.Investasi.JawaTimurprov.Go.Id/Berita-28-Sumber-Daya-Alam-ProvinsiJawa-
Timur.Html (30 Maret 2021).
5

perekonomian suatu negara. Inflasi membuat perekonomian menjadi lesu

karena harga barang dan kebutuhan pokok terus melambung. Raharja dan

Manurung menyatakan bahwa meningkatnya harga barang baku menyebabkan

para produsen akan mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada

akhirnya akan mempengaruhi nilai.5 Pada saat terjadi inflasi maka harga barang

barang secara terus menerus akan mengalami kenaikan dan berdampak

terhadap lesunya daya beli masyarakat. Meningkatnya inflasi maka biaya

produksi barang ekspor akan semakin tinggi sehingga membuat eksportir

kurang maksimal dalam berproduksi hal ini mengakibatkan daya saing untuk

barang ekspor menjadi berkurang karena ekspor semakin mahal dan

berdampak pada menurunnya ekspor.

Tabel 1.2
Nilai Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 - 2020
Tahun Inflasi (%)
2008 9.66
2009 3.62
2010 6.96
2011 4.09
2012 4.5
2013 7.59
2014 7.77
2015 3.08
2016 2.72
2017 4.04
2018 2.86
2019 2.12
2020 1.44
Sumber data : Sumber : www.bps.go.id (diolah)

5
Raharja dan Manurung, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), 314.
6

Tabel 1.2 menggambarkan bahwa tingkat inflasi Provinsi Jawa Timur

sejak tahun 2008-2020 termasuk pada tingkat inflasi ringan. Pada tahun 2008

rata- rata tingkat inflasi year on year provinsi Jawa Timur yakni sebesar 9.66%

yakni berada pada inflasi menengah yang ditandai dengan naiknya harga-harga

secara relatif dan besar. Dikatakan inflasi ringan jika tingkat inflasi masih

berada dibawah 10%.

Kurs sebagai salah satu ukuran nilai perdagangan antar negara menjadi

pemicu aliran perdagangan. Kurs mata uang asing yang tidak menentu (tidak

stabil) membuat para eksportir maupun importir mengalami kesulitan dalam

menentukan harga dan jual beli barang. Kesulitan tersebut berdampak pula

terhadap harga penawaran maupun permintaan perdagangan. Akibatnya, para

pedagang internasional enggan melakukan aktivitas ekspor dan impor.6 Sistem

kurs mengambang berlaku suatu hubungan dimana depresiasi atau apresiasi

nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas ekspor maupun impor.

Jika kurs mengalami depresiasi yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun

dan mata uang asing bertambah tinggi kursnya akan menyebabkan kurs

meningkat dan impor cenderung menurun. Nilai tukar yang melonjak-lonjak

secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha

dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan

bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor.7

6
Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional, (Jakarta: Erlangga, 2015), 6.
7
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.
55.
7

Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Emerging market (pasar modal di Negara

berkembang) selalu berhasil menarik investor untuk masuk dan melakukan

diversifikasi internasional, salah satunya Indonesia. Tingkat suku bunga dari

bank Indonesia mempakan tingkat dari presentase utang pokok yang harus

dibayarkan yang didasarkan kepada presentase yang telah ditetapkan bank

Indonesia melalui sertifikat bank Indonesia. Atau dengan kata lain, tingkat

suku bunga SBI menjadi patokan untuk menentukan tingkat suku bunga bank-

bank lain atau untuk menjadi patokan dalam menentukan bunga risk free.

Berikut adalah tingkat suku bunga SBI 2008-2020.

Tabel 4.3

Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)

Tahun Suku Bunga SBI (%)


2008 9,25
2009 6,50
2010 6,50
2011 6,00
2012 5,75
2013 6,50
2014 7,54
2015 7,52
2016 6,00
2017 4,56
2018 5,10
2019 5,62
2020 4,25
Sumber data : https://www.bps.go.id/indicator/13/379/12/bi-rate.html
8

Berdasarkan tabel di atas suku bunga SBI mengalami fluktuasi dari

tahun ke 2008-2020. Puncaknya terjadi pada tahun 2008 dimana saat itu suku

bunga SBI mencapai angka 9,25%. Untuk tahun 2020 suku bunga SBI berada

pada angka terendah sebesar 4,25% yang artinya mengalami penurunan tingkat

suku bunga SBI dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang memiliki karakteristik

yang berbeda dengan pasar di Negara maju, sehingga akan lebih

menguntungkan dalam membentuk investasi di Negara berkembang.8

Permasalahan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data yang dilihat adanya

indikasi tidak sesuainya antara potensi sumber daya alam yang dimiliki dengan

jumlah ekspor non migas provinsi Jawa Timur yang fluktuatif dan menurun.

Dengan adanya permasalahan pada Bank Indonesia yang mengalami fluktuatif

dean penurunan, maka peneliti ingin meneliti dan memfokuskan penelitian ini

pada “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga BI Terhadap

Ekspor Jawa Timur 2008 – 2020”.

A. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis menarik

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap ekspor non migas di Jawa Timur

tahun 2008 – 2020 ?

2. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap ekspor non migas di

Jawa Timur tahun 2008 – 2020 ?

8
Tandelilin, portofolio dan investasi teori dan aplikasi, (Yogyakarta: kanisius, 2010), 509.
9

3. Apakah suku bunga BI berpengaruh terhadap ekspor non migas di Jawa

Timur tahun 2008 – 2020 ?

4. Apakah inflasi, nilai tukar, dan suku bunga BI secara simultan

berpengaruh terhadap ekspor non migas di Jawa Timur tahun 2008 –

2020 ?

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas di Jawa

Timur tahun 2008 – 2020.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap ekspor non migas di

Jawa Timur tahun 2008 – 2020.

3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga BI terhadap ekspor non migas

di Jawa Timur tahun 2008 – 2020.

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga BI

terhadap ekspor non migas secara simultan terhadap ekspor di Jawa

Timur tahun 2008 – 2020.

1.3. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan yang dapat

digunakan untuk menguat teori yang ada berdasarkan masalah yang diteliti

seperti Islamic Branding, Biaya Pendidikan dan Perilaku Konsumen,

khususnya keputusan mahasiswa masuk Program Studi Ilmu Ekonomi UIN

Sunan Ampel Surabaya.


10

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi pihak UIN Sunan Ampel Surabaya Khususnya pemangku

kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan terutama dalam hal

yang berkaitan dengan brand image, UKT (harga), dan lokasi.

Kemudian bagi masyarakat terutama para calon mahasiswa yang

memiliki keinginan mendaftar di UIN Sunan Ampel Surabaya,

penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang

mendukung dalam pengembilan keputusan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan


menambah referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.
11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


1. Inflasi
Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum

naik. Kenaikan tersebut . Pada masa inflasi terjadi kenaikan tingkat harga-

harga yang diukur dengan indeks harga yaitu rata-rata harga konsumen atau

produsen.

a. Teori Inflasi
1. Teori Kuantitas
Kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan

oleh jumlah uang yan beredar. Harga akan naik jika ada

penambahan uang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan

tetap sedangkan jumlah uang yang ditambah menjadi dua kali lipat

maka cepat atau lambat harga harga akan naik dua kali lipat.9

2. Teori Keynes
Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan

dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih

banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi

kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan

penawaran tetap yang akan terjadi adalah harga akan naik.

Pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak

uang, misalnya. Inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan

pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini

9
Alam, Ekonomi, (Esis, 2006), 220.
12

digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan

agregat meningkat, sedangkan penawarana agregat tetap. Kondisi

ini berakibbat pada kenaikan harga-harga.

3. Teori Struktural

Teori ini menyorot inflasi dari segi struktural ekonomi yang

kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan

permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk.

Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk,

jka yang digunakan adalah teknologi sederhana.

b. Jenis-jenis Inflasi

1. Inflasi berdasarkan sebabnya

a) Demand full inflation

Inflasi jenis ini disebabkan karena kelebihan permintaan

efektif, pembelanjaan masyarakat (C + I + G + Xn), terlalu

besar (naik terlalu cepat) sehingga tidak dapat dilayani oleh

dunia usaha. Permintaan berlebihan sehingga menyebabkan

keseimbangan demand dan supply terganggu dan harga-harga

menjadi naik.

b) Cost-push inflation

Jenis inflasi yang disebabkan karena kenaikan

biaya produksi. Kenaikan biaya produksi mendorong harga-

harga keatas.10

2. Inflasi berdasarkan sifatnya

10
Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 204.
13

a) Inflasi merayap atau rendah (creeping inflation), yaitu inflasi

yang besarnya kurang dari 10% pertahun

b) Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu besarnya 10%-

30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-

harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi

ini disebut inflasi dua digit, misalnya 15%, 20%, 30% dan

sebagainya.

c) Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara

30%- 100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara

umum naik.

d) Inflasi sangant tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang

ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai

empat digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak

ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat

tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.11

c. Hubungan Inflasi dengan Ekspor

Pada keadaan inflasi daya saing untuk barang ekspor berkurang.

Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin

mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara

mengalami kerugian karena daya saing ekspor berkurang, yang

mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh

juga semakin kecil.12

11
Amiruddin Idris, Ekonomi Public, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 125.
12
Alam, Ekonomi, 222.
14

Raharja dan Manurung menyatakan bahwa meningkatnya harga

barang baku menyebabkan para produsen akan mengalami penurunan

kuantitas produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai.13 Pada

saat terjadi inflasi maka harga barang barang secara terus menerus akan

mengalami kenaikan dan berdampak terhadap lesunya daya beli

masyarakat. Meningkatnya inflasi maka biaya produksi barang ekspor

akan semakin tinggi sehingga membuat eksportir kurang maksimal

dalam berproduksi hal ini mengakibatkan daya saing untuk barang

ekspor menjadi berkurang karena ekspor semakin mahal dan

berdampak pada menurunnya ekspor.

2. Nilai Tukar

Transaksi yag menyebabkan pembayaran oleh suatu penduduk ke

penduduk negara lain adalah pos defisit bagi negara yang melakukan

pembayaran tesebut. Keseluruhan defisit dalam neraca pembayaran, total

dari jumlah transaksi berjalan plus transaksi modal mengandung arti bahwa

penduduk suatu negara yang melakukan pembayaran terhadap negara lain

melebihi jumlah yang mereka terima dari penduduk luar negeri karena

penduduk negara lain menghendaki pembayaran dalam mata uang mereka

sendiri, maka muncullah persoalan tentang bagaimana pembayaran tersebut

dilakukan.Beberapa negara menyediakan mata uang asing pada bank

13
Raharja Dan Manurung, Uang Perbankan Dan Ekonomi Moneter, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2015), 314.
15

sentralnya untuk keperluan pembayaran internasional yang disebut transaksi

cadangan resmi.14

Nilai tukar atau kurs didefinisikan seabagai harga mata uang asing suatu

negara reatif terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar mencakup dua

mata uang maka titik keseimbangan ditentukan oleh sisi penawaran dan

permintaan dari kedua mata uang tersebut. Kurs adalah harga mata uang

suatu negara berhubungan dengan mata uang negara lain. Pergerakan kurs

mata uang akan berdampak pada nilai komoditi dan aset sebab kurs dapat

mempengaruhi jumlah arus masuk kas yang diterima dari ekspor dan

memengaruhi jumlah arus keluar kas yang digunakan untuk membayar

impor. Kurs nilai tukar mengkur nilai satu satuan mata uang terhadap mata

uang lain. Apabila kondisi ekonomi berubah kurs mata uang dapat berubah

cukup besar.15

a. Jenis transaksi nilai tukar

1. Transaksi spot adalah pertukaran setoran bank, biasanya dengan

waktu jatuh tempo dua hari. Oleh sebab itu nilai tukar spot adalah

nilai tukar untuk transaksi dengan waktu jatuh tempo paling lama

dua hari. Nilai tukar mata uang dapat di artikan sebagai harga suatu

aset domestik di bandingkan dengan harga aset luar negeri

sehingga nilai tukar mata uang dalam jangka pendek dapat di

tenttukan melalui pendekatan pasar asset

14
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, Ekonomi Makro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 225.
15
Mahyus Ekananda, Ekonomi International, (Jakarta: Erlangga, 2015), 168.
16

2. Transaksi berjangka adalah pertukaran setoran bank dengan

spesifikasi waktu berjangka biasanya dengan waktu jatuh tepo

lebih dari dua hari.16

b. Sistem nilai tukar

1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Sistem nilai tukar tetap adalah nilai tukar mata uang yang

dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi pada

rentang yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai

berfluktuasi terlalu besar, maka pemrintah akan melakukan

intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada pada kisaran

yang diinginkan. Tindakan bank sentral dalam melakukan

pemotongan nilai mata uangnya disebut sebagai devaluasi

sedangkan tindakan penyesuaian keatas biasa disebut revaluasi.17

2. Sistem nilai tukar mengambang

Sistem nilai tukar tetap berarti bahwa bank-bank sentral

harus menyediakan mata uang asing sejumlah yang diperlukan

untuk membiayai kepincangan pembayaran yang terjadi dibawah

sistem nilai tukar tetap. Sebaliknya, dalam sistem nilai tukar

mengambang bank sentral membiarkan nilai tukar untuk

menyesuaikan diri dalam rangka menyeimbangkan penawaran dan

permintaan akan mata uang asing. Contohnya adalah bila nilai

16
Jonni Manurung, Adler Haymans Manurung, Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan Moneter,
(Medan: Salemba Empat, 2008), 95-96.
17
Mahyus Ekananda, Ekonomi International, (Jakarta: Erlangga, 2015), 315.
17

tukar dolar terhadap mark Jerman adalah $0.50 sen per mark, dan

ekspor Jerman ke Amerika Serikat meningkat sehingga

meningkatkan permintaan mark oleh orang-orang Amerika, bank

sentral Jerman tidak perlu melakukan campur tangan melainkan

membiarkan nilai tukar tersebut menyesuaikan dirinya.

3. Mengambang murni dan terkendali

Sistem mengambang murni berarti bahwa bank sentral sama

sekali menjauhkan diri dan membiarkan nilai tukar ditentukan

secara bebas di pasar valuta asing. Sisitem mengambang murni

terkendali bank-bank sentral tidak melakukan intervensi atau

campur tangan ke dalam pasar valuta asing sedangkan transaksi

cadangan resmi adalah nol. Ini berarti bahwa dalam sistem nilai

tukar mengambang murni neraca pembayaran adalah nol. Nilai

tukar yang menyesuaikan diri sehingga membuat transaksi berjalan

dan transaksi modal menjadi nol. Kenyataannya, sejak tahun 1973

sistem nilai tukar mengambang yang berlaku belum dapat disebut

sebagai sistem yang mengambang murni. Sebaliknya, sistem

tersebut masih merupakan sistem mengambang yang terkendali,

dimana bank sentral masih melakukan intervensi dengan cara

membeli mata uang asing dalam usahanya mempengaruhi nilai

tukar. Transaksi cadangan resmi dibawah sistem seperti ini jelas

tidak sama dengan nol.18

4. Mengambang terkendali dan intervensi pemerintah

18
Rudiger, Stanley Fischer, Dornbusch, Ekonomi Makro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 228.
18

Pada perekonomian dengan sistem nilai tukar megambang

murni, pemerintah tidak mengambil langkah apapun di dalam pasar

valuta asing. Sistem nilai tukar semacam itu hampir belum pernah

terjadi, walaupun Amerika Serikat telah bertindak serupa itu pada

tahun 1981-1982. Pada umumya, pemerintah sedikit banyak turut

campur dalam valuta asing. Intervensi di pasar valuta asing terjadi

bila pemerintah membeli ataupun menjual valuta asing dalam

usahanya untuk memengaruhi nilai tukar. Besarnya intervensi

pemerintah ini sangat bervariasi. Ada pemerintah yang hanya

mencoba mengimbangi fluktuasi jangka pendek dan membeli

ataupun menjual valuta asing guna mempertahankan situasi pasar

yang teratur. Tetapi ada pula yang mencoba menjaga agar nilai

tukar yang dinilai terlalu tinggi (overlvalued) tidak mengalami

depresiasi dan nilai tukr yang dinilai terlalu rendah (undervalued)

tidak mengalami apresiasi. Mengambang terkendali (sebagai lawan

dari mengambang murni) adalah praktik menggunakan intervensi

yang besar untuk mencoba mempertahankan nilai tukar terhadap

tekanan kekuatan pasar.19

3. Suku Bunga

Pengertian dari suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk

jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan

pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang.20 Menurut

19
Mahyus Ekananda, Ekonomi International, (Jakarta: Erlangga, 2015), 317-318.
20
Herman, 2003
19

domestik di Indonesia sangat terkait dengan tingkat suku bunga

internasional . Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik

terhadap pasar keuangan internasional serta kebijakan nilai tukar mata uang

yang kurang fleksibel.

Selain bunga internasional, tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia

(SBI) juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di

Indonesia. Peningkatan diskonto SBI segera direspon oleh suku bunga Pasar

Uang Antar Bank (PUAB) sedangkan respon suku bunga deposito baru

muncul setelah 7 sampai 8 bulan.

Keynes (Boediono, 1998) berpendapat bahwa tingkat suku bunga

ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Dalam menentukan

tingkat suku bunga berlaku hukum permintaan dan penawaran. Apabila

penawaran uang tetap semakin tinggi pendapatan nasional semakin tinggi

tingkat suku bunga.

Tingkat suku bunga yang tinggi dapat mempengaruhi investasi

walaupun pengaruhnya sangat terbatas (Iswardono, 1999 dalam Sugeng,

2004). Menurut ahli ekonomi klasik bahwa tingkat suku bunga ditentukan

oleh penawaran tabungan oleh rumah tangga dan permintaan tabungan oleh

penanam modal.

4. Ekspor

Orang, institusi, pemerintah atau perusahaan yang melakukan aktivitas

penjualan barang ke luar negeri disebut ekspor dan orang atau badan yang

melakukannya disebut eksportir. Harga barang-barang yang diekspor ke


20

luar negeri lebih mahal dibandingkan dengan di dalam negeri. Adanya

aktivitas ekspor, pemerintah akan memperoleh pendapatan berupa devisa.

a. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

b. Barang ekspor adalah barang yang telah diajukan pemberitahuan

ekspor barang dan telah mendapatkan nomor pendaftaran.

c. Eksportir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

melakukan ekspor.

d. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah pemberitahuan pabean

yang digunakan untuk memberitahukan ekspor barang dalam bentuk

tulisan di atas formulir atau data elektronik. Bentuk dan isi

pemberitahuan pabean ekspor ditetapkan dalam Peraturan Direktur

Jenderal Bea dan Cukai.

e. Nota Pelayanan Ekspor (NPE) adalah nota yang diterbitkan oleh

Pejabat Pemeriksa Dokumen, Sistem Komputer Pelayanan, atau

Pejabat Pemeriksa barang atas PEB yang disampaikan, untuk

melindungi pemasukan barang yang akan diekspor ke Kawasan

Pabean dan atau pemuatannya ke sarana pengangkut.

Salah satu fungsi utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah

melindungi masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan nasional,

melalui pengawasan dan atau pencegahan masuknya barang impor maupun

keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang

dilarang dan atau dibatasi oleh ketentuan atau regulasi yang diterbitkan oleh

Kementerian atau Lembaga terkait.


21

Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan disebutkan bahwa ketentuan larangan dan atau pembatasan

yang diterbitkan oleh instansi teknis, wajib disampaikan kepada Menteri

Keuangan u.p. Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Terhadap ketentuan yang

disampaikan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai melakukan

penelitian dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri

Keuangan menetapkan daftar barang yang dilarang atau dibatasi untuk

diimpor atau diekspor berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan terhadap Impor atau Ekspor Barang

Larangan dan atau Pembatasan, untuk selanjutnya dilakukan pengawasan

oleh DJBC.

Barang- barang yang umum diekspor oleh indonesia terdiri atas migas

dan non migas. Barang-barang yang termasuk migas adalah minyak tanah,

bensin, solar, dan elpiji. Adapun yang termasuk non migas adalah sebagai

berikut.

a. Hasil industri, contohnya kayu lapis, konveksi, kelapa sawit, peralatan

kantor, bahan-bahan kimia, dan kertas.

b. Hasil pertanian dan perkebunan, contohnya gula, kelapa, karet, dan

kopra.

c. Hasil laut dan danau, contohnya ikan, udang, dan kerang.

d. Hasil tamabang non migas, contohnya bijih emas, bijih nekel, bijih

tembaga, dan batu bara.21

21
Mahyus Ekananda, Ekonomi International, (Jakarta: Erlangga, 2015), 9.
22

Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan ekspor suatu

negara. Beberapa faktor tersebut ada yang berasal dari dalam negeri maupun

luar negeri, diantaranya sebagai berikut.

a. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri seperti

penyederhanaan prosedur ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-

barang ekspor, penghapusan barang-barang ekspor, dan penyedian

sarana ekspor.

b. Keadaan pasar diluar negeri, kekuatan permintaan dan penawaran dari

berbagai negara dapat memengaruhi harga di pasar dunia. Jika jumlah

barang yang diminta di pasar dunia lebih sedikit dari pada jumlah

barang yang di tawarkan, maka harga cenderung turun. Keadaan ini

akan mendorong para eksportir untuk meneurunkan ekspornya.

c. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar, eksportir

harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar.

Untuk mengembangkan ekspor pemerintah dapat menerapkan

kebijakan-kebijakan sebagai berikut.

a. Peningkatan promosi dagang diluar negeri sebagai langkah

mengenalkan produk dalam negeri di pasaran internasional.

b. Peningkatan diplomasi perjanjian dagang internasional dimana

beberapa negara melakukan perjanjian dagang untuk memperoleh

kepastian.

c. Memperluas fasilitas kepada produsen barang ekspor, seperti

meningkatkan barang produksi dengan barang murah.

d. Diversifikasi barang ekspor.


23

e. Menghasilkan iklim usaha yang kondusif dimana pemerintah

mendorong peningkatan ekspor dengan memberikan kemudahan-

kemudahan seperti penurunan bea ekspor.

f. Menjaga kestabilan harga melalui kestabilan kurs valuta asing agar

mempermudah kepastian nilai rupiah (kurs), para eksportir menjadi

lebih mudah dalam menentukan harga tawar-menawar di pasar

internasional.

g. Sosialisasi dan penyuluhan kepada pelaku ekonomi dimana

pemerintah memberikan penyuluhan kepada pegusaha kecil dan

menengah tentang tatacara melakukan kegiatan ekspor.22

Nilai total atas pendapatan ekspor tidak hanya ditentukan oleh volume

atau jumlah produk yang diekspor, melainkan juga oleh harganya. Jika

harga produk-produk ekspor menurun, volume ekspor yang lebih besar

harus dijual sekadar untuk menjaga pendapatan total tetap konstan.23

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Beti Karlina pada tahun 2019 dengan

judul Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Non Migas di

Provinsi Lampung dalam Perspektif Ekonomi Islam Tahun 2008 – 2017.

Penelitian tersebut menggunakan metode penelian kuantitatif. Sumber

data diperoleh dari studi pustaka serta dokumentasi. Variaber x dalam

penelitian tersebut adalh inflasi dan nilai tukar, sedangkan variabel y

22
Ibid, 10-11.
23
Michael P. Todaro, Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2011),
193.
24

adalah ekspor non migas. Hasil yang diperoleh yaitu secara simultan dan

parsial, inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh pada ekspor non migas

di provinsi Lampung.

Persamaan kedua penilitian ini adalah pada variabel bebas sama-sama

menggunakan inflasi dan nilai tukar dan variabel terikat sama-sama

menggunakan ekspor non migas. Sedangkan perbedaannya terletak pada

tempat yang diteliti.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Helda Desy Permatasari pada tahun 2018

dengan judul Analisis Pengaruh Kurs, Inflasi, dan Investasi terhadap

Nilai Ekspor Non Migas di Indonesia Tahun 2000 – 2016. Penelitian

tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif. Teknis analisis data

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk

regresi linier berganda dengan asumsi klasik. Hasil yang diperoleh yaitu

secara simultan kurs dollar, inflasi, dan investasi modal asing

berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor barang non migas

Indonesia. Sedangkan, secara parsian kurs dollar berpengaruh negatif

signifikan terhadap nilai ekspor barang non migas, tetapi inflasi dan

investasi modal asing tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor

barang non migas Indonesia tahun 2000 – 2016.

Persamaan kedua penelitian ini adalah pada variabel besar sama-sama

menggunkan inflasi dan variabel terikat menggunakan ekspor.

Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat kurs dollar dan

investasi, serta pada tempat yang diteliti.


25

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Mutia pada tahun 2015 yang

berjudul Analisis Pengaruh Kurs, PDB, dan Tingkat Inflasi terhadap

Ekspor Indonesia ke Negera ASEAN (Studi pada Negara Malaysia,

Singapura, Filipina, dan Thailand). Penelitian tersebut menggunakan

metode penelitian kuantitatif. Teknis analisis data menggunakan data

panel dengan Fixed Effect Model Least Square Dummy Variabel (FEM

LSDV) diestimasi dengan program E-Views. Hasil yang diperoleh yaitu

PDB riil negara tujuan ekspor dan kurs berpengaruh positif terhadap

ekspor Indonesia ke negara ASEAN, sedangkan ingkat inflasi tidak

memiliki pengaruh terhadap ekspor Indonesia ke negara ASEAN.

2.3. Kerangka Konseptual

Inflasi (X1)

Nilai Tukar (X2) Ekspor Non Migas (Y)

Suku Bunga (X3)

Keterangan:

Y: Variabel dependen (terikat)

X1, X2, X3 : Variabel independent (bebas)


26

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian. Dan

merupakan suatu kesimpulan yang belum sempurna karena hanya disimpukan

berdasarkan teori-teori yang ada.

Berdasarkan latar belakkang hingga keranggka konseptuan di atas, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

H0 : Variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak berpengaruh

secara simultan dan parsial terhadap ekspor non migas di Jawa

Timur tahun 2008–2020.

Ha : Variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga berpengaruh secara

simultan dan parsial terhadap ekspor non migas di Jawa Timur

tahun 2008 – 2020.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penelitian

eksplanatori) dengan metode pendekatan secara kuantitatif. Penelitian

eksplanatori adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

penjelasan mengenai hubungan (kausalitas) antar variabel, melaui pengujian

hipotesis.24 Kuantitatif adalah ketika variabel yang diteliti dapat dinyatakan

dengan angka. Variabel kuantitatif dalam penelitian ini adalah menggunakan

variabel berwujud kontinu. Variabel kontinu didapat dari pengukuran.25

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Skala rasio. Pada kenyataannya seluruh data kuantitatif dihitung dalam tingkat

pengukuran rasio. Pemeringkatan rasio merupakan tingkat pengukuran

tertinggi yang memliki seluruh pemeringkatan interval, namun bedanya titik

‘’0’’ memiliki makna dan rasio antara kedua angka juga bermakna.

Pemeringkatan data rasio memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penggolongan data disusun menurut jumla karakteristik yang mereka

miliki.

2. Selisih yang sama dalam karaktersitik ditunjukkan oleh selisih yang senilai

pada angka-angka yang tertera dalam golongan.

24
Solimun, Adji Ahmad, Dkk, Metode Statistika Multivariat Pemodelan Persamaan Struktural
(SEM) Pendekatan Warpls, (Malang: UB Press, 2017), 10.
25
Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2008), 10.
28

3. Titik nol merupakan tidak adanya karakteristik dan rasio antara dua angka

memiliki makna.26

3.2. Sumber Data

Mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini penulis

mengguanakan data-data sekunder. Data-data sekunder adalah data yang

diperoleh dari studi kepustakaan antara lain mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan

sebagainya.27 Data sekunder mempunyai dua macam yakni sumber data yang

dipublikasikan seperti laporan-laporan dari badan-badan nasional maupun

internasional dan data yang tidak dipublikasikan dapat berupa data arsip

pemerintah, data pada lembaga-lembaga penlitian baik pemerintah maupu

swasta.28 Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur melaui website

resmi untuk memperoleh sumber data akurat yang dapat digunakan peneliti

dalam menunjang penelitian ini. Website tersebut antara lain , badan pusat

statistik (BPS), Kementrian perindustrian dan perdagangan indonesia dan

bank indonesia (BI).

26
Ibid, 14.
27
Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), 30.
28
Nugroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi Dan Bisnis Jilid 1, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2016), 18-19.
29

3.3. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Mengumpulkan data melalui data yang tersedia yaitu biasanya

berbentuk surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, foto, dan

dapat juga berbentuk file di server dan flashdisk serta data yang tersimpan

di website. Data ini bersifat tidak terbatas pada ruang dan waktu. 29 Data-

data ini diperoleh dari data resmi yang diterbitkan oleh badan pusat statistik

dan website yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

2. Studi pustaka

Tekhnik kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

membaca, menelaah dan mencatat sebagai literature atau bahan bacaan yang

sesuai dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan dituangkan dalam

kerangka pemikiran secara teoritis.30

3.4. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.31 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data tingkat

inflasi provinsi Jawa Timur , seluruh nilai tukar dolar Amerika terhadap

rupiah dan seluruh nilai ekspor non migasdi Provinsi Jawa Timur.

29
Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2011), 141.
30
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, (Bandung; Kencana Alumni, 1998), 141.
31
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), 80.
30

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari suatu subyek atau obyek yang mewakili

populasi.32 Data dalam penelitian ini adalah jenis data time series yaitu

data yang diambil dari suatu periode waktu. Penelitian kali ini

menggunakan tekhnik sampel nonprobability sampling yakni jenis

purposive Sampling. Purposive sampilng yakni pemilihan sekelompok

subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya.33 Penentuan menggunakan Purposive

Sampling, maka ditetapkan oleh peneliti beberapa kriteria yang digunakan

oleh peneliti. Kriteria yang digunakan sebagai sampel yaitu data sepuluh

tahun terakhir yang meliputi nilai ekspor non migas Jawa Timur , tingkat

inflasi di provinsi Jawa Timur , dan nilai tukar dolar Amerika terhadap

Rupiah yang telah dirilis oleh badan pusat statistik ataupun lembaga-

lembaga pemerintah dan swasta lainnya yang berakitan dengan variabel

penelitian. Data yang diambil dari ketiga variabel tersebut yakni data tahun

2008-2017. Sampel pada penelitian ini berjumlah n = 10 sampel yang

terdiri atas sepuluh tahun terakhir dari setiap variabel.

32
Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 33.
33
Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 220.
31

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.34

Tabel 3.1
Daftar Variabel Penelitian
Skala
Variabel Definisi Pengukuran Sumber Data
Variabel
Inflasi Inflasi adalah kenaikan Inflasi tahunan Website Badan
(X1) harga barang-barang menurut Pusat Statistik
yang bersifat umum dan kelompok
terus-menerus. barang dan
jasa
Rasio (%)
Nilai tukar Nilai tukar (kurs) adalah Kurs beli Website Bank
(X2) catatan secara nominal Indonesia
(quotation) harga pasar [Rasio ($/Rp)]
dari mata uang asing
dalam harga mata uang
domestik atau
resiprokalnya yaitu
harga mata uang
domestik dalam mata
uang asing
Suku Tingkat suku bunga SBI Tingkat suku Website Bank
Bunga adalah tingkat suku bunga bunga SBI Indonesia
Bank yang dikeluarkan oleh (rasio %)
(X3) Bank Indonesia (BI) atas
penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
Ekspor Ekspor adalah kegiatan Nilai ekspor Website Badan
(Y) mengeluarkan barang non migas Pusat Statistik
dari daerah pabean [Rasio ($)] dan
indonesia dan atau jasa Kementerian
dari wilayah negara Perdagangan
Republik Indoenesia.

34
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), 3.
32

1. Variabel terikat (variabel dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Varibel terikat dalam

penelitian ini adalah ekspor non migas Provinsi Jawa Timur .Berikut data

ekspor non migas Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2020.

Tabel 3.2
Ekspor non migas provinsi Jawa Timur tahun 2008-2020 (juta US $)
Ekpor Non Migas
No Tahun
(Milliar US $)
1. 2008 10,05
2. 2009 10,10
3. 2010 13,80
4. 2011 17,42
5. 2012 15,52
6. 2013 15,05
7. 2014 14,80
8. 2015 16,49
9. 2016 17,94
10. 2017 18,38
11. 2018 19,10
12. 2019 19,36
13. 2020 16,75
Sumber data : Sumber : www.bps.go.id (diolah)

2. Variabel bebas (variabel independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.35

Variabel independen dalam penelitian ini adalah inflasi dan nilai tukar.

Berikut data inflasi Provinsi Jawa Timur dan nilai tukar dolar terhadap

rupiah.

35
Ibid, 4.
33

Tabel 3.3
Tingkat inflasi provinsi Jawa Timur year on year dan nilai tukar
dolar terhadap rupiah tahun 2008-2020

Nilai tukar
Tingkat Inflasi (%)
No Tahun dari USD 1
dalam
Rupiah(Rp)
1. 2008 9.66 9,631.11
2. 2009 3.62 10,346.37
3. 2010 6.96 9,039.08
4. 2011 4.09 8,735.56
5. 2012 4.5 9,333.55
6. 2013 7.59 10,399.07
7. 2014 7.77 11,818.87
8. 2015 3.08 13,325.00
9. 2016 2.72 13,436.00
10. 2017 4.04 13,548.00
11. 2018 2.86 14,481.00
12. 2019 2.12 13,901.00
13. 2020 1.44 14,105.00
Sumber data : Sumber : www.bps.go.id (diolah)

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisa

data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan. Metode yang digunakan

penulis pada penelitian kali ini adalah metode berfikir deduktif. Metode

berfikir deduktif atau penalaran deduktif merupakan proses berfikir yang

didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang

bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu. Cara berfikir ini

dilandasi dengan suatu sistem penyusunan fakta yang sudah diketahui lebih

dahulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar. Dasar-dasar berfikir yang
34

dipakai oleh pendekatan ini dilakukan melalui serangkaian pernyataan yakni

dasar pikiran utama, kedua dan kesimpulan atau deduksi.36

1. Metode Analisis

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Analisis deskriptif mengacu

pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang

mudah dimengerti dan diterjemahkan.37 Analisi regresi ganda digunakan

oleh peneliti apabila jumlah variabel independennya minimal dua.38

Hubungan lebih dari dua variabel digunakan untuk memperkirakan atau

meramalkan nilai dari variabel terikat karena akan lebih baik apabila ikut

memperhitungkan variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi variabel

terikat (Y), dengan demkian variabel terikat mempunyai hubungan dengan

variabel bebas (X).39

2. Alat Analisis

a. Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linear berganda.40

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menentukan data yang telah

dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi

36
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), 11-12.
37
Demawan Wibisono, Riset Bisnis Panduan Bagi Praktisi Dan Akademisi, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 134.
38
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), 275.
39
J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2001), 236.
40
Ansofino, Jolianis, Dkk, Buku Ajar Ekonometrika, (Yogyakrta: Deepublish, 2016), 93.
35

yang normal. Salah satu cara unutk melihat normalitas adalah

secara visual yaitu melalui normal P-P plot, ketentuannya jika

titik-titik masih berada disekitar garis diagonal maka dapat

dikatakan bahwa residual menyebar normal. Namun pengujian

visual ini cenderung kurang valid karena penilaian pengamat

satu dengan yang lain relatif berbeda shingga dilakukan uji

Kolmogorov Smirnov. Jika nilai sig lebih besar dari 5% maka

dapat disimpulkan residual menyebar normal dan jika lebIh

kecil dari sig 5% maka residual menyebar tidak normal.41

2) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang

terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus

dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi.

Metode yang digunakan adalah uji Durbin Watson (DW)

dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika d lebih kecil dari Dl atau lebih besar dari (4-dl) maka

hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika d terletak antara Du dan (4-du) maka hipotesis nol

diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.

41
Agus Tri Basuki, Nano Prawoto, Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi Dan Bisnis,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), 57-60.
36

c) Jika d terletak antara dL dan Du atau diantara (4- Du) dan (4-

Dl) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.42

3) Uji Multikolinearitas

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independent yang memiliki kemiripan antar variabel dalam

suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan

mengakibatkan korelasi yang sangat kuat.43 Masalah

multikolinearitas menjadi serius jika digunakan untuk mengkaji

hubungan variabel independen dengan dependen karena

simpangan baku koefisien regresinya tidak signifikasn sehingga

sulit memisahkan pengaruh dari masing-masing variabel

independen. Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat

melalui nilai variance inflation factors (VIF). Kriteria

pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 maka tidak terdapat

multikolinearitas diantara variabel independent dan sebaliknya

jika nilai VIF seluruhnya > 10 asumsi model tersebut

mengandung multikolinearitas.44

4) Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamata ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi

persyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu

42
Ibid, 60.
43
Lukas Setia Atmaja, 185.
44
Agus Tri Basuki, Nano Prawoto, Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi Dan Bisnis,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), 62.
37

pengamatan ke pengamatan lain tetap atau disebut

homokedastisitas.45 Terjadi kesamaan varian jika nilai

signifikansi pada levene test > 0,05.46

3. Alat Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisi regresi linear berganda dimaksudkan untuk melihat

seberapa besar pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Formulasi regresi linear berganda adalah sebagai berikut.47

Alat uji yang digunakan adalah dengan menggunakan program spss.

Bentuk deskriptif yang umum dalam regresi linear berganda adalah

sebagai berikut.48

Ŷ = a + b₁ X₁ + b₂ X₂ + b₃ X₃ +. .........+

Keterangan:

a = titik potong, yaitu nilai Y ketika seluruh X sama dengan nol.

bʲ = jumlah perubahan Y ketika Xʲ bertambah satu unit dengan nilai

seluruh variabel bebas lainnya tetap konstan. Indeks huruf j hanya

merupakan simbol yang membantu mengenali tiap-tiap variabel

bebas, yang tidak digunakan pada bagian manapun dalam

perhitungan. Biasanya indeks tersebut merupakan nilai bilangan

diantara 1 dan k yang merupakan jumlah variabel bebasnya. Akan

45
Ansofino, Jolianis, Dkk, 94.
46
Jonathan Sarwono, Dua Belas Jurus Ampuh SPSS Untuk Riset Skripsi, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2013), 18.
47
Freddy Rangkuti, Riset Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 23.
48
Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2008), 120.
38

tetapi indeks tersebut juga dapat berupa kata yang pendek atau

singkatan.

Hubungan antara Ŷ dengan suatu variabel X secara grafis

Ŷ = a + b₁ X₁ + b₁ X₁

digambarkan oleh sebuah garis. Ketika terdapat dua variabel bebas

persamaan regresinya adalah:49

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji simultan adalah uji semua variabel bebas secara keseluruhan

dan bersamaan di dalam suatu model. Uji ini dilakukan untuk melihat

apakah variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan

terhadap dependen.50 Ciri-ciri distribusi F:

1) Terdapat serumpun distribusi F, setiap kali derajat kebebasan

pembilang maupun penyebut berubah, distribusi F baru terbentuk.

2) Distribusi F tidak bisa negatif, nilai trkecil yang mungkin adalah

0.

3) Distribusinya kontinu, distribusinya dapat mengasumsikan nilai

tak hingga antara 0 dan posistif tak terhingga.

4) Distribusinya asimetris positif, sisi panjang distribusinya berada

disebelah kanan. Semakin bertambahnya derajat kebebasan

pembilang dan penyebutnya, distribusinya mendekati distribusi

49
Ibid, 114.
50
Robert Kurniawan, Budi Yuniarto, Analisis Regresi, (Jakarta: Kencana, 2016), 96.
39

probabilitas normal. Yakni distribusinya akan bergerak menuju

distribusi simetris.

5) Distribusinya asymptotic, seiring bertambahnya nilai X, kurva F

akan mendekati sumbu mendatarnya, namun tidak akan pernah

menyinggungnya.

Uji F bisa dilihat dari :

1) Jika nilai Sig <a maka Hₒ ditolak

2) Jika nilai Sig >a maka Hₒ diterima

Uji F juga bisa dilihat dengan membandingkan Fhitung dengan

Fhitung =

Ftabel, dengan rumus :51

Keterangan :

SSR : jumlah kuadrat regresi

SSE : jumlah kuadrat kesalahan atau residu

k : jumlah variabel

n : jumlah sapel

F tabel = 0,05 [(dk pembilang = k ), (dk penyebut = n- (k+1)]

Kaidah pengujian :

1) Jika f hitung >Ftabel maka Ho ditolak (signifikan)

2) Jika Fhitung <F tabel maka Ho diterima (tidak signifikan).52

51
Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2008), 127.
52
Riduwan, Akdon, Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013), 144.
40

c. Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji T)

Uji Signifikansi secara parsial digunakan untuk melihat pengaruh

tiap-tiap variabel independen secara sendiri-sendiri terhadap variabel

dependennya. Hal ini perlu dilakukan karena karena tiap-tiap variabel

independen dalam analisis linear berganda memberi pengaruh yang

berbeda dalam model.53 Pengambilan kesimpulannya adalah dengan

melihat nilai signifikansi yang dibandingkan dengan nilai a (5%)

dengan ketentutan sebagai berikut:

1) Jika nilai Sig <a maka Hₒ ditolak

2) Jika nilai Sig >a maka Hₒ diterima

Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t

hitung dengan t tabel sebagai berikut:

t hitung =

ttabel = a, (n-k + 1)

Keterangan :

Bi : salah satu koefisien regresi

Sbi : standar deviasi distribusi koefisien regresi.54

1) Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka Ho ditolak artinya koefisien

regresi signifikan.

53
Robert Kurniawan, Budi Yuniarto, 95.
54
Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2008), 129.
41

2) Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka Ho diterima artinya koefisien

regresi tidak signifikan.55

Sumber Df SS MS F
MSR/
Regresi K SSR MSR = SSR/k
MSE
Residu atau MSE = SSE/
n-1 (k + 1) SSE
kesalahan [n-(k + 1)]
Total n–1 SS total

d. Koefisien Determinasi

Kofisien Determinasi atau R-square menyatakan kekuatan pengaruh

variabel penduga atau independen secara bersama-sama terhadap variabel

terikat. Namun demikian variabel penduga yang semakin banyak akan

mempengaruhi nilai error seiring dengan bertambahnya nilai derajat

regresi oleh karena itu nilai R-square perlu disesuaikan (adjust R-

square).56

Ciri-ciri koefisien determinasi berganda antara lain:

1) Dilambangkan dengan huruf kapital R kuadrat, dengan kata lain

ditulis dengan R² karena berperilaku seperti koefisien korelasi

kuadrat.

2) Berkisar dari 0 hingga 1, nilai yang mendekati 0 menunjukkan

hubungan lemah antara sekelompok variabel bebas dengan variabel

terikatnya. Nilai mendekati 1 menunjukkan hubuungan yang kuat.

3) Tidak dapat bernilai negatif, sembarang angka yang dikuadratkan atau

yang dipangkatkan dua tidak bisa bernilai negatif.

55
Riduwan, Akdon, Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013), 171.
56
Nawari, Analisis Regresi Dengan Microsoft Exel 2007 Dan Spss 2017, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo 2010), 52.
42

4) Mudah untuk ditafsirkan karena R² merupakan nilai diantara 0 dan 1,

maka mudah untuk ditafsirkan, dibandingkan dan dipahami.

Koefisien dapat dihitung melalui informasi yang diperoleh pada tabel

ANOVA dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SSR
SS total

Keterangan :

SSR : jumlah kuadrat regresi

SS Total : total jumlah kuadrat.57

57
Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2008), 123.
43

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur secara geografis terletak di antara 11100 Bujur

Timur – 11404’ Bujur Timur dan 70 12’Lintang Selatan – 8048”Lintang

Selatan , dengan luas wilayah sebesar 47.963 km2 yang meliputi dua bagian

utama. Yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Wilayah daratan

Jawa Timur sebesar 88,70 persen atau 42.541 km2, sementara luas Kepulauan

Madura memiliki luas 11.30 persen atau sebesar 5.422 km2. Jumlah

penduduknya pada tahun 2010 mencapai 37.476.757 jiwa . (Sumber :

Database BPS Tahun 2010 ).

4.1.2 Letak Administrasi

Secara administratif Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan

9 kota, dengan Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi. Ini menjadikan Jawa

Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di

Indonesia. Jawa Timur terbagi dalam 4 Badan Koordinasi Wilayah

(Bakorwil), sebagai berikut Bakorwil I Madiun meliputi Kota Madiun, Kab.

Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Ngawi, Kab. Trenggalek, Kab.

Tulungagung, Kota Blitar, Kkab. Blitar, dan Kab. Nganjuk. Bakorwil II

Bojonegoro meliputi Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kota Mojokerto, Kota

Kediri, kab. Kediri, Kab. Jombang, dan Kab. Lamongan. Bakorwil III
44

Malang, meliputi Kota Malang, Kab. Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan,

Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, kab. Probolinggo, kab. Lumajang, kab.

Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo dan Kab. Banyuwangi. Bakorwil

IV Pamekasan meliputi, Kota Surabaya, Kab. Sidoarajo, kab. Gresik, kab.

Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, dan kab Sumenep. Struktur

Organisasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur terdiri atas Sekretariat Daerah

dengan 11 Biro dan Sekretariat DPRD, 20 Dinas, Inspektorat, 1 Badan , 12

Lembaga Teknis Daerah , 4 Lembaga lain, dan 5 Rumah Sakit Daerah. Jawa

Timur mempunyai posisi yang strategis di bidang Industri karena diapit oleh

dua provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali, sehingga menjadi pusat

pertumbuhan industri maupun perdagangan. Mayoritas penduduk Jawa

Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, entitas di Jawa Timur lebih

heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur

daratan. Umumnya Suku Jawa menganut agama Islam, sebagian menganut

agama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Jawa Timur memiliki kesenian

dan kebudayaan yang khas, Reog dan Ludruk merupakan salah satu kesenian

Jawa Timur yang sangat terkenal. Selain keseniannya yang begitu mendunia,

kebesaran Jawa Timur juga tercermin dari aneka ragam budayanya. Antara

lain karapan sapi, pacuan sapi yang hanya ada di Madura, yang diilhami dari

petani membajak sawah dengan sapi yang merupakan kebiasaan masyarakat

Madura. Masyarakat Jawa Timur memiliki komitmen yang kuat terhadap

nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “ JER BASUKI

MAWA BEYA” , yang berarti untuk mencapai suatu kebahagiaan diperlukan

pengorbanan. Sumber : https://jatimprov.go.id/profile.


45

Gambar 4.1
Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah

kolonial atau VOC. Meskipun bursa efek telah ada sejak tahun 1912,

perkembangan dan pertumbuhan bursa efek tidak berjalan seperti yang

diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan bursa efek mengalami

kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang


46

dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada

pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan

operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah

Republik Indonesia mengaktifkan kembali bursa efek pada tahun 1977, dan

beberapa tahun kemudian bursa efek. mengalami pertumbuhan seiring

dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Di

Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa

Efek Indonesia merupakan suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas

(PT).

Sesuai dengan maksud dan tujuan pendiriannya, maka Bursa Efek

Indonesia salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dengan kegiatan

usaha sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan perdagangan efek yaitu efek yang telah memperoleh

izin emisi dari Menteri Keuangan Republik Indonesia.

b. Menyediakan jasa yang erat hubungannya dengan perdagangan efek.

Sampai saat ini bentuk jasa yang disediakan Bursa Efek Indonesia adalah

penerbitan nota transaksi dan penyelesaian pembayaran secara terpusat.

Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya

(BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadi bursa yang kompetitif

dengan kredibilitas tingkat dunia. Sedangkan misinya adalah menciptakan

daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan

Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta

penerapan good governance.


47

4.1.3 Bank Indonesia (BI)

Pada 1828 De Javasche bank di dirikan oleh pemerintah Hindia Belanda

sebagai sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun

1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank

Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai Bank

Sentrafdengan tiga tugas utama di bidang moneter,perbangkan, dan sistem

pembayaran.

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral. Bank Indonesia

mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap

mata uang negara Iain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju

inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar

rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini

dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia

serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau

tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang

merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu

diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat

dicapai secara efektif dan efisien. berikut tugas dan fungsi Bank Indonesia

yang telah dituangkan dalam bentuk gambar berisi tiga pilar.


48

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Data Inflasi di Jawa Timur (X1)

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus-menerus, ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam

barang itu naik dengan presentase yang sama, mungkin dapat terjadi kenaikan

tersebut tetapi tidaklah bersamaan yang penting terdapat kenaikan umum

barang secara terus menerus selama satu periode. Inflasi merupakan salah

satu variabel makro yang sangat berpengaruh dan menjadi masalah bagi

perekonomian suatu negara. Inflasi yang megalami kenaikan terus-menerus

akan menyebabkan ketidak stabilan yang akan memperburuk kinerja

perekonomian suatu negara. Berdasarkan data yang diperoleh, adapun

perkembangan inflasi periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2017 dalam

penelitian ini dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.1
Nilai Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 - 2020

Tahun Inflasi (%)


2008 9.66
2009 3.62
2010 6.96
2011 4.09
2012 4.5
2013 7.59
2014 7.77
2015 3.08
2016 2.72
2017 4.04
2018 2.86
2019 2.12
2020 1.44
Sumber data : https://www.bps.go.id
49

Tabel 4.1 menggambarkan bahwa tingkat inflasi Provinsi Jawa

Timur sejak tahun 2008-2020 termasuk pada tingkat inflasi ringan. Pada

tahun 2008 rata- rata tingkat inflasi year on year provinsi Jawa Timur yakni

sebesar 9.66% yakni berada pada inflasi menengah yang ditandai dengan

naiknya harga-harga secara relatif dan besar. Dikatakan inflasi ringan jika

tingkat inflasi masih berada dibawah 10%.

4.2.2 Data Nilai Tukar Rupiah (X2)

Data Nilai Tukar Rupiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

antar harga jual dan harga beli dollar AS yang dinyatakan dalam satuan unit

rupiah. Berdasarkan data yang digunakan dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2020 maka dapat dilihat perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS)

terhadap USD, dalam penelitian ini digunakan kurs tengah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Nilai Tukar Rupiah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 - 2020
Nilai tukar dari USD 1 dalam
Tahun
Rupiah(Rp)
2008 9,631.11
2009 10,346.37
2010 9,039.08
2011 8,735.56
2012 9,333.55
2013 10,399.07
2014 11,818.87
2015 13,325.00
2016 13,436.00
2017 13,548.00
2018 14,481.00
2019 13,901.00
2020 14.105.00
Sumber data : https://www.bps.go.id
50

Perkembangan nilai tukar rupiah dapat dilihat pada tabel 4.2. nilai

tukar selama periode tahun 2008-2020 mengalami fluktuasi dan cenderung

mengalami depresiasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi ini disebabkan oleh

beberapa faktor, baik faktor fundamental yaitu penawaran dan permintaan

Valas maupun faktor nonfundamental yaitu perkembangan politik dan

keamanan dalam negeri, tergabung pada kebijakan yang ditempuh

pemerintah pada saat itu.

4.2.3 Data Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) (X3)

Tingkat suku bunga dari bank Indonesia mempakan tingkat dari

presentase utang poko yang harus dibayarkan yang didasarkan kepada

presentase yang telah ditetapkan bank Indonesia melalui sertifikat bank

Indonesia. Atau dengan kata lain, tingkat suku bunga SBI menjadi patokan

untuk menentukan tingkat suku bunga bank-bank lain atau untuk menjadi

patokan dalam menentukan bunga risk free. Berikut adalah tingkat suku

bunga SBI 2008-2020.


51

Tabel 4.3

Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)

Tahun Suku Bunga SBI (%)


2008 9,25
2009 6,50
2010 6,50
2011 6,00
2012 5,75
2013 6,50
2014 7,54
2015 7,52
2016 6,00
2017 4,56
2018 5,10
2019 5,62
2020 4,25
Sumber data : https://www.bps.go.id/indicator/13/379/12/bi-rate.html

Berdasarkan tabel di atas suku bunga SBI mengalami fluktuasi dari

tahun ke 2008-2020. Puncaknya terjadi pada tahun 2008 dimana saat itu suku

bunga SBI mencapai angka 9,25%. Untuk tahun 2020 suku bunga SBI berada

pada angka terendah sebesar 4,25% yang artinya mengalami penurunan

tingkat suku bunga SBI dari tahun sebelumnya.

4.2.4 Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Timur (Y)

Ekspor non migas merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh

sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan

jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. Data ekspor yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ekspor non-migas yang dinyatakan dalam US$.


52

Berdasarkan data yang diperoleh dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2020

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.4

Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2020 (juta US $)

Ekpor Non Migas


No Tahun
(Milliar US $)
1. 2008 10,05
2. 2009 10,10
3. 2010 13,80
4. 2011 17,42
5. 2012 15,52
6. 2013 15,05
7. 2014 14,80
8. 2015 16,49
9. 2016 17,94
10. 2017 18,38
11. 2018 19,10
12. 2019 19,36
13. 2020 16,75
Sumber data : https://www.bps.go.id

Pada tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa perkembangan ekspor non migas

selama tahun 2008-2020 cenderung mengalami naik turun. Pertumbuhan

ekspor terbesar pada tahun 2019 yaitu sebesar 19,36 Milliar US$ dan terendah

pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,05 Milliar US$.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Analisis uji prasyarat dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik

sebagai salah satu syarat dalam mengunakan analisis regresi. Adapun

pengujiannya,yaitu :
53

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji statistic menggunakan SPSS, dimana hasil uji normalitas sebagai

berikut :

Tabel 4.5

Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Inflasi ,216 13 ,099 ,907 13 ,166
Nilai Tukar Rupiah ,234 13 ,050 ,872 13 ,055
SBI ,191 13 ,200* ,951 13 ,617
Ekspor NonMigas
,146 13 ,200* ,900 13 ,135
Prov. Jatim
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel diatas, Jika nilai Kolmogrov-Sminov signifikan (2-

tailed) > 0,05 maka residual distribusi normal. Berdasarkan nilai signifikan

Nilai inflasi sebesar 0,099, nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikan

yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05 atau 5%. Sehingga menunjukkan

bahwa data terdistribusi normal.


54

Gambar 4.2
Histogram Uji Normalitas Nilai Inflasi (X1)

Gambar 4.3
Q-Q Plot Uji Normalitas Nilai Inflasi (X1)
55

Gambar 4.4
Histogram Uji Normalitas Nilai Tukar Rupiah (X2)

Gambar 4.5
Q-Q Plot Uji Normalitas Nilai Tukar Rupiah (X2)
56

Gambar 4.6
Histogram Uji Normalitas SBI (X3)

Gambar 4.7
Q-Q Plot Uji Normalitas SBI (X3)
57

Gambar 4.8
Histogram Uji Normalitas Eksport Non Migas (Y)

Gambar 4.9
Q-Q Plot Uji Normalitas Eksport Non Migas (Y)
58

4.3.2.2 Uji Multikolinearitas

Tabel 4.6
Uji Multikolinearitas

Bahwa dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinieritas. Dapat

dilakukan dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF. Berdasarkan tabel

di atas dapat dilihat bahwa variabel Nilai tukar rupiah, nilai inflasi dan SBI

memiliki nilai Tolerance yang lebih besar dari 0,10 yaitu sebesar 0,348 dan

VIF lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 2,871, dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terjadi gejala multikolonieritas dalam model regresi.

4.3.2.3 Uji Autokorelasi

Tabel 4.7
Model Summary
59

Berdasarkan tabel output model summary diatas, diketahui nilai Durbin-

Watson (d) adalah sebesar 1,866. Selanjutnya nilai ini akan dibandingkan

dengan nilai tabel Durbin-Watson pada signifikan 5% dengan rumus

(k;N). adapun jumlah independen adalah 3 atau k = 3, sementara jumlah

sampel atau N=13 maka (k;N) = (3;13), angka ini kemudian kita lihat pada

distribusi nilai tabel Durbin-Watson. Maka ditemukan nilai dL sebesar

0,7147 dan dU sebesar 1.8159. Nilai Durbin-Watson (d) sebesar 1,866

lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,8159. Dan kurang dari (4-dU) (4-

1,8159 = 2,1841. Maka sebagaimana dalam pengambilan keputusan dalam

uji Durbin-Watson diatas, dapat disimpulkan tidak terdapat masalah atau

gejala autokorelasi. Dengan demikian maka analisis linier berganda untuk

uji hipotesis penelitian dapat dilanjutkan.

4.3.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat ditampilkan sebaran data pada grafik scatterplot

dibawah ini :
60

Gambar 4.10 Scatter Plot Eksport Non Migas Prov. Jatim

Grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dan ini

menunjukkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.8

Analisis Regresi Linier Berganda


61

Menghitung sumbangan efektif (SE) :

a. Sumbangan efektif (SE) variabel nilai inflasi (X1) terhadap Ekspor

nonmigas Prov. Jatim (Y)

SE (X1) % = -0,061x -0,047 x 100%

= 0,2867%

b. Sumbangan efektif (SE) variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)

SE (X2) % = 0,001 x 0,431 x 100%

= 0,0431%

c. Sumbangan efektif (SE) variabel suku Bunga bank (X3) terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)

SE (X3) % = -1,032 x -0,434 x 100%

= 44,7888%

d. Sumbangan efektif (SE) total dapat dihitung :

SE total = SE (X1) + SE (X2) + SE (X3)

= 0,2867 + 0,0431+ 44,7888

= 45,1186%
62

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa diketahui

sumbangan efektif (SE) variabel nilai inflasi (X1) terhadap Ekspor

nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,2867% artinya nilai inflasi (X1)

berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,2867%.

Sedangkan Sumbangan efektif (SE) variabel nilai tukar rupiah (X2)

terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,0431% artinya

variabel nilai tukar rupiah (X2) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas

Prov. Jatim (Y) sebesar 0,0431%. Dan Sumbangan efektif (SE) variabel

suku Bunga bank (X3) terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar

44,7888% artinya variabel suku Bunga bank (X3) berpengaruh terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 44,7888%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel suku Bunga bank

(X3) berpengaruh dominan terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)

daripada variabel nilai inflasi (X1) dan nilai tukar rupiah (X2).

4.3.3 Koefisien Determinasi

Untuk sumbangan efektif (SE) total sebesar 45,1186% atau sama dengan

koefisien determinasi (Rsquare) analisis regresi yakni 45,1186%. Lihat tabel

output SPSS berikut ini :

Tabel 4.9

Determinasi
63

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 maka diperoleh

nilai adjusted R-square sebesar 0,458 (45,8%). Hal tersebut memiliki arti

bahwa kemampuan variabel independen dalam penelitian ini

mempengaruhi variabel dependen sebesar 45,8%, sedangkan sisanya

sebesar 44,2% (1 – 0,458) dijelaskan oleh variabel lain selain variabel

independen dalam penelitian.

4.3.4 Uji Hipotesis

4.3.4.1 Uji F atau Uji Simultan

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhdap variabel dependennya.

Uji F dilakukan dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel. Jika nilai


64

Fhitung > Ftabel maka variabel independen dalam penelitian ini secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.10

Uji Anova

Berdasarkan Nilai Signifikansi (Sig.) dari Output Anova Berdasarkan table

output SPSS diatas, diketahui nilai Sig. adalah sebesar 0.037. Karena nilai

Sig. 0.037 < 0,05, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan

dalam uji F dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau dengan kata

lain nilai inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2) dan suku Bunga bank (X3)

secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Ekspor nonmigas

Prov. Jatim (Y).

Berdasarkan Perbandingan Nilai Fhitung dengan Ftabel

Berdasarkan output SPSS di atas, diketahui nilai Fhitung adalah sebesar

4.375 dengan Ftabel sebesar 3.490. Karena nilai Fhitung 4.375 > Ftabel

3.490, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat


65

disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau dengan kata lain nilai inflasi

(X1), nilai tukar rupiah (X2) dan suku Bunga bank (X3) secara simultan

berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap Ekspor nonmigas Prov.

Jatim (Y).

4.3.4.2 Uji t atau Uji Parsial

1. Uji parsial antara variabel nilai inflasi (X1), dengan Ekspor nonmigas
Prov. Jatim (Y).

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh


secara parsial variabel nilai inflasi (X1) dengan variabel Ekspor nonmigas
Prov. Jatim (Y)

Hipotesis :

 Ho : b1 = 0 tidak terdapat pengaruh antara variabel nilai inflasi (X1)


terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 H1 : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh antara variabel nilai inflasi (X1) terhadap
Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 df (n-k) = 13-3 = 10 dimana ttabel = 1,812
 thitung = -2,140
 Kriteria pengujian :

Daerah Daerah
Ho ditolak Ho ditolak
Daerah
Ho diterima

-2,140 -1,812 0 1,812


66

Gambar 4.11

Kriteria Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel nilai inflasi (X1)

 Berdasarkan output SPSS 17 for windows diperoleh thitung = -2,140 lebih

besar dari ttabel = -1,812, maka Ho ditolak pada tingkat signifikansi 5%

sehingga ditarik kesimpulan secara parsial variabel nilai inflasi (X1)

mempunyai pengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y).

2. Uji parsial antara variabel nilai tukar rupiah (X2), dengan Ekspor
nonmigas Prov. Jatim (Y).

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh


secara parsial variabel nilai tukar rupiah (X2) dengan variabel Ekspor
nonmigas Prov. Jatim (Y)

Hipotesis :

 Ho : b1 = 0 tidak terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar rupiah


(X2) terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 H1 : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar rupiah (X2)
terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 df (n-k) = 13-3 = 10 dimana ttabel = 1,812
 thitung = 2,434
 Kriteria pengujian :

Daerah Daerah
Ho ditolak Ho ditolak
Daerah
Ho diterima

-1,812 0 1,812 2,434


67

Gambar 4.12

Kriteria Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel nilai tukar rupiah (X2)

 Berdasarkan output SPSS 17 for windows diperoleh thitung = 2,434 lebih

besar dari ttabel = 1,812, maka Ho ditolak pada tingkat signifikansi 5%

sehingga ditarik kesimpulan secara parsial variabel nilai tukar rupiah

(X2) mempunyai pengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y).

3. Uji parsial antara variabel suku Bunga bank (X3) dengan Ekspor nonmigas
Prov. Jatim (Y).

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh


secara parsial variabel suku Bunga bank (X3) dengan variabel Ekspor
nonmigas Prov. Jatim (Y)

Hipotesis :

 Ho : b1 = 0 tidak terdapat pengaruh antara variabel suku Bunga bank


(X3) terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 H1 : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh antara variabel suku Bunga bank (X3)
terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)
 df (n-k) = 13-3 = 10 dimana ttabel = 1,812
 thitung = -2,444
 Kriteria pengujian :

Daerah Daerah
Ho ditolak Ho ditolak
Daerah
Ho diterima

-2,444 -1,812 0 1,812


68

Gambar 4.13

Kriteria Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel suku Bunga bank (X3)

 Berdasarkan output SPSS 17 for windows diperoleh thitung = -2,444 lebih

besar dari ttabel = -1,812, maka Ho ditolak pada tingkat signifikansi 5%

sehingga ditarik kesimpulan secara parsial variabel suku Bunga bank (X3)

mempunyai pengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y).

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis data untuk uji normalitas dilihat dari nilai

Kolmogrov-Sminov signifikan (2-tailed) > 0,05 maka residual distribusi

normal. Berdasarkan nilai signifikan Nilai inflasi sebesar 0,099, nilai tersebut

lebih besar dari taraf signifikan yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05 atau 5%.

Sehingga menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Berdasarkan uji

multikolieritas dilakukan dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa variabel Nilai tukar rupiah, nilai

inflasi dan SBI memiliki nilai Tolerance yang lebih besar dari 0,10 yaitu

sebesar 0,348 dan VIF lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 2,871, dengan

demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolonieritas dalam

model regresi. Berdasarkan uji autokorelasi pada tabel 4.7 output model

summary, diketahui nilai Durbin-Watson (d) adalah sebesar 1,866.

Selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson

pada signifikan 5% dengan rumus (k;N). adapun jumlah independen adalah 3


69

atau k = 3, sementara jumlah sampel atau N=13 maka (k;N) = (3;13), angka

ini kemudian kita lihat pada distribusi nilai tabel Durbin-Watson. Maka

ditemukan nilai dL sebesar 0,7147 dan dU sebesar 1.8159. Nilai Durbin-

Watson (d) sebesar 1,861 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,8159. Dan

kurang dari (4-dU) (4-1,8159 = 2,1841. Maka sebagaimana dalam

pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Watson diatas, dapat disimpulkan

tidak terdapat masalah atau gejala autokorelasi. Dengan demikian maka

analisis linier berganda untuk uji hipotesis penelitian dapat dilanjutkan.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, untuk mengetahui seberapa

besar pengaruhnya, dilakukan uji regresi linier berganda. Berdasarkan

perhitungan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa diketahui sumbangan

efektif (SE) variabel nilai inflasi (X1) terhadap Ekspor nonmigas Prov.

Jatim (Y) sebesar 0,2867% artinya nilai inflasi (X1) berpengaruh terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,2867%. Sedangkan

Sumbangan efektif (SE) variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap Ekspor

nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,0431% artinya variabel nilai tukar

rupiah (X2) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)

sebesar 0,0431%. Dan Sumbangan efektif (SE) variabel suku Bunga bank

(X3) terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 44,7888% artinya

variabel suku Bunga bank (X3) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas

Prov. Jatim (Y) sebesar 44,7888%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa variabel suku Bunga bank (X3) berpengaruh dominan terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) daripada variabel nilai inflasi (X1) dan

nilai tukar rupiah (X2). Untuk sumbangan efektif (SE) total sebesar
70

45,1186%. Dari hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 maka

diperoleh nilai adjusted R-square sebesar 0,458 (45,8%). Hal tersebut

memiliki arti bahwa kemampuan variabel independen dalam penelitian ini

mempengaruhi variabel dependen sebesar 45,8%, sedangkan sisanya

sebesar 44,2% (1 – 0,458) dijelaskan oleh variabel lain selain variabel

independen dalam penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Ada pengaruh nilai inflasi terhadap ekspor non migas di Jawa Timur

tahun 2008-2020. Ini dibuktikan dengan uji regresi linier berganda

diperoleh sumbangan efektif (SE) variabel nilai inflasi (X1) terhadap

Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,2867% artinya nilai inflasi

(X1) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar

0,2867%.

2. Ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekspor non migas di Jawa Timur

tahun 2008-2020. Ini dibuktikan dengan uji regresi linier berganda


71

diperoleh Sumbangan efektif (SE) variabel nilai tukar rupiah (X2)

terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 0,0431% artinya

variabel nilai tukar rupiah (X2) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas

Prov. Jatim (Y) sebesar 0,0431%.

3. Ada pengaruh suku bunga BI terhadap ekspor non migas di Jawa Timur

tahun 2008-2020. Hal ini dibuktikan uji regresi linier berganda diperoleh

Sumbangan efektif (SE) variabel suku Bunga bank (X3) terhadap Ekspor

nonmigas Prov. Jatim (Y) sebesar 44,7888% artinya variabel suku Bunga

bank (X3) berpengaruh terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y)

sebesar 44,7888%.

4. Ada pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga BI terhadap ekspor non

migas secara simultan terhadap ekspor di Jawa Timur tahun 2008-2020.

Hal ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis secara simultan (uji F).

dimana nilai Fhitung adalah sebesar 4.375 dengan Ftabel sebesar 3.490.

Karena nilai Fhitung 4.375 > Ftabel 3.490, maka sebagaimana dasar

pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa hipotesis

diterima atau dengan kata lain inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2) dan

suku Bunga bank (X3) secara simultan berpengaruh positif dan secara

signifikan terhadap Ekspor nonmigas Prov. Jatim (Y).

5.2. Saran

1. Dalam meningkatkan eksor non migas Prov. Jatim diperlukan partisipasi

yang menyeluruh dari semua pihak baik oleh pihak pemerintah maupun
72

oleh pihak swasta agar ekspor dapat tetap menghasilkan devisa secara

optimal.

2. Pemerintah diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukarnya terhadap

dollar. Hal tersebut dilakukan agar stabilnya nilai tukar dapat mendorong

masyarakat maupun pengusaha dalam melakukan kegiatan perdagangan

internasional khususnya dalam kegiatan ekspor. Kestabilan nilai tukar juga

agar memperoleh kepercayaan dari negara lain untuk melakukan

kerjasama serta hubungan baik dengan luar negeri.

3. Pemerintah harus dapat mencegah terjadinnya inflasi yang tinggi. Salah

satu caranya mengawasi jumlah uang beredar.

4. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pakta dagang sehingga

produk dari Indonesia dapat diterima lebih banyak negara mitra.


73

DAFTAR PUSTAKA

Agus Tri Basuki, Nano Prawoto, Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi Dan
Bisnis, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016.

Alam, Ekonomi, Esis, 2006.

Ali Wardhana, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Non Migas


Indoenesia Ke Singapura Tahun 1990-2010, Jurnal Manajemen Akuntansi,
Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2011).

Amiruddin Idris, Ekonomi Public, Yogyakarta: Deepublish, 2018. .

Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003.

Ansofino, Jolianis, Dkk, Buku Ajar Ekonometrika, Yogyakrta: Deepublish, 2016.

Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakrta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.

Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional, Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Demawan Wibisono, Riset Bisnis Panduan Bagi Praktisi Dan Akademisi, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Freddy Rangkuti, Riset Pemasaran, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Hamdani, Ekspor Impor Tingkat Dasar Level Satu, Jakarta: Bushindo, 2012.
74

J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Erlangga, 2001.

Jonathan Sarwono, Dua Belas Jurus Ampuh SPSS Untuk Riset Skripsi, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2013.

Jonni Manurung, Adler Haymans Manurung, Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan


Moneter, Medan: Salemba Empat, 2008.

Juliansyah Noor, Metode Penelitian, Jakarta: Kencana, 2011.

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, Bandung; Kencana Alumni,


1998.

Lind, Marchal, Dkk, Tekhnik-Tekhnik Statitika Dalam Bisnis Dan Ekonomi,


Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional, Jakarta: Erlangga, 2015.

Michael P. Todaro, Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Jilid 2, Jakarta:


Erlangga, 2011.

Nawari, Analisis Regresi Dengan Microsoft Exel 2007 Dan Spss 2017, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo 2010.

Nugroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi Dan Bisnis Jilid 1,


Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2016.

Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus, Ekonomi Jilid 1 Edisi Kedua Belas,


Jakarta: Erlangga, 1997.

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Jakarta:


Prenadamedia Group, 2013.

Raharja dan Manurung, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter, Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Riduwan, Akdon, Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika, Bandung: Alfabeta,
2013.

Robert Kurniawan, Budi Yuniarto, Analisis Regresi, Jakarta: Kencana, 2016.

Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, Ekonomi Makro, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Solimun, Adji Ahmad, Dkk, Metode Statistika Multivariat Pemodelan Persamaan


Struktural (SEM) Pendekatan Warpls, Malang: UB Press, 2017.
75

Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2011.

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sutrisno Hadi, Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset, 1992.

Tandelilin, portofolio dan investasi teori dan aplikasi, Yogyakarta: kanisius, 2010.

ttp://www.Investasi.JawaTimurprov.Go.Id/Berita-28-Sumber-Daya-Alam-
Provinsi-Jawa-Timur.Html (30 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai