Anda di halaman 1dari 3

Stunting, Isu yang Mengancam Tunas Bangsa

Lania Putri

SMA NEGERI 11 GARUT

Salah satu isu kesehatan yang kini tengah diperbincangkan oleh banyak
pihak adalah stunting. Stunting diartikan sebagai kondisi gagalnya tumbuh
kembang anak di bawah usia lima tahun yang ditandai dengan terlambatnya
perkembangan otak, fisik, dan mental. Salah satu hal yang sangat umum untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak adalah dari
ukuran tinggi badan. Seorang anak yang mengalami stunting biasanya memiliki
tinggi badan yang relatif lebih pendek dibandingkan anak seusianya.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya stunting pada anak balita.


Stunting paling umum terjadi karena kurangnya pemenuhan nutrisi anak di 1000
hari pertama kehidupan, 1000 HPK adalah masa di mana pertumbuhan dan
pembentukan perkembangan otak bekerja dengan sangat cepat, terhitung sejak
anak berada dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun. Jika pada masa ini
terjadi kekurangan pemenuhan nutrisi pada anak, maka berpotensi mengakibatkan
stunting. Tidak terpenuhinya 1000 HPK dapat disebabkan oleh faktor eksternal
ataupun internal. Pertama, faktor kemiskinan yang terjadi hampir di seluruh
penjuru Indonesia. Kemiskinan merupakan faktor yang paling sering ditemui
berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kemenkes terhadap penyebab stunting.
Hasil survei menyebutkan bahwa kemiskinan menyebabkan tidak terpenuhinya
gizi anak, seperti protein nabati dan hewani karena orang tua tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.

Kedua, pendidikan orang tua. Bagi sebagian masyarakat yang tidak


memiliki pendidikan minimal setingkat sekolah menengah pertama atau di
bawahnya, rata-rata tidak memiliki pengetahuan mengenai stunting sehingga
dapat mengakibatkan stunting pada anak. Ketiga, faktor lingkungan. Secara tidak
langsung faktor lingkungan sangat memengaruhi tingkat pertumbuhan stunting
yang terjadi di Indonesia. Hal ini meliputi sanitasi kebersihan di rumah, kamar
mandi, dan lingkungan sekitar yang sering menjadi tempat bermain balita.

Seberapa Besar Pengaruh Stunting terhadap Kondisi Generasi Bangsa


Indonesia?

Kondisi gagal tumbuh anak di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 37,2
persen dan turun dari 29 persen pada tahun 2015 menjadi 27, 6 persen pada tahun
2017. Pada tahun 2019, angka stunting naik lagi menjadi 27,7 persen atau ada
lebih dari delapan juta anak balita yang mengalami stunting. Sementara itu, batas
yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 20 persen.
Bahkan, pada tahun 2018 persentase stunting di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan negara Vietnam (23), Malaysia (17), dan negara Asia Tenggara
lainnya.

Dari data yang didapatkan, angka stunting di Indonesia tinggi di kawasan


Indonesia bagian tengah dan timur. Tercatat angka stunting Indonesia di Sulawesi
Barat pada tahun 2017 mencapai 39,7 persen dan di Nusa Tenggara Timur
mencapai 38,7 persen. Angka tersebut melebihi tingkat stunting di atas rata-rata
nasional. Hal ini terjadi terjadi mengingat masih banyak masyarakat yang terbelit
masalah ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
tingkat kemiskinan di suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap angka stunting
di wilayah tersebut.

Stunting merupakan keadaan yang berpotensi memperlambat pertumbuhan


otak dan dampaknya berkepanjangan. Salah satu dampaknya adalah
keterbelakangan mental yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir
kognitif saat belajar, berisiko terkena berbagai penyakit kronis seperti obesitas,
hipertensi, dan lain sebagainya. Sebagai masyarakat Indonesia, hal ini seharusnya
menjadi suatu isu yang menarik perhatian besar dari setiap kalangan masyarakat.
Jika angka stunting terus naik, buruknya kualitas generasi bangsa Indonesia patut
diperhatikan. Dampak stunting berpengaruh buruk terhadap generasi bangsa
Indonesia. Generasi muda harus dijaga dan dibentuk agar menjadi penerus yang
dapat diandalkan untuk memajukan bangsa.
Salah satu cara untuk menjaga kualitas generasi penerus bangsa adalah
dengan mencegah terjadinya stunting di kalangan balita. Satu dari banyak cara
untuk mencegah stunting adalah dengan memperbaiki kedaan ekonomi
masyarakat Indonesia. Karena buruknya keadaan ekonomi di Indonesia, banyak
masyarakat tidak dapat berbuat banyak untuk kehidupan yang lebih baik.
Kestabilan ekonomi dapat mendorong tingkat pendidikan masyarakat, dengan
tingginya tingkat pendidikan, masyarakat mampu menghasilkan penghasilan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan rendah, hal itu
juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mencegah
stunting. Jika penghasilan ekonomi dan pengetahuan masyarakat lebih baik,
pemenuhan nutrisi dan gizi anak serta keadaan sanitasi lingkungan pun akan
menjadi lebih baik. Dengan begitu pemenuhan 1000 HPK dapat terpenuhi dan
mengurangi angka stunting di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

P2PTM Kemenkes RI. 2018. Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan


Indonesia. Diakses tanggal 20 Juni 2022, melalui :
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-
dan-gangguan-metabolik/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-
indonesia#:~:text=Stunting%20berpotensi%20memperlambat
%20perkembangan%20otak,diabetes%2C%20hipertensi%2C%20hingga
%20obesitas.

Kemkes. 2017. Kualitas Manusia Ditentukan Pada 1000 Hari Pertama


Kehidupannya. Diakses tanggal 20 Juni 2022, melalui :
https://www.kemkes.go.id/article/view/17012300003/kualitas-manusia-
ditentukan-pada-1000-hari-pertama-kehidupannya.html

Anda mungkin juga menyukai