Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TAHUN 2015-2020

SKRIPSI

Disusun oleh:

Kautsar Ibnu Muharam


NIM.185020107111013

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

EKONOMI PEMBANGUNAN

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa (YME) karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH
PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2020” yang merupakan syarat
dalam mencapai derajat Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Brawiaya.

Penulis telah menerapkan ilmu yang diperoleh selama proses


perkuliahan, literatur, kritik dan saran dari dosen pembimbing maupun
teman-teman dengan sebaik-baiknya untuk dapat menyelesaikan penulisan
skripsi secara tepat waktu sesuai dengan yang diharapkan. Selama proses
penulisan skripsi penulis mendapat dukungan, motivasi dan saran dari orang-
orang di sekitar penulis. Akhirnya dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis, Abdul Malik Haramain dan Anisa Rahmawati

2. Bapak Eddy Suprapto, S.E., M.E. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, masukan dan dorongan dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini;

3. Ibu Dra. Marlina Ekawanty, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya;

4. Dr.rer.pol. FERRY PRASETYIA, SE., M.App.Ec. selaku Ketua Jurusan


Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang;

5. Bapak Abdul Ghofar, SE., M.Si., DBA., Ak selaku Dekan Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya;

6. Carrisa Sania Andarani yang telah memberi banyak bantuan, dukungan,


doa dan motivasi selama proses penulisan berlangsung;

i
7. Kinan Muhammad, Salman Alfarsi, Pasya Athalla, Muhammad Ariq
Ibrahim, dan sebagai sahabat yang selalu memberikan dorongan dan
masukan dalam proses penulisan berlangsung;

8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun telah
berkontribusi dalam terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar dapat
membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap
skripsi ini dapat memberikan evaluasi yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya serta menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi banyak pihak.

Malang, 6 Maret
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketimpangan pembangunan ekonomi merupakan peristiwa umum yang

terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah (Sjafrizal, 2012).

Distribusi atau persebaran pembangunan ekonomi yang kurang merata

menyebabkan berbagai masalah, dari segi ekonomi, budaya, dan sosial. Sehingga

banyak negara memiliki arah kebijakan untuk mengatasi ketimpangan

pembangunan antar wilayah (Todaro dan Smith, 2009).

Suatu pembangunan disuatu negara akan dianggap berhasil apabila dapat

menyelesaikan beberapa permasalahan-permasalahan yang menghambat

pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah proses agar mencapai perubahan

yang lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sukirno (2006),

pembangunan merupakan perubahan yang terjadi pada suatu negara karena

adanya pertumbuhan ekonomi. Menurut Arsyad (2010) mendefinisikan

pembangunan sebagai suatu proses untuk mencapai perubahan yang lebih besar.

Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000) mendefinisikan pembangunan

sebagai kombinasi dari peningkatan jumlah penduduk dengan perkembangan

teknologi. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

pembangunan adalah proses yang kita lalui agar dapat mencapai perubahan besar

untuk negara.

Menurut Suryana (2000) terdapat beberapa model dari pembangunan:

1. Pembangunan Ekonomi yang berkiblat pada pertumbuhan

2
2. Menciptakan Pekerjaan

3. Menghapus Kemiskinan

4. Pembangunan Ekonomi yang berkiblat pada pemenuhan kebutuhan

dasar

Dalam pembangunan suatu daerah atau wilayah pastinya kita akan

menghadapi beberapa masalah yang sudah ada sejak dahulu namun belum

ditemukan jalan keluar yang baik. Salah satu masalah tersebut adalah adanya

ketimpangan pendapatan antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Menurut

Todaro (2000) pembangunan ekonomi tidak hanya mengenai tentang

pertumbuhan PDB, penyediaan lapangan kerja, pengentasan ekonomi rendah,

namun juga menanggulangi adanya permasalahan ketimpangan pendapatan antar

daerah disuatu negara.

Di Indonesia sendiri ketimpangan pendapatan nyata adanya di beberapa

daerah. Adanya ketimpangan pendapatan disetiap daerah menandakan belum

meratanya pembangunan ekonomi di seluruh daerah di Indonesia, hal tersebut

tentu menjadi tugas penting pemerintah pusat daerah untuk saling bekerja sama

mengatasi ketimpangan yang ada didaerah-daerah di Indonesia. Dampak dari

ketimpangan pendapatan mempengaruhi kelangsungan pembangunan, khususnya

pembangunan dibidang ekonomi. D.I Yogyakarta menempati urutan ke-1 tertinggi

dalam tingkat ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa selama tahun 2015-2020

dengan tingkat pengeluaran yang paling tidak merata di Pulau Jawa dan

mengungguli lima provinsi lain. Ketimpangan pendapatan antar provinsi di Pulau

Jawa masih terjadi dan perbedaannya cukup tinggi. Provinsi dengan nilai

ketimpangan tertinggi adalah D.I Yogyakarta, kemudian disusul Provinsi DKI

3
Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi

Jawa Tengah..

Ketimpangan di kabupaten/kota di D.I Yogyakarta yang diwakili oleh

rasio gini menunjukkan bahwa daerah kabupaten/kota di D.I Yogyakarta berada

pada pemerataan dengan level sedang. Menurut nilainya rata-rata rasio gini

terendah berada di wilayah Kota Yogyakarta. Ketimpangan yang terjadi dapat

menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan krisis finansial. Terdapat banyak

penyebab mengapa terjadi ketimpangan di suatu daerah, sebagai contoh, menurut

Kuncoro (2006) ketimpangan terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam

serta faktor produksi antara daerah satu dengan yang lainnya.

Tabel 1.1

Ratio Gini Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2015-2020

TAHUN RATIO GINI

2015 0.43

2016 0.42

2017 0.43

2018 0.44

2019 0.42

2020 0.43

Sumber: badan Pusat Statistik, 2020

Tabel diatas merupakan tabel Indeks Gini di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indeks Gini membahas tentang ketimpangan pendapatan yang ada di

D.I Yogyakarta. Pada keterangannya, Indeks Gini mempunyai nilai yang mana

4
berkisar dari angka 0 hingga 1, yang berarti jikalai angka Indeks Gini berada

diatas angka 1 maka daerah tersebut mempunyai ketimpangan yang tergolong

sangat tinggi. Kembali ketabel diatas data Ratio Gini pada Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 hingga 2020, pada tahun 2015-2020 Ratio

Gini yang ada pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar pada angka

0.43, 0.42, dan 0.44 dan data Ratio Gini yang tertinggi dalam kurun waktu 2015

hingga 2020 berada pada tahun 2018 yakni sebesar 0.44 yang mana hal ini jika

dibandingkan dengan Ratio Gini di Indonesia pada tahun 2018 senilai 0.39.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketimpangan pendapatan yang ada di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta ini masih tergolong tinggi, dan mencatatkan nama

provinsi ini menjadi provinsi yang nilai Ratio Gininya terbesar di Indonesia.

Perbedaan pendapatan antara satu individu dan individu lain pastinya akan

menyebabkan berbagai masalah-masalah baru yang nantinya dapat menghambat

pembangunan ekonomi disuatu negara, masalah tersebut salah satunya yaitu

kemiskinan. Ekonomi yang rendah menjadi salah satu akibat dari adanya

ketimpangan pendapatan antar penduduk disuatu daerah.

Pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlangsung secara

menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian

masyarakatnya. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang dirasakan masyarakat

meruapakan agregat pembangunan dari 4 kabupaten dan 1 kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta. Potensi daerah dan kekayaan alam dapat dilihat sebagai keunggulan

komparatif bagi daerah, namun disisi lain ada berbagai masalah kendala seperti

sumber daya manusia dan modal untuk memanfaatkan potensi tersebut. Akibatnya

kondisi perekonomian masyarakat secara umum belum mencapai tingkat

5
pemerataan pendapatan yang sama dan masih banyak ditemui kekurangan,

diantaranya kesenjangan antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta dalam pencapaian tingkat perekonomian.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Ekonomi kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta 2015-2020

Kabupaten/Kota 2015 201 2017 2018 2019 2020

Kota Yogyakarta 5.09 5.12 5.24 5.49 5.96 -2.42

Kabupaten Bantul 4.48 5.05 5.10 5.47 5.53 -1.66

Kabupaten Kulonprogo 4.62 4.76 5.97 10.48 13.49 -4.06

Kabupaten Sleman 5.18 5.22 5.34 6.42 6.49 -3.91

Kabupaten Gunungkidul 4.82 4.88 5.01 5.16 5.33 -0.68

DIY 4.95 5.05 5.26 6.20 6.60 -2.69

Sumber: badan pusat statistik provinsi D.I Yogyakarta,2020

Dapat terlihat dari tabel pertumbuhan ekonomi menurut kabupaten/kota di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 hingga 2020, terlihat jelas

bahwa seluruh kabupaten/kota yang ada pada Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta mengalami fluktuatif meningkat dari tahun ketahun (2015 – 2019).

Tetapi ada satu kabupaten yang sangat mencuri perhatian yaitu kabupaten

Kulobprogo, yang mana pada tahun 2018 mengalami peningkatan pertumbuhan

ekonomi yang sangat pesat hamper dua kali lipat, pada 2017 pertumbuhan

ekonomi di kabupaten Kulonprogo sebesar 5.97 dan mengalami kenaikan yang

cukup pesat pada tahun berikutnya yaitu sebesar 10.48 hal ini dikarenakan adanya

pembangunan mega proyek Bandara YIA di Kawasan kabupaten tersebut

6
sehingga sangat memberikan dampak positif yang luar biasa terhadap

perekonomian kabupaten Kulonprogo.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kulonprogo ini juga

sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang semula pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut

sebesar 5.26 dan pada 2018 ketika mega proyek Bandara YIA dibangun

peningkatan pertumbuhan ekonomi D.I. Yogyakarta meningkat menjadi 6.20.

Karena itu pembangunan mega proyek Bandara YIA tidak hanya berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Kulonprogo saja tetapi juga sangat

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Tahun PDRB

2015 83.474.451,50

2016 87.685.809,60

2017 92.302.022,40

2018 98.026.563,60

2019 104.489.706,40

2020 101.679.600,17

Yogyakarta.

Tabel 1.3

PDRB Provinsi D.I Yogyakarta 2015-2020

Sumber: badan pusat statistik provinsi D.I Yogyakarta,2020

Data diatas menunjukkan PDRB tingkat Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada tahun 2015 hingga 2020. Dalam kurun waktu 5 tahun sedari

2015 hingga 2019 PDRB Provinsi D.I.Yogyakarta selalu mengalami peningkatan

7
PDRB, sehingga hal tersebut menandakan pertumbuhan ekonomi yang sedang

meningkat di Provinisi D.I.Yogyakarta. Selama kurun waktu 2015 – 2019

masyarakat Yogyakarta mengalami tingkat kenaikan taraf hidupnya sehingga

PDRB di Provinsi ini terus menaik, tetapi berbeda dengan tahun selanjutnya yaitu

tahun 2020, PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan

yang cukup signifikan dari 104.489.706,40 pada 2019 hingga jatuh menjadi

101.679.600,17 pada 2020. Hal ini tentu dikarenakan masuknya pandemic Covid-

19 masuk ke Indonesia, dan tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi namun

hamper seluruh sektor bidang merasakan dampak dari efek pandemik ini.

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk Provinsi D.I Yogyakarta 2015-2020

Tahun Jumlah Penduduk

2015 3679176

2016 3720912

2017 3762167

2018 3802872

2019 3842932

2020 3882288

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Disisi lain dapat dilihat tabel diatas merupakan tabel jumlah penduduk

yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kurun waktu 2015 hingga

2020, dalam tabel tersebut jumlah penduduk pada Provinsi Yogyakarta terus

mengalami peningkatan di tiap tahunnya.

8
Penduduk yang bertambah dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan

memungkinkan suatu daerah untuk menambah jumlah produksinya. Akan tetapi,

bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan kesempatan kerja pada

suatu daerah akan menyebabkan pengangguran dan kurangnya kesejahteraan yang

berdampak pada ketimpangan pendapatan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan adalah

Pendidikan. Faktor Pendidikan dalam hal ini indikatornya melalui rata-rata lama

sekolah, Rata-rata lama sekolah sendiri didefinisikan sebagai gambaran yang

berbentuk angka mengenai seseorang yang menjalani pendidikan formal dari

sekolah dasar hingga tingkat pendidikan akhir.

Tabel 1.5

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kab. Sleman 10.3 10.6 10.6 10.6 10.6 10.9

Kab. Bantul 9.0 9.0 9.2 9.3 9.5 9.5

Kab. Kulonproogo 8.5 8.6 8.6 8.6 8.6 8.8

Kab. Gunungkidul 6.4 6.6 6.9 7.0 7.1 7.2

Kota Yogyakarta 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4

Pendidikan di Provinsi D.I yogyakarta Menurut Kabupaten/Kota 2015-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik,2020

Menurut Yang & Qiu (dalam Hindun, Soejoto and Hariyati, 2019)

menyatakan bahwa dalam menjelaskan mobilitas pendapatan dan ketimpangan

pendapatan bisa dilihat dari kemampuan bawaan dan investasi keluarga dalam

memperoleh pendidikan awal. Karena jika pendidikan mereka tinggi maka mereka

bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengetahuan seseorang akan bertambah dan

9
bermanfaat untuk dunia kerja dengan melalui pendidikan. Untuk memperbaiki

kesejahteraan masyarakat dan menurunkan perekonomian rendah maka yang

harus di tingkatkan adalah pendidikannya.

Dapat dilihat dari tabel rata-rata lama sekolah diatas menunjukkan bahwa

Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman memang mempunyai rata-rata yang

paling tinggi dibandingkan dengan Kabupaten lain. Hal ini berbalik dengan

Kabupaten Gunungkidul yang masih memiliki angka rata-rata lama sekolah yang

masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketidakmerataannya

tingkat Pendidikan yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disisi lain

Pendidikan merupakan salah satu pondasi untuk menjauhi dari permasalahan

kurangnya kesejahteraan dan ketimpangan, dengan meingkatkan kualitas diri dan

meningkatkan Pendidikan yang lebih tinggi akan sangat berdamoang pada

kualitas diri seseorang, dan berkaca juga dengan persaingan ketat tenaga kerja

yang semakin harus menjadikan diri kita layak untuk diterima baik diperusahaan

maupun di pemerintahan.

Oleh karenanya Ketika memang faktor tidak meratanya Pendidikan di

suatu daerah maka tidak heran jika angka ketimpangan masih cukup tinggi dan

dirasakan oleh masyarakat.

Seluruh latar belakang diatas dengan variabel-variabel yang sudah

dijelaskan juga sangat berdampak pada kemajuan negara Indonesia, hal ini juga

berkesinambungan dengan tujuan dari SDGs yang mana ke-empat variable diatas

seluruhnya masuk ke dalam poin-poin dari tujuan SDGs. Sehingga jika masalah-

masalah umum yang dihadapi negara Indonesia salah satunya ketimpangan bisa

10
terselesaikan pasti akan berdampak juga terhadap masalah-masalah lain yang ada

di ke-17 poin SDGs.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan latar belakang diatas yang sudah

dijelaskan penulis, maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat judul

penelitian mengenai, “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan,

dan Jumlah Penduduk Terhadap Ketimpangan Pendapatan di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 – 2020”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan

masalah yang akan dibahas oleh peneliti sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh faktor Pertumbuhan ekonomi terhadap Ketimpangan

Pendapatan di Provinsi Yogyakarta Tahun 2015 – 2020?

2. Bagaimana pengaruh faktor Jumlah Penduduk terhadap Ketimpangan

Pendapatan di Provinsi Yogyakarta Tahun 2015 – 2020?

3. Bagaimana pengaruh faktror Pendidikan terhadap Ketimpangan

Pendapatan di Provinsi Yogyakarta Tahun 2015 – 2020?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, dan Jumlah Penduduk terhadap Gini Ratio

(Ketimpangan Pendapatan). Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2015-2020.

11
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan

terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2015-2020.

3. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan

terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2015-2020.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dimana dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menjadi tambahan literasi dan penelitian di masa depan, khususnya

mengenai pengaruh dari pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan jumlah

penduduk terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan-

kebijakan yang berhubungan mengenai pembangunan. Penelitian ini

diharapkan agar kebijakan-kebijakan yang di buat oleh pemerintah dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan pembangunan, salah satunya

ketimpangan pendapatan.

3. Manfaat Pembaca

Diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu acuan atau referensi untuk

penelitian yang berjenis serupa dimasa yang akan datang.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Ketimpangan Pendapatan

Ketimpangan pendapatan merupakan keadaan dimana terdapat perbedaan

pendapatan yang diterima masyarakat dalam satu/wilayah yang sama. Menurut

Baldwin (1986) ketimpangan pendapatan merupakan perbedaan pendapatan yang

diterima antara orang kaya dengan orang miskin yang mengakibatkan adanya

perbedaan kemakmuran karena ketimpangan pendapatan tersebut.

Menurut Sjafrizal (2012) ketimpangan yang terjadi pada setiap daerah

merupakan salah satu hal yang wajar, hal tersebut lantaran adanya perbedaan

sumber daya yang dimiliki oleh masing masing daerah yang membuat

ketimpangan tersbeut terjadi. Akibatnya pendapatan yang diperoleh oleh

penduduk pada masing-masing daerah pun berbeda-beda, maka dari itu terjadi

ketimpangan pendapatan. Selain itu, perbedaan sumber daya yang ada pun juga

dapat membedakan proses pembangunan di daerah tersebut. Perbedaan pada

proses pembangunan itu pun akan menyebababkan perbedaan antara wilayah yang

dianggap maju serta wilayah yang terbelakang.

Menurut Todaro dan Smith (2011:204) terdapat beberapa alat yang dapat
digunakan dalam mengukur seberapa besar ketimpangan pendapatan di suatu
negara yaitu sebagai berikut:

 Ukuran Distribusi
Ukuran Distribusi merupakan alat ukur yang biasa digunakan oleh para
ekonom dengan cara mengukur total pendapatan yang diterima oleh masing-
masing individu atau rumah tangga. Pengukuran ini tidak melihat cara atau

13
bagaimana pendapatan tersebut didapatkan, tetapi hanya melihat total penghasilan
yang diterima serta membagi populasi ke dalam berbagai kategori atau kelompok
seperti kuintil ataupun desil dengan kenaikan pendapatan.
 Koefisien Gini
Indeks gini merupakan alat perhitungan ataupun pengukuran untuk mengukur
ketimpangan pendapatan. Indeks Gini digunakan karena ukuran ini sangat sensitif
terhadap perubahan pendapatan kelas menengah dalam masyarakat (Estudilo,
1997). Apabila nilai indeks gini sebesar 0 menunjukkan bahwa seluruh
pendapatan terdistribusi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat (perfect
equality), sedangkan apabila nilai indeks gini sebesar 1 menunjukkan bahwa
seluruh pendapatan suatu daerah hanya memiliki satu orang atau unit pada
keseluruhan distribusi (perfect inequality). Menurut Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia nomor Per.25/MEN/IX/2009 tentang
tingkat pemukiman transmigrasi, indeks gini merupakan pengukuran
ketidakmerataan pendpaatan yang diperoleh masyarakat dan didasarkan pada 10
kelas pendapatan.

Untuk itu, Koefisien Gini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Gambar 2]

Rumus Koefisien Gini

GR=1−∑f [ Y 1−Y i−1 ]

Dimana :

GR : Koefisien Gini
Fi : Jumlah penduduk yang menerima pendapatan
kelas ke-i
Yi : Jumlah kumulatif pendapatan kelas ke-i
Yi-1 : Jumlah kumulatif total pengeluaran kelas ke-i

14
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai indeks gini dapat
digambarkan dengan kurva Lorenz.

 Kurva Lorenz

Alat ukur lain yang dapat digunakan untuk mengukur distribusi


pendapatan penduduk di suatu negara yaitu dengan menggunakan
Kurva Lorenz. Kurva Lorenz adalah kurva yang menggambarkan
distribusi kumulatif nasional pada kalangan penduduk.

Gambar 2.2
Kurva Lorenz

Sumber: Todar dan Smith (2003)

Gambar diatas merupakan Kurva Lorenz yang menunjukkan


hubungan kuantitatif antara persentase pendapatan yang terletak
pada sumbu vertikal dan persentase penerima pendapatan pada
sumbu horizontal. Semakin jauh Kurva Lorenz tersebut dari garis
diagonal (kemerataan sempurna), maka semakin tinggi pula derajat
ketidakmerataan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada satupun
negara yang mengalami kemerataan sempurna ataupun
ketidakmerataan sempurna dalam hal distribusi pendapatannya,
maka kurva-kurva Lorenz untuk setiap negara akan terletak di

15
sebelah kanan kurva diagonal tersebut. Semakin tinggi derajat
ketidakmerataannya, maka kurva Lorenz akan semakin
melengkung (cembung) dan semakin mendekati sumbu horizontal
kebawah (Arsyad, 2010).

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu pengukuran sejauh mana


keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara. Ketika suatu negara
mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat perubahan
yang signifikan dalam perekonomian negara tersebut. Menurut Mankiw
(2003) dengan pertumbuhan ekonomi kita dapat melihat secara langsung
bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan peningkatan
perekonomian, peningkatan perekonomian tersebut nantinya akan dapat
meningkatkan pendapatan yang didapat oleh masyarakat dalam periode
tertentu.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan produksi


barang dan jasa di masyarakat akibat berkembangnya kegiatan dalam
perekonomian yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Sukirno, 2011). Dalam hal ini, produksi dalam masyarakat
dapat mengembangkan perekonomian secara signifikan yang juga
berdampak pada kemakmuran masyarakat. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah sehingga kebutuhan dan tenaga kerja bertambah,
konsumsi mengalami kenaikan, sehingga tingkat pengangguran berkurang.
Variabel lain selanjutnya mengalami perbaikan, dan kondisi ekonomi
semakin membaik.

Menurut Todaro (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi


sebagai pergerakan ekonomi dalam kapasitas rentang waktu Panjang
sebuah negara sebagai penyedia barang kebutuhan ekonomi masyarakat.
Meningkatnya kemampuan yang dimaksud diakibatkan karena terjadinya
perkembangan teknologi, institusional maupun ideologi dari berbagai
macam situasi. Terdapat berbagai macam teori pertumbuhan ekonomi,
diantaranya yakni teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang dibangun

16
melalui dasar pemikiran Robert Solow Swan di tahun 1956. Model Solow
Swan menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2007).

Dalam model neoklasik, Solow Swan dipergunakan suatu bentuk


fungsi produksi yang lebih umum, yang bisa menampung berbagai
kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja (Boediono, 1992).
Pertumbuhan ekonomi ini sangat ditentukan oleh kemampuan suatu negara
untuk meningkatkan kegiatan produksinya yang tidak hanya ditentukan
oleh potensi negara, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan
mobilitas modal antar negara. Pemikiran utama dari teori tersebut berfokus
pada akumulasi modal fisik endogen. Adapun persamaan dari teori Solow
Swan sebagai berikut:

Gambar 2.3
Persamaan Solow Swan

Y t =F ( k ( t ) ;L ( t ) )

Dimana :

Yt : Total PDB yang diambil dari jumlah produksi, sementara

Kt : Modal

Lt : Jumlah Sumber Daya Manusia.

Produktivitas sangat penting bagi meningkatkan pertumbuhan


ekonomi suatu negara.

17
Gambar 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Solow

(Sumber Olla Olson, 2010)

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bagaimana pertumbuhan


ekonomi dipengaruhi oleh investasi dan produksi. Pada teori Solow, ia
lebih berfokus pada modal dan sumber daya. Suatu negara dapat
memenuhi kapasitas produksinya hingga titik tertentu apabila didukung
dengan faktor sumber daya dan modal, maka negara tersebut akan
mengalami konvergensi dimana sudah berada pada titik mapan dalam
membiayai negara tersebut. Pada kondisi ini pertumbuhan ekonomi
mencapai titik puncak. Setelah itu harus dibarengi dengan melakukan
inovasi pembangunan agar kondisi ekonomi dapat kembali meningkat.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara akan menunjukkan


pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pendapatan
masyarakat diperoleh dari proses penggunaan faktorfaktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa, sehingga menghasilkan suatu aliran balas
jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat
sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat. Pertumbuhan
ekonomi biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik
Bruto (Sukirno, 2006).

18
2.1.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu proses yang harus dijalani oleh


seluruh umat manusia dalam hidupnya. Pendidikan adalah proses
seseorang untuk menjadi seseorang yang dapat berpikir logis, karena
didalam pendidikan itu sendiri diajarkan ilmu-ilmu yang tentu saja akan
menjadi bekal nantinya dihidup orang itu sendiri. Menurut Todaro dan
Smith (2006:434) pendidikan memiliki peran penting untuk perkembangan
teknologi modern suatu negara, dengan adanya pendidikan maka
perkembangan teknologi modern nantinya akan dengan mudah tersebar
yang tentu saja hal tersebut akan memberikan pengaruh positif untuk
pembangunan berkelanjutan. Selain itu dengan adanya pendidikan maka
akan meningkatkan kualitas manusia itu sendiri karena selama masa
pendidikan ia diberi banyak ilmu pengetahuan yang mana ilmu
pengetahuan tersebut akan menambahkan nilai positif terhadap kualitas
sumber daya manusia itu sendiri. Karena dengan adanya pendidikan,
kualitas sumber daya manusia pun juga akan mengalami peningkatan, hal
tersebut pun tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
(Todaro dan Smith, 2006:54).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


pendapatan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan
memperoleh pendapatan yang lebih baik. Pendidikan menjadi wahana
yang menjembatani kesenjangan antara tingkat pendidikan yang telah
dicapai dengan tingkat pendidikan yang diinginkan/ dipersyaratkan untuk
mencapai suatu tujuan. Selain tingkat pendidikan pendapatan juga
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan.

Pendidikan menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan kualitas


hidup manusia. Dengan adanya pendidikan, maka seseorang akan
diajarkan banyak hal yang mana ajaran-ajaran tersbeut dapat
meningkatkan kualitas hidup orang itu sendiri. Ketika seseorang memiliki
kualitas hidup yang tinggi maka kemungkinan pekerjaan yang akan
didapatkan oleh orang tersebut pun baik. Ketika seseorang memiliki

19
pekerjaan yang baik, pendapatan yang akan diterima pun tinggi. Namun
dalam kenyataannya tidak banyak orang dapat menikmati pendidikan
tinggi. Hanya kebanyakan orang yang tergolong kaya yang dapat
menikmati pendidikan tinggi.

2.1.3.1 Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah merupakan angka yang menggambarkan


seseorang yang berusia lebih dari 15 tahun yang pernah menjalani
pembelajaran di pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah dihitung
dari seseorang masuk sekolah dasar hingga lulus dari tingkat
pendidikan akhir. Menurut BPS, rata-rata lama sekolah merupakan
perhitungan jumlah tahun yang dijalani penduduk untuk menjalani
pendidikan formal. Selain itu rata-rata lama sekolah juga sangat
bermanfaat untuk mengetahui bagaimana kualitas pendidikan di suatu
wilayah. Berikut ini merupakan perhitungan rata-rata lama sekolah:

Gambar 2.5
Perhitungan Lama Sekolah

n
1
RLS= × ∑ x ⅈ
n i=1

Dimana :

RLS : Rata-rata lama sekolah

Xi : Lama sekolah penduduk berusia 25 tahun

N : Jumlah penduduk berumur 25 tahun lebih

2.1.4 Jumlah Penduduk

Pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan laju urbanisasi.


Urbanisasi secara historis dikaitkan dengan peningkatan faktor
produktivitas total yang besar. Dalam hal ini, produktivitas ekonomi di

20
suatu negara meningkatkan substansi ketika pusat-pusat perekonomian
tumbuh (Gilpin, 2002:19).

Dalam teori penduduk, Thomas Robert Malthus menyatakan bahwa


jumlah penduduk akan melampaui jumlah persediaan bahan pangan yang
dibutuhkan. Menurutnya apabila tidak dilakukan pembatasan, penduduk
cenderung berkembang berdasarkan deret ukur. Melalui deret tersebut,
terlihat bahwa akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah penduduk
dan persediaan bahan pangan.

Jumlah penduduk merupakan jumlah total dari seseorang atau


sekelompok orang yang menempati satu daerah/wilayah yang sama.
Penduduk didefinisikan sebagai seseorang/individu yang menempati suatu
daerah dengan jangka waktu yang lama. Penduduk tersebut biasanya
menempati daerah/wilayah tersebut untuk menjalani hidup selama
hidupnya. Biasanya seseorang yang dianggap penduduk di daerah/wilayah
tersebut adalah seseorang yang KTP atau Kartu Tanda Penduduknya
berasal dari daerah tersebut. Menurut BPS, penduduk merupakan orang
yang berdomosili di wilayah Indonesia selama 6 bulan atau lebih serta
mereka tinggal di wilayah Indonesia selama 6 bulan untuk menetap.

Setiap tahunnya jumlah penduduk di Provinsi DIY mengalami


peningkatan, bila dibandingkan tahun 2019, jumlah penduduk pada tahun
2020 mengalami peningkatan sebanyak kurang lebih 40.000 orang. Sama
halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah penduduk di Provinsi DIY
memang selalu mengalami peningkatan. Adanya peningkatan jumah
penduduk tersebut tentu akan menyebabkan adanya hal positif dan negatif.
Menurut Lincoln, pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan
menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya yang
akan dilakukan, karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan
menyebabkan pesatnya pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan
kemampuan daerah dalam menciptakan kesempatan kerja yang baru akan
sangat terbatas (Arsyad, 2004: 267).

21
Gambar 2.6
Konsep Pertumbuhan Penduduk Malthus

Pada gambar 2.6 diatas menunjukkan konsep pertumbuhan penduduk


dan produksi pangan dari Thomas Robert Malthus. Teori ini menjelaskan
ketidakseimbangan antara pertumbuhan populasi manusia dengan jumlah
produksi makanan. Lahirnya teori ini dikarenakan pada zaman tersebut
berada pada era Revolusi Industri, dimana sedang meningkatkan taraf
hidup masyarakat, salah satunya melalui pemenuhan pangan. Pada gambar
diatas terlihat bahwa pada sumbu X menunjukkan lama waktu dan sumbu
Y menunjukkan pertambahan jumlah populasi dan produksi makanan.
Kurva produksi pangan memiliki slope positif dari kiri bawah ke kanan
atas, sedangkan kurva pertumbuhan populasi juga memiliki slope positif
dari kiri bawah ke kanan atas. Meskipun keduanya sama-sama saling
memiliki slope yang positif, namun laju peningkatan populasi seperti yang
tercermin dalam kurva bernilai lebih tinggi ketimbang produksi pangan.
Setelah kedua kurva tersebut saling berpotongan pada titik tertentu, seiring
bertambahnya waktu peningkatan populasi jauh melebihi produksi pangan.
Dalam teorinya, Malthus menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk
mengikuti laju deret ukur sedangkan peningkatan produksi pangan
mengikuti deret hitung. Sehingga peningkatan jumlah pertumbuhan
penduduk perlu diimbangi dengan usaha pemenuhan kebutuhan pangan.

2.2 Hubungan Antar Variabel

22
2.2.1 Hubungan Variabel Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan
Pendapatan

Ketika sebuah negara sedang dalam proses membangun ekonomi,


salah satu hasil yang akan didapatkan adalah adanya pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bukti nyata
keberhasilan suatu negara dalam pembangunannya. Ketika perekonomian
suatu negara mengalami kenaikan, maka hal tersebut akan menunjukkan
bahwa perekonomian negara tersebut merupakan perekonomian positif
yang mana pembangunan di negara tersebut telah berhasil. Beberapa
penelitian terdahulu memperlihatkan adanya pengauh positif terhadap
antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Maksud dari
pnegaruh positif tersebut adalah, ketika pertmbuhan ekonomi mengalami
peningkatan maka hal tersebut akan meningkatkan tingkat ketimpangan
pendapatan.

Kuznets (1971) menemukan hubungan antara tingkat pendapatan dan


distribusi pendapatan berbentuk U terbalik. Menurutnya, pada awal proses
pembangunan di suatu negara, ketimpangan distribusi pendapatan
meningkat karena proses urbanisasi dan industrialisasi, pada akhir proses
pembangunan, ketimpangan pendapatan mengalami penurunan, yaitu pada
saat sektor-sektor ekonomi di daerah sudah mampu menyerap sebagian
besar tenaga kerja yang berasal dari pedesaan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Istiqamah, Syarapuddin, Selamet


Rahmadi 2018) menunjukkan bahwa Pertumbuhan ekonomi secara
signifikan berpengaruh positif terhadap ketimpangan pendapatan dan
jumlah penduduk miskin provinsi-provinsi di Indonesia. Ini berarti
pertumbuhan ekonomi tidak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan
maupun mengurangi jumlah penduduk miskin.

2.2.2 Hubungan Variabel Jumlah Penduduk Dengan Ketimpangan


Pendapatan

23
Menurut Sukirno (2006) perkembangan jumlah penduduk merupakan
faktor yang dapat mendorong dan menghambat di dalam pembangunan.
Jumlah penduduk dikatakan sebagai faktor pendorong karena adanya
kemungkinan semakin banyaknya tenaga kerja yang dihasilkan dan akan
menjadikan perluasan pasar. Perluasan pasar barang dan jasa ditentukan
oleh dua faktor penting yaitu pendapatan masyarakat dan pertambahan
jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk disebut sebagai faktor
penghambat pembangunan dikarenakan akan memberikan penurunan
dalam produktivitas serta terjadinya banyak orang yang tidak memiliki
pekerjaan. Hal ini akan mengakibatkan tidak mampunya dalam memenuhi
kebutuhan di dalam hidupnya dan semakin memperluas tingkat disparitas
pendapatan.

Menurut Arsyad (1999), terdapat delapan hal yang menyebabkan


ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara
Berkembang. Salah satunya yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi
sehingga akan mengakibatkan menurunya pendapatan per kapita.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi namun tidak diimbangi dengan
meningkatnya produktivitas akan menyebabkan daya beli masyarakat
rendah, sehingga akan menurunkan pendapatan per kapita.

Menurut Todaro (2008) mengatakan bahwa kesenjangan distribusi


pendapatan di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan
menurunnya pendapatan perkapita, ketidakmerataan pembangunan inflasi,
dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang dan investasi.

2.2.3 Hubungan Variabel Pendidikan Dengan Ketimpangan Pendapatan

Pendidikan merupakan salah satu penyebab terjadinya ketimpangan.


Pendidikan menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat upah
seseorang dan memberikan kontribusi yang besar terhadap distribusi
pendapatan masyarakat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bekerja
merupakan sumber utama dalam memperoleh suatu pendapatan bagi

24
sebagian besar individu dalam masyarakat, dimana status pekerjaan
merupakan sumber utama penentu tingkat upah. Pendidikan menjadi
faktor penting dalam memperoleh status pekerjaan, dimana semakin tinggi
seseorang memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi pula status
pekerjaan yang akan dimiliki.

Ahluwalia (1976) menyatakan proses pendidikan dalam mempengaruhi


distribusi pendapatan, melalui peningkatan pengetahuan dan keahlian
dalam bekerja. Hal tersebut akan menghasilkan pergeseran dari pekerja
bergaji rendah dengan pekerja tidak terampil menjadi pekerja bergaji
tinggi yang terampil. Pergeseran ini akan menghasilkan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh (Aufa,Syafri
2019) menunjukkan bahwa pendidikan menunjukan tanda positif dan
signifikan terhadap ketimpangan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
terjadinya over-education dan pendidikan menyebabkan perbedaan
keterampilan yang sangat jauh antara yang berpendidikan tinggi dengan
yang berpendidikan rendah sehingga terjadinya ketimpangan, dimana
sebagian besar anak usia sekolah dapat mencapai pendidikannya pada
tingkat yang cukup tinggi sedangkan beberapa daerah tertinggal seperti
Indonesia bagian timur tetap pada kondisi pendidikan yang rendah.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan


dalam penelitian ini:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Judul Peneliti Variabel Metode Hasil


Pengaruh faktor Aufa Nadya Ketimpangan Analisis Didapatkan bahwa
pertumbuhan ekonomi, dan Syafri Pendapatan, kuantitatif variabel pendidikan
pendidikan dan Pertumbuhan dengan dan variabel
pengangguran terhadap Ekonomi, menggunakan pengangguran
ketimpangan distribusi Pendidikan, metode signifikan terhadap
pendapatan di dan regresi data ketimpangan

25
Indonesia. Pengangguran. panel. pendapatan yang ada
di Indonesia. Untuk
variabel
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan angka
positif namun tidak
signifikan terhadap
ketimpangan
pendapatan,
sedangkan
sebaliknya variabel
pengangguran
menunjukkan angka
negatif namun
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ketimpangan di
Indonesia.
Pengaruh pertumbuhan Istiqamah, Pertumbuhan Analisis Didapatkan bahwa
ekonomi terhadap Syaparuddin Ekonomi, regresi data Pertumbuhan
ketimpangan dan Selamet Ketimpangan panel (pooled ekonomi secara
pendapatan dan Rahmadi Pendapatan data) signifikan
kemiskinan (studi dan berpengaruh positif
provinsi-provinsi di Kemiskinan terhadap
Indonesia) ketimpangan
pendapatan dan
jumlah penduduk
miskin provinsi-
provinsi di
Indonesia. Ini berarti
pertumbuhan

26
ekonomi tidak dapat
mengurangi
ketimpangan
pendapatan maupun
mengurangi jumlah
penduduk miskin.
Analisis pengaruh Ni Luh Putu Jumlah teknik analisis jumlah penduduk
jumlah penduduk yang Yuni Penduduk kuantitatif yang bekerja dan
bekerja dan investasi Adipuryanti Bekerja, yaitu analisis investasi
terhadap ketimpangan dan I Ketut Investas, jalur berpengaruh positif
distribusi pendapatan Sudibia Ketimpangan dan signifikan
melalui pertumbuhan Pendapatan terhadap
ekonomi dan pertumbuhan
kabupaten/kota di Pertumbuhan ekonomi
provinsi bali Ekonomi kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Kedua, jumlah
penduduk yang
bekerja berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
ketimpangan
distribusi
pendapatan
kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
Pengaruh pertumbuhan Sherenia Pertumbuhan Analisi Variabel
ekonomi, jumlah Melati Ekonomi, Regresi Data pertumbuhan
penduduk, dan Sukma Jumlah Panel ekonomi dan jumlah
pendidikan terhadap Penduduk, penduduk tidak
ketimpangan Pendidikan dan berpengaruh
pendapatan di provinsi Ketimpangan terhadap

27
daerah istimewa Pendapatan ketimpangan
yogyakarta tahun 2014 pendapatan yang ada
– 2019 di Provinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta, disisi
lain Pendidikan
berpengaruh
terhadap
ketimpangan
pendapatan.
Educational Attainment Sullivan, Pendidikan dan Analisis Menyatakan bahwa
and Earnings Inequality Dennis Hal, Ketimpangan Regresi perbedaan
in Eight Nations Smeeding, Pendapatan Koefisien ketimpangan
Timothy variasi pendapatan di
Michael kuadrat negara-negara maju
lebih banyak
dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan
tenaga kerja.
Does education reduce Pedro S. Pendidikan dan Analisis menemukan bahwa
wage inequality? Martins, Ketimpangan Regresi pengaruh pendidikan
Quantile regression Pedro T. Pendapatan Kuadrat terhadap pendapatan
evidence from 16 Pereira Terkecil pada tenaga kerja
countries (OLS) laki-laki berbeda
menurut distribusi
pendapatan yang
diterima. Selain itu,
penelitian tersebut
juga membuktikan
bahwa pendidikan
berdampak positif
dan signifikan

28
terhadap
ketimpangan
pendapatan dalam
level (within-levels
wage inequality).
The Simultaneous Mattias Pertumbuhan Analisi Menunjukkan bahwa
Evolution of Growth Lundberg Ekonomi dan Regresi adanya hubungan
and Inequality dan Lyn Ketimpangan Berganda positif antara
Squire Pendapatan Metode OLS ketimpangan
pendapatan dan
pertumbuhan
ekonomi
(Sumber : Penulis 2022)

2.4 Kerangka Penelitian

Gambar 2.7
Kerangka Berpikir

(Sumber : Penulis 2022)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori, penelitian terdahulu, dan pembahasan lain yang


telah disajikan sebelumnya, maka dapat diambil hipotesis penelitian sebagai

29
kesimpulan awal yang merupakan jawaban sementara dan permasalahan pada
penelitian ini, yaitu:

H1 : Diduga Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif


terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

H2: Diduga Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap


ketimpangan pendapatan antar daerah di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

H3: Diduga Pendidikan berpengaruh positif terhadap ketimpangan


pendapatan antar daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang berjenis


kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bersifat akurat
serta terencana, selain itu metode kuantitif sangat berguna untuk kepentingan
teknologi di masa depan karena sifatnya yang lebih sistematis, akurat dan
dapat rasional. Data dalam penelitian kuantitatif biasanya berupa angka.
Menurut Sugiyono (2015:23) metode kuantitatif merupakan metode yang
datanya sebagian besar berupa angka. Menurut sumber lain (Creswell, 2012)
jika penelitian jenis ini menggunakan berbagai macam metode uji atas sebuah
teori tertentu melalui cara melihat korelasi antar variabel yang ada, serta
macam-macam variabel terukur menjadi prosedur statistik.

Selain penggunaan metode penelitian kuantitatif, Teknik analisis yang


digunakan juga analisis statistik. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan
metode analisis regresi berganda pada data panel yang dihimpun. Melalui
metode ini, diharapkan penulis mampu menganalisis apa saja penentu dari
ketimpangan pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
bagaimana pentingnya faktor pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan jumlah
penduduk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang lingkup pada Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta berfokus pada 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Kulonprogo,
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kota
Yogyakarta. Periode waktu yang diteliti dalam penelitian ini memiliki rentang
waktu dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.3.1 Definisi Operasional

31
Dalam penelitian ini ketimpangan pendapatan merupakan variable
dependen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi, atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independent.

1. Ketimpangan pendapatan merupakan tidak meratanya pendapatan


yang diterima oleh individu satu dengan individu yang lainnya di
satu daerah/wilayah yang sama. Ketimpangan pendapatan
merupakan variabel dependen yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independent. Dalam penelelitian ini,
penulis menganalisis ketimpangan pendapatan yang terjadi di
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan skala
pengukuran nilai indeks gini provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 2015 - 2020 yang diperoleh penulis dari Badan Pusat
Statistik.

2. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil nyata dari pembangunan


ekonomi. Pertumbuhan ekonomi biasanya ditandai dengan
beberapa perkembangan kegiatan perekonomian, seperti
peningkatan produksi suatu barang dan jasa. Ketika suatu barang
dan jasa mengalami peningkatan produksi, hal tersebut tentu akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
merupakan variabel independent yang mengindikasikan factor-
fakyor yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan data presentase pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 –
2020 yang diperoleh penulis dari Badan Pusat Satistik.

3. Jumlah Penduduk merupakan sekumpulan individu atau kelompok


yang menempati satu daerah/wilayah yang sama. Jumlah penduduk
merupakan variabel independent, yang mana jumlah penduduk inii
dapat dihitung dari proyeksi jumlah penduduk yang berasal dari
data survey dan sensus penduduk dengan skala rasio. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan data Jumlah Penduduk di

32
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 – 2020 yang
diperoleh penulis dari Badan Pusat Satistik.

4. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang harus dilalui oleh


setiap orang dalam hidupnya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan data Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2015 – 2020 yang diperoleh penulis
dari Badan Pusat Satistik dengan skala rasio.

3.3.2 Pengukuran Variabel Penelitian

Tabel 3.1

No Variabel Skala Rujukan Sumber Data


Pengukuran Penelitian
1 Ketimpangan Persentase nilai  Melati Badan Pusat
Pendapatan Indeks Gini Sukma, S Satistik
Provinsi Daerah (2021) Provinsi
Istimewa  Ikrima Yogyakarta.
Yogyakarta dari Zaleda Zia,
tahun P. Eko
ke tahun Prasetyo
(2018)
2 Pertumbuhan Persentase nilai  Melati Badan Pusat
Ekonomi pertumbuhan Sukma, S Satistik
ekonomi di (2021) Provinsi
Provinsi Daerah  Arif Yogyakarta.
Istimewa Ramadhan,
Yogyakarta dari Y (2021)
tahun ke tahun
3 Jumlah Sekumpulan  Melati Badan Pusat
Penduduk individu atau Sukma, S Satistik
kelompok (2021) Provinsi
yang menempati  Arif Yogyakarta.
satu

33
daerah/wilayah Ramadhan,
yang sama dari Y (2021)
tahun ke tahun
4 Pendidikan Rata-rata lama  Melati Badan Pusat
sekolah di Sukma, S Satistik
Provinsi Daerah (2021) Provinsi
Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta dari
tahun ke tahun

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mencapai tujuan


penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengunduh file terkait variable serta sampel yang
diperlukan melalui laman Badan Pusat Statistik Provinsi D.I.Yogyakarta,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bantul, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulonprogo, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Gunungkidul, Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Pemilihan Model

Penelitian ini menggunakan metode Data Panel sebagai alat


analisisnya. Data Panel adalah jenis data yang terdiri atas data time
series dan data cross section, yaitu dari beberapa individu dalam
periode tertentu merupakan kumpulan data individu atas periode waktu
tertentu. Setelah menguji simultanitas antar variabel, maka ditetapkan
jika penelitian ini menggunakan metode model regresi berganda dengan
data panel. Metode ini bertujuan sebagai alat analisis regresi data panel
untuk mengetahui bagaimana pengaruh atas tiap-tiap variabel baik itu

34
dependen maupun independennya. Data panel merupakan data
kombinasi antara data cross section dan data time series, dalam
penelitian ini menggunakan data dari 5 kabupaten/kota di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Basuki (2016:276) regresi data panel merupakan


pengujian regresi yang menggunakan dua data yaitu data time series
dan data cross section. Gujarati (2010), menerangkan bahwa terdapat 3
cara pendekatan dalam metode analisis regresi data panel yaitu dengan
menggunakan Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan
Random Effect Model.

1. Common Effect Model


Pada Common Effect Model dilakukan dengan cara
menggabungkan seluruh data time series dan cross section,
kemudian dilakukan estimasi menggunakan teknik Ordinary
Least Square (OLS). Model ini tidak dapat membedakan
varians yang terdapat pada data-data cross section dan data time
series dikarenakan memiliki nilai intersep yang tetap serta tidak
bervariasi secara random. Intersep dan slope pada regresi ini
diasumsikan tetap sepanjang waktu dan individu (Kuncoro,
2012).
2. Fixed Effect Model
Fixed Effect Model merupakan model yang memiliki
perbedaan intersep dengan masing-masing subjeknya (Gujarati,
2012). Model ini seringkali disebut sebagai variabel dummy.
3. Random Effect Model
Model REM dilakukan dengan mengestimasi data panel yang
variabelnya residual diduga memiliki hubungan antar waktu
dan antar subjek. Metode ini bertujuan untuk memperbaiki
efisiensi proses least square dengan memperhitungkan data
cross section dan time series. Model ini juga digunakan untuk
mengatasi kelemahan fixed effect model yang menggunakan
variabel dummy (Widarjono, 2009)

35
Gambar 3.1
Model Regresi Data Panel

Y ¿ =β 0 + β 1 ⅈt + β 2 Xⅈt + β 3 X ¿ +u¿

Dimana :

Y : Ketimpangan Pendapatan

X1 : Pertumbuhan Ekonomi

X2 : Jumlah Penduduk

X3 : Pendidikan (rata-rata lama sekolah)

β1, β2, β3 : Koefisien Variabel Independent

i : Cross Section (Kanupaten/Kota di D.I.Yogyakarta)

t : Time Series (2015-2020)

Ut : Variabel Error

3.5.2 Uji Model

Terdapat beberapa tahap dalam menentukan model yang tepat,


yaitu:

1. Uji Chow

Uji Chow merupakan uji dengan melakukan perbandingan


atas common effect model terhadap fixed effect model ,
tujuannya dalam menentukan model manakah yang terbaik atas
kedua model tersebut. Pada uji ini digunakan hipotesis sebagai
berikut:

H0: Model Common Effect

H1: Model Fixed Effect

Tahapan pertama atas uji ini, peneliti melakukan uji regresi


pada model common effect. Setelahnya penguji melakukan uji
kedua yaitu menggunakan model fixed effect. Dari hasil dua uji

36
tersebut, apabila nilai probability Chisquare ataupun nilai
probability F-test < 0,05 maka H0 ditolak, artinya model fixed
effect adalah model terbaik, begitupun sebaliknya.

2. Uji Hausman

Uji Hausman adalah tahap lanjutan dari uji chow dengan


cara membandingkan dua model, yaitu random effect model
terhadap common effect model Didapati hipotesis uji ini adalah
sebagai berikut:

H0: Model Random Effect

H1: Model Fixed Effect

Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah melalui uji


regresi data panel dengan menggunakan fixed effect model
terlebih dahulu, lalu dilakukan uji dengan menggunakan fixed
effect model. Dari hasil uji tersebut, apabila nilai probability
cross section random < 0,0 maka H0 ditolak, maka fixed effect
adalah model terbaik dan sebaliknya.

3.5.3 Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R2)

Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah melalui uji regresi


data panel dengan menggunakan fixed effect model terlebih
dahulu, lalu dilakukan uji dengan menggunakan fixed effect model.
Dari hasil uji tersebut, apabila nilai probability cross section
random < 0,0 maka H0 ditolak, maka fixed effect adalah model
terbaik dan sebaliknya.

1. Ketika hasil R2 ternyata lebih kecil, hal tersebut diartikan


sebagai kemampuan variabel independent dalam
menjelaskan variabel dependent sangat terbatas .

37
2. Ketika hasil R2 hampir mendekati satu, hal tersebut dapat
diartikan sebagai kemampuan variabel independent
menjelaskan variabel dependent sangat tinggi.

2. Uji F

Uji F merupakan uji yang digunakan untuk menilai secara


keseluruhan hubungan antar variabel bebas dan terikat. Pada tahap
ini dilakukan dengan melihat hasil dari F hitung atas F tabel.

H0: β1 = β2 = β3 = 0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel


independent terhadap variabel dependent.

H1: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 Terdapat pengaruh antara variabel


independent terhadap variabel dependent.

Setelah membuat pernyataan untuk hipotesis, langkah


selanjutnya adalah menentukan hasil akhir, apakah hipotesis
tersebut dapat diterima atau tidak.

o Apabila nilai signifikansi > α = 0.05, maka variabel


dependen tidak berpengaruh terhadap variabel independent.
o Apabila nilai signifikansi < α = 0.05, maka variabel
dependen berpengaruh terhadap variabel independent.

3. Uji t

Uji T merupakan uji yang dilakukan untuk melihat


hubungan antara setiap variabel individu, yaitu antar tiap
variabel independen terhadap dependennya. Langkah-langkah
melakukan uji t:

a. Menentukan Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan dari hasil penelitian
yang sedang dilakukan. Dalam hipotesis berisi mengenai
pernyataan yang nantinya pernyataan tersebut akan
mempengaruhi hasil akhir dari kesimpulan penelitian.

38
Hipotesis terdapat dua macam yaitu, Hipotesis Nol
(H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis Nol biasanya
menggunakan “Tidak terdapat perbedaan” di kata
depannya. Sedangkan hipotesis alternatif sebaliknya,
menggunakan “Terdapat perbedaan” di kata depannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan pendidikan
sebagai variabel independentnya dan ketimpangan
pendapatan sebagai variabel dependentnya. Didalam uji t
akan menguji satu persatu pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent. Maka dari itu didapatkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh variable Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Ketimpangan Pendapatan
H0: β1 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara
pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
pendapatan.
Ha: β1 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara pertumbuhan
ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan.
2. Pengaruh variable Jumlah Penduduk terhadap
Ketimpangan Pendapatan.
H0: β2 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara jumlah
penduduk terhadap ketimpangan pendapatan.
Ha: β2 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara jumlah
penduduk terhadap ketimpangan pendapatan.
3. Pengaruh variable Pendidikan terhadap
Ketimpangan Pendapatan.
H0: β3 ≥ 0 = Tidak terdapat pengaruh antara
pendidikan terhadap ketimpangan pendapatan.
Ha: β3 ≤ 0 = Terdapat pengaruh antara pendidikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
b. Menentukan Tingkat Signifikansi

39
Selanjutnya menentukan tingkat signifikansi, dalam hal
ini penulis menentukan tingkat signifikansi dalam
penelitian ini adalah 5% atau sebesar 0.05, menentukan
tingkat signifikansi diperlukan untuk mengetahui apakah
hipotesis diterima atau ditolak.

c. Pengujian Hipotesis
Klasifikasi hasil untuk menentuka hipotesis:
 Apabila nilai signifikansi > α = 0.05, maka variabel
dependent tidak berpengaruh terhadap variabel
independent.
 Apabila nilai signifikansi < α = 0.05, maka variabel
dependent berpengaruh terhadap variabel
independent.

DAFTAR PUSTAKA

Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Todaro, P. Michael and Stephen C. Smith. (2009). Economic Development. New


York. New York University.

Dianti, Nur. 2021. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat


Pendidikan, Dan Ketimpangan Pendapatan Terhadap Kemiskinan di Provinsi
Jawa Timur. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.

Sullivan, D., Smeeding, T. (1997). Educational Attainment and Earnings


Inequality in Eight Nations. International Journal of Educational Research,
27, 513– 525.

Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar


Kebijakan Edisi 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Goup.

40
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIE
YKPN.

A.Nadya, Syafri. 2019. Pengaruh Faktor Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan,


dan Penganggruan Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di
Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti.

Istiqamah, Syaparuddin & Rahmadi, R. 2018. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi


Terhadap Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Jambi.

Putu, N. L. Y. A, & Sudibia, I. A. 2015. Analisi Pengaruh Jumlah Penduduk


Yang Bekerja dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Melalui Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.

Ramadhan, Y. 2021. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Upah Minimum dan


Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di
Karesidenan Malang Tahun 2015-2019. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang.

Suryana, E. P. (2000). Problematika dan Pendekatan. Edisi Pertama, Jakarta:


Salemba Empat.

Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh.


Jakarta: erlangga.

Melati, S. 2021. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, dan


Pendidikan Terhadap Ketimpangan Pendapatan di Provinsi
D.I.Yogyakarta. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.

Asih, W. 2015. Analisis Ketimpangan Dalam Pembangunan Ekonomi Antar


Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2004-2013. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Kuncoro, M. (2006). Ekonomika Pembangunan: Teori. Masalah, dan Kebijakan,


Edisi, 4.

41
Lundberg, M. and Squire, L. (2003). The Simultaneous Evolution of Growth and
Inequality. The Economic Journal, 113(487), 326-344.

Artaningtyas, W. D. Del Anggina Wahyu Dwi Artaningtyas 2 (2017). Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Pertumbuhan
Investasi, dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Ketimpangan
Distribusi Pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2014.

Hindun, H., Soejoto, A., & Hariyati, H. (2019). Pengaruh Pendidikan,


Pengangguran, dan Kemiskinan terhadap Ketimpangan Pendapatan di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 8(3), 250.
https://doi.org/10.26418/jebik.v8i3.34721

Badan Pusat Statisik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Provinsi D.I.
Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Kabupaten


Sleman.

Badan Pusat Statistik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Kabupaten


Kulonprogo.

Badan Pusat Statistik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Kabupaten


Bantul.

Badan Pusat Statistik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Kabupaten


Gunungkidul.

Badan Pusat Statistik. 2015-2020. Berita Resmi Statistik Indonesia. Kota


Yogyakarta.

Baldwin, R. E. (1986). Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi, terjemahan St.


Dianjung, PT Bina Aksara Jakarta.

Sjafrizal, S. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Todaro. (2011). Economic Development, Eleventh Edition. Harlow: Pearson.

42
Estudillo, J. (1997). Income inequality in the world. Income Inequality In The
Philipines 1961, 68–95.

Arsyad. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Mankiw, N. G. (2003). Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama

Sukirno, S. (2011). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Boediono. (2018). Ekonomi Moneter Edisi 5. Yogyakarta: BPFE.

Mankiw. (2008). Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Todaro, P. (2006). Michael, dan Smith C. Stephen. Pembangunan Ekonomi


Didunia Ketiga.

Toke, S., & Aidt, S. T. (2020). An Introduction to the Economics of


Malthusianism. European Economic Review.

Kuznets, S. (1955). Economic Growth and Income Inequality. The American


Economic Review, 45(1), 1-28.

Ahluwalia, M. S. (1976). Inequality, Poverty and Development: some stylized


facts. American Economic Association Income, American Economic
Review, 66(2), 128– 135. https://doi.org/10.7202/800721ar

Sugiyono, P. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:


Alfabeta, 28.

Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tri Basuki, A. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, R. d. (2012). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis


(Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Widarjono, A. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga.


Yogyakarta: Ekonesia.

43
44

Anda mungkin juga menyukai