Anda di halaman 1dari 10

Modul Perekonomian Indonesia

4. Kondisi kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan


pokok. Sehubungan dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan
melalui stabilitas harga kebutuhan pokok harus dilakukan secara
komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar penanggulangan
kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.

Hipotesis Kuznete
Data data ekonomi periode 1970 – 1980, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan terutama di LDS (Less Developing Countries),
terutama di negara negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat, seperti Indonesia, menunjukan seakan akan korelasi positif antara
laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi
pertumbuhan produk domestik bruto, atau semakin tinggi tingkat pendapatan per
kapita, maka semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.
Bahkan studi yang dilakukan di negara negara Eropa Barat, menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak atau justru membuat ketimpangan antara
kaum miskin dan kaum kaya semakin melebar. Jantti (1997) dalam Tulus
Tambunan (2003) mengemukakan bahwa fenomena tersebut timbul karena
adanya perubahan suplly of labor (masuknya buruh murah dari Turki, atau negara
Eropa Timur kedalam pasar buruh di Eropa Barat). Berdasarkan fakta tersebut,
muncul pertanyaan: mengapa terjadi trade-off antara pertumbuhan dan
kesenjangan ekonomi dan untuk berapa lama? Kerangka pemikiran ini yang
melandasi Hipotesis Kuznets.
Yaitu, dalam jangka pendek ada korelasi positip antara pertumbuhan pendapatan
perkapita dengan kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang
hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Artinya, dalam jangka pendek
meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan
pendapatan, namun dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan diikuti
dengan penurunan kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama

96
Modul Perekonomian Indonesia

“Kurva U terbalik dari Hipotesis Kuznets” (Tambunan 2006).


Tingkat Kesenjangan

Tahun/Tingkat Pembangunan
t=0 t=n

Gambar 3. Hipotesis Kuznets

Hubungan Pertumbuhan dan Kemiskinan.


Hipotesis Kuznets: Pada tahap awal pembangunan tingkat kemiskinan meningkat
dan pada tahap akhir pembangunan tingkat kemiskinan menurun.
Faktor yang berpengaruh pada tingkat kemiskinan:
a) Pertumbuhan
b) Tingkat pendidikan
c) Struktur ekonomi

Wodon (1999) menjelaskan hubungan pertumbuhan output dengan kemiskinan


diekspresikan dalam:
Log Gkt = α + βLog Wkt + αt + ∑kt
Dimana:
Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan) diwilayah k pada
periode t
αt : Efek lokasi yang tetap
∑kt : Term kesalahan

Dalam persamaan tersebut, elastisitas ketidakmerataan distribusi pendapatan


terhadap pertumbuhan merupakan komponen kunci dari perbedaan antara efek

97
Modul Perekonomian Indonesia

bruto (ketimpangan konstan) dan efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.
g : efek bruto (ketimpangan konstan)
l : efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
b : elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan
d : elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan

Pertumbuhan Ketimpangan Kemiskinan

maka,
Λ = γ + βδ
Elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap
ketimpangan diperoleh dengan persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt + Log Gkt + wk + vkt
Dimana:
Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan) diwilayah k pada
periode t
Wk : efek-efek yang tetap
vkt :term kesalahan

Studi empiris di LDC’s menunjukkan ada korelasi yang kuat antara


pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan. Studi lain menunjukkan bahwa
kemiskinan berkorelasi dengan pertumbuhan output (PDB) atau Pendapatan
nasional baik secara agregat maupun disektor-sektor ekonomi secara individu.

a) Ravallion dan Datt (1996) dengan data dari India menemukan bahwa
pertumbuhan output disektor-sektor primer khususnya pertanian jauh lebih
efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan sector
sekunder.

98
Modul Perekonomian Indonesia

b) Kakwani (2001) untuk data dari philipiana menunjukkan hasil yang sama
dengan Ravallion dan Datt. Peningkatan output sektor pertanian 1%
mengurangi jumlah kemiskinan 1% lebih sedikit. Peningkatan output
sektor industri 1% mengurangi jumlah kemiskinan 0,25 saja.
c) Mellor (2000) menjelaskan ada tendensi partumbuhan ekonomi (terutama
pertanian) mengurangi kemiskinan baik secara mangsung maupun tidak
langsung.
d) Hasan dan Quibria (2002) menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
dengan kemiskinan
e) ADB (1997) untuk NIC’s Asia Tenggara (Taiwan, Korsel, dan Singapura)
menunjukkan pertumbuhan output di sector industri manufaktur
berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan penurunan
kemiskinan
f) Dolar dan Kraay (2000) menunjukkan elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 1% (pertumbuhan
rata-rata 1% meningkatkan pendapatan masyarakat miskin 1%).
g) Timmer (1997) menyimpulkan bahwa elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 8% artinya kurang
dari proporsional keuntungan bagi kelompok miskin dari pertumbuhan
ekonomi

Tujuan Pembelajaran 6.3:


Indikator Kemiskinan dan Kebijakan Anti Kemiskinan

Indikator Kemiskinan
Karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis
kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda. Badan Pusat Statistik
(BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per
kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan
makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan
2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa. BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu :

99
Modul Perekonomian Indonesia

1. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Basic Needs


Appoarch merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode
BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar.
2. Pendekatan Head Count Index. Head Count Index merupakan ukuran yang
menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah jumlah
penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis kemiskinan,
yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non
makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen,
yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non
makanan (non food line).

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan dan


penurunan kemiskinan disajikan dan gambar 4 (Tambunan 2006). Kebijakan anti
kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai salah satu kebijakan
yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia, seperti Bank Dunia, ADB,ILO,
UNDP, dan lain sebagainya.

Kebijakan Pertumbuhan
Prokemiskinan

Pertumbuhan
Ekonomi Pertumbuhan
kemiskinan

Pertumbuhan
Kelembagaan Propemerataan

Gambar 4. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan


dan penurunan kemiskinan

Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Developent Report on


Proverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front : (i) pertumbuhan
ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan bagi kelompok miskin, (ii) pengembangan SDM (pendidikan,

100
Modul Perekonomian Indonesia

kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan
ekonomi, (iii) membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang
diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM
akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan
terisolasi secara fisik.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan
diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau
tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
1. Intervensi jangka pendek, berupa :
Pembangunan/penguatan sektor usaha Kerjsama regional
Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan kesehatan
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
Pembagian tanah pertanian yang merata
2. Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3. Manajemen lingkungan dan SDA
4. Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
5. Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
6. Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)

Dalam memerangi kemiskinan diperlukan strategi yang tepat dan akurat,


sehingga dibutuhkan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran
yang dapat dibagi menurut waktu, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang. Intervensi jangka pendek merupakan yang terutama dari
pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan. Hal ini
penting mengingat akan fakta yang ada bahwa di satu pihak, hingga saat ini
sebagian besar wilayah Indonesia masih pedesaan dan sebagian penduduk
Indonesia.

101
Modul Perekonomian Indonesia

Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dan
sebagainya mengeluarkan kebijakan untuk memerangi kemiskinan, melalui:
a) Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja yang
padat karya.
b) Pengembangan SDM.
c) Membuat jaringan pengaman sosial bagi penduduk miskin yang tidak
mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan
lapangan kerja serta pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat
fisik dan mental, bencana, konflik sosial atau wilayah yang terisolasi.

World bank (2000) memberikan metode baru dalam memerangi kemiskinan


dengan 3 pilar:

a. Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin


untuk mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang
mempengaruhi kehidupan mereka dengan memperkuat partisipasi
mereka dalam proses politik dan pengambilan keputusan tingkat lokal.
b. Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang
merugikan melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani
goncangan ekonomi makro dan jaringan pengaman yang lebih
komprehensif.
c. Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin terhadap
modal fisik dan modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian
dari asset asset tersebut.

ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan:

a. Pertumbuhan berkelanjutan yang pro-kemiskinan.


b. Pengembangan sosial yang mencakup: pengembangan SDM, modal
sosial, perbaikan status perempuan, dan perlindungan sosial.
c. Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.

102
Modul Perekonomian Indonesia

d. Faktor tambahan:
- Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar.
- Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah.

Meningkatnya anggaran untuk pengentasan kemiskinan dari tahun ke tahun


bukanlah jaminan kemiskinan secara riil dapat turun jika tidak dilakukan dengan
kebijakan pengentasan kemiskinan yang tepat. Kebijakan antikemiskinan yang
dilakukan pemerintah lebih condong ke arah membuat masyarakat miskin menjadi
lebih miskin.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi pemerintah sesuai
sasaran atau tujuannya. Sasaran atau tujuan tersebut dibagi menurut waktu, yakni
jangka pendek, menengah dan panjang.
Intervensi lainnya adalah manajemen lingkungan dan SDA. Hancurnya
lingkungan dan “habisnya” SDA dengan sendirinya menjadi factor pengerem
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga sumber
peningkatan kemiskinan.
Intervensi jangka pendek terutama pembangunan sector pertanian dan
ekonomi pedesaan, pembangunan transportasi, komunikasi, energy dan keuangan,
peningkatan peran serta masyarakat sepenuhnya (stakeholder participation) dalam
proses pembangunan dan proteksi social (termasuk pembangunan system jaminan
social).
Intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan
perantaranya untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan
dapat dibagi menurut waktu, yaitu:
a. Intervensi jangka pendek, berupa :
1) Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
2) Manajemen lingkungan dan SDA
3) Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
4) Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam
pembangunan
5) Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem
jaminan sosial)

103
Modul Perekonomian Indonesia

b. Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa:


1) Pembangunan/penguatan sektor usaha
2) Kerjsama regional
3) Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
4) Desentralisasi
5) Pendidikan dan kesehatan
6) Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
7) Pembagian tanah pertanian yang merata

Program-program seperti Raskin, BLT,dan sebagainya yang akan


dilanjutkan pada tahun anggaran 2010 dapat membuat masyarakat miskin
mengalami ketergantungan. Kebijakan kedermawanan yang kurang tepat dapat
memperburuk moral dan perilaku orang miskin. Sebenarnya yang harus dibina
adalah cara peningkatkan partisipasi masyarakat, kemandirian masyarakat yang
artinya selain penduduk miskin juga harus mempunyai kemandirian dan berupaya
sendiri dalam mengatasi kemiskinan, dan eksplorasi pengentasan kemiskinan.
Pemerintah lebih baik memberikan program dalam bentuk pemberdayaan
yang melibatkan peran serta seluruh masyarakat. Program-program pengentasan
kemiskinan mendatang sebaiknya dikembangkan dengan model pembangunan
komunitas/ community development yang melibatkan turut serta aktif masyarakat.
Dengan comdev yang merupakan program pemberdayaan, masyarakat miskin
diberikan akses yang luas untuk meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih
baik.
Kebijakan yang tepat dan sistematis dalam pengentasan kemiskinan dalam
bentuk program-progran pemberdayaan masyarakat lebih efektif dalam
menurunkan jumlah orang miskin di negeri ini hal ini sudah terbukti di negara-
negara seperti Cina dan India. Analoginya sederhana kita bukan memberikan ikan
tetapi pamcingannya dan membina mereka bagaimana cara memancing ikan yang
benar. Hal itulah yang harus dilakukan oleh pemerintah kita, karena jika rakyat
terbiasa diberi ikan, lama-kelamaan akan muncil budaya ‘malas’.

104
Modul Perekonomian Indonesia

B. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan penyebab pengangguran dan jenis-jenisnya!
2. Jelaskan tentang hipotesis kuznets
3. Jelaskan hubungan antara kelembagaan, kebijakan, pertumbuhan
ekonomi dan penurunan kemiskinan!

D. DAFTAR PUSTAKA

http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/kebijakan-anti-kemiskinan.html
https://luiskahimpong.wordpress.com/2011/05/11/lapangan-pekerjaan-profesi-
dan-profesional/
https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia

105

Anda mungkin juga menyukai