Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENDAPATAN PER KAPITA KOTA GORONTALO

SKRIPSI
Di ajukan
OLEH
YOINES KIWO
NIM : 101180001
PROGRAM ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GORONTALO TAHUN 2022
ANALISIS PENDAPATAN PERKAPITA KOTA GORONTALO

Di Ajukan Oleh YOINES KIWO Stambuk : 101180001 Program Studi Ekonomi


Pembangunan Di Setujui Untuk Di Seminarkan KOMISI PEMBIMBING
PembimbingPembimbing II Prof. Dr. Hj. Meimoon Ibrahim,SE.,MM Barmin R. Yusuf,
SE.,M.Si Tanggal Persetujuan Tanggal Persetujuan Mengetahui Ketua Program Studi Moh.
Arif Novriansah,
SE.,M.Si
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk
suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita
diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai
tolak ukur kemakmuran suatu negara. Semakin besar pendapatan perkapita, maka negara
tersebut akan dinilai semakin makmur. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
keaneka ragaman di setiap daerahnya. Dimana setiap daerah memiliki pontensi alam,
ekonomi dan budaya yang berbeda. Potensi dan karakteristik sumberdaya yang berbeda
meyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut
menciptakan suatu daerah memiliki strategi-strategi pembangunan yang berbeda dengan
daerah lain di indonesia. Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa
pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi ekonomi, kekacauan
politik dan penurunan ekspor dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kegiatan
perekonomian suatu negara. Jika keadaan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan
ekonomi secara rata -rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapatlah
dikatakan menjalankan pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010). Bagi negara–negara
berkembang termasuk Indonesia yang ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya
yang kemudian dapat mengenai tingkat hidup di negara-negara maju, investasi dalam jumlah
yang besar perlu dijalankan. Sehingga hasilnya tidak hanya diserap oleh pertambahan
penduduk saja. Di negara berkembang umumnya tingkat investasi begitu rendah, sehingga
sering kali terperangkap pada pendapatan yang rendah (Suparmoko, 2016). Pembangunan
ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan upaya sadar
dan terarah dari suatu bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui
pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Peningkatan kesejahteraan ini antara lain dapat
diukur dari kenaikan tingkat pendapatan nasional atau laju pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 2012). Di Indonesia sendiri ketimpangan
pembangunan antar wilayah masih tinggi. Ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat
dilihat dari perbedaan tingkat kesejahteraan (PDRB) dan pertumbuhan ekonomi antar
wilayah. Tabel dibawah menjelaskan keadaan pertumbuhan ekonomi wilayah kota gorontalo
melalui PDRB. Tebel Pertumbuhan Ekonomi Kota Gorontalo Tahun 2016- 2020 No Tahun
Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Perkapita % 1 2016 5.021.773,31 7.4% 2 2017
5.394.642,68 7.4% 3 2018 5.772.119,03 6.9% 4 2019 6.173.365,63 6.9% 5 2020 6.171.
915,32 0.2% Sumber : Bps Kota Gorontalo Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
perkembangan pertumbuhan ekonomi di kota gorontalo pada tahun 2016 dan 2017
pendapatan perkapita rata-rata 7.4% namun pada tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan
pendapatan perkapita rata-rat 6.9% dan pada tahun 2020 mengalami penurunan pendapatan
perkapita yaitu 0.2%. sehingga pertumbuhan ekonomi di kota gorontalo bisa dikatakan setiap
tahun mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita merupakan
tujuan dari proses pembangunan suatu negara. Sutau negara mengharapkan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita tiap tahunnya berangsur-angsur meningkat. Indikator
yang digunakan untuk melihat berhasil atau tidaknya pembangunan adalah meningkatnya
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berkaitan pula dengan
peningkatan produksi barang dan jasa, dimana dalam hal ini dapat diukur dengan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indicator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan
ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator
yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha
meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial
menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen. Bagi negara–negara berkembang termasuk Indonesia yang ingin mempercepat
laju pertumbuhan ekonominya yang kemudian dapat mengenai tingkat hidup di negara-
negara maju, investasi dalam jumlah yang besar perlu dijalankan. Sehingga hasilnya tidak
hanya diserap oleh pertambahan penduduk saja. Di negara berkembang umumnya tingkat
investasi begitu rendah, sehingga sering kali terperangkap pada pendapatan yang rendah
(Suparmoko, 2016). Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka
panjang. Di setiap periode suatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk
memproduksikan barang dan jasa. Ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi
yang berlaku. Dalam setiap periode jumlah tenaga kerja bertambah karena ada golongan
penduduk yang akan memasuki angkatan kerja. Investasi masa lalu akan menambah barang-
barang modal dan kapasitas memproduksi di masakini (Sukirno, 2000:13). Pertumbuhan
ekonomi harus diikuti pula pemerataan ekonomi yaitu dengan pengurangan tingkat
ketimpangan. Semakin tinggi ketimpangan ekonomi akan memperlebar sekat pemisah antara
suatu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya. Ketimpangan dalam pembangunan
ekonomi antar wilayah merupakan salah satu aspek yang umum terjadi dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah. Ketimpangan dan pemerataan menjadi masalah utama dalam
pembangunan daerah, bahkan ketimpangan ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
tidak memiliki manfaat dalam pemecahan masalah. Menurut Boediono (2013) pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Artinya
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila pendapatan riil masyarakat pada
tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya.
Selain itu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah disparitas. Disparitas
merupakan salah satu akibat yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi demografi suatu
daerah. Disparitas ini mengakibatkan terbentuknya daerah maju dan daerah berkembang yang
pada akhirnya akan berdampak pada disparitas pendapatan antar masyarakat. Terjadinya
ketimpangan pendapatan akan berpengaruh terhadap pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu Provinsi yang terletak
di Pulau Sulawesi yang terdiridari 1 kota dan 5 kabupaten. Jika dilihat dari 1 kota dan 5
kabupaten dengan jumlah penduduk 1.096.819 jiwa yang ada di Provinsi Gorontalo dan
kuhsus untuk jumlah pendudukan Kota Gorontalo 198.539 jiwa. Jumlah ini merupakan
potensi bagi pertumbuhan perekonomian dengan harapan penduduk memiliki kemampuan
untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi yang bersifat produktif. Sehingga jika
Pendapatan Regional Bruto Daerah di bandingan dengan jumlah pendudukan, maka akan di
peroleh pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat kota gorontalo
perlu di kaji untuk melihat tingkat kesejahtraan masyarakat oleh karena penelitian. Peneliti
tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pendapatan perkapita kota
gorontalo selama ini. Karena pendapatan perkapita sangat terpengaruh dengan kemajuan
pembangunan provinsi,kabupaten, dan kota. di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini
pihak-pihak terkait bisa mengetahui perkembangan dan kemajuan pendapatan perkapita kota
gorontalo. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas penulis merasa tertarik untuk
membahas permasalahan ini dan melalukan penelitian dengan judul“ Analisis Pendapatan
Perkapita Kota Gorontalo “ Rumusan Masalah Dengan berbagai penjelasan pada latar
belakang diatas serta usaha untuk lebih mendekatkan fokus persoalan yang di maksud maka
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Perkembangan Pendapatan
Perkapita masyarakat di Kota Gorontalo. C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan
Penelitian Untuk menganalisis pendapatan perkapita kota gorontalo b. Kegunaan Penelitian
Sebagai informasi kepada seluruh masyarakat kota gorontalo tentang pendapatan perkapita.
sebagai masukan kepada pemerintah tentang pentingnya perhatian terhadapat peningkatan
pendapatan perkapita. kepada peneliti selajutnya untuk pengembangan perekonomian daerah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teori Penelitian terkait dengan ketimpangan wilayah maupun pertumbuhan ekonomi
telah banyak dilakukan sejak dulu, berikut penelitian-penilitian terdahulu tentang
ketimpangan wilayah. Penelitian oleh Sutarno dan Mudrajad Kuncoro (2017) tentang
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas tahun
2010-2011, dengan hasil penelitian adalah Berdasarkan Tipologi Klassen, daerah/kecamatan
di Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per
kapita menjadi empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan cepat
tumbuh,kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan/daerah yang berkembang cepat dan
kecamatan/daerah tertinggal, pada periode pengamatan 2010–2011 terjadi kecenderungan
peningkatan ketimpangan, baik dianalisis dengan indeks Williamson maupun dengan indeks
Entropi Theil. Ketimpangan ini salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi
secara spasial. Hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan yang berbentuk kurva U terbalik
berlaku di Kabupaten Banyumas, ini terbukti dari hasil analisis trend dan korelasi pearson.
Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks ketimpangan Williamson dan entropi Theil
untuk kasus Kabupaten Banyumas selama periode 2010–2011 terbukti berlaku hipotesis
Kuznets. Penelitian oleh Lili Masli (2010) tentang Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Regional Antar Kabupaten/Kota Di
Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian adalah ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari awal penelitian tahun 2015-2016 dan menunjukkan
arah yang negatif dibandingkan dengan awal tahun penelitian, pada umumnya kabupaten atau
kota di Jawa Baratpada periode penelitian tahun 2012-2013 menurut Tipologi Klassen
termasuk klasifikasi daerah tertinggal sebesar 36,6% serta daerah berkembang cepat sebesar
32,6%, daerah maju dan tumbuh cepat sebesar 16,3% dan daerah maju tapi tertekan sebesar
14,5%. Hasil penelitian ketiga adalah dari perhitungan data PDRB tahun 2010-2011 , dengan
menggunakan Indeks Williamson dan Entropi Theil ketimpangan regional cenderng
meningkat. Penelitian oleh Nugroho dan Asman (2012) variabel peneitiannya antara lain
pertumbuhan ekonomi, investasi, pengangguran, panjang jalan terhadap ketimpangan antar
wilayah di Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2018. Alat analisis yang digunakan adalah
menggunakan regresi data panel dengan metode Fixed Effect dan menggunakan Tipologi
Klassen untuk mengukur ketimpangan wilayah. Hasil dari penelitian adalah Dari
pertumbuhan ekonomi, investasi, pengangguran, berpengaruh positif terhadap ketimpangan.
Sedangkan panjang jalan tidak berpengaruh signifikan dan bernilai positif. Penelitian oleh
Jaime Bonet dengan variabel Desentralisasi fiskal, investasi, aglomerasi. Hasil penelitian
adalah Dengan menggunakan data panel didapatkan hasil bahwa proses desentralisasi fiskal
meningkatkan ketimpangan pendapatan regional selama masa analisis. Hal ini terlihat dari
beberapa faktor yaitu alokasi dari porsi utama atas sumber daya lokal baru untuk pengeluaran
sekarang (gaji dan upah), invetsasi infrastruktur dan modal, kurangnya komponen redistribusi
dalam transfer nasional, serta kurangnya kapasitas institusional pada pemerintah daerah.
Selain itu dua variabel kontrol yaitu keterbukaan perdagangan dan aglomerasi produksi juga
berhubungan positif dan signifikan terhadap ketimpangan regional. A. Pembangunan
Ekonomi Pengertian Ilmu Pembangunan Ekonomi Menurut Lincolin Arsyad (2017) sebelum
dekade 1960-an, pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional
dimana keadaaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama
untuk dapat menaikkan dan mempertahankan laju pertumbuhan GNPnya hingga mencapai
angka 5 sampai 7 persen atau lebih per tahun. Pengertian ini sangat bersifat ekonomis.
Namun demikian, pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan karena
pengalaman pada tahun 1950-an dan 1960-an seperti telah disinggung di muka itu
menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan GNP (Gross
National Product) saja tidak akan mampu memecahkan permasalahan pembangunan secara
mendasar. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat yang tidak
mengalami perbaikan meskipun target pertumbuhan GNP per tahun telah tercapai. Dengan
kata lain, ada tanda- tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi
secara sempit. Pembangunan ekonomi (Lincolin Arsyad, 2017) itu sangat luas bukan hanya
sekadar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi bersifat
multidimesi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah
satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan ekonomi itu dapat didefinisikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan suatu Negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan
taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi
pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembangaan. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembangunan ekonomi mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut: 1. Suatu
proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu 2. Usaha untuk meningkatkan
pendapatan per kapita, dan 3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung
dalam jangka panjang 4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi,
politik, hokum, sosial, dan budaya). sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek perbaikan di bidang aturan main (rule of the games), baik aturan formal maupun
informal; dan organisasi (players) yang mengimplementasikan aturan main tersebut. Oleh
karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola
keterterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembagunan ekonomi
dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang
terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan
masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Menurut
Sukirno (2011), “pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan ekonomi
(economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang
didefinisikan dalam proses untuk meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dalam
jangka panjang”. Menurut Todaro (2019), “pembangunan ekonomi merupakan proses
multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan
struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan
(disparitas) dan penganguran”. Menurut Arsyad (2016), “pembangunan ekonomi adalah
sebuah proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu Negara meningkat
dalam jangka penjang”. Pembangunan ekonomi adalah menambah skill agar satu sama lainya
membawa pendapatan perkapita yang lebih tinggi (Djojohadikusumo, 2011). Pembangunan
Ekonomi dapat disimpulkan sebagai proses yang melibatkan seluruh aspek seperti perubahan
struktur ekonomi, struktur sosial dengan cara mengasah kemampuan atau skill. Kemampuan
atau skill akan memacu meningkatkan pendapatan perkapita serta mengurangi kemiskinan
dan ketimpangan. Meningkatnya pendapatan perkapita dalam jangka panjang juga akan
menaikan Produk Domestik Bruto (PDB) secara berkelanjutan. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat.
Mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Menurut Boediono
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan perkapita dalam jangka panjang
dan pertumbuhan itu haruslah bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Jadi
Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang
terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan Jadi, pertumbuhan ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan peningkatan
output yang dihasilkan suatu daerah secara berkala, dari waktu kewaktu, memperbaiki
keadaan ekonomi dan kesejateraan masyarakat diwujudkan dalam kenaikan pendapatan
nasional. seluruh nilai tambah. Dalam analisis ekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapai dan perkembangannya dari satu periode ke periode lainnya, biasanya dilihat melalui
tingkat pendapatan per kapita. Nilai pendapatan perkapita mengukur tingkat taraf
pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai, sedangkan pertambahan pendapatan perkapita dari
tahun ke tahun lainnya mengukur perkembangan taraf kemakmuran yang ingin dicapai
(Sukirno, 2011). Banyak para ahli mendefinisikan dan mengungkap teori tentang
pertumbuhan ekonomi dengan berbagai asumsi. Perkembangan teori ekonomi pun terus
berlanjut dari mulai pandangan klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, kemudian
dilengkapi oleh teori Neoklasik dari Profesor Robbert Solow hingga teori yang dikemukakan
oleh Harrord Domar. Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik, karyanya yang sangat terkenal
adalah sebuah buku yang berjudul An Inquiry into the Nature and Cause of The Wealth of
Nation yang diterbitkan tahun 2010. Pada dasarnya smith menentang setiap campur tangan
pemerintah dalam industri dan perniagaan. Ia menganut paham perdagangan bebas dan
penganjur paham perdagangan bebas (Jhingan, 2014 - 2015). Proses pertumbuhan ini bersifat
menggumpal (kumulatif). Apabila timbul kemakmuran sebagi suatu akibat kemajuan di
bidang pertanian, industri manufaktur dan perniagaan, kemakmuran itu akan menarik ke
pemupukan modal, kemajuan teknik, meningkatnya penduduk, perluasan pasar, pembagian
kerja, dan kenaikan keuntungan secara terus menerus. Semua ini terjadi dalam apa yang
disebut Smith situasi progresif, yang di dalam kenyataan merupakan keadaan yang maju ini
“Sementara masyarakat meraih hasil-hasil yang lebih baik, keadaan buruh miskin yang
merupakan bagian terbesar dari masyarakat sepertinya menjadi kelompok yang paling
bahagia dan paling nyaman (Jhingan, 2017). 1 Model Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sudah
menjadi kenyataan umum bahwa ada wilayah yang pertumbuhan ekonominya sangat tinggi
dan ada pula yang sangat rendah. Berikut ini diuraikan ide pokok dan formulasi dari model
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut : a. Model Basis Ekspor (Export Base Model) Model
ini mula-mula diperkenalkan oleh Douglas C. North . Menurut model ini, pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah pada dasarnya ditentukan oleh besarnya Keuntungan Kompetitif
(Competitive Advantage) yang dimiliki oleh wilayah bersangkutan. Bila suatu wilayah
tertentu dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai keuntungan
kompetitif sebagai basis untuk kegiatan ekspor, maka pertumbuhan ekonomi wilayah yang
bersangkutan akan meningkat cepat. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan ekspor tersebut
akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang cukup besar bagi perekonomian
daerah bersangkutan. b. Model lnterregional Income Perluasan dari Model Basis Ekspor
dapat dilakukan dengan memasukkan unsur hubungan ekonomi antar wilayah yang dikenal
sebagai lnterregional Income Modal yang dikembangkan oleh Harry W. Richardson pada
tahun 2012. Ekspor diasumsikan sebagai faktor yang berada dalam sistem perekonomian
daerah bersangkutan (endogeneous variable) yang fluktuasinya ditentukan oleh
perkembangan kegiatan perdagangan antar wilayah. Selanjutnya, kegiatan perdagangan antar
daerah tersebut dibagi atas barang konsumsi dan barang modal. c. Model Neo-klasik
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber manusia,
modal, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor ekonomi. Para ahli
ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konseskuensi
dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi yang
turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya,
sumber manusia, modal, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor
ekonomi. Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan
konseskuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor
ekonomi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi : a. Sumber Alam Sumber alam
adalah segala kekayaan yang dimiliki suatu daerah berupa tumbuh-tumbuhan dan berbagai
jenis tanaman, dengan adanya kekayaan alam ini maka akan menjadi nilai tambah disuatu
wilayah dan dapat dioptimalkan menjadi keunggulan wilayah tersebut. b. Akumulasi Modal
Akumulasi modal adalah segala yang berkaitan dengan nilai dalam hal ini investasi, dengan
investasi maka suatu wilayah akan meningkatkan outputnya dalam arti peningkatan produksi
dan akan menyerap tenaga kerja ekonomipun menjadi membaik. c. vOrganisasi Organisasi
adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama secara bersama-sama dengan
adanya organisasi maka akan mensinergikan anatar satu organisasi dengan yang lain dan akan
menghasilkan kemajuan. d. Teknologi Teknologi adalah penunjang dari yang biasanya dapat
dilakukan oleh manusia menjadi dapat dilakukan oleh alat atau robot sehingga memudahkan
pekerjaan manusia, dengan adanya teknologi maka peningkatan hasil produksi akan
meningkat dan optimalisasi dari pertumbuhan ekonomi. e. Pengertian Pembangunan
Ekonomi Daerah Menurut Lincolin Arsyad (2010;374) Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah
adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
berdasarkan pada cirri khas (unique value) daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembangaan, dan
sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan
inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Pembangunan
ekonomi daerah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru,
pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
mengahasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu
pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan
daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masayarkat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh
karena itu, pemerintah daerah berserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan
sumber daya yang ada harus menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang
dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 2010:374). Masalah pokok dalam
pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan
yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development)
dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik
secara lokal (daerah). Sehingga kita peru melakukan pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja
baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu
proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan
industri-industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan
perusahaan-perusahan baru. Sirojuzilam (2013) mendefinisikan pembangunan ekonomi
adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan
besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks
pertumbuhan ekonomi. Adisasmita (2015), pembangunan wilayah (regional) merupakan
fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi
modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri,
teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan
pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah
dan lingkungan pembangunan secara luas. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menc iptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah
tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,
identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-
perusahaan (Arsyad, 2017). Pembanungan ekonomi adalah suatu proses yang dapat
menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
waktu yang panjang. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan per kapita dan
pendapatan nasional. Berikut ini merupakan teori-teori mengenai pembangunan ekonomi
menurut dari para ahli (dalam Muta’ali, 2015): a. Menurut Adam Smith pembangunan
ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan
teknologi (Suryana, 2010) b. Menurut Irawan dan Suparmoko (2012) pembangunan ekonomi
merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan suatu bangsa yang seringkali
diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. c. Menurut Prof. Meier (dalam
Adisasmita, 2015) pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan riil
perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Sementara itu, pembangunan ekonomi
daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010).
Pembangunan sektorsektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah harus disesuaikan
dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan
pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan
nasional. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan pembangunan nasional yang disebut Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sementara pembangunan daerah adalah
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, aksesterhadap
pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan
didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka
waktu tertentu. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif,
efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan yang meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang dilaksanakan untuk 20 tahun,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dilaksanakan selama 5
tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode satu tahun. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perencanaan
pembangunan daerah memiliki 4 (empat) prinsip utama yaitu: 1. Perencanaan pembangunan
daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. 2.
Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing. 3. Perencanaan
pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan
daerah. 4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi
yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
Perencanaan menurut Newman, dikutip oleh Manullang : “Planning is deciding in advance
what is to be done.” Jadi, perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan
dikerjakan. Sedangkan Beishline menyatakan bahwa fungsi perencanaan memberi jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, apabila, dimana, bagaimana, dan mengapa.
Robbins dan Coulter dikutip dari Ernie Tisnawati mendefinisikan perencanaan sebagai
sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem
perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. Sebelum manajer dapat
mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana
yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Dalam perencanaan, manajer memutuskan “apa
yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang
melakukannya.”. Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa perencanaan adalah gambaran
tentang apa-apa yang akan dilakukan mulai dari penetapan tujuan, strategi untuk mencapai
tujuan hingga sistem perencanaan untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh
pekerjaan organisasi sehingga tujuan bisa tercapai. Hal ini sekaligus menjawab juga apa saja
yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan
yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut
mencakup proses pengambilan keputusan. Penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah,
serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Perencanaan sebenarnya yaitu suatu cara
“rasional” untuk mempersiapkan masa depan (Becker,2017:98). ustiadi (2018:339)
menyatakan bahwa:“Perencanaan yaitu suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di
masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Sebagian kalangan berpendapat bahwa perencanaan yaitu suatu aktivitas yang
dibatasi oleh lingkup waktu tertentu, sehingga perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai
kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Artinya
perencanaan yaitu suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan dating
serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan demikian,
proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji
berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya
kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih langkah-langkah untuk mencapainya.”
Terry (2017:92) perencanaan yaitu pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk
mencapaisuatu hasil tertentu. Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan yaitu kegiatan menetapkan, merumuskan tujuan dan mengatur pendaya-gunaan
manusia, material, metode dan waktu secara efektif dalam rangkan pencapaian tujuan.
Perencanaan pembangunan nasional dan daerah akan terlaksana dengan baik, sinergis dan
terarah apabila diawali dengan perencanaan yang matang dan memperhatikan aspek
kontinuitasnya. Perencanaan yang lebih menyeluruh, terarah dan terpadu diperlukan untuk
menjamin laju perkembangan di Indonesia, dalam mencapai suatu masyarakat yang adil,
sejahtera dan makmur. Seiring dengan makin mantapnya pelaksanaan pembangunan nasional
dan daerah, maka sebagai konsekuensi logisnya adalah bahwa Pemerintah Pusat maupun
Daerah dituntut untuk lebih siap dan mandiri dalam menyusun strategi pembangunan dalam
rangka mengembangkan daerahnya sehingga mampu menghadapi era globalisasi dan
persaingan yang semakin kompetitif. Perencanaan pembangunan daerah yang berorientasi
pada proses, menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, politis dan atas-bawah dan
bawah-atas.Pendekatan teknokratik dalam perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan
dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan daerah.Sedangan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pendekatan politis dilaksanakan dengan
menerjemahkan visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD.Pendekatan atas-
bawah dan bawah-atas merupakan hasil perencanaan yang diselaraskan dalam musyawarah
pembangunan yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, daerah kabupaten/kota, daerah
provinsi hingga nasional. Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah “arus masuk atau
peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi
dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa,
atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
berlangsung. (Dyckman 2012 h. 234) Menurut Noor (2014: h.189) “pendapatan perusahaan
berasal dari penjualan, sementara itu nilai penjualan ditentukan oleh jumlah atau unit yang
terjual (quantity) dan harga jual (price), atau lebih sederhana dikatakan pendapatan fungsi
(quantity price) sedangkan pendapatan industri kecil diartikan sebagai hasil yang diperoleh
pengusaha dalam mengorganisasikan faktor produksi yang dikelolanya”. Suatu usaha yang
bergerak dalam sektor formal maupun informal dalam penentuan tingkat produksi akan
memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan
efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena
profit merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha. Menurut Sukirno (2016,h.47)
pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya
selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pengertian
pendapatan didefinisikan oleh Sofyan (2012,h.58) sebagai “kenaikan gross di dalam asset dan
penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal
dari kegiatan mencari laba”. Pendapatan merupakan suatu unsur penting dalam perekonomian
yang berperan meningkatkan derajat hidup orang banyak melalui kegiatan produksi barang
dan jasa. Besarnya pendapatan seseorang tergantung dari jenis pekerjaannya. Pendapatan
adalah segala sesuatu yang didapat dari hasil usaha baik berupa uang ataupun barang.
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah atau
penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa dan dividen, serta
pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi
pengangguran. Sedangkan Dwi Suwiknyo yang mendefinisikan pendapatan sebagai uang
yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, laba, dan lain
sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenaan
dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-
faktor produksi sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang masing-masing dalam
bentuk sewa, upah dan laba secara berurutan. Pendapatan adalah semua penerimaan, baik
tunai maupun tidak tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka
waktu tertentu. Selain itu, pendapatan ialah penerimaan dana sebagai hasil dari suatu
investasi. Dapat diartikan bahwa pendapatan adalah suatu yang bernilai ekonomi yang
diperoleh dari suatu kegiatan ekonomi sehingga menghasilkan dalam hal ini uang.
Pendapatan berbeda dengan upah, pendapatan yang hasilnya tidak ditentukan oleh waktu,
sedangkan upah biasanya ditentukan oleh waktu dan dirundingkan. Dalam pengertian makro,
pendapatan diartikan sebagai keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para
pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun waktu tertentu. Pendapatan
adalah penghasilan yang diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa barang dan jasa Tidak jauh berbeda pula
dengan yang dirumuskan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang menyatakan bahwa
pendapatan yaitu keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas
jasa berupa uang dari segala hasil kerja atau usahanya baik dari sektor formal maupun non
formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan pengertian pendapatan yang
telah disebutkan di atas, maka pendapatan rumah tangga petani tebu dapat diklasifikasikan
sebagai pendapatan total petani tebu, yaitu besarnya pendapatan total anggota keluarga yang
diperoleh dari penjumlahan hasil tani dan pendandapatan lainnya. Pendapatan merupakan
suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis
masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, beternak, buruh, serta berdagang dan
juga bekerja pada sektor pemerintah dan swasta (Nazir, 2010,17) . . Menurut Sukirno (2014)
pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha perdagangan, karena
dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang
diperoleh selama melakukan usaha tersebut. Menurut Dumairy (2010, 56) mengemukakan
bahwa pendapatan adalah sejumlah jenis balas jasa yang di terima, faktor-faktor produksi
yang turut serta dalam proses produksi yaitu upah dan gaji, sewa tanah, bunga, modal dan
keuntungan. Sebagaimana pendapatan diatas, bahwa pendapatan adalah gambaran terhadap
posisi ekonomi keluarga pada masyarakat, oleh karenanya setiap orang yang bekerja dalam
suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor formal yang berupaya untuk
meningkatkan pendapatan dari kerja kerasnya yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya dan pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya. Pendapatan adalah penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari
pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan dan dinilai
dengan uang atas harga yang berlaku pada saat ini (Paramita, 2014). Menurut Sukirno (2014)
pendapatan pada dasarnya merupakan pendapatan yang diterima semua rumah tangga dalam
perekonomian dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari pembayaran
pindahan. Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha dan
merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat (Laksmi Dewi,
dkk, 2012). Menurut Febiyanti (2012) pendapatan merupakan uang yang diterima dan
diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa
pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari
kekayaan. Menurut Chowdhury Khan (2012) untuk meningkatkan pendapatan perekonomian
rumahtangga diperlukan penambahan waktu kerja. Jumlah pendapatan mempengaruhi
permintaan. Jika jumlah pendapatan berkurang, permintaan juga akan berkurang. Barang
yang berkurang permintaannya ketika pendapatan berkurang disebut barang normal, misalnya
buah-buahan, susu, dan sebagainya, sedangkan barang yang meningkat permintaannya karena
pendapatan  berkurang disebut barang interior (Darsana, 2019). Pendapatan juga diartikan
sebagai semua hasil yang didapatkan setelah bekerja, sedangkan pendapatan pribadi diartikan
sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan
suatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk negara (Sukirno, 2014) Pendapatan
Usaha Dalam bisnis, pendapatan usaha adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan
dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Menurut
Ramlan (2017, h. 13) pendapatan usaha adalah hasil kerja dari suatu usaha yang telah
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ramlan (2017 h.41) pendapatan dibagi
dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan
yang telah mengalami pengurangan dari hasil produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu
pendapatan dari hasil usaha dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta penggunaan
bahan bakar dan tenaga pembantu lainnya. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur
berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah
komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Surya (2019,h.12) Pengukuran
Pendapatan Pengukuran pendapatan sangat penting untuk setiap transaksi yang menimbulkan
pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalam perolehan kas atau setara
kas. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, pendapatan
sebagai suatu item yang sangat penting dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi
perlu diukur dengan akurat. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas
dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau dapat diterima.
Namun, bila arus masuk kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat
diterima. Menurut Schroeder (2018,h.70), pengukuran adalah besarnya angka atau jumlah
atas objek atau kejadian berdasarkan aturan – aturan. Pengukuran juga merupakan suatu
proses perbandingan dalam rangka memperoleh informasi yang lebih teliti untuk
membedakan suatu alternatif dengan alternatif yang lain dalam situasi pengambilan
keputusan. Pengukuran dikaitkan dengan pendapatan akan bermakna bahwa pengukuran
pendapatan adalah penentuan besarnya pendapatan dalam bentuk angka-angka. Menurut
Sofyan (2012 ,h.168) ada empat metode pengukuran pendapatan : a. Historical Cost atau
harga yang terjadi dari pertukaran perusahaan yang lalu, yang merupakan dasar utama dalam
melakukan pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur
persediaan, aktiva tetap, aset lainnya. b. Current Purchase Exchange atau harga pertukaran
pembelian sekarang, digunakan misalnya dalam menerapkan metode penilaian persediaan
nilai yang terendah dari harga pokok dan pasar (LOCOM, Lower of Cost or Market). c.
Current Sale Exchange atau harga penjualan pertukaran sekarang yang dapat digunakan
misalnya dalam mengukur barang jenis logam yang memiliki harga stabil yang tetap dimana
tidak begitu ada biaya pemasarannya. d. Future Exchange, harga didasarkan pada pertukaran
dimasa yang akan datang. Misalnya, digunakan untuk menaksir biaya yang akan datang jika
diakui hasil berdasarkan persentase siap. 3. Pengakuan Pendapatan Menurut Kieso (2013,h.
3) “pengakuan adalah proses untuk secara formal mencatat atau memasukkan suatu pos di
dalam akun dan laporan keuangan entitas”. Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata –
kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama
dengan realisasi, meskipun keduanya kadang – kadang digunakan bergantian di dalam
literatur dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan sumber daya bukan kas
dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas. Menurut Smith (2013, h.232)
“pengakuan adalah pencatatan suatu item dalam akun – akun dan laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian”. Pengakuan termasuk
penggambaran suatu item baik dalam kata – kata maupun jumlah, di mana jumlah mencakup
angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Menurut Dyckman (2011),
selain empat kriteria pengakuan umum tersebut, prinsip pendapatan menyatakan bahwa
pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika : Pendapatan dihasilkan, Pendapatan
dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus
dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum,
pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak
diselesaikan selama biaya – biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal. 1. Pendapatan direalisasi atau dapat
direalisasi, Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.
Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim nonkas atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti
piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke
dalam jumlah kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu
komoditas, seperti emas atau gandum, di mana ada pasar publik untuk jumlah tidak terhingga
dari produk tersebut yang dapat dibeli atau dijual pada harga pasar yang telah diketahui. 4.
Pendapatan Perkapita Tingkat pendapatan dapat kita jelaskan pengertiannya ialah
“Pendapatan adalah suatu hasil yang di dapatkan oleh seseorang setelah melakukan pekerjaan
walaupun hasil yang dicapainya masih rendah ataupun sudah cukup tinggi yang nantinya
digunakan untuk mencukupi suatu kebutuhan ataupun mengkonsumsi suatu barang dan jasa.
Akumulasi modal (Capital accumulation) terjadi apa bila sebagian pendapatan ditabungan
dan investasi kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan kemudian hari.
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor
positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan penduduk yang lebih besar
berarti ukuran pasar domestik lebih besar. Kemajuan teknologi adalah ditemukan cara baru
atau perbaikan cara lama dalam mengenai pekerjaan tradisional. (Amalia,2017, h.23-24)
Teori ekonomi pendapatan atau penerimaan keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda
dengan pengertian keuntungan dari segi pembukuan. Ditijau dari sudut pandangan
perusahaan atau pembukuan seperti telah diterangkan di atas, keuntungan adalah perbedaan
nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.
Keuntungan menurut pandangan pembukuan, apabila dikurangi lebih lanjut oleh biaya
tesembunyi, akan menghasilkan keuntungan ekonomi atau keuntungan murni (Pure profit).
(Sukirno, 2011.h. 384) Yuwanta (2017, h. 13), “Sebagai usaha peningkatan pendapatan di
daerah kemiskinan dan sekaligus mengubah kemiskinan menjadi sumber produksi ternak
dengan kualitas tinggi”. Maksudnya peningkatan pendapatan usaha budi daya ikan nila harus
bisa menentukan kualitas produksi. Daniel (2014, h.138-139) lebih lanjut menjelaskan bahwa
“Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi.
Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Namun bertambahnya
pendapatan suatu usaha sangat mempengaruhi permintaan akan barang” Maka hal ini perlu
melihat berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain: a. Harga b. Harga barang
lain c. Selera d. Jumlah penduduk e. Tingkat pendapatan. 5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan Banyak hal yang ikut berperan dan berpengaruh terhadap
pendapatan usaha dalam kegiatan usahanya ini diantaranya, modal usaha/biaya produksi,
lokasi usaha. Semakin besar selisih antara nilai produksi dengan biaya, maka akan
memberikan keuntungan semakin besar pula. Modal Usaha Nugraha (2011: 9)
mengemukakan bahwa “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang
dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam
pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang
bukanlah segalagalanya dalam sebuah bisnis. namun perlu dipahami bahwa uang dalam
sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya
modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola
modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah,2015,
h.7). Sutrisno (2017, h.87), menyatakan bahwa modal usaha adalah dana yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari seperti,
pembeli bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya.
Harga Jual Hansen dan Mowen (2010:633) mendefinisikan “harga adalah jumlah moneter
yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa
yang dijual atau diserahkan” Menurut Mulyadi (2015:78) Harga adalah besarnya harga yang
akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi
ditambah biaya non produksi dan laba yang diharapkan. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan
perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara
yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang
tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas
produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan bagi para pembeli.
Dalam menentukan harga jual keputusan-keputusan penempatan harga menjadi semakin
rumit apabila perusahaan memproduksi sebuah lini dari beberapa model atau gaya dimana
calon pelanggan menganggap memiliki keterkaitan satu sama lain. Dalam kasus seperti ini
perusahaan seharusnya menyesuaikan harga dari barbagai model untuk merefleksikan
persepsi pelayanan dari nilai relatif mereka. Hal terbaik yang dapat dilakukan para manajer
adalah menetapkan harga setiap produk secara terpisah lalu menyesuaikan harga itu untuk
merefleksikan kecenderunan bahwa pelanggan akan menaikkan harga atau menurunkan dan
akan memandang harga dari produk terkait adalah wajar dan layak. (Boyd at, al 2011,h.27) c.
Lokasi Usaha Dalam membuat rencana bisnis, pemilihan lokasi usaha adalah hal utama yang
perlu dipertimbangkan. Lokasi strategis menjadi salah satu faktor penting dan sangat
menentukan keberhasilan suatu usaha. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih lokasi, sebagai salah satu faktor mendasar, yang sangat berpengaruh pada
penghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi usaha juga akan
berhubungan dengan masalah efisiensi transportasi, sifat bahan baku atau sifat produknya,
dan kemudahannya mencapai konsumen. Lokasi juga berpengaruh terhadap kenyamanan
pembeli dan juga kenyamanan Anda sebagai pemilik usaha. a. Pengertian Pendapatan
Perkapita Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu
negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Jadi Pendapatan per kapita adalah ukuran
jumlah uang yang diperoleh per orang di suatu negara atau wilayah geografis. Pendapatan per
kapita dapat digunakan untuk menentukan pendapatan rata-rata per orang untuk suatu daerah
dan untuk mengevaluasi standar hidup dan kualitas hidup penduduk. Pendapatan per kapita
untuk suatu negara dihitung dengan membagi pendapatan nasional negara tersebut dengan
penduduknya. Penghitungan pendapatan per kapita mencakup pria, wanita, dan anak, bahkan
bayi yang baru lahir, sebagai anggota populasi. Ini berbeda dengan pengukuran umum
lainnya dari kemakmuran suatu daerah, seperti pendapatan rumah tangga, yang menghitung
semua orang yang tinggal di bawah satu atap sebagai rumah tangga, dan pendapatan
keluarga, yang dianggap sebagai keluarga yang terkait dengan kelahiran, perkawinan, atau
adopsi yang tinggal di bawah atap yang sama. Pendapatan perkapita menurut Sukirno (2004)
mengatakan bawa pendapatan rata-rata penduduk suatu negara atau daerah pada suatu
periode tertentu yang biasanya satu tahun. pendapatan perkapita dihitung berdasrkan
pendapatan daerah dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita sering digunakan
sebagai ukuran kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu negara maupun daerah. Di
samping pertumbuhan penduduk, ada juga faktor lain yang memerlukan pelaksanaan upaya
minimum kritis. Faktor tersebut adalah skala disekonomis internal akibat tak dapat dibaginya
faktor produksi, disekonomis eksternal akibat adanya ketergantungan eksternal, hambatan
budaya dan kelembagaan yang ada di NSB. Untuk mengatasi penyebab depresi ini, pertama
kali diperlukan upaya minimum yang cukup besar. Tetapi upaya ini tidak dapat dilakukan
pada tingkat pendapatan subsisten. Karena, merupakan kenyataan, pengeluaran pada tingkat
pendapatan subsisten di NSB adalah sekedar untuk konsumsi hari ini. Si kaya yang beberapa
gelintir ini terjatuh pada konsumsi mewah sebagai akibat demonstration effect. Hanya sedikit
saja yang dipergunakan untuk penciptaan modal baru, tidak ada kapasitas atau keterampilan
produktif manusia. Jadi upaya minimum kritis itu harus lebih besar diatas tingkat pendapatan
subsisten, agar roda pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dapat bergerak. Tujuan
akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu negara adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana kebijakan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam istilah ekonomi disebut dengan pendapatan
nasional. Kesejahteraan masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan
nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut sebagai pendapatan per
kapita. Semakin tinggi pendapatan per kapita sebuah negara tertentu semakin tinggi pula
kesejahteraan masyarakatnya, dan sebaliknya. Sadono Sukirno menyatakan bahwa
pendapatan nasional adalah nilai- nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah pendapatan yang
dihitung menurut harga-harga pada tahun yang produksi nasionalnya dihitung. Sedangkan
pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode
tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita juga diartikan sebagai jumlah dari
nilai barang-barang dan jasa yang tersedia bagi penduduk suatu negara pada suatu periode
tertentu. Menurut teori Sollow Swan jika suatu negara menyisihkan sebagian besar
pendapatannya ketabungan dan investasi maka negara itu akan memiliki ketersediaan modal
steady state dan tingkat pendapatan yang tinggi, dan sebaliknya Sollow Swan juga
memprediksi bahwa negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki PDB
Perkapita yang rendah. Manfaat Pendapatan Perkapita Perkapita Menurut Adji, Wahyu
(2017) dkk mengatakan bahwa pendapatan perkapita juga memiliki beberapa manfaat,
diantaranya adalah sebagai indikator kesejahteraan negara, standar pertumbuhan
kemakmuran negara, sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat kebijakan ekonomi,
dan pembanding tingkat kemakmuran antarnegara. Berikut penjelasan tiap-tiap manfaat
pendapatan perkapita adalah: Indikator kesejahteraan negara merupakan ukuran yang paling
dapat diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu negara. Ini disebabkan karena
pendapatan perkapita telah mencakup jumlah penduduk sehingga secara langsung dapat
menunjukkan tingkat kemakmuran. b) Standar pertumbuhan kemakmuran negara. Pendapatan
per kapita merupakan standar umum untuk membandingkan tingkat kemakmuran atau
kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun. c) Sebagai pemodan bagi pemerintah dalam
membuat kebijakan ekonomi. Pendapatan per kapita dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
pemerintah dalam membuat kebijakan ekonomi karena pemerintah dapat memantau
pertumbuhan ekonomi yang ada dalam masyarakat. d) Pembanding tingkat kemakmuran
antarnegara. Pendapatan per kapita juga umum digunakan sebagai pembanding tingkat
kemakmuran antara negara yang satu dengan yang lainnya. Dengan menetapkan standar per
kapita, maka negara-negara didunia dapat dikelompokkan kedalam negara berpendapatan
rendah, menengah, atau tinggi. 6. Pengertian Penduduk Penduduk adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih mereka yang
berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk
diakibatkan oleh tiga komponen yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah pelaksanaan pembangunan itu sendiri,
namun demikian penduduk Indonesia menurut strukturnya berbeda dengan struktur negara
yang lebih maju. Struktur penduduk Indonesia dikatakan masih muda, atau sebagian besar
penduduk Indonesia berusia muda. Mengingat hanya orang dewasa saja yang bisa bekerja,
dan pada umumnya dalam suatu keluarga hanya ada satu yang bekerja berarti bahwa untuk
setiap orang yang bekerja harus menanggung beban hidup dari anggota keluarga dari yang
cukup besar. Makin banyak orang yang harus ditanggung oleh setiap orang yang bekerja
makin rendah kesejahteraan penduduk (Subagiarta, 2016:10)
. BAB III KERANGKA KONSEPUTUAL DAN HIPOTESIS

3 .1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatut opik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh
dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan
garis sesuai variabel yang diteliti. Pembangunan daerah kota gorontalo di lakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat yang biasa dikenal dengan
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB atau pendapatan masyarakat ini jika di
bandingan dengan jumlah maka akan di peroleh pendapatan perkapita. Gambar 1. Alur
KerangkaKonseptual. 3.2. Hipotesis Hipotesis Tindakan Berdasarkan beberapa teori
pendukung dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini diduga dalam
pendapatan perkapita masyarakat kota gorontalo mengalami peningkatan.
BAB IV METODE PENELITIAN
Daerah Penelitian Daerah Penelitian Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penulisan
adalah di Wilayah kota gorontalo. Lokasi penelitian ini dipilih karena pertimbangan
penghematan biaya serta kesesuaian terhadap penelitian tentang keadaan pendapatan
perkapita wilayah kota gorontalo dan tingkat kehidupan masyarakat sekitarnya. Waktu
penelitian Waktu penelitian yang digunakan sangat disesuaikan dengan kalender akademik
tentag penyusunan skripsi, yakni selama 3 bulan terhitung dari bulan desember sampai
dengan bulan maret 2022 Metode Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data merupakan
factor penting dalam keberhasilan penelitian yang akan dilakukan. Tahap ini dilakukan untuk
memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti sehingga tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Berikut metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini: 1. Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Dalam hal ini data yang harus dikumpulkan mengenai bagaimana
pendapatan perkapita di kota gorontalo. 2. Wawancara Wawancara (interview) merupakan
salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian
diskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individu. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti
menyiapkan instrument wawancara berupa sejumlah pertanyaan atau pernyataan untuk
diajukan ke para responden. 3. Dokumentasi Merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan mengimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, maupun elektronik. Teknik
dokumentasi ini merupakan pengumpulan data dengan cara mendokumentasikan objek
penelitian serta semua yang mendukung sebagai bahan atau data yang nantinya difungsikan
dalam penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan dokumen berupa hasil pemotretan proses terjadinya
wawancara serta observasi yang dilakukan pada saat penelitian secara terperinci. Jenis Dan
Sumber Data Jenis Data Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua yakni data kualitatif dan
data kuantitatif Data kualitatif Data kualitatif merupakan data yang sifatnya abstrak karena
berbentuk kata kata yang bermakna. Data kualitatif diperoleh dengan metode pengumpulan
data seperti wawancara, observasi, menganalisa dokumen terkait, dan dapat juga diperoleh
melalaui gambar maupun video. Data kualitatif cenderung bersifat subyektif karena
didasarkan pada pendapat atau kesimpulan peneliti. 2. Data kuantitatif Data kuantitatif
merupakan data yang berupa angka, bilangan yang nilainya bisa berubah-ubah sesuai variabel
yang mempengaruhi. Jenis data ini biasanya diolah dengan perhitungan matematika atau
punstatistika. Penelitian dengan data kuantitatif berfungsi untuk menguji kebenaran
berdasarkan konsep konsep yang sudah ada. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian
ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu : Data Primer Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dari obyek penelitian. Data primer dapat berupa pendapat dari responden
baik individu maupun kelompok, data observasi, terhadap suatu benda, kegiatan atau
kejadian. Data primer mencerminkan kenyataan yang benar-benar terjadi di obyek penelitian.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui perantara. Contoh data sekunder seperti buku, ebook, jurnal penelitian, laporan
perusahaan, dan lain-lain. Data sekunder memiliki manfaat yaitu meminimalkan biaya dan
waktu, mengklasifikasikan permasalahan, dan mengetahui tingkat kesenjangan informasi.
Metode Analisis data Metode analisis data ini perhitungan pendapatan perkapita (PDRB
dibagi Jumlah Penduduk) dilanjutkan dengan analisis trend linear untuk melihat
perkembangan pendapatan perkapita masyarakat Kota Gorontalo dengan menggunakan
Rumus Pendapatan Perkapita Produk demestik Bruto ( PDRB) : Jumlah Penduduk. Kota
Gorontalo.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Gorontalo Gorontalo ditetapkan sebagai
Provinsi berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2001, tertanggal 22 Desember
dan menjadi Provinsi ke 32 di Indonesia. Luas Wilayah Provinsi Gorontalo
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 137 tahun 2017, tentang
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan sebesar 11.257,07 Km2 , atau
hanya sebesar 0,63 persen dari luas wilayah Indonesia. Wilayah Provinsi Gorontalo
yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan sebutan "Semenanjung Gorontalo"
(Gorontalo Peninsula) terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0° 19′
00” - 1° 57′ 00” LU (Lintang Utara) dan 121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur
Timur). Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis, karena diapit oleh dua perairan,
yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama Teluk Tomini di sebelah
Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Utara. Dalam catatan sejarah maritim
Nusantara, Laut Sulawesi menjadi penting karena merupakan jalur pelayaran dari
pulau Sulawesi menuju Filipina yang juga melalui jalur wilayah perairan Kesultanan
Sulu di sebelah Timur dari Negara Malaysia. Sedangkan Teluk Gorontalo atau Teluk
Tomini sejak dahulu kala menjadi sumber kehidupan penduduk Kerajaan-Kerajaan
yang bermukim di sekitarnya. Teluk ini pun sejak dahulu ramai oleh lalu lintas
pelayaran dan perdagangan, karena menjadi tempat bertemunya Kerajaan yang berada
di kawasan "Tomini-Bocht" (wilayah kawasan Teluk Tomini), Ternate, Buton,
bahkan menjadi jalur masuknya perantau dari Hokkian (Tiongkok) serta dari Jazirah
Arab. Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain, yaitu
Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah
Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan
di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Luas Provinsi Gorontalo secara
keseluruhan adalah 12.435 km2. Dibandingkan terhadap wilayah Indonesia, luas
wilayah provinsi ini hanya sebesar 0,63%. Gambar V.1 Peta Administrasi Wilayah
Provinsi Gorontalo Sumber : Revisi RTRW Provinsi Gorontalo, 2010-2030 Secara
Administrastif, Provinsi Gorontalo terbagi atas 5 kabupaten dan 1 kota yakni
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone
Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo sebagai Ibu Kota Provinsi.
Dari 6 wilayah administrasi tersebut terdiri atas 77 Kecamatan, 72 Kelurahan dan 657
Desa. Kabupaten dengan kecamatan terbanyak adalah Kabupaten Gorontalo.
Sementara itu, jika dilihat dari luas wilayah, Kabupaten Pohuwato memiliki wilayah
terluas di Provinsi Gorontalo dengan luas wilayah sebesar V.244,31 km2 atau sebesar
35,83%, sedangkan Kota Gorontalo memiliki wilayah terkecil di Provinsi Gorontalo
yaitu sebesar 79,59 km2 atau sebesar 0,53% dari wilayah provinsi Gorontalo. Tabel
5.1 Luas Wilayah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota No Kode Wilayah
Kabupaten/Kota Ibu Kota Kabupaten Luas Wilayah (km2) Luas Wilayah (%) 1 75.02
Kabupaten Boalemo Tilamuta 1.521,88 13,52% 2 75.03 Kabupaten Bone Bolango
Suwawa 1.984,31 17,63% 3 75.01 Kabupaten Gorontalo Limboto 1.750,83 15,55% 4
75.05 Kabupaten Gorontalo Utara Kwandang 1.676,15 14,89% 5 75.04 Kabupaten
Pahuwato Marisa 4.244,31 37,70% 6 75.71 Kota Gorontalo – 79,59 0,71% Provinsi
Gorontalo 11.257,07 100,00% Sumber : https://gorontalo.bps.go.id/ 2 Letak Dan
Kondisi Geografis Wilayah Gorontalo terletak diantara antara 0° 19’ – 0° 57’ Lintang
Utara dan 121° 23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Secara geografis Provinsi Gorontalo
berdasarkan berbatasan langsung dengan dua provinsi lain, yaitu Provinsi Sulawesi
Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di
sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan
dibatasi oleh Teluk Tomini. Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis, karena
diapit oleh dua perairan, yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama
Teluk Tomini di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebah utara Dilihat dari aspek
topografi sebagian besar Wilayah Provinsi Gorontalo merupakan daerah dataran,
perbukitan dan pegunungan. Wilayah Kota Gorontalo adalah yang terletak pada
elevasi yang paling rendah, dari 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Gorontalo terdiri dari wilayah dataran dan pegunungan berada pada
elevasi bervariasi, dari 0 sampai 2.065 m dari permukaan laut. Kabupaten Boalemo
terdiri dari wilayah dengan topografi datar sampai bergunung terletak pada ketinggian
dengan variasi dari 0 sampai 2.100 m dari permukaan laut. Kabupaten Pohuwato
terletak pada elevasi 0 sampai 1.920 m yang ditemukan di daerah perbatasan dengan
Sulawesi Tengah. Kabupaten Bone Bolango mempunyai topografi dengan variasi
antara 0 sampai 1.954. Kabupaten Gorontalo Utara mempunyai topografi dengan
ketinggian yang berbeda-beda, dengan variasi ketinggian antara 0 sampai 1.970 m
dari permukaan laut. Gambar V.2 Peta Topografi Provinsi Gorontalo 3. Keadaan
Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis
yang berbentuk Pohala'a (Keluarga), di antaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis
Hulontalo), Pohala'a Suwawa (Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis
Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis
Atinggola) yang seluruhnya dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku
Hulontalo. Ditengarai, penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali
lipat dari total penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh dunia. Menurut badan
statistik provinsi gorontalo, jumlah penduduk Kota kota gorontalo pada tahun 2020
mencapai 1 171 681,00 jiwa dan pada tahun 2021 mencapai 1 180 948,00 jiwa. Jumlah
penduduk Gorontalo mengalami peningkatan semenjak didirikan pada tahun 2000.
Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010 memperlihatkan penambahan jumlah
penduduk sebanyak 131.517 jiwa atau rata-rata sebanyak 13.152 jiwa setiap tahun.
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Provinsi Gorotalo Tahun (2019-2020) Wilayah se
Provinsi Jumlah Penduduk (Jiwa) 2019 2020 2021 Boalemo 167 024,00 145 868,00
147 038,00 Gorontalo 378 527,00 393 107,00 395 635,00 Pohuwato 161 373,00 146 
432,00 147 689,00 Bone Bolango 161 236,00 162 778,00 164 277,00 Gorontalo Utara
115 072,00 124 957,00 126 521,00 Kota Gorontalo 219 399,00 198 539,00 199 788,00
Provinsi Gorontalo 1 202 631,00 1 171 681,00 1 180 948,00 Sumber :
https://gorontalo.bps.go.id Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2019-2021), laju
pertumbuhan penduduk Gorontalo sebesar 1,16 persen per tahun. Terdapat
perlambatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,10 persen poin jika dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2010 yang sebesar 2,26
persen. TABEL. 5.3. Jumlah Penduduk Kota Gorontalo NO TAHUN JUMLAH
PENDUDUK KOTA GORONTALO 1 2012 189 476,00 2 2013 193 692,00 3 2014
197 970,00 4 2015 202 202,00 5 2016 206 454,00 6 2017 210 782,00 7 2018 215 
086,00 8 2019 219 399,00 9 2020 198 539,00 10 2021 199 788,00 Sumber : BPS Kota
Gorontalo 2022 Dari Tabel jumlah penduduk Kota Gorontalo diatas maka terlihat
bahwa jumlah penduduk di Kota Gorontalo dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2019 mengalami kenaikan namun pada tahun 2020 sampai dengan 2021 mengalami
penurunan jumlah penduduk di Kota Gorontalo yang disebabkan oleh banyak
penduduk kota Gorontalo yang pindah kedaerah lain baik daerah tetangga maupun
daerah lain yang ada diluar Propinsi Gorontalo. NO TAHUN Produk Domesitik Bruto
Kota Gorontalo 1 2012 4 164 419,65 2 2013 4 667 277,29 3 2014 5 192 432,48 4 2015
5 790 744,59 5 2016 6 466 378,45 6 2017 7 096 838,22 7 2018 7 748 239,18 8 2019 8 
452 775,68 9 2020 8 536 169,62 10 2021 8 985 857,08 Tabel 5.4. Produk Domesitk
Bruto Kota Gorontal BPS kota gorontalo 2022 Dari tabel diatas maka terliat bahwa
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gorontalo dari tahun ketahun
mengalami peningkatan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2021 terutama pada
tiga tahun terakhir PDRB mengalami peningikatan di Kota Gorontalo. Dalam
penelitian ini untuk mencari pendapatan perkapita di kota Gorontalo dengan sepuluh
tahun terakhir maka rumus yang digunakan adalah sebagi berikut: PDRB / Jumlah
Penduk dengan demikian perhitungannya adalah : Pada Tahun 2012 : Pendapatn
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan Perkapita = 4 164 419,65 / 189 
476,00 Pendapatan Perkapita = 21,978.612,85. Pada Tahun 2013 : Pendapatn
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita = 4 667 277,29 /193 
692,00 Pendapatan perkapita =24,096.386.47. Pada Tahun 2014 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =5 192 432,48 /197 
970,00 Pendapatan perkapita =26,228.380.46. Pada Tahun 2015 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =5 790 744,59 /202 
202,00 Pendapatan perkapita =28,638.414.01. Pada Tahun 2016 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =6 466 378,45 /206 
454,00 Pendapatan perkapita =31,321.158.46. Pada Tahun 2017 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =7 096 838,22 /210 
782,00 Pendapatan perkapita =33,669.090.43. Pada Tahun 2018 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =7 748 239,18 / 215 
086,00. Pendapatan perkapita =36,023.912.20. Pada Tahun 2019 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =8 452 775,68 / 219 
399,00. Pendapatan perkapita =38,526.956,27 Pada Tahun 2020 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =8 536 169,62 /198 
539,00 Pendapatan perkapita =42,994.926,03 Pada Tahun 2021 : Pendapatan
Perkapita = PDRB / Jumlah Penduduk Pendapatan perkapita =8 985 857,08 /199 
788,00 Pendapatan perkapita =44,976.960,9 Dari data diatas tentang Pendapatan
perkapita di Kota Gorontalo terlihat setiap tahun mengalami trend kenaikan terutama
pada selang waktu tahun 2012 sampai 2021 ini dapat diketahui bahwa tingkat
kemakmuran di kota Gorontalo sangat baik selama sepuluh tahun terakhir. Berikut ini
rekapitulasi pendapatan perkapita di kota Gorontalo dapat terlihat dalam tabel seperti
berikut ini : Tabel 5.5. Pendapatan Perkatapita Kota Gorontalo NO Tahun Pendapatan
Perkapita Satuan : Rupiah 1 2012 21,978.612,85. 2 2013 24,096.386.47. 3 2014
26,228.380.46. 4 2015 28,638.414.01. 5 2016 31,321.158.46. 6 2017 33,669.090.43. 7
2018 36,023.912.20. 8 2019 38,526.956,27 9 2020 42,994.926,03 10 2021
44,976.960,9 Data Olahan : 2022 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
mengukur aktifitas dan kelancaran ekonomi dalam suatu wilayah dapat diukur dengan
menghitung pendapatan perkapita yang didapat dari hasil PDRB dibagi dengan
jumlah penduduk setiap tahunnya . Dan hal ini terlihat bahwa tren peningkatan setiap
tahun dalam kurun waktu sepuluh tahun pendapatan perkapita di kota Gorontalo saat
ini mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2021. B. Pembahasan Pendapatan
perkapita di hitung berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang
analisis pendapatan perkapita di Kota Gorontalo maka dapat dilihat bahwa pendapatan
perkapita di Kota Gorontalo saat ini mengalami trend kenaikan dari tahun ketahun
terutama untuk tahun 2012 sampai dengan tahun 2022 . Semakin tinggi jumlah
penduduk dan PDRB maka akan memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat di kota Gorontalo dengan pendaptan perkapita mengalami kenaikan yang
artinya tingakat kesejahteraan juga meningkat khususnya di Kota Gorontalo. Dengan
demikian dengan adanya kenaikan pertahun maka dapat diketahui tingkat
kemakmuran negara dan masyarakatnya karena pendapatan perkapita melibatkan
perhitungan penghasilan masyarakat dan fungsinya adalah dapat mengukur
kelancaran pelaksanaa akrtivitas ekonomi suatu daerah.

BAB VI KESIMPULAN A. SIMPULAN 1


. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lokasi badan pusat statistik kota
gorontalo tentang analisis pendapatan perkapita kota gorontalo. Gorontalo ditetapkan
sebagai Provinsi berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2001, tertanggal 22
Desember dan menjadi Provinsi ke 32 di Indonesia. Luas Wilayah Provinsi Gorontalo
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 137 tahun 2017, tentang
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan sebesar 11.257,07 Km2 , atau
hanya sebesar 0,63 persen dari luas wilayah Indonesia. 2. berdasarkan hasil penelitian
yang didapatkan di lokasi badan pusat statistik kota gorontalo tentang analisis
pendapatan perkapita kota gorontalo ditetapkanWilayah Provinsi Gorontalo yang pada
zaman kolonial Belanda dikenal dengan sebutan "Semenanjung Gorontalo"
(Gorontalo Peninsula) terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0° 19′
00” - 1° 57′ 00” LU (Lintang Utara) dan 121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur
Timur). 3. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lokasi badan pusat statistik
kota gorontalo tentang analisis pendapatan perkapita kota gorontalo. Gorontalo
ditetapkan Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis, karena diapit oleh dua
perairan, yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama Teluk Tomini di
sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Utara. Dalam catatan sejarah maritim
Nusantara, Laut Sulawesi menjadi penting karena merupakan jalur pelayaran dari
pulau Sulawesi menuju Filipina yang juga melalui jalur wilayah perairan Kesultanan
Sulu di sebelah Timur dari Negara Malaysia. B. SARAN 6.1. peneliti dapat
mengusulkan beberapa saham sebagai berikut : a. penulis mengahrapkan agar pihak
akademisi memelajuti penelitian lebih detail dan secara ilmia. Dalam analisis
pendapatan per kapita masyarakat gorontalo. b. penulis mengarapkan agar
pemerintahgorontalo memberikan kelayakan hidup serta memberikan kebebasan
dalam bidan pengelola perekonomian dan wujudkan indeks pembangunan manusia
(ipm). .

Anda mungkin juga menyukai