SKRIPSI
Disusun oleh:
Sarjana Ekonomi
EKONOMI PEMBANGUNAN
ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
2. Bapak Eddy Suprapto, S.E., M.E. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, masukan dan dorongan dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini;
3. Ibu Dra. Marlina Ekawanty, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya;
i
7. Kinan Muhammad, Salman Alfarsi, Pasya Athalla, Muhammad Ariq
Ibrahim, dan sebagai sahabat yang selalu memberikan dorongan dan
masukan dalam proses penulisan berlangsung;
8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun telah
berkontribusi dalam terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar dapat
membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap
skripsi ini dapat memberikan evaluasi yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya serta menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi banyak pihak.
Malang, 6 Maret
2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
menyebabkan berbagai masalah, dari segi ekonomi, budaya, dan sosial. Sehingga
yang lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sukirno (2006),
pembangunan sebagai suatu proses untuk mencapai perubahan yang lebih besar.
pembangunan adalah proses yang kita lalui agar dapat mencapai perubahan besar
untuk negara.
2
2. Menciptakan Pekerjaan
3. Menghapus Kemiskinan
dasar
menghadapi beberapa masalah yang sudah ada sejak dahulu namun belum
ditemukan jalan keluar yang baik. Salah satu masalah tersebut adalah adanya
ketimpangan pendapatan antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Menurut
tentu menjadi tugas penting pemerintah pusat daerah untuk saling bekerja sama
dengan tingkat pengeluaran yang paling tidak merata di Pulau Jawa dan
Jawa masih terjadi dan perbedaannya cukup tinggi. Provinsi dengan nilai
3
Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi
Jawa Tengah..
pada pemerataan dengan level sedang. Menurut nilainya rata-rata rasio gini
Kuncoro (2006) ketimpangan terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam
Tabel 1.1
2015 0.43
2016 0.42
2017 0.43
2018 0.44
2019 0.42
2020 0.43
D.I Yogyakarta. Pada keterangannya, Indeks Gini mempunyai nilai yang mana
4
berkisar dari angka 0 hingga 1, yang berarti jikalai angka Indeks Gini berada
sangat tinggi. Kembali ketabel diatas data Ratio Gini pada Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 hingga 2020, pada tahun 2015-2020 Ratio
Gini yang ada pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar pada angka
0.43, 0.42, dan 0.44 dan data Ratio Gini yang tertinggi dalam kurun waktu 2015
hingga 2020 berada pada tahun 2018 yakni sebesar 0.44 yang mana hal ini jika
dibandingkan dengan Ratio Gini di Indonesia pada tahun 2018 senilai 0.39.
Daerah Istimewa Yogyakarta ini masih tergolong tinggi, dan mencatatkan nama
provinsi ini menjadi provinsi yang nilai Ratio Gininya terbesar di Indonesia.
Perbedaan pendapatan antara satu individu dan individu lain pastinya akan
kemiskinan. Ekonomi yang rendah menjadi salah satu akibat dari adanya
Yogyakarta. Potensi daerah dan kekayaan alam dapat dilihat sebagai keunggulan
komparatif bagi daerah, namun disisi lain ada berbagai masalah kendala seperti
sumber daya manusia dan modal untuk memanfaatkan potensi tersebut. Akibatnya
5
pemerataan pendapatan yang sama dan masih banyak ditemui kekurangan,
Tabel 1.2
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 hingga 2020, terlihat jelas
Tetapi ada satu kabupaten yang sangat mencuri perhatian yaitu kabupaten
ekonomi yang sangat pesat hamper dua kali lipat, pada 2017 pertumbuhan
cukup pesat pada tahun berikutnya yaitu sebesar 10.48 hal ini dikarenakan adanya
6
sehingga sangat memberikan dampak positif yang luar biasa terhadap
Yogyakarta yang semula pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut
sebesar 5.26 dan pada 2018 ketika mega proyek Bandara YIA dibangun
Karena itu pembangunan mega proyek Bandara YIA tidak hanya berpengaruh
Tahun PDRB
2015 83.474.451,50
2016 87.685.809,60
2017 92.302.022,40
2018 98.026.563,60
2019 104.489.706,40
2020 101.679.600,17
Yogyakarta.
Tabel 1.3
Yogyakarta pada tahun 2015 hingga 2020. Dalam kurun waktu 5 tahun sedari
7
PDRB, sehingga hal tersebut menandakan pertumbuhan ekonomi yang sedang
PDRB di Provinsi ini terus menaik, tetapi berbeda dengan tahun selanjutnya yaitu
yang cukup signifikan dari 104.489.706,40 pada 2019 hingga jatuh menjadi
101.679.600,17 pada 2020. Hal ini tentu dikarenakan masuknya pandemic Covid-
19 masuk ke Indonesia, dan tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi namun
hamper seluruh sektor bidang merasakan dampak dari efek pandemik ini.
Tabel 1.4
2015 3679176
2016 3720912
2017 3762167
2018 3802872
2019 3842932
2020 3882288
Disisi lain dapat dilihat tabel diatas merupakan tabel jumlah penduduk
yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kurun waktu 2015 hingga
2020, dalam tabel tersebut jumlah penduduk pada Provinsi Yogyakarta terus
8
Penduduk yang bertambah dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan
Pendidikan. Faktor Pendidikan dalam hal ini indikatornya melalui rata-rata lama
Tabel 1.5
Menurut Yang & Qiu (dalam Hindun, Soejoto and Hariyati, 2019)
pendapatan bisa dilihat dari kemampuan bawaan dan investasi keluarga dalam
memperoleh pendidikan awal. Karena jika pendidikan mereka tinggi maka mereka
9
bermanfaat untuk dunia kerja dengan melalui pendidikan. Untuk memperbaiki
Dapat dilihat dari tabel rata-rata lama sekolah diatas menunjukkan bahwa
paling tinggi dibandingkan dengan Kabupaten lain. Hal ini berbalik dengan
Kabupaten Gunungkidul yang masih memiliki angka rata-rata lama sekolah yang
masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketidakmerataannya
tingkat Pendidikan yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disisi lain
kualitas diri seseorang, dan berkaca juga dengan persaingan ketat tenaga kerja
yang semakin harus menjadikan diri kita layak untuk diterima baik diperusahaan
maupun di pemerintahan.
suatu daerah maka tidak heran jika angka ketimpangan masih cukup tinggi dan
dijelaskan juga sangat berdampak pada kemajuan negara Indonesia, hal ini juga
berkesinambungan dengan tujuan dari SDGs yang mana ke-empat variable diatas
seluruhnya masuk ke dalam poin-poin dari tujuan SDGs. Sehingga jika masalah-
masalah umum yang dihadapi negara Indonesia salah satunya ketimpangan bisa
10
terselesaikan pasti akan berdampak juga terhadap masalah-masalah lain yang ada
dijelaskan penulis, maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat judul
11
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan
Tahun 2015-2020.
Tahun 2015-2020.
1. Manfaat Teoritis
Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
ketimpangan pendapatan.
3. Manfaat Pembaca
Diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu acuan atau referensi untuk
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diterima antara orang kaya dengan orang miskin yang mengakibatkan adanya
merupakan salah satu hal yang wajar, hal tersebut lantaran adanya perbedaan
sumber daya yang dimiliki oleh masing masing daerah yang membuat
penduduk pada masing-masing daerah pun berbeda-beda, maka dari itu terjadi
ketimpangan pendapatan. Selain itu, perbedaan sumber daya yang ada pun juga
proses pembangunan itu pun akan menyebababkan perbedaan antara wilayah yang
Menurut Todaro dan Smith (2011:204) terdapat beberapa alat yang dapat
digunakan dalam mengukur seberapa besar ketimpangan pendapatan di suatu
negara yaitu sebagai berikut:
Ukuran Distribusi
Ukuran Distribusi merupakan alat ukur yang biasa digunakan oleh para
ekonom dengan cara mengukur total pendapatan yang diterima oleh masing-
masing individu atau rumah tangga. Pengukuran ini tidak melihat cara atau
13
bagaimana pendapatan tersebut didapatkan, tetapi hanya melihat total penghasilan
yang diterima serta membagi populasi ke dalam berbagai kategori atau kelompok
seperti kuintil ataupun desil dengan kenaikan pendapatan.
Koefisien Gini
Indeks gini merupakan alat perhitungan ataupun pengukuran untuk mengukur
ketimpangan pendapatan. Indeks Gini digunakan karena ukuran ini sangat sensitif
terhadap perubahan pendapatan kelas menengah dalam masyarakat (Estudilo,
1997). Apabila nilai indeks gini sebesar 0 menunjukkan bahwa seluruh
pendapatan terdistribusi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat (perfect
equality), sedangkan apabila nilai indeks gini sebesar 1 menunjukkan bahwa
seluruh pendapatan suatu daerah hanya memiliki satu orang atau unit pada
keseluruhan distribusi (perfect inequality). Menurut Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia nomor Per.25/MEN/IX/2009 tentang
tingkat pemukiman transmigrasi, indeks gini merupakan pengukuran
ketidakmerataan pendpaatan yang diperoleh masyarakat dan didasarkan pada 10
kelas pendapatan.
Untuk itu, Koefisien Gini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Gambar 2]
Dimana :
GR : Koefisien Gini
Fi : Jumlah penduduk yang menerima pendapatan
kelas ke-i
Yi : Jumlah kumulatif pendapatan kelas ke-i
Yi-1 : Jumlah kumulatif total pengeluaran kelas ke-i
14
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai indeks gini dapat
digambarkan dengan kurva Lorenz.
Kurva Lorenz
Gambar 2.2
Kurva Lorenz
15
sebelah kanan kurva diagonal tersebut. Semakin tinggi derajat
ketidakmerataannya, maka kurva Lorenz akan semakin
melengkung (cembung) dan semakin mendekati sumbu horizontal
kebawah (Arsyad, 2010).
16
melalui dasar pemikiran Robert Solow Swan di tahun 1956. Model Solow
Swan menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2007).
Gambar 2.3
Persamaan Solow Swan
Y t =F ( k ( t ) ;L ( t ) )
Dimana :
Kt : Modal
17
Gambar 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Solow
18
2.1.3 Pendidikan
19
pekerjaan yang baik, pendapatan yang akan diterima pun tinggi. Namun
dalam kenyataannya tidak banyak orang dapat menikmati pendidikan
tinggi. Hanya kebanyakan orang yang tergolong kaya yang dapat
menikmati pendidikan tinggi.
Gambar 2.5
Perhitungan Lama Sekolah
n
1
RLS= × ∑ x ⅈ
n i=1
Dimana :
20
suatu negara meningkatkan substansi ketika pusat-pusat perekonomian
tumbuh (Gilpin, 2002:19).
21
Gambar 2.6
Konsep Pertumbuhan Penduduk Malthus
22
2.2.1 Hubungan Variabel Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan
Pendapatan
23
Menurut Sukirno (2006) perkembangan jumlah penduduk merupakan
faktor yang dapat mendorong dan menghambat di dalam pembangunan.
Jumlah penduduk dikatakan sebagai faktor pendorong karena adanya
kemungkinan semakin banyaknya tenaga kerja yang dihasilkan dan akan
menjadikan perluasan pasar. Perluasan pasar barang dan jasa ditentukan
oleh dua faktor penting yaitu pendapatan masyarakat dan pertambahan
jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk disebut sebagai faktor
penghambat pembangunan dikarenakan akan memberikan penurunan
dalam produktivitas serta terjadinya banyak orang yang tidak memiliki
pekerjaan. Hal ini akan mengakibatkan tidak mampunya dalam memenuhi
kebutuhan di dalam hidupnya dan semakin memperluas tingkat disparitas
pendapatan.
24
sebagian besar individu dalam masyarakat, dimana status pekerjaan
merupakan sumber utama penentu tingkat upah. Pendidikan menjadi
faktor penting dalam memperoleh status pekerjaan, dimana semakin tinggi
seseorang memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi pula status
pekerjaan yang akan dimiliki.
25
Indonesia. Pengangguran. panel. pendapatan yang ada
di Indonesia. Untuk
variabel
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan angka
positif namun tidak
signifikan terhadap
ketimpangan
pendapatan,
sedangkan
sebaliknya variabel
pengangguran
menunjukkan angka
negatif namun
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ketimpangan di
Indonesia.
Pengaruh pertumbuhan Istiqamah, Pertumbuhan Analisis Didapatkan bahwa
ekonomi terhadap Syaparuddin Ekonomi, regresi data Pertumbuhan
ketimpangan dan Selamet Ketimpangan panel (pooled ekonomi secara
pendapatan dan Rahmadi Pendapatan data) signifikan
kemiskinan (studi dan berpengaruh positif
provinsi-provinsi di Kemiskinan terhadap
Indonesia) ketimpangan
pendapatan dan
jumlah penduduk
miskin provinsi-
provinsi di
Indonesia. Ini berarti
pertumbuhan
26
ekonomi tidak dapat
mengurangi
ketimpangan
pendapatan maupun
mengurangi jumlah
penduduk miskin.
Analisis pengaruh Ni Luh Putu Jumlah teknik analisis jumlah penduduk
jumlah penduduk yang Yuni Penduduk kuantitatif yang bekerja dan
bekerja dan investasi Adipuryanti Bekerja, yaitu analisis investasi
terhadap ketimpangan dan I Ketut Investas, jalur berpengaruh positif
distribusi pendapatan Sudibia Ketimpangan dan signifikan
melalui pertumbuhan Pendapatan terhadap
ekonomi dan pertumbuhan
kabupaten/kota di Pertumbuhan ekonomi
provinsi bali Ekonomi kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Kedua, jumlah
penduduk yang
bekerja berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
ketimpangan
distribusi
pendapatan
kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Pengaruh pertumbuhan Sherenia Pertumbuhan Analisi Variabel
ekonomi, jumlah Melati Ekonomi, Regresi Data pertumbuhan
penduduk, dan Sukma Jumlah Panel ekonomi dan jumlah
pendidikan terhadap Penduduk, penduduk tidak
ketimpangan Pendidikan dan berpengaruh
pendapatan di provinsi Ketimpangan terhadap
27
daerah istimewa Pendapatan ketimpangan
yogyakarta tahun 2014 pendapatan yang ada
– 2019 di Provinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta, disisi
lain Pendidikan
berpengaruh
terhadap
ketimpangan
pendapatan.
Educational Attainment Sullivan, Pendidikan dan Analisis Menyatakan bahwa
and Earnings Inequality Dennis Hal, Ketimpangan Regresi perbedaan
in Eight Nations Smeeding, Pendapatan Koefisien ketimpangan
Timothy variasi pendapatan di
Michael kuadrat negara-negara maju
lebih banyak
dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan
tenaga kerja.
Does education reduce Pedro S. Pendidikan dan Analisis menemukan bahwa
wage inequality? Martins, Ketimpangan Regresi pengaruh pendidikan
Quantile regression Pedro T. Pendapatan Kuadrat terhadap pendapatan
evidence from 16 Pereira Terkecil pada tenaga kerja
countries (OLS) laki-laki berbeda
menurut distribusi
pendapatan yang
diterima. Selain itu,
penelitian tersebut
juga membuktikan
bahwa pendidikan
berdampak positif
dan signifikan
28
terhadap
ketimpangan
pendapatan dalam
level (within-levels
wage inequality).
The Simultaneous Mattias Pertumbuhan Analisi Menunjukkan bahwa
Evolution of Growth Lundberg Ekonomi dan Regresi adanya hubungan
and Inequality dan Lyn Ketimpangan Berganda positif antara
Squire Pendapatan Metode OLS ketimpangan
pendapatan dan
pertumbuhan
ekonomi
(Sumber : Penulis 2022)
Gambar 2.7
Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis
29
kesimpulan awal yang merupakan jawaban sementara dan permasalahan pada
penelitian ini, yaitu:
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
Dalam penelitian ini ketimpangan pendapatan merupakan variable
dependen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi, atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independent.
32
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 – 2020 yang
diperoleh penulis dari Badan Pusat Satistik.
Tabel 3.1
33
daerah/wilayah Ramadhan,
yang sama dari Y (2021)
tahun ke tahun
4 Pendidikan Rata-rata lama Melati Badan Pusat
sekolah di Sukma, S Satistik
Provinsi Daerah (2021) Provinsi
Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta dari
tahun ke tahun
34
dependen maupun independennya. Data panel merupakan data
kombinasi antara data cross section dan data time series, dalam
penelitian ini menggunakan data dari 5 kabupaten/kota di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
35
Gambar 3.1
Model Regresi Data Panel
Y ¿ =β 0 + β 1 ⅈt + β 2 Xⅈt + β 3 X ¿ +u¿
Dimana :
Y : Ketimpangan Pendapatan
X1 : Pertumbuhan Ekonomi
X2 : Jumlah Penduduk
Ut : Variabel Error
1. Uji Chow
36
tersebut, apabila nilai probability Chisquare ataupun nilai
probability F-test < 0,05 maka H0 ditolak, artinya model fixed
effect adalah model terbaik, begitupun sebaliknya.
2. Uji Hausman
37
2. Ketika hasil R2 hampir mendekati satu, hal tersebut dapat
diartikan sebagai kemampuan variabel independent
menjelaskan variabel dependent sangat tinggi.
2. Uji F
3. Uji t
a. Menentukan Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan dari hasil penelitian
yang sedang dilakukan. Dalam hipotesis berisi mengenai
pernyataan yang nantinya pernyataan tersebut akan
mempengaruhi hasil akhir dari kesimpulan penelitian.
38
Hipotesis terdapat dua macam yaitu, Hipotesis Nol
(H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis Nol biasanya
menggunakan “Tidak terdapat perbedaan” di kata
depannya. Sedangkan hipotesis alternatif sebaliknya,
menggunakan “Terdapat perbedaan” di kata depannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan pendidikan
sebagai variabel independentnya dan ketimpangan
pendapatan sebagai variabel dependentnya. Didalam uji t
akan menguji satu persatu pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent. Maka dari itu didapatkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh variable Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Ketimpangan Pendapatan
H0: β1 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara
pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
pendapatan.
Ha: β1 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara pertumbuhan
ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan.
2. Pengaruh variable Jumlah Penduduk terhadap
Ketimpangan Pendapatan.
H0: β2 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara jumlah
penduduk terhadap ketimpangan pendapatan.
Ha: β2 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara jumlah
penduduk terhadap ketimpangan pendapatan.
3. Pengaruh variable Pendidikan terhadap
Ketimpangan Pendapatan.
H0: β3 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara
pendidikan terhadap ketimpangan pendapatan.
Ha: β3 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara pendidikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
b. Menentukan Tingkat Signifikansi
39
Selanjutnya menentukan tingkat signifikansi, dalam hal
ini penulis menentukan tingkat signifikansi dalam
penelitian ini adalah 5% atau sebesar 0.05, menentukan
tingkat signifikansi diperlukan untuk mengetahui apakah
hipotesis diterima atau ditolak.
c. Pengujian Hipotesis
Klasifikasi hasil untuk menentuka hipotesis:
Apabila nilai signifikansi > α = 0.05, maka variabel
dependent tidak berpengaruh terhadap variabel
independent.
Apabila nilai signifikansi < α = 0.05, maka variabel
dependent berpengaruh terhadap variabel
independent.
DAFTAR PUSTAKA
40
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIE
YKPN.
41
Lundberg, M. and Squire, L. (2003). The Simultaneous Evolution of Growth and
Inequality. The Economic Journal, 113(487), 326-344.
Badan Pusat Statisik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Provinsi D.I.
Yogyakarta.
42
Estudillo, J. (1997). Income inequality in the world. Income Inequality In The
Philipines 1961, 68–95.
Tri Basuki, A. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
43
44