Jumlah penduduk miskin pada tahun 1993 1999 mengalami kenaikan, pada
tahun 1999 2006 berfluktuasi dan cenderung tidak mengalami perubahan. Jumlah
penduduk miskin menurun mulai tahun 2007 dan pada tahun 2008 2011
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sedangkan dilihat dari persentase
penduduk miskin, secara umum persentase penduduk miskin terus menurun,
1
meskipun pada periode 1999 2006 penurunan yang terjadi relatif kecil. Penurunan
persentase penduduk miskin yang signifikan terjadi pada tahun 2008 2011.
Ada suatu korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
kesenjangan dalam distribusi pendapatan yaitu : semakin tinggi pertumbuhan PDB
(Produk Domestik Bruto) atau semakin besar pendapatan perkapita semakin besar
perbedaan antara rakyat miskin dan yang kaya. Jantti (1997) dalam studinya
membuat suatu kesimpulan bahwa semakin membesarnya ketimpangan dalam
distribusi pendapatan di negara-negara tersebut dikarenakan oleh pergeseran-
pergeseran demografi, perubahan kebijakan-kebijakan publik.
2
pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari proses urbanisasi dan
industrialisasi, tetapi setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi atau
akhir dari proses pembangunan ketimpangan menurun, yaitu pada saat sektor
industri di perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari tenaga kerja yang
datang dari pedesaan (sektor pertanian), atau pada saat pangsa pasar pertanian
lebih kecil didalam produksi dan penciptaan pendapatan.
Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa dibandingkan pada saat orde baru (1970-
1998), pendapatan per kapita penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, terutama dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2008, 2009, 2010,
dan 2011). Indonesia mengalami pergerakan pendapatan perkapita sebagai berikut:
Tahun 2010 Perekonomian Indonesia memang sedang naik daun. Ketika dunia
dilanda krisis, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh positif, bahkan hingga
4,5 persen pada 2009. Padahal, tahun itu banyak negara mengalami kemerosotan
dalam perekonomian. Di Indonesia, jumlah penduduk yang besar tidak lagi dilihat
3
sebagai hantu perekonomian, tetapi sebagai pasar yang besar dan menarik.
Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih banyak terkonsentrasi di tiga
provinsi utama yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Kegiatan ekonomi di
sektor sekunder dan tersier juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara itu,
kegiatan ekonomi sektor primer lebih banyak diperankan oleh daerah-daerah di luar
Jawa.
Tingkat kemiskinan antar Negara berbeda, itu disebabkan oleh kondisi sosial,
ekonomi, demografi, politik, kelembagaan, dan kebijakan yang berbeda. Menjelang
pertengahan tahun 1997, beberapa saat sebelum krisis ekonomi muncul, ingkat
pendapatan per kepala di Indonesia sedah melebihi 1000 dolas AS, dan tingkat ini
jauh lebih tinggi. Namun, apa artinya kalau hanya 10% saja dari jumlah penduduk di
tanah air yang menikmati 90% dari jumlah PN. Sedangkan, sisanya 80% hanya
menikmati 10% dari PN. Atau kenaikan PN selama masa itu hanya dinikmati oleh
kelompok 10% tersebut, sedangkan pendapatan dari kelompok masyarakat yang
mewakili 90% dari jumlah penduduk tidak mengalami perbaikan yang berarti.
Boleh dikatakan bahwa baru sejak akhir 1970-an, Pemerintah Indonesia mulai
memperlihatkan kesungguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sejak itu aspek pemerataan dalam trilogi pembangunan semakin
ditekankan dan ini didentifikasikan dalam delapan jalur pemerataan. Sudah banyak
program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini yang mencerminkan upaya
tersebut, seperti program serta kebijkan yang mendukung pembangunan industri
kecil, rumah tangga dan koperasi, Program Keluarga Sejahtera, Program KB, UMR,
UMP, dan lain sebagainya.
4
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, pendapatan rata-rata
perkapita di Indonesia mengalami suatu peningkatan yang pesat. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan tersebut juga memberi suatu kontribusi yang
besar terhadap pengurangan kemiskinan yang terjadi tiap tahun selama periode
orde baru. Selain tingkat kemiskinan, ada dua hal lain yang juga harus diperhatikan
dalam membahas kemiskinan di Indonesia, yaitu : kedalaman kemiskinan dan
keparahan kemiskinan. Semakin besar nilai kedua indeks ini disebuah negara,
mencerminkan semakin seriusnya persoalan kemiskinan dinegara tersebut.
Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi tidak dapat hanya diukur dari laju
pertumbuhan output atau peningkatan pendapatan secara agregat atau perkapita.
Hasil dari upaya pemerintah selama orde baru untuk meningkatkan pemerataan
pendapatan bisa dilihat pada perkembangan perkembangan koefisien Gini sejak
1965 hingga 1999 dengan memakai data SUSENAS.
Secara teoretis, perubahan pola distribusi pendapatan dipedesaan dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Akibat arus penduduk/ tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan yang selama
orde baru berlangsung sangat pesat.
2. Struktur pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di perdesaan dengan di
perkotaan.
3. Dampak posif dari proses pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai
berikut :
Semakin banyak kegiatan ekonomi da pedesaan di luar sector
pertanian yang menyebabkan bertambahnya jumlah kesempatan kerja
dipedesaan dan juga menambah pendapatan petani.
Tingkat produktivitas dan pendapatan riil tenaga kerja disektor
pertanian meningkat.
Potensi SDA yang ada di pedesaan semakin baik.
5
Namun di balik itu semua, Indonesia telah mencapai target MDGs untuk
pengentasan kemiskinan ekstrem. Dengan menggunakan indikator USD 1,00
Purchasing Power Parity (PPP) per kapita per hari, Indonesia telah berhasil
mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem dari 20,6 persen pada 1990 menjadi 5,9
persen pada 2008. Meskipun berdasarkan tingkat pendapatan USD 1,00 (PPP)
target MDGs sudah dapat dicapai, namun Pemerintah Indonesia tidak berpuas diri.
Indonesia mengukur tingkat kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan
nasional yang setara dengan USD1,50 (PPP). Dengan menggunakan garis
kemiskinan nasional tersebut, tingkat kemiskinan yang pada 2009 sebesar 14,15
persen menurun pada 2010 menjadi 13,33 persen.
Stefanie
2012 - 011 - 030