Anda di halaman 1dari 12

Nama : Wisnu Apta Nizar

Nomor : 31
Kelas : XII MIPA 7

Indonesia Tidak Tergolong Negara Maju

A. Kondisi Indonesia yang Membuat Indonesia Tidak Tergolong dalam Indikator


Negara Maju

Beberapa hal yang membuat Indonesia tidak tergolong dalam indikator negara
maju.
1. Kurangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia
 Masalah Stunting

Hal tersebut merupakan fakta yang sangat ironi, karena Masyarakat


Indonesia hidup di wilayah tropis yang sangat subur dan sumber daya yang
melimpah ternyata banyak anak di Indonesia yang kurang gizi. Jika dilihat dari data
diatas, persentase tingginya stunting berada di wilayah-wilayah yang kaya akan
sayuran dan daging, misalnya di daerah Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya.

1
Menurut penelitian Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpAK, anak yang
mengalami gizi buruk di bawah usia satu tahun, 25% dari mereka berisiko memiliki
tingkat kecerdasan di bawah 70, dan 40% lainnya berisiko memiliki IQ antara 71-90.
Dengan tingkat IQ tersebut, kemampuan akademis anak akan terganggu. Sumber :
wonosari.kendalkab.go.id

Menurut Supriyantoro, persoalan stunting tidak bisa dipandang sepele. Anak


dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Tidak
hanya itu, pada usia produktif, individu yang pada balita dalam kondisi stunting
berpenghasilan 20% lebih rendah. Kerugian negara akibat stunting diperkirakan
mencapai sekitar Rp300 triliun per tahun. Stunting pun dapat menurunkan produk
domestic bruto negara sebesar 3%. Sumber : humbanghasundutankab.go.id
Penyebab stunting menurut sumber : rsudblora.blorakab.go.id adalah :
 Kurang gizi dalam waktu lama
 Pola asuh kurang efektif
 Pola makan yang salah
 Tidak melakukan perawatan pasca melahirkan
 Gangguan mental dan hipertensi pada ibu
 Sakit infeksi yang berulang
 Faktor sanitasi

2
Menurut Agus Suprapto, sanitasi yang baik merupakan faktor penting dalam
mencegah berbagai macam masalah kesehatan dan gizi, salah satunya adalah untuk
mencegah stunting. Sanitasi yang buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
balita serta diare dan kecacingan yang dapat mengganggu proses pencernaan dalam
proses penyerapan nutrisi, jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama dapat
mengakibatkan stunting. Sumber : www.kemenkopmk.go.id

 Kualitas pendidikan yang masih rendah


Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Kondisi
pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari angka Indeks Pendidikan (Education Index)
yang dikeluarkan United Nations Development Programme (UNDP) dalam publikasi
tahunannya bertajuk ”Human Development Report”.

Berdasarkan rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah yang menjadi
variabel penghitungannya, Indeks Pendidikan Indonesia tahun 2018 berada di posisi
ketujuh dari sepuluh negara ASEAN. Indeks dengan skor 0,625 itu bahkan masih di
bawah Vietnam dan hanya unggul dari Laos, Kamboja, serta Myanmar.
Indeks Pendidikan ini sangat penting sebagai salah satu parameter dalam
menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur kesejahteraan
penduduk suatu negara. IPM juga memberi gambaran bagaimana tujuan
pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah secara berkesinambungan dan menilai
implementasi dari strategi serta kebijakan pemerintah tersebut. Pada tahun 2018,
IPM Indonesia berada pada urutan ke-111 dari 189 negara.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga dibuktikan dengan data
PISA yang dibuat The Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) Organisasi bagi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan ini
mengisyaratkan kualitas pendidikan di dunia. Dari data dibawah bisa dilihat bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbawah di
dunia.
3
Penyebab rendahnya masalah mutu pendidikan di Indonesia antara lain
adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih
menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan
khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
 Minimnya sarana fisik
 Rendahnya kualitas guru
 Guru belum sejahtera
 Rendahnya prestasi siswa
 Pendidikan yang tidak merata (pemerataan pendidikan tidak terjadi)
 Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
 Mahalnya biaya pendidikan
Sumber : mahasiswaindonesia.id

4
2. Tingkat ekonomi Indonesia masih rendah
 Pendapatan per kapita rendah

Berdasarkan data Bank Dunia, produk domestik bruto (PDB) per kapita
Indonesia senilai US$ 3.869,59 per kapita setara Rp 54,58 juta per kapita (kurs Rp
14.105,1 per US$) pada 2020. Dengan nilai tersebut, PDB per kapita Indonesia
berada di urutan kelima dari 10 negara anggota negara-negara Kawasan Asia
Tenggara. Posisi Indonesia tersebut berada di bawah Thailand yang berada di urutan
ke-4 dengan PDB per kapita US$ 7.19,04 dan di atas Filipina yang berada di posisi
ke-6 dengan PDB per kapita US$ 3.298,83. Pdb per kapita merupakan salah satu
indikator untuk mengukur rata-rata pendapatan per penduduk. Dari data di atas maka
rata-rata pendapatan penduduk Indonesia masih jauh tertinggal dengan Singapura,
dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, PDB per kapita Indonesia
masih termasuk rendah. Sumber : databoks.katadata.co.id

 Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Indonesia masih
tinggi. Hingga Maret 2023, jumlah penduduk miskin mencapai 25,9 juta orang atau
9,36%. Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto menjelaskan, angka ini lebih rendah
dari tingkat kemiskinan per September 2022 yang sebesar 9,57% atau sebanyak
26,36 juta orang. Sementara pada Maret 2022, jumlah angka kemiskinan mencapai
9,54% atau 26,16 juta orang. Adapun, jumlah penduduk miskin ini turun 460.000
jiwa terhadap September 2022 dan turun 260.000 jiwa terhadap Maret 2022.

5
Larasati Prayoga et al. (2021) menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain upah minimum yang tidak memadai, taraf hidup
masyarakat yang buruk, dan meningkatnya angka pengangguran setiap tahun tanpa
adanya tambahan kesempatan kerja. Todaro & Stephen C (2014) menjelaskan upah
minimum dibuat dengan tujuan untuk meningkatan kesejahteraan pekerja dan
dengan demikian dapat mengurangi kemiskinan.
Standar hidup masyarakat digambarkan melalui meningkatnya kualitas
pengetahuan, keterampilan dan bakat. Pangiuk (2018) menjelaskan dengan
pertumbuhan ekonomi akan terwujud kesejahteraan masyarakat melalui berbagai
pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi dalam mengatasi masalah
kemiskinan. Terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi
penyebab utama terjadinya pengangguran dan berdampak langsung pada tingginya
kemiskinan (O’Campo et al., 2015). Sumber : journal.feb.unmul.ac.id

6
Selain kemiskinan tingkat pengangguran di Indonesia masih dibilang cukup
tinggi. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan negara yang berasal dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar masyarakat akan
menurun.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023


jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang, berkurang sekitar 410
ribu orang dibanding Februari 2022. Salah satu penyebab utama tingginya tingkat
pengangguran di Indonesia adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah
tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang terbatas. Persaingan yang ketat di antara
para fresh graduate dan tenaga kerja berpengalaman telah menyebabkan
ketidakseimbangan ini semakin mencuat.

3. Masih bergantung pada negara lain


Dalam 11 tahun terakhir, rakyat Indonesia telah menghabiskan US$84,8 miliar
atau setara Rp1,272 triliun untuk hanya berbelanja enam dari sembilan barang
kebutuhan pokok atau sembako seperti beras, susu, bawang, garam, daging dan gula
dari pasar internasional. Jumlah uang belanja dapur rakyat yang jumbo ini
menyedihkan bila disandingkan dengan sejumlah data betapa Indonesia adalah
negara Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo. Gemah Ripah Loh
Jinawi bermakna kondisi masyarakat dan wilayah yang subur makmur. Sedangkan
Toto Tentrem Kerto Raharjo menggambarkan keadaan suatu wilayah yang tertib,
tentram, sejahtera, serta berkecukupan segala sesuatunya.

7
Indonesia adalah negara ke 14 untuk luas daratan (1,811,569 km), negara
dengan panjang garis pantai ketiga atas dunia (54,716 km), sebanyak 53%
penduduknya adalah usia produktif, buruh murah dan empat musim yang aman dari
cuaca ekstrim. Namun, berbagai potensi alam dan manusia itu masih gagal
dimanfaatkan untuk tujuan Toto Tentrem Kerto Raharjo.

Selama ini yang banyak diributkan adalah beras. Padahal ada sembilan bahan
pokok hidup yakni beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan
ayam, telur ayam, susu, bawang merah & putih, ikan dan garam beryodium. Produksi
produk pertanian dalam negeri tidak cukup, memenuhi kenaikan pesat konsumsi
makanan, sehingga mendorong impor terus menerus. Enam dari sembilan bahan pokok
itu kecukupannya harus dipenuhi dari luar negeri, yang mengejutkan adalah
ketergantungan tinggi pada impor selain beras, dimana rata-rata impor daging selama
11 tahun terakhir mendominasi (35%), gula (28%), garam (14%) dan susu (13%) ini
adalah rasio jumlah impor barang terhadap total nilai impor enam barang itu. Sumber :
www.cnbcindonesia.com.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan pemerintah tengah
berupaya untuk mengurangi impor pangan. Berdasarkan datanya, kini impor komoditas
pangan semakin besar jumlahnya.Ia mencontohkan, impor gandum di Indonesia pada
2004 hanya 2-3 juta ton per tahun. Sedangkan saat ini impor gandum mencapai 13 juta
ton per tahun. "Saya Menteri Perdagangan urusannya itu impor dan ekspor, tetapi saya
termasuk yang nggak suka impor. Pada 2004, saya anggota DPR kita impor gandum aja
2-3 juta ton, sekarang kita impor gandum 13 juta ton," ujarnya. Sumber :
www.kemendag.go.id.

8
4. Tertinggal dalam bidang teknologi
Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and
Communications Technology/ICT) Indonesia tertinggal dibandingkan negara
anggota Group Twenty (G20) lainnya. Indeks yang didapatkan Indonesia pada 2017
sebesar 4,33 poin. Angka ini berada di posisi 114 dunia atau kedua terendah di G20
setelah India.

5. Tingginya angka kelahiran


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk di Tanah Air pun terus mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

9
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk di Tanah
Air 272,68 juta jiwa pada pertengahan 2021. Kemudian, jumlah penduduk Indonesia
dilaporkan kembali mengalami peningkatan menjadi 275,77 juta jiwa hingga
pertengahan 2022. Jumlah itu naik 1,13% jika dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Maraknya pertambahan jumlah penduduk di Tanah Air lantaran angka kelahiran
yang terus meningkat. Hal ini patut diwaspadai, sebab ledakan penduduk dapat
berdampak pada tingginya tingkat kemiskinan hingga sulitnya memenuhi kebutuhan
pangan nasional.

10
B. Upaya yang Dilakukan dalam Menyikapi Kondisi Indonesia yang Terjadi sebagai
Generasi Aset Bangsa

1. Menjakankan wajib pendidikan sebaik mungkin


Hal ini harus dilakukan agar kita sebagai generasi bangsa, karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia.

2. Kreatif dan inovatif


Generasi muda harus semakin kreatif dan mampu melahirkan inovasi-inovasi
yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga bagi untuk masyarakat
banyak.

3. Mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia


Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi dan pesatnya media sosial yang ada saat ini.

4. Mendukung perkembangan produk dalam negeri


Mendukung dan membeli produk dalam negeri merupakan suatu bentuk nyata
dalam membantu memajukan UMKM serta perekonomian di Indonesia.

5. Menjaga dan merawat kebersihan lingkungan


Menjaga kebersihan lingkungan sangat penting dilakukan. Seperti yang kita
ketahui, lingkungan yang kotor dan kumuh merupakan sumber berbagai penyakit yang
membahayakan kesehatan.

6. Menjaga persatuan dan kesatuan


Menjaga persatuan dan kesatuan adalah hal yang sangat penting. Kita harus
menghargai setiap perbedaan yang ada. Jangan sampai perbedaan tersebut membuat
kita terpecah belah, tetapi harus membuat kita semakin kuat persatuannya.

7. Menegakan demokrasi

11
Sebagai generasi bangsa hendaknya mempunyai karakter yang kuat dalam
mengelola tindakan dan keputusan, terhadap partisipasi dalam kehidupan demokrasi
sebagai bagian dari masyarakat.

12

Anda mungkin juga menyukai