UNIVERSITAS TERBUKA
Disusun oleh :
Arie Jayantie
NIM 015290791
Universitas Terbuka, Program Studi Ilmu Pemerintahan
Ariejayantie85@gmail.com
ABSTRAK
‘Stunting adalah ketika balita lebih pendek dari standar tinggi badan seumurnya. Bertubuh pendek
merupakan indicator masalah gizi dalam keadaan yang berlangsung lama. Seperti masalah
kemiskinan , perilaku hidup tidak sehat .pola asuh, dan, pemberian asupan makanan yang
kurangbaik dari sejak kecil lahir. Akibat stunting Perkembangan otak dan fisik terhambat. Umumnya
anak yang menderita stuntinmg rentan terhadap penyakit,kecerdasan dibawah normal, serta
produktivitas rendah. Menurut WHO, suatu wilayah dianggap kronis jika prevalensi diats 20%.
Dikalimantan tengah berdasarkan risert kesehatan ( Riskerdas) Tahun 2018 prevalensi balita sangat
pendek dan pendek sebesar 34 persen, angka ini lebih tinggi dari angka nasional hanya mencapai
30,8 persen.Untuk Kabupaten lamandau prevalensi balita sangat pendek dan pendek dibawah angka
provinsi Kalimantan tengah yaitu 28, 3 persen. Meskipun berada dibawah provinsi Kalimantan
tengah bukan berarti kabupaten lamandau aman karena angka stunting yang berada pada 20 persen
hingga kurang dari 30 persen dikatekogorikan oleh WHO masih posisi tinggi. Oleh sebab itu
stunting merupakan pekerjaan rumah bagi kabupaten lamandau.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah salah satu aset bangsa yang tidak ternilai harganya. Mereka adalah generasi
penerus yang akan menentukan masa depan negara ke arah yang lebih maju atau sebaliknya. Bisa
dibayangkan , bagaimana komuniti sumber daya manusia indonesia dimasa yang akan datang, Jika
saat ini banyak anak indonesia yang menderita stunting. Dimana stunting dapat mengancam
keberlangsungan satu generasi atau lebih, dapat dipastikan bangsa ini tidak mampu bersaing dengan
bangsa lain dalam menghadapi tantangan global.
2
Dimana Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat
ini adalah masih tingginya anak balita pendeek (Stunting). Gagalnya pertumbuhan pada anak-anak
di Indonesia sudah berdampak pada semakin meningkatnya penyakit tidak menular pada usia
dewasa. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh kecenderungan dan
permasalahan pendek di Indonesia khususnya di kabupaten lamandau dan strategi
penanggulangannya agar kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa dapat dicegah.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting menggambarkan
suatu keadaan malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk
berkembang serta pulih kembali munuju keadaan tinggi badan anak yang
normal menurut usianya (Gibney et al, 2009) Dimana kondisi tubuh anak yang pendek seringkali
dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat
khususnya masyarakat bawah hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal
seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor dari determinan kesehatan yang paling kecil
pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya,
politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya
bisa dicegah.
Dengan melibatkan pemerintah dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting pada
generasi bangsa khususnya di kabupaten lamandau sehingga dapat menyelamatkan generasi penerus
dari ancaman stunting sehingga generasi penerus mampu bersaing menghadapi tantangan global.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian permasalaan diatas, penulis akan mengangkat permasalahan sebagai berikut :
3
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Berikut adalah tujuan dan manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut ;
a. Untuk mendeskripsikan upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting di
kabupaten lamandau.
b. Untuk mengetahui Identifikasi masalah upaya pemerintah dalam penurunan dan
pencegahan stunting dikabupaten lamandau.
D. METODE PENELITIAN
Ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian lapangan dan penelitiian perpustakaan. Dalam
penelitian ini fokus pada metode penelitian perpustakaan atau yang sering disebut sebagai
metode penelitian normatif. Dan pada penelitian ini tidak ada mengambil penelitian lapangan
atau yang sering disebut sebagai penelian empiris.
E. PEMBAHASAN
A. Kondisi stunting di kabupaten lamandau.
Anak merupakan asset bangsa di masa depan. Dapat dibayangkan, bagaimanaa kondisi
sumber daya manusia Indonesia dimasa yang akan dating jiak saat ini banyak anak inonesia
yang menderita stunting mengingat bahwa stuntingdapat mengancam keberlangsungan satu
generasi atau lebih dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain
dalam menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, masalah stunting perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk menyelamatkan generasi bangsa. Berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar ( Riskerdas) Tahun 2018, prevalensi balita sangat pendek dan pendekj di kalimantan
tengah sebesar 34 persen. Angka ini lebih tinggi dari angka nasional yang hanya mencapai
angka 30,8 persen. Dimana untuk kabupaten lamandau , prevalensi balita sanagt pendek dan
pendek berada dibawah angka Provinsi Kalimantan tengah yaitu 28, 3 persen. Meskipun
berada dibawah angka provinsi Kalimantan Tengah bukan berarti kabupaten lamandau aman
karena angka stunting yang berada pada pada 20 persen hingga kurang dari 30 persen
dikategorikam oleh WHO sebagai tinggi. Oleh karena itu, stunting maish merupakan sebuah
pekerjaan rumah bagi pemerintah kabupaten lamandau.
4
Kekurangan gizi ketika dari dalam kandungan sampai awal kehidupan anak ( 1000 hari
pertama kelahiran )
Rendahnya pemahaman tentang makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral,
dan buruknya ragam pangan dan sumber protein hewani
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat
Kehamilan Remaja, dikarenakan asupan yang mengganggu asupan nutrisi ke janin karena
ibu masih remaja sehingga asupan lebih banyak ke ibu yang masih remaja
Kondisi mental dan fisikis ibu
3. Faktor lainnya :
Asupan makanan si kecil yang kurang memadai, termasuk pemberian ASI non eksklusif
Makanan pendamping ASI yang kurang bergizi dan bervariasi.
Rendahnya Akses pelayanan kesehatan dan air bersih,
Pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan pemberian asupan gisi kepada
anak.
dan beberapa faktor lainnya seperti : ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan
lingkungan yang juga ikut mempengaruhi.
INTERVENSI STUNTING
1. Intervensi Gizi Spesifik Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000
hari pertama kehidupan Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.Intervensi
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatatdalam waktu relatif pendek.
2. Intervensi Gizi Sensitif Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan
diluar sektorkesehatanSasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran
1.000 Hari Pertama Kehidupan.
5
STUNTING DI KABUPATEN LAMANDAU
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas) Tahun 2013, prevalensi balita sangat
pendek dan pendek di kabupaten lamandau sebesar 25,3 persen kemudian ditahun 2018 juga
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas) prevalensi balita sangat pendek dan pendek
dikabupaten lamandau sebesar 28,34 persen, sedangkan berdasarkan hasil survei status gizi
balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 prevalensi balita sangat pendek dan pendek di kabupaten
lamandau sebesar 17,83 persen dan ditahun 2020 berdasarkan aplikasi pencatatan dan pelaporan
gisi berbasis masyarakat (e-PPGBM) sebesar 16,05 persen.
Gambar (1)
6
Gambar (2)
Dokumentasi Pengumpulan Data/Informasi sesuai kebutuhan pada Aksi 1, dimana ibu hamil
diperiksa, diberi vitamin dan edukasi agar setelah melahirkan 1000 hari kehidupan balita benar
benar diberkan nutrsi agar anak terhindar dari ancaman stunting. Dilihat pada gamnbar 3).
Setiap anak didata kebutuhan gizi dan berat badan juga tinggi badan anak agar
memenuhicapaian standar umum gizi anak. ( dilihat pada gambar 4)
Gambar (3)
7
Gambar ( 4 )
8
menurunkan dan mencegahterjadinya stunting mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi danpelaporan.
C. Pasal 5 Menyatakan :
a. Sasaran kegiatan upaya penurunan dan pencegahan stunting
berbasiskemandirian keluarga, meliputi:
9
a. sasaran untuk intervensi spesifik; dan
b. sasaran untuk intervensi sensitife.
b. Sasaran untuk intervensi spesifik sebapaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a,meliputi :
a. kelompok sasaran prioritas yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia
0-23bulan: dan
b. kelompok sasaran penting yaitu remaja, wanita usia subur dan anak usia
24sampai dengan 59 bulan.
c. Sasaran untuk intervensi sensitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1y huruf
b,meliputi :
a. keluarga; dan
b. masyarakat.
D. Pasal 8 Menyatakan :
Kegiatan upaya penurunan dan pencegahan stunting berbasis kemandirian
keluarga,meliputi :
a.Kegiatan untuk intervensi spesifik dengan kelompok sasaran prioritas ibu
hamil,adalah sebagai berikut ;
1.Intervensi prioritas, meliputi :
a) Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok keluargamislcin
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronik; dan
b) Suplementasi tablet tambah darah bagi seluruh ibu hamil.
2. Intervensi penting, meliputi :
a) Suplementasi kalsium bagi ibu hamil; dan
b) Pemeriksaan kehamilan dengan pendampingan suami atau anggota
keluargalainnya
3. Intervensi sesuai kondisi, meliputi:
a) Perlindungan dari malaria bagi ibu hamil
b) Screening hypothiroid konginetal pada ibu hamil; danc)
c) Pencegahan HIV pada ibu hamil.
10
1. Intervensi prioritas, meliputi :
a) Promosi dan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah
melahirkan;
b) Promosi dan konseling menyusui ekslunif dan mendorong
keberlanjutanmenyusui sampai 24 bulan pada ibu dan anggota keluarga
lainnya;
c) Promosi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) bagi
ibudan anggota keluarga lainnya:
d) Tata laksana gizi buruk akut bagi ibu, keluarga, kader kesehatan dan
masyarakat;
e) Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut: dan)
f) Pernantauan pertumbuhan dan perkembangan melalui SDIDTK hagi bayi usia
0- 23 bulan.
2. Intervensi penting, meliputi :
a) Suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi sejak usia 6 bulan setiapPebruari
dan Agustus;
b) Suplementasi taburia pada makanan bayi di atas usia 6 bulan;
c) Imunisasi lengkap bagi bayi usia 0- 23 bulan;
d) Suplementasi zinc untuk pengobatan diare;
e) Manajemen terpadu balita sakit (MTBS); dan
3. Intervensi sesuai kondisi, meliputi Pencegahan infeksi kecacingan.
11
2. Belum adanya ranperda untuk memfasilitasi kegiatan posyandu dalam rangka
penurunan stunting di setiap wilayahnya.
3. Ketersediaan dan kualitas SDM pelaksana :
F. KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.Kondisi tubuh
anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang
tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk
mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan
yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial,
ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan
masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Dengan keterlibatan pemerintah daerah mampu
menurunkan dan mencegah stunting dikabupaten lamandau yang tadinya berdasarkan data
Rikerdas ditahun 2018 prevalensi balita sangat pendek dan pendek diangka 28,3 persen turun
12
menjadi diangka 16,05 persen dari data EPPGBM Tahun 2020 prevalensi balita sangat
pendek dan pendek.
G. SARAN
Diharapkan dengan hasil pengukuran serta publikasi angka stunting digunakan untuk
memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama penurunan
stunting. Beberapa tata cara pengukuran stunting tetap berpedoman pada regulasi
Kementerian Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku. Kabupaten/kota disarankan
dapat menggabungkan data gizi yang berasal dari fasiilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah
Sakit, posyandu) by nameby address, dengan berkoordininasi dengan Direktorat Gizi
Masyarakat Kementerian Kesehatan. Dimana Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Memberikan
edukasi, penyuluhan atau leaflet kepada ibu hamil, ibu yang memiliki anak balita mengenai
stunting secara menyeluruh , Membina kader-kader Posyandu/gizi untuk memberikan
edukasi atau penyuluhan mengenai stunting, pengetahuan gizi, pola asuh ibu, dan kebersihan
lingkungan, Melakukan tata cara pengukuran tinggi badan secara rutin pada kegiatan
posyandu ditiap bulannya guna memantau status gizi TB/U anak secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
https://drive.google.com/file/d/1CpEC2aaqhMAlogZhJaPgUg36hky15tS1/view?usp=drive_web
Peraturan Bupati lamandau no. 20 tahun 2019 tentang upaya penurunan dan pencegahan stunting
berbasis kemandirian keluarga melalui gerakan peduli remaja, wanita hamil atau melahirkan dan
anak.
http://dinkes.karanganyarkab.go.id/?p=3713
https://drive.google.com/file/d/1AQzJgfeQou-B5bNboEDK3xZuhHoaZ4Nj/view?usp=drive_web
13
14