NURAHMANIA
A. Pengertian Kemiskinan dan Pendapatan
1. Pengertian Kemiskinan
Pengertian kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, tempat tinggal,
pendidikan, dan kesehatan yang layak.
a) Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana taraf hidup
manusia serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda.
b) Sedangkan secara kualitati, pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup
manusia yang tidak layak.
Pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli
1. Hall dan Midgley
Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar
kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Menurut BAPPENAS, arti kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena
keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang
dimilikinya.
Kesenjangan pendapatan dapat diartikan sebagai perbedaan kemakmuran
ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin. Hal ini tercermin dari perbedaan
pendapatan (Robert E Baldwin, 1986 : 16).
2. Pengertian Kesenjangan Pendapatan (Gini Rasio)
Masalah kesenjangan pendapatan sering juga diikhtisarkan, bahwa pendapatan
riil dari yang kaya terus bertambah sedangkan yang miskin terus berkurang. Ini
berarti bahwa pendapatan riil dari yang kaya tumbuh lebih cepat dari pada yang
miskin (Bruce Herrick/Charles P Kindleberger, 1988 : 171). Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa kesenjangan pendapatan adalah perbedaan jumlah
pendapatan yang diterima masyarakat sehingga mengakibatkan perbedaan
pendapatan yang lebih besar antar golongan dalam masyarakat tersebut. Akibat
dari perbedaan itu maka akan terlihat kesenjangan yaitu yang kaya akan semakin
kaya dan sebaliknya yang miskin akan semakin terpuruk.
B. Penyebab Kemiskinan dan Kesenjangan pendapatan (Gini Ratio)
1. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada
waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk termiskin, misalnya 20 persen
atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/
pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran
kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/ pengeluaran penduduk sehingga
dengan menggunakan definisi ini berarti ”orang miskin selalu hadir bersama kita”.
2. Kemiskinan Absolut
Ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar
minimum seperti pangan, perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan yang
diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum
diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan nilainya dikenal
dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan/
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai
penduduk miskin.
Kemiskinan di Indonesia dan Distribusi Geografis
Salah satu karakteristik kemiskinan di Indonesia adalah perbedaan yang begitu
besar antara nilai kemiskinan relatif dan nilai kemiskinan absolut dalam hubungan
dengan lokasi geografis. Jika dalam pengertian absolut lebih dari setengah jumlah
total penduduk Indonesia yang hidup miskin berada di pulau Jawa (yang berlokasi
di bagian barat Indonesia dengan populasi padat), dalam pengertian relatif
propinsi-propinsi di Indonesia Timur menunjukkan nilai kemiskinan yang lebih
tinggi.
Dampak Kemiskinan dan Kesenjangan ( Gini Rasio)
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks.
1. Pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki
penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan
daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap
tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata. Meluasnya pengangguran
sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga
disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau
pertumbuhan.
2. Kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak
ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun
dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di
atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk
operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3. Pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi ini. Mahalnya biaya
pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas
mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk
makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya
tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan
yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era
globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal.
Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak
terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA
muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal
ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono
menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum
dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam
bentrokan identitas yang subjektif.
. Solusi Untuk Mengatasi Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
1. Meperhatikan sektor UMKM
Menurut Puspayoga, kesalahan itu terletak pada belum diperhatikannya upaya pemberdayaan
terhadap para pelaku UMKM di Tanah Air. "Selama ini UKM belum tersentuh upaya
pemberdayaan dengan optimal," katanya.
Ia berpendapat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan ada artinya jika pemerataan
pendapatan tidak terdistribusi dengan baik. Dengan kata lain bahwa kesejahteraan hanya
dirasakan oleh segelintir kalangan saja.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak untuk turut serta dalam upaya
pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UMKM di Tanah Air melalui berbagai cara.
Pihaknya sendiri salah satunya mengembangkan skema kredit usaha rakyat (KUR) untuk para
pelaku usaha mikro dengan suku bunga 9 persen per tahun.
2. Kebijakan Anti Kemiskinan
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai salah satu
kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia, seperti Bank Dunia, ADB,ILO,
UNDP, dan lain sebagainya.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-
intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut
waktu, yaitu :
Intervensi jangka pendek, berupa :
Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan Manajemen lingkungan
dan SDA Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan Peningkatan
keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan Peningkatan proteksi sosial
Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa :
2. Kerjsama regional
4. Desentralisasi