Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di negara berkembang khususnya Indonesia, pembangunan ekonomi

merupakan indikator penting untuk menunjang perekonomian agar lebih mapan.

Pembangunan ekonomi merupakan keadaan atau proses kenaikan pendapatan

perkapita penduduk yang dibarengi dengan adanya sistem kelembagaan yang

lebih baik (Arsyad, 2005). Dalam pembangunan ekonomi, target utama adalah

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Suatu negara dengan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dapat dikatakan negara tersebut telah mampu dan berhasil dalam

menjalankan perekonomiannya. Pada perekonomian tradisional, pembangunan

ekonomi hanya diukur dari pertumbuhan PDB. Melalui peningkatan pertumbuhan

PDB dapat memunculkan prinsip trickle down effect, yaitu kondisi demi

terciptanya kemerataan, baik di bidang ekonomi maupun sosial.

Namun, pandangan baru pada saat ini tidak lagi berorientasi pada

peningkatan PDB saja. Oleh sebab itu, tujuan dari pertumbuhan ekonomi harus

dapat mengatasi masalah yang lebih kompleks pada saat ini, yaitu masalah

kemiskinan. Tujuan dari pembangunan nasional yakni menurunkan angka

penduduk miskin, karena kemiskinan adalah salah satu penghambat Negara untuk

memajukan perekonomiannya serta penghambat Negara untuk mencapai

tujuannya. Permasalahan kemiskinan telah ditemui oleh berbagai Negara di


2

belahan dunia, lebih - lebih negara berkembang. Dikarenakan kemiskinan

mempunyai sifat

multidimensional, yang berarati kebutuhan masing - masing individu

beragam. Kemiskinan mempunyai berbagai unsur primer seperti miskin harta dan

keahlian dan juga adanya aspek sekunder seperti miskin jaringan pertemanan dan

sumber penghasilan (Sampurna, 2019).

Permasalahan kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

penghasilan masyarakat, pengangguran, pendidikan, lokasi, geografis, gender dan

lokasi lingkungan (Putra & Arka, 2018). Indonesia adalah salah Negara

berkembang dengan urutan ke tujuh Negara termiskin se Asia Tenggara dengan

pendapatan perkapita 3. 870dollar. Tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2018

menghadapi penurunan, ada sekitar dua puluh lima Juta penduduk miskin pada

bulan September 2018 dan juga mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar

empat belas, enam puluh empat juta setelah mengalami kenaikan pada tahun 2020

akibat dari dampaknya Covid 19 kemiskinan Indonesia mencapai dua puluh

delapan Juta penduduk miskin

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bagaimana suatu proses atau bentuk

kegiatan ekonomi menghasilkan pendapatan tambahan bagi suatu masyarakat

selama periode waktu tertentu Perkembangan moneter hanya digambarkan

sebagai proses perluasan penciptaan per kapita secara garis besar yang menyoroti

tiga sudut pandang: interaksi, perluasan penciptaan per kapita, dan dalam jangka

panjang. Definisi lain menurut


3

Pangiuk, (2018). Perkembangan moneter adalah kemajuan keuangan yang

berjalan sesekali dan mempengaruhi pembayaran teritorial yang sebenarnya

sehingga terus berkembang. Perkembangan keuangan dikomunikasikan sebagai

siklus, dan gambaran ekonomi pada suatu waktu. Di sini orang dapat mengatakan

bahwa kita dapat melihat bagian unik dari ekonomi aktual, khususnya ekonomi

yang kadang-kadang menciptakan atau bergerak. Penekanannya adalah pada

perubahan dan kemajuan yang ada.

Pertumbuhan ekonomi sendiri ini merupakan aspek yang penting untuk

melihat apakah suatu negara ini mengalami perkembangan atau tidak dalam

berbagai hal seperti pendapatan, pendidikan, maupun lingkungan

perekonomiannya. Pengentasan kemsikinan dapat dilakukan dengan memajukan

angka pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan

sebagai indikator kesejahteraan, makan penting bila pertumbuhan ekonomi sangat

diperhatikan. Pada penelitian (Rudy & Indah, 2020) mengungkapkan bahwa

pertumbuhan ekonomi berdampak secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan,

peningkatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan banyaknya lapangan kerja yang

dapat menarik pekerja, akhirnya tingkat kemiskinan bisa berkurang. Dalam

penelitian (Purnama, 2017) juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan, maka apabila suatu

Negara ingin mengurangi kemiskinan harus berorientasi pada pertumbuhan

ekonomi.

Tetapi pada penelitian (Ningsih & Andiny, 2018) pertumbuhan ekonomi

tidak berpengaruh terhadap kemiskinan. Di penelitian (Alfiando, 2020) juga


4

memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kemiskinan. Faktor yang mendorong tingkat kemiskinan yakni

pengangguran yang meningkat kemudian berdampak pada ketanagakerjaan,

angkatan kerja yang berbanding terbalik dengan tingkat pengngguran yang

meningkat.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat menandakan bahwa akan

semakin banyak tenaga kerja yang terserap lapangan kerja. Dengan demikian

semakin banyaknya tenaga kerja yang terserap akan mengakibatkan angka

pengangguran berkurang dan kemiskinan yang semakin menurun. Namun

nyatanya, peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang tidak

selalu diikuti dengan peningkatan lapangan pekerjaan. Sehingga mengakibatkan

jumlah angka pengangguran masih tergolong tinggi. Angka pengangguran

merupakan “persentase jumlah orang yang tidak bekerja terhadap jumlah angkatan

kerja. Orang yang sedang mencari pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan

disebut penganggur” (Sumarsono,2009:6).

Jika jumlah pengangguran tinggi, berarti banyak masyarakat yang tidak

memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga mengakibatkan

harus mengurangi kebutuhannya (Sukirno, 2004). Kemiskinan biasanya

digambarkan sebagai rendahnya pendapatan yang dimiliki seseorang untuk

memenuhi kebutuhan pokok. Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhannya karena tidak memiliki pendapatan yang cukup akan mengakibatkan

dia berada di garis kemiskinan.


5

Di Indonesia pengukuran kemiskinan menggunakan kriteria dari BPS. BPS

telah menetapkan Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) sebagai kriteria

pengukuran kemiskinan. Dimana pendekatan kebutuhan dasar tersebut

berdasarkan batas pengeluaran minimum individu untuk konsumsi makanan yang

setara dengan 2100 kalori per hari dan konsumsi non makanan. Sehingga dapat

dikatakan kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi

konsumsi makanan dan non makanannya melalui pendapatan yang dimilikinya.

Hal ini menandakan Pertumbuhan ekonomi seharusnya menciptakan kinerja

pembangunan yang semakin baik dengan penurunan tingkat pengangguran dan

kemiskinan yang semakin rendah.

Namun nyatanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak dibarengi

dengan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta, sehingga

mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran yang berujung dengan

meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini sesuai dengan perubahan tingkat

pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Utara yang cenderung menurun

mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat yang berujung meningkatkan

tingkat kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, perlu dilakukan

penelitian dengan topik ”Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Tenaga Kerja

Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus:

Kabupaten Mandailing Natal)“.

1.2. Batasan Masalah


6

Pembatasan masalah dalam penulisan ini adalah penelitian dilakukan dan

yang diteliti Adalah mengenai Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Tenaga Kerja

Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten

Mandailing Natal)

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan

Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten Mandailing

Natal)?

2. Bagaimanakah Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Kemiskinan Melalui

Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten Mandailing Natal)?

1.4. Tujuan Penelitian

Setelah melihat dari rumusan masalah yang di jabarkan maka dapat kita

tarik yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pengaruh Tingkat Pengangguran

Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus:

Kabupaten Mandailing Natal)

2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap

Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten

Mandailing Natal)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


7

1. Sebagai bahan studi literatur bagi Mahasiswa dan masyarakat yang

tertarik untuk mengetahui tentang Pengaruh Tingkat Pengangguran

dan Tenaga Kerja Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan

Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten Mandailing Natal)

2. Penelitian ini dapat memberikan bahan masukan yang dapat dijadikan

sarana dalam memberikan informasi bagi pemerintah untuk dapat

mengoptimalkan subsektor ekonomi agar dapat mengoptimalkan

Pertumbuhan Ekonomi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal

3. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi Mahasiswa

Fakultas Ekonomi terutama Mahasiswa Program Studi Pembangunan.

4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengangguran

2.1.1. Pengertian Pengangguran

Menurut Sukirno (2008) pengangguran adalah suatu keadaan dimana

sesorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan

tetapi belum memperolehnya. Menurut Simanjutak (2003) mengatakan bahwa

pengangguran yaitu orang berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama

sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum

pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Menurut Putong (2008)

kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak

memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya

adalah usia yang tida dalam masa sekolah tapi di atas usia anak-anak (relatif

diatas 6-18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD-tamat SMA). Sedangkan di

atas usia 18 namun masih sekolah dapatlah dikategorikan penganggur., meski

hal ini masih banyak yang memperdebatkanyya.

Pengangguran terjadi karena adanya ketidak seimbangan dipasar

tenaga kerja. Pada pasar tenaga kerja dikenal kurva permintaan dan
9

penawaran tenaga kerja. Kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan jumlah

tenaga kerja menunjukkan jumlah tenga yang akan ditawarkan oleh rumah

tangga dan berslope positif terhadap upah. Kesimbangan pasar akan tercapai

apabila terjadi suatu keadaan dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama

dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarka pada tingkat upah tertentu

(Widiyanti, 2016).

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya meningkatkan

pembangunan modal manusia (human capital) dan pengembangan untuk

meningkatkan produktivitas manusia. Melalui investasi pendidikan

diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

diperlihtkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang

sehingga akan mendorong peningkatan peroduktivitas kerjanya. Peningkatan

produktivitas dapat mempengaruhi kesempatan kerja yaitu dengan adanya

peningkatan produktivitas maka terjadi penurunan biaya produksi perunit

barang. Penurunan biaya produksi per unit barang akan menurunkan harga

per unit barang.

Jika harga barang turun maka permintaan terhadap barang naik yang

akan mendorong pengusaha untuk menambah permintaan tenaga kerja,

sehingga dengan penerapan tenaga kerja yang semakin banyak dapat

mengurangi tingkat pengangguran (Todaro, 2000). Menurut Nanang (2004)

produktivitas tenaga kerja menentukan kondisi permintaan tenaga kerja,

apabila prokdutivitas tenaga kerja itu rendah otomatis akan menurunkan

pencapaian target perusahaa. Prokdutivitas yang rendah akan membuat


10

perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan para

tenaga kerja sehingga akan meningkatkan tingkat pengangguran di suatu

wilayah.

Menurut Abbas (2010) kompetensi yang dibutuhkn di dunia kerja

yang diberikan di dunia pendidikan dasarnya terkait dengan lima hal yaitu:

motif atau penggerak, kecepatan bereaksi, gambaran diri pribadi, informasi

seseorang yang diperoleh pada bidang tertentu dan kemampuan melksanakan

tugas secara fisik maupun mental (skill).

Tenaga kerja yang berkualitas dan lebih mempunyai kemampuan akan

lebih dihargai jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang kurang mampu.

Tingkat pendidikan yang merupakan salah satu indikator dari IPM

berpengaruh terhadap tingkat pengangguran karena tenaga kerja

berpendidikan rendah akan sulit mendapat pekerjaan sehingga akan

berdampak pada bertambahnya tingkat pengangguran. Menurut Aqil (2014)

bahwa investasi memiliki peran penting dalam pembentukan lapangan

pekerjaan, dengan adanya investasi akan menambah persediaan barang

modal, hal ini akan berpengaruh pada peningkatan kapasitas produksi dan

mencipatakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat

pengangguran.

Berdasarkan jenisnya, investasi dibagi menjadi dua jenis yaitu

investasi yang sumber danya berasal dari luar negeri disebut dengan

Penanaman Modal asing (PMA) dan investasi yang berasal dari dalam negeri

yang biasa disebut dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).


11

Menurut Mankiw (2003) bahwa penganguran juga disebabka oleh kekuatan

upah yaitu kegaglan upah dalam menyeimbangkan penawaran dan

permintaan tenaga kerja. Salah satu hal yang menyebabkan kekakuan upah

adalah undang-undang kebijakan upah minimum. Badan Pusat Statistik

(2016) menyatakan bahawa upah minimum adalah suatu penerimaan bulanan

minimum sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu

pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk

uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-

undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja atara pengusaha.

2.1.2. Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Sukirno (2006) sebab terjadinya pengangguran dapat

digolongkan kepada empat jenis yaitu:

1) Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila

ekonomi telah mencapi kesempatan kerja penuh.

2) pengangaguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan

perkembangan ekonomi yang sangat lambat atau kemorosotan

kegiatan ekonomi.

3) Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam

struktur atau komposisi perekonomian.

4) Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian

tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia yang

disebabkan perkembangan teknologi.


12

Teori Pendekatan penggunaan tenaga kerja (Labor Utilitization

approach) pendekatan ini menitik beratkan pada seseorang apakah cukup

dimanfaatkan dalam kerja di lihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas

kerja dan pendapatan yang diperoleh. Dengan pendekatan ini dibedakan

angkatan kerja dalam tiga golongan yaitu:

a. Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha

mencari pekrjaan.

b. Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam

bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.

c. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.

Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran tersebut perlu

diperhatikan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengangguran itu sendiri

yaitu:

a. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi

makanan).

b. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih

lama).

c. Produktivitas (kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh

kurangnya sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan).

Berdasarkan dimensi di atas pengangguran dapat dibedakan atas (BPS

2000, h.8) yaitu:

a. Pengangguran terbuka, baik terbuka maupun terpaksa secara sukarela,

mereka tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih


13

baik sedangkan pengangguran terpaksa, mereka mau bekerja tetapi

tidak memperoleh pekerjaan.

b. Setengah pengangguran (Under Unemployment) yaitu mereka yang

bekerja dimana waktu yang mereka pergunakan kurang dari yang biasa

mereka kerjakan. Tampaknya mereka bekerja, tetapi tidak bekerja,

secara penuh. Mereka digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan

setengah pengangguran. Yang termasuk dalam katagori ini adalah

pengangguran tak kentara, pengangguran tersembunyi dan pensiunan

awal.

2.1.3. Dampak Pengangguran

1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian

Setiap negara selalu berusaha agar tingakat kemakmuran

masyarakatnya dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai

pertumbuhan yang mantap dan berkelanjutan. Tingkat pengangguran yang

relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tingkat pengguna

tenaga kerja penuh, hal ini dapat dilihat dengan jelas dari berbagai akibat

buruk sifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat

buruk pengangguran terhadap perekonomian (Samuelson, h. 326) adalah:

a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimumkan

tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran

menyebabkan output aktual yang dicapai lebih rendah dari atau

dibawah output potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuaran


14

Masyarakat yang di capai adalah lebih rendah dari tingkat yang akan

dicapainya.

b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah

berkurang, pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat

kegiatan ekonomi, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan

pajak yang diperoleh pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan

demikian tingkat pengangguran yang tinggi akan mengurangi

kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan

pembangunan.

c. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak

menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa

penganggurantidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan

investasi di masa yang akan datang. Dari ketiga penjelasan diatas,

penulis menyimpulkan bahwa dampak dari pengangguran tidak

mampu untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi baik dalam

jangka waktu Panjang maupun dalam jangka waktu pendek.

2. Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat

Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara

keseluruhan, pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa

akibat buruk terhadap individu dan masyarakat, dampaknya adalah sebagai

berikut:

a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan

pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguran memperoleh


15

tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan

oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk

membiayai kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-

negara berkembang tidak terdapat program asuransi berkembang.

b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya

ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat

dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.

c. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan

politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi

dapa menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah

yang berkuasa.

2.2 Tenaga Kerja

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja menurut Undang-undang No. 13 Tahun

2003 Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa: “Tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.” Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menetapkan

bahwa pengunaan istilah pekerja selalu diikuti dengan istilah buruh yang

menandakan bahwa Undang-undang ini mengartikan dengan istilah

maknanya sama. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian. “Pekerja/buruh


16

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

dalam bentuk lain.”

Dari pengertian tersebut, dapat dilihat beberapa unsur-unsur yang

melekat dari istilah pekerja atau buruh, yaitu sebagai berikut:

1. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan

angkatan kerja tetapi harus bekerja)

2. Menerima imbalan/upah sebagai balas jasa atas pelaksanaan

pekerjaan tersebut.

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Sedangkan

menurut DR Payaman tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau

sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan

kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara

praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya

dibedakan oleh batas umur.

Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang

sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan

barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan ataupun Batasan

usia yang telah ditetapkan oleh Undang-undang yang bertujuan untuk

memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

2.2.2 Klasifikasi Tenaga Kerja

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut

standar yang di tentukan.18 Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah


17

pengelompokan akan ketenaga kerjaan yang sudah tersusun berdasarkan

kriteria yang sudah di tentukan yaitu:

1. Berdasarkan penduduknya

a. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap

dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja

Menurut Undang-undang Tenaga Kerja, mereka yang

dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia

antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

b. Bukan tenaga kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu

dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut

Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah

penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15

tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah

para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

2. Berdasarkan batas kerja

a. Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-

64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara

tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.


18

b. Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke

atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga

dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan

mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para

pengangguran sukarela.

3. Berdasarkan kualitasnya

a. Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu

keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara

sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:

pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

b. Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian

dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga

kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang

sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:

apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja

kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh

angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2.2.3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja


19

Setiap tenaga kerja atau buruh mempnyai hak untuk memperoleh

perlindungan. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat

1, menyebutkan bahwa : “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.”

Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak di sini adalah

sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari

kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu

prestasi baik berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang

karena kedudukan atau statusnya.

Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai berikut:

1. Hak mendapat upah atau gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88

sampai dengan 97 Undang-undang No. 13 Tahun 2003; Peraturan

Pemerintah No. 8 Tahu 1981 tentang Perlindungan Upah)

2. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

(Pasal 4 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)

3. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan

kemampuannya (Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)


20

4. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta

menambah keahlian dan keterampilan lagi (Pasal 9- 30 Undang-

undang No. 13 Tahun 2003)

5. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta

perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama

(Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek)

6. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja

(Pasal 104 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)

7. Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa

kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada satu majikan atau

beberapa majikan dari satu organisasi majikan (Pasal 79 Undang-

undang No. 13 Tahun 2003)

8. Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan (Pasal 88-98 Undang-

undang No. 13 Tahun 2003)

9. Hak atas suatu pembayaran tahunan, bila pada saat diputuskan

hubungan kerja ia sudah mempunyai sedikitnya enam bulan

terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir,

yaitu dalam hal bila hubungna kerja diputuskan oleh majikan tanpa

alsan-alasan mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh

karena alesan- alesan mendesak yang diberikan oleh majikan (Pasal

150- 172 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)

10. Hak untuk melakukan perundaingan atau penyelesaian perselisihan

hubungan industrial melalui bipartit, mediasi, kosiliasi, arbitrase dan


21

penyelesaian melalui pengadilan (Pasal 6-115 Undang-undang No.

2 Tahun 2004)

Dari sudut tenaga kerja, mempunyai hak serta kewajiban dalam

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan adalah:

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai

pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2. Memakai alat keselamatan kerja.

3. Memenuhi dan menaati persyaratan keselamatan di tempat kerja.

Hak-hak tenaga kerja adalah :

1. Meminta kepada pimpinan atau pengurus Perusahaan tersebut agar

dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan di tempat kerja yang bersangkutan.

2. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan

tidak memenuhi persyaratan, kesuali dalam batas-batas yang masih

dapat dipertanggungjawabkan.

2.3. Kemiskinan

2.3.1. Pengertian Kemiskinan

Secara umum, kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk


22

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Konsep

yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), sehingga kemiskinan

merupakan kondisi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran).

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan (GK), yang diperoleh dari

hasil survei (sampel). Angka kemiskinan yang dirilis BPS merupakan data

makro dan merupakan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang

menunjukkan persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk dalam

suatu wilayah.

2.3.2. Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan merupakan representasi dari rupiah yang diperlukan

atau harga yang dibayarkan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum

yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum makanan (setara dengan

2.100 kilokalori per kapita per hari) dan non makanan essential. Garis

Kemiskinan yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua komponen, yaitu Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) yang terdiri atas 52 jenis komoditi dan Garis

Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yang terdiri dari 51 jenis komoditi untuk

perkotaan, dan 47 jenis komoditi untuk perdesaan. Garis Kemiskinan (GK)

merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM.

2.3.3. Data – data Kemiskinan


23

Data terkait kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok,

yaitu data makro dan data mikro yang resmi diterbitkan secara berkala oleh

BPS.

1. Data Makro

Data makro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui mekanisme

survey (sampel), bersifat kualitatif, memberikan gambaran umum dan profil

suatu daerah, sebagai bahan analisis untuk pengambilan kebijakan makro

penanggulangan kemiskinan, dan tidak dapat menampilkan secara by name by

address. Contoh data makro adalah data kemiskinan Nasional dan Provinsi

yang

diterbitkan 2 kali setahun (periode Maret dan September) dan 1 kali setahun

periode Maret untuk kabupaten/kota dalam Berita Resmi Statistik BPS.

2. Data Mikro

Data mikro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui

mekanisme sensus (bersifat menyeluruh), bersifat kuantitatif, dapat

memberikan informasi detail, dan dapat dipergunakan sebagai intervensi

program/kegiatan secara by name by address. Contoh data mikro adalah data

Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) diterbitkan secara periodik 3

tahun sekali oleh BPS. Contoh lainnya adalah Data Terpadu Penanganan Fakir

Miskin dan Orang Tidak Mampu (DT PFM OTM) yang merupakan hasil
24

pemutakhiran Basis Data Terpadu (BDT) yang diterbitkan 2 kali dalam

setahun oleh Kementerian Sosial.

Data Mikro digunakan untuk intervensi program/kegiatan penanggulangan

kemiskinan. Data Terpadu PFM OTM adalah sistem data elektronik yang

memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi serta karakteristik sekitar

40% rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah yang ditetapkan oleh

Kementerian Sosial. Data Terpadu PFM OTM digunakan untuk memperbaiki

kualitas penetapan sasaran program-program perlindungan sosial, serta

membantu perencanaan program, memperbaiki penggunaan anggaran, dan

sumber daya program perlindungan sosial. Data Terpadu PFM OTM

merupakan basis data mikro untuk penanggulangan kemiskinan berdasarkan

Basis Data Terpadu Tahun 2015, yang telah dimutakhirkan Tahun 2018.

2.3.4. Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, strategi penanggulangan kemiskinan

dilakukan melalui:

1. Mengurangi Beban Pengeluaran Masyarakat Miskin Dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan dasar (basic life acsess) yaitu sandang, pangan,

papan, pendidikan, kesehatan, air bersih.

2. Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan Penduduk Miskin.


25

a) Dilakukan melalui pola pelatihan/keterampilan kewirausahaan pemula

(startup) dan bantuan modal awal;

b) Untuk menentukan penerima manfaat program/kegiatan agar

memperhatikan kriteria yang terdapat pada data BDT 2018, antara lain:

1) Status kepemilikan usaha di suatu rumah tangga;

2) Akses terhadap KUR;

3) Kepemilikan lahan;

4) Kepemilikan asset bergerak;

5) Kepemilikan ternak;

6) Status pendidikan tertinggi.

3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil

Dilakukan melalui program/kegiatan terkait fasilitasi pengembangan

kewirausahaan, fasilitasi akses modal/kredit bersubsidi (jamkrida/

KUR/Mitra 25), pemberdayaan dan pendampingan berkelanjutan,

sertifikasi produk/HAKI, serta menjaga stabilisasi iklim usaha dan

fasilitasi pemasaran.

4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

Dilakukan melalui sinergitas dokumen perencanaan sampai dengan

monitoring dan evaluasinya, serta pengembangan kemitraan dengan

melibatkan perguruan tinggi dengan KKN Tematik, TJSLP/CSR

Perusahaan/BUMN/BUMD, serta mendorong pembangunan kawasan

perdesaan.

2.4. Pertumbuhan Ekonomi


26

2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dan

mencerminkan perkembangan suatu perekonomian negara. Pertumbuhan

ekonomiyang tinggi merupakan salah satu tujuan dari suatu proses

pembangunan yang berjalan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu

negara maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut baik,

dan begitu juga sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih

besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang

apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana, 2000:5).

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan suatu negara harus

berusaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik dalam jangka panjang,

untuk menyediakan kesempatan kerja kepada tenaga kerja dan untuk

menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat, kedua alasan ini dapat menjadi

pendorong utama kepada pemerintah untuk berusaha menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang baik dan ideal.

“Pertumbuhan Ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran Masyarakat meningkat dalam jangka

panjang”. Menurut Dian & Dudi (2016) Pertumbuhan ekonomi adalah

“Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada

suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukan sejauh mana


27

aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat

pada suatu periode tertentu.

Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses

penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses

ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor

produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat juga akan meningkat”.

Menurut Sadono Sukirno (2011:9) mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi

merupakan perkembangan aktivitas perekonomian yang mengakibatkan

jumlah agregat barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat meningkat.

Adapun menurut Schumpeter dalam Putong (2002:252) mengatakan

bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan

nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan

penduduk dan tingkat tabungan. Berdasarkan definisi-definisi pertumbuhan

ekonomi diatas dapat dikatakan bahwa pengertian pertumbuhan ekonomi

merupakan kenaikan kegiatan aktivitas produksi barang dan jasa

perekenomian disuatu negara secara berkesinambungan yang menunjukkan

output perkapita dan akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

2.4.2. Ciri-ciri Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuznet (2000) terdapat enam ciri pertumbuhan ekonomi yang

berdasarkan pada produk nasional dan komponennya, yaitu:

1) Laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita

2) Peningkatan produktivitas dalam negri


28

3) Laju perubahan struktur negara yang tinggi

4) Terjadinya Urbanisasi

5) Ekspansi negara maju

6) Arus barang, modal dan orang antar bangsa.

Keenam ciri pertumbuhan ekonomi tersebut saling berkaitan satu sama

lain, yang terjalin dalam urutan sebab akibat.

2.4.3. Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Menurut pandangan Boediono (1988), ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:

1) Jumlah penduduk

2) Jumlah stok barang-barang modal

3) Luas tanah dan kekayaan alam

4) Tingkat teknologi yang digunakan

2.4.4. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Adapun indikator dalam pertumbuhan ekonomi menurut Losina &

Mustikawati (2008:119), adalah sebagai berikut: “Pertumbuhan ekonomi

sering diukur dengan menggunakan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto

(PDB/PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Definisi produk domestik regional bruto

Produk Domestik Regional Bruto merupakan nilai pasar semua barang dan
29

jasa yang di hasilkan selama kurun waktu satu tahun pada suatu wilayah

regional.”

Menurut Drs.Suparmoko (1998:232) indikator pertumbuhan ekonomi

adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui maju tidaknya suatu

perekonomian diperlukan adanya suatu alat pengukur yang tepat. Alat

pengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB) yang

artinya jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan suatu perekonomian

dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar”.

Menurut Hera, ikhsan dan widyanti (2000: 23-24) indicator

pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: “Indikator yang digunakan

untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB). Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi,

data PDB yang digunakan adalah data PDB atas harga konstan. Dengan

menggunakan data atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDB

mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada

periode tertentu”.

Berdasarkan indikator yang telah disebutkan diatas maka dapat

dikatakan indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB

(Produk Domestik Bruto) yang berarti jumlah barang dan jasa yang dihasilkan

dalam jangka waktu tertentu. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Produk Domestik Bruto (PDB) karena PDB menunjukkan total

keseluruhan nilai akhir dari jumlah barang dan jasa yang telah dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi di suatu negara.


30

2.4.5. Target Pertumbuhan Ekonomi

Target pemerintah tertuang jelas dalam Rancangan Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pemerintah dipimpin oleh Presiden

Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin ekonomi Indonesia

meroket ke 7%, (Suhariyanto:2020). Menanggapi hal tersebut Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan untuk dapat menjadi negara

maju, Indonesia harus dapat menjaga pertumbuhan ekonominya di atas 7%

setiap tahunnya (Rizal Affandi Lukman:2019). Untuk mencapai target

pertumbuhan tersebut, pemerintah mengubah beberapa asumsi makro

ekonomi. Perubahan asumsi akan dilakukan sebagai antisipasi pemerintah atas

sentimen global yang kemungkinan besar masih akan mempengaruhi ekonomi

domestik. (Sri Mulyani:2018). Dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (RAPBN) target pertumbuhan ekonomi terkadang diubah

menjadi kisaran 5% keatas karena bergantung pada situasi dan kondisi

perekonomian tahun berjalan (Sri Mulyani :2018). Bank Indonesia melakukan

revisi target pertumbuhan ekonomi karena mengalami banyak factor yang

mempengaruhi baik dari dalam negeri maupun luar negeri (Bank

Indonesia:2014)

2.5. Kerangka Berpikir

Pengangguran
31

Pertumbuhan Kemiskinan
Ekonomi

Tenaga Kerja

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Tenaga Kerja Terhadap Kemiskinan

Melalui Pertumbuhan Ekonomi

(Studi Kasus: Kabupaten Mandailing Natal)

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah

pustaka (yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan jawaban

sementara terhadap masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini akan dirumuskan

hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam melakukan penelitian.

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

a. H0 = Tidak ada pengaruh antara Pengangguran dan Tenaga Kerja

Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus:

Kabupaten Mandailing Natal)“.

b. Ha = Ada pengaruh antara Pengangguran dan Tenaga Kerja Terhadap

Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten

Mandailing Natal)“.
32

2.7. Defenisi Konsep Operasional

Dalam penelitian ini, Penulis meregresi sebanyak 2 kali regresi data panel

dengan 2 variabel berbeda yakni yang pertama meregresi variabel kemiskinan

sebagai variabel dependen terhadap tingkat pengangguran, tenaga kerja sebagai

variabel independen serta pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening,

kemudian yang terakhir adalah meregresi pertumbuhan ekonomi sebagai variabel

intervening terhadap tingkat pengangguran dan tenaga kerja.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai di dalam penelitian kali ini adalah metode

penelitian kuantitatif statistika inferensial. Data dalam penelitian ini merupakan

data sekunder, dimana data ini didapatkan Penulis atau berasal dari publikasi BPS

(Badan Pusat Statistik). Data yang digunakan merupakan data time series (2011-

2020) dan menggunakan data dari kabupaten Mandailing Natal.


33

Variabel penelitian ini terdiri tingkat pengangguran terbuka (TPT), tenaga

kerja (TPAK), pertumbuhan ekonomi dan presentase kemiskinan. Penelitian ini

memakai analisis regresi data panel dan analisis jalur.

3.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

peneliti adalah informasi tentang Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Tenaga

Kerja Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus:

Kabupaten Mandailing Natal)

3.3. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber aslinya, yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu

atau kelompok, dan hasil observasi. Dalam penelitian ini respondennya

adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT), tenaga kerja (TPAK),

pertumbuhan ekonomi dan presentase kemiskinan Kabupaten Mandailing

Natal

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media

perantara atau yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa buku

catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun

yang tidak dipublikasikan secara umum. Data sekunder dalam penelitian

ini yaitu Data yang diperoleh dari lembaga atau instansi, dalam hal ini
34

yaitu tingkat pengangguran terbuka (TPT), tenaga kerja (TPAK),

pertumbuhan ekonomi dan presentase kemiskinan, Kabupaten Mandailing

Natal, dan beberapa dari intenet. Sumber data dalam penelitian ini yakni

dari informan untuk memperoleh data dan informasi dari lokasi penelitian.

Peneliti akan melakukan wawancara dalam pengumpulan data tersebut

yaitu orang yang akan menjawab pertanyaan - pertanyaan tertulis mauupun

lisan.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah upaya dalam memperoleh dan

mengumpulkan data. Menurut Moh. Nasir pengumpulan data adalah prosedur

yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data-data

yang terkumpul tersebut adalah rangka untuk menyelesaikan variabel-variabel

yang menjadi bahan penelitian. Dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data,

maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan


35

permasalahan yang harus diteliti dan ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan penyelidikan

benda tertulis, seperti buku, majalah, dan catatan harian. Jadi dapat

dipahami bahwa metode dokumentasi adalah suatu metode atau cara

yang dilakukan dengan cara mencatat data-data atau catatan resmi pada

berbagai sumber yang terkait dengan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis Regresi Data Panel

Analisis regresi data panel merupakan metode statistik strategi faktual

yang digunakan untuk melihat dampak dari beberapa faktor bebas pada satu

variabel. Menurut Languju et al., (2016), data panel merupakan penggabungan

antar data time series dan cross section dimana time series berhubungan dan tahun

dalam penelitian sedangkan cross section merupakan jangkauan atau wilayah

dalam penelitian. Dalam analisis data panel dilakukan dengan 3 metode

pendekatan model regresi data panel, yaitu Common Effect Model, Fixed Effect

Model dan Random Effect Model. Serta dilakukan pula pemilihan model model

regresi data panel ini bertujuan untuk memilih serta menentukan apa yang menjadi

model terbaik yang dan umumnya tepat dari tiga model model regresi antara lain

CommonmEffect Model, FixedmEffectmModel, RandomlEffect Model. Menurut

Iqbal, (2015), adanya tujuan yang sama antara regresi berganda dengan regresi

data panel yaitu memprediksi nilai intersep dan kemiringan


36

Analisis Jalur

Analisis jalur (Path Analysis) menguji contoh hubungan antara faktor-

faktor yang berarti memutuskan dampak langsung atauntidaknlangsung antara

variabel otonom dan variabel terikat (P. L.P. Sari, 2013)

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah di Kabupaten

Mandailing Natal, dan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah

dimulai dari bulan November- Januari 2023

DAFTAR PUSTAKA

Agung Istri Diah Paramita, A., & Bagus Putu Purbadharmaja, I. (2015). Pengaruh

Investasi Dan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta

Kemiskinan Di Provinsi Bali. E Jurnal EP Unud, 4(10), 1194–1218.

Astrini, M., & Purbadharmaja, I. (2013). Pengaruh PDRB, Pendidikan dan

Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi

Pembangunan Universitas Udayana, 2(8), 384–392.


37

Astuti, W. A., Hidayat, M., & Darwin, R. (2017). Pengaruh Investasi, Tenaga

Kerja dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Pelalawan. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomika, 7(2), 141–147.

Badan Pusat Statistik. (2021). https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html

BPS Kabupaten Mandailing Natal. (2021).

Chalid, P. (2015). Teori dan Isu Pembangunan. Universitas Terbuka, 1–52.

http://repository.ut.ac.id/4601/

Edi, A., Vekie, R., & Rotinsulu, T. O. (2020). Pengaruh kebijakan pemerintah,

produksi sektor perikanan dan tingkat pengangguran terhadap

pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan absolut di kota bitung. Jurnal

Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 20(04), 17–38.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jpekd/article/view/32811/31002

Hartati, N. (2020). Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 2010 – 2016. Jurnal

Ekonomi Syariah Pelita Bangsa, 5(01), 92–119.

https://doi.org/10.37366/jespb.v5i01.86

Hellen, H., Mintarti, S., & Fitriadi, F. (2018). Pengaruh investasi dan tenaga kerja

serta pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi serta

kesempatan kerja. Inovasi, 13(1), 28.

https://doi.org/10.29264/jinv.v13i1.2490

Iqbal, M. (2015). Regresi Data Panel (2) " Tahap Analisis ". Blog Dosen Perbanas,

2, 1–7.
38

Karya, D., & Syamsuddin, S. (2016). Makro Ekonomi Pengantar Untuk

Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada.

Languju, O., Marjam, M., & Tasik, H. H. (2016). Pengaruh Return on Equity,

Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio Dan Struktur Modal Terhadap

Nilai Perusahaan Property and Real Estate Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(2), 387–398.

Lestari, A., & Setyawan, Y. (2017). Analisis Regresi Data Panel Untuk

Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Belanja Daerah Di Provinsi Jawa

Tengah. Jurnal Statistika Industri Dan Komputasi, 2(1), 1–11.

Nizar, C., Hamzah, A., & Syahnur, S. (2013). PENGARUH INVESTASI DAN

TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI

INDONESIA. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(1), 1–8.

Padli. (2021). Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap

Kemiskinan di Kabupaten/Kota Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2013.

4(1), 1–23.
39

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................

1.2 Batasan Masalah……………………………………………………………….5

1.3 Rumusan Masalah.........................................................................................................

1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................

2.1 Pedagang Kaki Lima ...................................................................................................

2.1.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima ......................................................................

2.1.2 Ciri – Ciri Pedagang Kaki Lima.......................................................................

2.2 Keberlangsungan Usaha ...........................................................................................

2.2.1 Pengertian Keberlangsungan Usaha ..............................................................

2.2.2 Manfaat Keberlangsungan Usaha ..................................................................

2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................................................

2.4 Hipotesis......................................................................................................................

2.5 Defenisi Konsep Operasional ..................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................

3.1 Metode Penelitian........................................................................................................

3.2 Instrumen Penelitian....................................................................................................


40

3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................................................

3.4 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................................

3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................................

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

i
41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran………………………………………………24

ii
42

PROPOSAL

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN TENAGA KERJA


TERHADAP KEMISKINAN MELALUI PERTUMBUHAN EKONOMI
(STUDI KASUS: KABUPATEN MANDAILING NATAL)

O l e h:

Partahian
NPM. 202208033

Program Studi Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA
PADANGSIDIMPUAN
2023
43

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA
PADANG SIDEMPUAN

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL

NAMA : Partahian

NPM : 202208033

PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN

JUDUL : Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Tenaga Kerja

Terhadap Kemiskinan Melalui Pertumbuhan

Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten Mandailing

Natal)

Padangsidimpuan, November 2023

MENYETUJUI:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Abdul Latif Lubis, SE, MM Lilis Saryani, SE, MM


NIDN. 01 1504 6603 NIDN. 01 2001 8502
44

Anda mungkin juga menyukai