– Efek berantai dari krisis Baht( mata uang Thailand) pada pertengahan tahun
1997 disertai kelemahan sistem dan serangkaian peristiwa yang terjadi
kemudian mengakibatkan Indonesia mengalami pertumbuhan negatif sebesar
13,1 % pada tahun 1998 dan menjerumuskan 25 persen penduduk Indonesia
yang sudah tidak lagi miskin kembali ke jurang kemiskinan.
– Depresiasi rupiah yang mulai merangkak naik pada Juli 1997, dari posisi sedikit
di bawah Rp 2.400 per 1 dolar AS pada saat sebelum krisis menjadi Rp 18.000
per 1 dolar AS pada bulan Januari 1998, berdampak pada hancurnya pasar
pertanian dan non-pertanian, serta merosotnya daya beli penduduk miskin.
Dampak krisis tersebut bagi
keluarga miskin dan hampir-
miskin di seluruh negeri sangat
dahsyat karena mereka
kehilangan pekerjaan dan jauh
lebih menderita akibat kenaikan
harga beras dan barang-barang
dagangan lainnya yang memicu
inflasi. Hal yang paling parah
adalah kenaikan harga beras
sebesar 300 persen di sepanjang
tahun.
Hal itu khususnya dirasa berat
oleh penduduk yang
menyisihkan 20-25 persen dari
pengeluaran rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan ini saja.
Karena beras memberi kontribusi
hingga setengah dari rata-rata
asupan energi orang Indonesia.
Krisis ini pun berdampak pada sedikit
meningkatnya sektor-sektor seperti
pertanian dan manfaktur, sementara
sektor lainnya seperti konstruksi,
keuangan, dan perdagangan
mengalami penyusutan (lihat Tabel
2.5). Sifat lentur atau fleksibel pasar
kerja Indonesia mengandung
kelebihan sekaligus kelemahan.
Sementara jumlah pengangguran
hanya mengalami sedikit kenaikan
(lihat Tabel 2.6), tingkat inflasi yang
tinggi menyebabkan upah riil
mengalami penurunan tajam sebesar
27 persen.
Sementara jumlah pengangguran hanya
mengalami sedikit kenaikan (lihat Tabel
2.6), tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan upah riil mengalami
penurunan tajam sebesar 27 persen.
Masalah kemiskinan yang dihadapi Indonesia sejak diawal masa
pemerintahan orde baru dengan penekan dengan masalah yang dihadapi
selama periode reformasi . Memperkenalkan triple problem kemiskinan ,
kerentanan dan ketidakmerataan .
BEBERAPA PERTANYAAN PENTING
Tingkat kemiskinan pada tahun 2004 itu bahkan lebih rendah dibandingkan
tingkat kemiskinan pada masa sebelum krisis, yakni pada tahun 1996, yang
mencapai 17,6%. Selain perbaikan dalam hal penurunan angka kemiskinan,
sejak tahun 2002 tingkat kesenjangan kemiskinan dan tingkat keparahan
kemiskinan telah kembali ke tingkat sebelum krisis, dan bahkan mencapai
tingkat yang lebih rendah di sebagian wilayah