Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TENTANG KEMISKINAN

DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

Nama Kelompok :
1. Atik Wijayanti (16. 60201.1. 018)
2. Ella Devianti (16. 60201.1. 033)
3. Hosanna Siregar (16. 60201.1. 055)
4. Ledyana Syafidah (16. 60201.1.069)

Dosen Pembimbing :
Endang, S.E, MM
Fakultas Ekonomi 01

UNIVERSITAS BOJONEGORO
2018
1. MASALAH POKOK
a. Pengertian
 Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

 Kesenjangan Pendapatan adalah suatu kondisi dimana distribusi


pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan
pendapatan dapat terjadi akibat beberapa hal, misalnya tingkat
pembangunan, heterogenitas, etnis, kediktatoran dan pemerintah
yang gagal menghargaiproperty right Geser dalam Hajiji (2010)

b. Faktor Penyebab
 Faktor Penyebab Kemiskinan

a) Laju Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia


terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia
memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk
tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau
menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk
Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04
juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang
perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya
jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4
terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesiasemakin terpuruk
dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang
bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.
Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di
bawah garis kemiskinan.
b) Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah
penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja
berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia
kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk
berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan
bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori
bebabn ketergantungan.
c) Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan.Distribusi
pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan
penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan
atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan
penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk
miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20%
penduduk berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan
dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40%
penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen
pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat
bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17
persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin
menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional maka
ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
nasional dikatakan cukup merata.
 FaktorPenyebabKesenjangan

1) Bakat dan kemampuan yang berbeda-beda atau terjadi secara


tidak merata. Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan kondisi
dan kemampuan yang berbeda. Manusia yang satu dengan yang
lainnya tidaklah memiliki kemampuan dan keterampilan yang sama
dalam hidupnya. Misal si A memiliki keahlian dalam bidang
Matematika, belum tentu si B dan C memiliki kemampuan yang sama.
2) Tingkat Pendidikan yang masih rendah. Tingkatb pendidikan yang
diperoleh seseorang juga berbeda tergantung dari situasi dan kondisi.
Salah satu faktor penyebabnya adalah kondisi perekonomian orang
tersebut.
3) Presentase lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan
jumlah tenaga kerja yang ada. Seperti yang telah kita ketahui
bersama apabila jumlah lapangan yang tersedia tidaklah sebanding
dengan jumlajh tenaga kerja yang ada saat ini. Jumlah lapangann
pekerjaan cenderung lebih sedikit daripada jumlah tenaga kerja yang
tersedia.
c. DAMPAK
 Damapak Kemisikinan dan Kesenjangan Pendapatan
-       Kriminalitas, Karena saat seseorang tidak mempunyai penghasilan
sementara dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan
melakukan berbagai hal termasuk tindakan kriminal,seperti
pencurian, perampokan bahkan hingga pembunuhan. 
-       Tingkat pendidikan rendah, hal ini dikarenakan pendidikan itu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat
miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan berbagai bantuan
bahkan hingga pendidikan gratis dari sd hingga sltp hingga saat ini,tapi
tetap saja belum memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan
hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya kemiskinan jika tingkat
pendidikan tetap rendah.
-       Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian,
Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan sehingga
membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan biaya untuk
kesehatan,sebagaimana slogan "sehat itu mahal" memang benar slogan
tersebut, sehingga masyarakat miskin akan merasakan betapa beratnya
biaya rumah sakit,sehingga mereka tidak bisa berobat kerumah sakit
dikarenakan faktor biaya.,selain itu kemiskinan juga menyebabkan
buruknya kesehatan pada bayi dan balita yang membutuhka banyak
asupan gizi,sedangkan orang tua mereka tidak mempunyai materi yang
cukup untuk memenuhi hal tersebut,sehingga banyak terdapat bayi yang
lahir cacat karena kurangnya asupan giza saat dalam kandungan, serta
banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung
lapar,dikarenaka tidak memadainya asupan makanan mereka,tentu saja
kita sudah tahu tentang hal ini dari berita-berita di media massa.
-       Penggangguran, angka penggangguran ini cukup fantatis,
mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi oleh bangsa saat
ini. Banyaknya penggangguran, berarti mereka tidak bekerja dan otomatis
mereka tidak mendapatkan penghasilan. Dengan tidak bekerja dan tidak
mendapatkan penghasilan, mereka tidak data memenuhi kebutuhan
hidupnya. Secara otomatis, pengangguran menurunkan daya saing dan
beli masyarakat.
d. RASIO GINI

 Pada Maret 2018, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia


yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,389. Angka ini menurun
sebesar 0,002 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2017
yang sebesar 0,391. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Gini Ratio
Maret 2017 yang sebesar 0,393 turun sebesar 0,004 poin.
 Rasio Gini di daerah perkotaan pada Maret 2018 tercatat sebesar 0,401,
turun dibanding Gini Ratio September 2017 yang sebesar 0,404 dan Gini
Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,407. Sementara itu, Gini Ratio di daerah
perdesaan pada Maret 2018 tercatat sebesar 0,324, naik sebesar 0,004
poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 dan September
2017 yang sebesar 0,320.
 Pada Maret 2018, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen
terbawah adalah sebesar 17,29 persen. Artinya pengeluaran penduduk
berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Jika dirinci menurut
wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,47 persen yang
artinya berada pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk
daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,15 persen, yang berarti
masuk dalam kategori ketimpangan rendah.
 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi 2017 hanya
5,07 persen dari target 5,2 persen dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017. Hal ini tidak lepas dari
pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 yang hanya sebesar 5,19
persen. 
e. PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA 2017
 Dalam rilis BPS disebutkan, perekonomian Indonesia 2017 ini yang
diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai
Rp51,89 juta atau US$3.876,8. 
 “Pencapaian ini di bawah target 5,2 persen, tapi angka 5,07 persen ini
merupakan yang tertinggi sejak 2014,” kata Kepala BPS, Suhariyanto
dalam jumpa pers di Jakarta, seperti dikutip Antara, Senin (5/2/2018). 
 Namun demikian, ekonomi Indonesia tahun 2017 yang tumbuh 5,07
persen ini lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. 
 Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Sementara dari sisi
pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor
Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen. 
 Tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi 2017 ini sudah
diperkirakan sebelumnya. Pengamat ekonomi, Abra Talattov, misalnya,
menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen akan susah
tercapai. Hal itu berdasar pada pertumbuhan ekonomi di dua kuartal
tahun 2017 yang hanya mencapai 5 persen. 
 “Dengan melihat kinerja ekonomi Q2, target pertumbuhan 5,2 persen
sulit tercapai. Alasannya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga semakin
sulit untuk tumbuh melesat,” kata ekonom dari Institute for Development
of Economics and Finance (Indef), pada 7 Agustus 2017. 
 Saat itu, BPS baru saja merilis pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2017
mencapai 5,01 persen, angka itu relatif melambat karena sama
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2017.
f. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI
DENGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam
distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara
kelompok kaya dan kelompok miskin, maka perekonomian tersebut
benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.

g. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI


DENGAN KEMISKINAN

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak


berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan ketimpangan, seperti yang telah
dibahas di atas.  Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses
pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang.  Namun
banyak factor lain selain pertumbuhan yang juga mempunyai pengaruh besar
terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah/Negara seperti struktur
pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai