Anda di halaman 1dari 7

EDAJ 4 (1) (2015)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

DETERMINAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1982-2012

Martiyan Ramdani

FIF Group, Indonesia


Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan ekonomi,
Diterima Januari 2015 tingkat pengangguran dan pengeluaran pemerintah untuk pengentasan kemiskinan terhadap
Disetujui Januari 2015 kemiskinan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis desktiptif dan analisis
Dipublikasikan Februari ekonometrika. Analisis ekonometrika dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
2015 metode Ordinary Least Squre (OLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel
______________ independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen dibuktikan dari nilai
Keywords: probabilitas (F-statistic) lebih kecil dari α 5%. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
Ordinary Least Squre ekonomi dan tingkat pengangguran berpengaruh secara parsial terhadap kemiskian dengan nilai
(OLS), Poverty, Economic probabilitas lebih kecil dari α 5%, sedangkan variable pengeluaran pemerintah untuk pengentasan
Growth, Unemployment, kemiskinan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kemiskinan dengan nilai probabilitas lebih
Government Expenditure besar dari α 5%. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel dependen dapat
____________________ dijelaskan oleh variabel independen sebesar 59% dan sisanya sebesar 41% dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.

Abstract
________________________________________________________________
The study aimed to assess whether there is influence between economic growth, unemployment and government
expenditure on poverty alleviation for poverty. The analysis used in this study is a descriptive and econometric
analysis. Econometric analysis in this study is a multiple linier regression with the method of Ordinary Least
Squre (OLS). The research result show that all of independent variable influence dependent variable is proved
from value of probability (F-statistic) is smaller than a 5%. Result of t experiment shows that variable of economic
growth and unemployment level influence partially for poverty by probability number that is smaller than a 5%,
whereas value of government expenditure on poverty alleviation doesn’t influence partially to poverty by
probability value is bigger than a 5%. Result of determination coefficient experiment shows that dependent
variable can be explained by independent variable for 59% and the remaining for 41% is explained by other
variable of out of model.
© 2015 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com

58
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN kembali meningkat. Pada tahun 2006 jumlah


penduduk miskin sebesar 39,30 juta jiwa. Jumlah
Indonesia merupakan salah satu negara
penduduk miskin kembali menurun pada tahun
yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di
2007 sebesar 37,17 juta jiwa. Jumlah penduduk
asia. Jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6
miskin terus mengalami penurunan hingga tahun
juta jiwa menurut data resmi sensus penduduk
2012 sebesar 28,59 juta jiwa, namun dengan
tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
adanya penurunan jumlah penduduk miskin
Statistik (BPS). Setiap tahun pergerakan laju
tersebut belum mencerminkan keadaan Indonesia
pertumbuhan penduduk cenderung meningkat
semakin membaik.
dan BPS Indonesia memprediksi pada angka
Pemerintah telah melakukan beberapa
315 juta jiwa untuk tahun 2035, berdasarkan
kebijakan pembangunan dengan maksimal untuk
pada tafsiran laju pertumbuhan tahunan saat ini
mengurangi jumlah penduduk miskin,
yakni 1,25%. Keadaan yang menunjukkan terus
meningkatkan pendidikan juga ditemukan menjadi
meningkatnya jumlah penduduk ini tentunya
faktor kunci pengentasan kemiskinan (Gokan,
dapat menimbulkan beberapa masalah.
2011)., namun kenyataanya sampai sekarang
Menurut teori Malthus, pertumbuhan
masalah tersebut belum teratasi seluruhnya.
penduduk yang pesat pada suatu negara akan
Pembangunan ekonomi mengusahakan
menyebabkan terjadinya kemiskinan kronis.
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup
Malthus menggambarkan suatu kecenderungan
tinggi, dan akhirnya memungkinkan terwujudnya
universal bahwa jumlah populasi di suatu negara
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur
masyarakat. Beberapa negara melakukan strategi
(Todaro, 2006: 329).
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi untuk
Masalah perekonomian yang dihadapi
mengurangi jumlah penduduk miskin.
oleh negara berkembang termasuk Indonesia
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
adalah berkaitan dengan masalah kemiskinan,
suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam
pengangguran dan inflasi. Hal tersebut
jangka panjang. Kesejahteraan masyarakat
merupakan dilema bagi negara yang sedang
tercermin pada peningkatan output perkapita yang
berkembang. Salah satu masalah yang belum
sekaligus memberikan banyak alternatif dalam
terselesaikan di Indonesia yaitu masalah
mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh
kemiskinan. Pengentasan kemiskinan adalah
daya beli masyarakat yang semakin meningkat.
tujuan kebijakan utama di negara-negara
(Boediono, 1993: 1-2)
berkembang. (Cuong, 2011).
Semakin cepat laju pertumbuhan ekonomi
Kemiskinan merupakan salah satu
maka merepresentasikan distribusi pendapatan
persoalan mendasar yang menjadi pusat
kepada rumah tangga faktor produksi mengalami
perhatian pemerintah Indonesia. Pemerintah
perbaikan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk
merupakan gambaran terhadap kesejahteraan
penanggulangan kemiskinan, namun masih
faktor produksi, dimana semakin tinggi
belum optimal. Pemerintah telah mencanangkan
pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi
beberapa upaya penanggulangan kemiskinan
produktivitas faktor produksi dan semakin tinggi
dari tahun ketahun, namun jumlah penduduk
upah yang diterima para pekerja. Pertumbuhan
miskin Indonesia tidak juga mengalami
ekonomi merupakan salah satu yang dibutuhkan
penurunan yang signifikan. Data yang
untuk mengurangi jumlah penduduk miskin.
dikeluarkan BPS menunjukkan kecenderungan
Pertumbuhan ekonomi yang bagus menjadi tidak
penurunan jumlah penduduk miskin, namun
berarti jika tidak diikuti dengan penurunan jumlah
secara kualitatif belum ada perubahan yang
penduduk miskin secara signifikan.
nyata. Kondisi kemiskinan di Indonesia semakin
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di
memprihatinkan tiap tahunnya. Laju Pada
Indonesia menunjukkan perkembangan yang
tahun 2004 jumlah penduduk miskin di
positif dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2004
Indonesia sebesar 36,10 juta jiwa, namun karena
hingga sekarang laju pertumbuhan ekonomi di
terjadi krisis ekonomi pada tahun 2005
Indonesia mengalami perkembangan yang positif.
mengakibatkan jumlah penduduk miskin
59
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif


dari tahun ke tahun. Masalah lain yang menarik perhatian
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah dalam pembangunan ekonomi Indonesia adalah
satu syarat tercapainya pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah untuk pengentasan
namun yang perlu diperhatikan tidak hanya kemiskinan. Tahun ke tahun pemerintah telah
angka statistik, tetapi lebih kepada siapa yang mengeluarkan banyak anggaran untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi tersebut. mengurangi jumlah pengeluaran pemerintah untuk
Jika hanya segelintir orang yang menikmati pengentasan kemiskinan di Indonesia
maka pertumbuhan ekonomi tidak mampu kecenderungannya meningkat setiap tahunnya.
mereduksi kemiskinan dan memperkecil Kondisi ini memberikan indikasi bahwa sebagian
ketimpangan, namun sebaliknya jika sebagian besar pengeluaran pemerintah yang dijadikan
besar turut berpartisipasi dalam peningkatan program pengentasan kemiskinan belum mampu
pertumbuhan ekonomi maka kemiskinan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan. Belanja
direduksi dan gap antara orang kaya dan orang untuk program kemiskinan terus bertambah belum
miskin dapat diperkecil (Todaro, 2006: 231). menjadi ukuran prestasi. Pemborosan dana
Pemerintah tidak hanya meningkatkan pemerintah yang sangat besar menjadikan beban
pertumbuhan ekonomi namun juga harus negara semakin membengakak karena dana
memperhatikan produktivitas kerja dari pemerintah tersebut didapat dari dana pinjaman.
penduduk yang rendah. Rendahnya Usaha-usaha yang dirumuskan dan
produktifitas kerja mengakibatkan dijalankan pemerintah untuk mengatasi masalah
meningkatnya tingkat pengangguran yang ada di kemiskinan di Indonesia harus didasarkan pada
Indonesia. Tingkat pengangguran merupakan serangkaian penelitian yang mendalam terhadap
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aspek-aspek tersebut, karena implikasi dari
jumlah penduduk miskin. Kenaikan kebijaksanaan yang tidak melalui penelitian
pengangguran berdampak memberatkan pada mendalam, akan berakibat sia-sia.
ketimpangan pendapatan (Cysne & Turchick, Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini
2012). Pengangguran merupakan salah satu akan mengkaji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
faktor yang dapat mengurangi pendapatan tingkat pengangguran dan pengeluaran pemerintah
masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat untuk pengentasan kemiskinan terhadap
kemakmuran yang telah tercapai. Menurut kemiskinan di Indonesia tahun 1982-2012.
Sadono Sukirno (2006), semakin turunya tingkat Kemiskinan adalah keadaan terjadinya
kemakmuran akan menimbulkan masalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
kemiskinan. pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal,
pendidikan, dan kesehatan. Menurut Badan Pusat
Tingkat pengangguran di Indonesia
Statistik (BPS), kemiskinan adalah
cenderung stabil, beberapa tahun terakhir
ketidakmampuan individu dalam memenuhi
mengalami penururunan. Tingkat pengangguran
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Pada
5 tahun terakhir mengalami penurunan yang
dasarnya definisi kemiskinan dapat dibagi menjadi
signifikan, namun perlu upaya lagi dari
2, yaitu:
pemerintah agar kecenderungan tingkat
1. Kemiskinan Absolut
pengangguran yang menurun tetap terjadi di
Konsep kemiskinan absolut pada
tahun-tahun yang akan datang. Perkembangan
umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada
menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar.
dan tingkat pengangguran di Indonesia
2. Kemiskinan Relatif
mengalami perubahan yang fluktuatif dari Kemiskinan relatif merupakan kondisi
tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi di miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
Indonesia relatif tinggi yang di ikuti dengan yang belum terjangkau oleh seluruh masyarakat,
tingkat pengangguran yang perkembangannya sehingga menyebabkan ketimpangan pada
agak lambat namun selalu mengalami penurunan pendapatan.
tiap tahunnya.
60
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Menurut Todaro dan Smith (2006: 232) Membandingkan nilai G terhadap Y, serta
tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui
negara tergantung pada dua faktor utama, yaitu seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah
tingkat pendapatan nasional rata-rata dan dalam pembentukan permintaan agregat atau
tingkat kesenjangan distribusi pendapatan. pendapatan nasional dan seberapa penting
Setinggi apapun tingkat pendapatan perkapita perananpemerintah dalam perekonomian
yang dicapai oleh suatu negara, selama distribusi nasional. Pengeluaran pemerintah merupakan
pendapatannya tidak merata, maka tingkat kombinasi produk yang dihasilkan untuk
kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap menyediakan barang publik dan pelayanan kepada
parah. Demikian pula sebaliknya, semerata masyarakat yang memuat pilihan atas keputusan
apapun distribusi pendapatan di suatu negara, yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan fiskal
jika rata-rata tingkat pendapatan perkapita dikenal ada beberapa kebijakan anggaran
rendah, maka kemiskinan juga akan semakin didalamnya yaitu anggaran berimbang,
luas. anggaran surplus dan anggaran defisit. Jika
Pertumbuhan ekonomi menurut Simon pemerintah merencanakan peningkatan
Kuznet adalah kenaikan kapasitas dalam jangka pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi tingkat
panjang dari negara untuk menyediakan kemiskinan maka pemerintah dapat
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya meningkatkan pengeluaran untuk pengentasan
yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau kemiskinan.
penyesuaian teknologi, institusi, dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada
METODE PENELITIAN
(Todaro, 2004). Sedangkan menurut Boediono,
pertumbuhan ekonomi merupakan proses Penulis menggunakan pendekatan
kenaikan output perkapita dalam jangka kuantitatif dalam penelitian ini. Penelitian
panjang. Pertumbuhan ekonomi berhubungan kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
erat dengan kenaikan output perkapita dimana terhadap fenomena yang telah terjadi. Data yang
ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi digunakan pada penelitian ini adalah data runtun
output totalnya (GDP) dan sisi jumlah waktu (time series) yang merupakan data tahunan,
penduduknya. dimulai pada tahun 1982 hingga tahun 2012.
Pengangguran merupakan istilah orang Penyajian data mengenai kemiskinan menggunakan
yang tidak bekerja atau sedang mencari kerja. data jumlah penduduk miskin yang telah dihitung
Menurut Sadono Sukirno (2006: 328), oleh BPS. Perkembangan pertumbuhan ekonomi
pengangguran adalah seseorang yang sudah menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi yang
digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara telah dikeluarkan oleh BPS. Tingkat pengangguran
aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu menggunakan data tingkat pengangguran yang telah
tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat dikeluarkan oleh BPS. Pengeluaran pemerintah
memperoleh pekerjaan yang diinginkan. untuk pengentasan kemiskinan menggunakan data
Pengangguran terjadi karena jumlah angkatan total jumlah pengeluaran pemerintah yang
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan dialokasikan untuk program – program pengentasan
kerja yang tersedia. kemiskinan. Metode yang didasarkan pada analisis
ini adalah dengan pendeskripsian faktor- faktor yang
Pengeluaran pemerintah merupakan
berhubungan dengan permasalahan yang dimaksud
salah satu unsur permintaan agregat. Konsep
sebagai pendukung hasil dari analisis metode
perhitungan pendapatan nasional dengan
kuantitatif.
pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa Y
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
= C + I + G + (X-M). Variabel Y melambangkan
adalah analisis desktiptif dan analisis ekonometrika.
pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan
penawaran agregat. Variabel- variabel yang
gambaran umum tentang proses dan kegiatan serta
berada diruas kanan disebut permintaan agragat.
data yang diperoleh. Analisis deskriptif dapat
Variabel G melambangkan pengeluaran
dilakukan dengan bantuan grafik, tabel maupun
pemerintah (Government expenditures).
61
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

diagram. Analisis deskriptif dalam penelitian ini mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya dan
dilakukan untuk mengetahui gambaran umum akhirnya jumlah penduduk miskin meningkat.
tentang kemiskian di Indonesia. Analisis ini juga Nilai probabilitas sebesar 0,00 menunjukkan
digunakan untuk menggambarkan
bahwa tingkat pengangguran berpengaruh positif
perkembangan variabel seperti pertumbuhan secara parsial dan signifikan terhadap jumlah
ekonomi, tingkat pengangguran, dan pengeluaran penduduk miskin, karena nilai probabilitasnya
pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. kurang dari α 5%.
Analisis ekonometrika yang digunakan dalam Nilai probabilitas sebesar 0,38
penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
metode Ordinary Least Squre (OLS). untuk pengentasan kemiskinan tidak berpengaruh
Model yang digunakan dalam
secara parsial terhadap jumlah penduduk miskin,
penelitian ini adalah model ekonometrika. karena nilai probabilitasnya lebih besar dari α 5%.
Model yang digunakan sebagai berikut: Kemungkinan besar yang menyebabkan tidak
PPt = β0 + β1 GEt + β3Ut + β4 Gt + signifikan karena pengeluaran pemerintah untuk
εt...............................................................(1)
pengentasan kemiskinan belum efektif dan perlu
waktu lebih panjang agar penyerapannya menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN efektif. Salah satu cara agar pengeluaran pemerintah
Hasil estimasi jangka panjang diatas untuk pengentasan kemiskinan tersebut efektif
dapat ditulis modelnya sebagai berikut : PPt = β0 dengan cara meningkatkan porsinya. Meningkatnya
+ β1 GEt + β3Ut + β4 Gt + εt porsi pengeluaran pemerintah untuk pengentasan
PP = 32,18 – 1,09 GE + 1,13 U – 0,00G kemiskinan diharapkan dampaknya dapat lebih
cepat dirasakan. Pengeluaran pemerintah untuk
pengentasan kemiskinan hanya mempertahankan
Tabel 2 Hasil Estimasi pendapatan masyarakat miskin untuk sementara,
Variabel Koefisien Std. Error Prob. sehingga hanya mampu mengangkat masyarakat
C 32,18 1,87 0,00 miskin sedikit diatas garis kemiskinan. Kondisi
GE -1,09 0,21 0,00 seperti ini sangat rawan terhadap guncangan dari
U 1,13 0,33 0,00 luar seperti inflasi, sehingga ketika terjadi krisis
G -0,00 0,03 0,38 ekonomi maka masyarakat tersebut yang berada
Sumber : Data Diolah 2014 sedikit diatas garis kemiskinan akan kembali
dibawah garis kemiskinan dan menjadi penduduk
miskin.
Koefisien pertumbuhan ekonomi yang
Masalah lain penyebab gagalnya program
negatif sebesar -1,09 artinya jika pertumbuhan
pengentasan kemiskinan yaitu misalnya masalah
ekonomi naik sebesar 1% maka jumlah penduduk
monitoring. Kurangnya proses monitoring
miskin akan berkurang sebesar 1,09 juta jiwa.
kegiatan yang dilakukan pemerintah akan membuat
Hal ini menunjukkan peningkatan pertumbuhan
beberapa program dalam fase implementasi
ekonomi akan meningkatkan pendapatan
menemui berbagai macam kendala yang dapat
masyarakat, sehingga jumlah penduduk miskin
mengakibatkan program tersebutgagal. Pemerintah
berkurang. Nilai probabilitas sebesar 0,00
sebaiknya terus melakukan pengawasan terkait
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
dengan program yang sedang berjalan, sehingga
berpengaruh negatif secara parsial dan
program pengentasan kemiskinan yang ada dapat
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin,
berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
karena nilai probabilitasnya kurang dari α 5%.
Koefisien tingkat pengangguran yang Uji Koefisien Determinasi (R2)
positif sebesar 1,13 artinya jika tingkat Hasil uji koefisien determinasi
pengangguran naik 1% maka jumlah penduduk menunjukan bahwa nilai R2 sebesar 0,59 yang
miskin akan meningkat sebesar 1,13 juta jiwa. berarti variabel dependen dapat dijelaskan oleh
Hal ini menunjukkan meningkatnya tingkat variabel independen sebesar 59% dan sisanya
pengangguran akan mengakibatkan hilangnya sebesar 41% dijelaskan oleh variabel lain di luar
pendapatan seseorang, sehingga menjadikan
62
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

model. kemiskinan dan jumlah penduduk miskin


berkurang.
Uji t-statistik
Pemerintah sebaiknya menekan angka
Hasil uji t-statistik menunjukan bahwa pengangguran, dimana dengan mengurangi
variabel pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran yang ada maka penduduk
pengangguran berpengaruh secara parsial menganggur berkurang dan pendapatan mereka
terhadap kemiskinan di Indonesia. Nilai meningkat. Kesejahteraan masyarakat meningkat
probabilitas dari variabel pertumbuhan ekonomi karena mereka sudah bekerja, sehingga akan
dan tingkat pengangguran lebih kecil dari meningkatkan peluang mereka keluar dari golongan
probabilitas α 5%. Pengeluaran pemerintah untuk penduduk miskin karena telah memiliki
pengentasan kemiskinan tidak berpengaruh pendapatan.
secara parsial terhadap kemiskinan di Indonesia, Pemerintah sebaiknya terus melakukan
karena nilai probalitasnya lebih besar dari α 5%. pengawasan terkait dengan program yang sedang
Uji F-statistik berjalan, sehingga program pengentasan kemiskinan
yang ada dapat berjalan dengan baik dan tepat
Hasil Uji F-statistik menunjukan bahwa
sasaran. Pemerintah juga perlu mengevaluasi
variabel independen yang digunakan secara
program pengentasan kemiskinan, jangan sampai
bersama-sama mempengaruhi variabel
anggaran yang diupayakan terserap pada penduduk
dependen. Hal ini dapat dijelaskan dari nilai
miskin, namun tidak menyentuh pengentasan
probabilitas (F-statistic) sebesar 0,00 yang lebih
kemiskinan itu sendiri.
kecil dari α 5%.
Uji Asumsi Klasik DAFTAR PUSTAKA
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
Ajija, Shocrul R et all. 2011. Cara Cerdas Menguasai
penelitian ini yaitu uji normalitas,
Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
multikoliniearitas, heteroskedastisitas dan Boediono. 1993. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE
autokorelasi. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik Boediono. 1999. Ekonomi Makro, Edisi Keempat.
menunjukan bahwa data berdistribusi normal Yogyakarta: BPFE Badan Pusat Statistik. 2013.
dan terbebas dari masalah multikolinearitas, Berita Resmi Statistik 2013
heteroskedastisitas, serta autokorelasi. Bappenas. 2013. Laporan Pengeluaran Pemerintah
Untuk Pengentasan Kemiskinan
Cuong, N. V., 2011. Poverty projection using a
SIMPULAN small area estimation method: Evidence from
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan Vietnam. Journal of Comparative Economics,
39(3), p. 368–382.
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan.
Cysne, R. P. & Turchick, D., 2012. Equilibrium
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif unemployment-inequality correlation.
terhadap kemiskinan di Indonesia. Tingkat Journal of Macroeconomics, Volume 34, p. 454–
pengangguran berpengaruh positif terhadap 469.
kemiskinan di Indonesia. Pengeluaran pemerintah Dumairy. 1995. Evaluasi kebijakan pemerintah
menanggulangi masalah kemiskinan dan
untuk pengentasan kemiskinan tidak berpengaruh
kesenjangan pada PJP II. Awan Setya Dewanta
terhadap kemiskinan di Indonesia.
(Eds.). Kemiskinan dan kesenjangan di
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media
diperoleh implikasi kebijakan bahwa Pemerintah Emma Aisbett, Harrison and Alix Zwane. 2006.
sebaiknya mendorong pertumbuhan ekonomi, Globalization and poverty: what is the evidence?.
dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat University of California. Berkeley.
meningkatkan pendapatan nasional, dan secara Gokan, Y., 2011. Poverty traps, the money growth
langsung akan meningkatkan pendapatan rule, and the stage of financial development.
Journal of Economic Dynamics and Control,
perkapita setiap penduduk. Meningkatnya
35(8), p. 1273–1287.
pendapatan perkapita dapat mencerminkan Gujarati, Damodar N. 2012. Dasar Dasar
kesejahteraan masyarakat yang meningkat, Ekonometrika. Buku 2. Jakarta : Salemba
sehingga mereka dapat keluar dari garis Empat.

63
Martiyan Ramdani/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

I.A Septyana Mega Putri dan Ni Nyoman Yuliarmi. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar,
2013. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Edisi
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali. E-Jurnal
EP Unud. Vol 2, No 10. Kedua). Jakarta: Kencana
Samuelson, Paul A. dan Nordhaus William D. 1996.
Jonaidi, Airus. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi
dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian Makroeknomi. Jakarta: Erlangga.
Ekonomi. Vol 1, No 1. Todaro, Michael.P dan Smith, Stephen C. 2004.
Kemal A. Stamboel. 2012. Panggilan Keberpihakan Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga
(Strategi Mengakhiri Kemiskinan di
Todaro, Michael.P dan Smith, Stephen C. 2006.
Indonesia). Gramedia Pustaka Utama
Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan.
Kemal Stamboel. 2013 Mampukah Anggaran Negara
Jakarta: Erlangga
Mengentaskan Kemiskinan
Widodo, Adi., Waridin, dan Johanna Maria K. 2011.
Mankiw, N.Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro,
Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di
Edisi Ketiga. Penerjemah: Chriswan Sungkono.
Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap
Jakarta: Salemba Empat
Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan
Menteri Keuangan. 2013. Pokok-pokok Nota Keuangan
Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa
dan RAPBN
Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi
Molnar, Maria. 2009. Development and poverty in
Pembangunan. Vol 1, No 1.
Romania. Institute of National Economy.
World Bank. 2006. Era Baru dalam Pengentasan
Romania Academy.
Kemiskinan di Indonesia.
Mudrajad Kuncoro. 2003. Ekonomi Pembangunan:
Yanti Nurfitri, 2009. Pengaruh Pertumbuhan
Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta:
Ekonomi, Inflasi, Dan Tingkat Kesempatan
UPP AMP YKPN
Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Mudrajad Kuncoro. 2007. Metode Kuantitatif. Indonesia Tahun 1999- 2009. Yogyakarta: UPN
Yogyarakta: UPP AMP YKPN Prasetyo, Eko P. Yogyakarta.
2009. Fundamental Makro Ekonomi.
Yogyakarta: Beta Offset Saliman. 2003.
Menggugat kebijakan-kebijakan pemerintah
dalam pengentasan kemiskinan

64

Anda mungkin juga menyukai