Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PEMERINTAH DALAM PENURUNAN DAN PENCEGAHAN

STUNTING DI KABUPATEN LAMANDAU

UNIVERSITAS TERBUKA

Disusun oleh :

Nama : ARIE JAYANTIE


NIM : 015290791
Email : ariejayantie85@gmail.com
Program Studi : 71 / Ilmu Pemerintahan
UPBBJ : 48/ Palangkaraya

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
1
UPAYA PEMERINTAH DALAM PENURUNAN DAN PENCEGAHAN
STUNTING DI KABUPATEN LAMANDAU

Arie Jayantie

NIM 015290791
Universitas Terbuka, Program Studi Ilmu Pemerintahan

Ariejayantie85@gmail.com

ABSTRAK

‘Stunting adalah ketika balita lebih pendek dari standar tinggi badan seumurnya. Bertubuh pendek
merupakan indicator masalah gizi dalam keadaan yang berlangsung lama. Seperti masalah
kemiskinan , perilaku hidup tidak sehat .pola asuh, dan, pemberian asupan makanan yang
kurangbaik dari sejak kecil lahir. Akibat stunting Perkembangan otak dan fisik terhambat. Umumnya
anak yang menderita stuntinmg rentan terhadap penyakit,kecerdasan dibawah normal, serta
produktivitas rendah. Menurut WHO, suatu wilayah dianggap kronis jika prevalensi diats 20%.
Dikalimantan tengah berdasarkan risert kesehatan ( Riskerdas) Tahun 2018 prevalensi balita sangat
pendek dan pendek sebesar 34 persen, angka ini lebih tinggi dari angka nasional hanya mencapai
30,8 persen.Untuk Kabupaten lamandau prevalensi balita sangat pendek dan pendek dibawah angka
provinsi Kalimantan tengah yaitu 28, 3 persen. Meskipun berada dibawah provinsi Kalimantan
tengah bukan berarti kabupaten lamandau aman karena angka stunting yang berada pada 20 persen
hingga kurang dari 30 persen dikatekogorikan oleh WHO masih posisi tinggi. Oleh sebab itu
stunting merupakan pekerjaan rumah bagi kabupaten lamandau.

Kata Kunci: Pendek, Kesehatan Anak, dan Pemerintah daerah.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah salah satu aset bangsa yang tidak ternilai harganya. Mereka adalah generasi
penerus yang akan menentukan masa depan negara ke arah yang lebih maju atau sebaliknya. Bisa
dibayangkan , bagaimana komuniti sumber daya manusia indonesia dimasa yang akan datang, Jika
saat ini banyak anak indonesia yang menderita stunting. Dimana stunting dapat mengancam
keberlangsungan satu generasi atau lebih, dapat dipastikan bangsa ini tidak mampu bersaing dengan
bangsa lain dalam menghadapi tantangan global.

2
Dimana Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat
ini adalah masih tingginya anak balita pendeek (Stunting). Gagalnya pertumbuhan pada anak-anak
di Indonesia sudah berdampak pada semakin meningkatnya penyakit tidak menular pada usia
dewasa. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh kecenderungan dan
permasalahan pendek di Indonesia khususnya di kabupaten lamandau dan strategi
penanggulangannya agar kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa dapat dicegah.

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting menggambarkan
suatu keadaan malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk
berkembang serta pulih kembali munuju keadaan tinggi badan anak yang
normal menurut usianya (Gibney et al, 2009) Dimana kondisi tubuh anak yang pendek seringkali
dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat
khususnya masyarakat bawah hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal
seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor dari determinan kesehatan yang paling kecil
pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya,
politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya
bisa dicegah.

Dengan melibatkan pemerintah dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting pada
generasi bangsa khususnya di kabupaten lamandau sehingga dapat menyelamatkan generasi penerus
dari ancaman stunting sehingga generasi penerus mampu bersaing menghadapi tantangan global.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian permasalaan diatas, penulis akan mengangkat permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting di kabupaten


lamandau?
b. Identifikasi masalah upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting
dikabupaten lamandau ?

3
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Berikut adalah tujuan dan manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut ;
a. Untuk mendeskripsikan upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting di
kabupaten lamandau.
b. Untuk mengetahui Identifikasi masalah upaya pemerintah dalam penurunan dan
pencegahan stunting dikabupaten lamandau.

D. METODE PENELITIAN
Ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian lapangan dan penelitiian perpustakaan. Dalam
penelitian ini fokus pada metode penelitian perpustakaan atau yang sering disebut sebagai
metode penelitian normatif. Dan pada penelitian ini tidak ada mengambil penelitian lapangan
atau yang sering disebut sebagai penelian empiris.

E. PEMBAHASAN
A. Kondisi stunting di kabupaten lamandau.

Anak merupakan asset bangsa di masa depan. Dapat dibayangkan, bagaimanaa kondisi
sumber daya manusia Indonesia dimasa yang akan dating jiak saat ini banyak anak inonesia
yang menderita stunting mengingat bahwa stuntingdapat mengancam keberlangsungan satu
generasi atau lebih dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain
dalam menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, masalah stunting perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk menyelamatkan generasi bangsa. Berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar ( Riskerdas) Tahun 2018, prevalensi balita sangat pendek dan pendekj di kalimantan
tengah sebesar 34 persen. Angka ini lebih tinggi dari angka nasional yang hanya mencapai
angka 30,8 persen. Dimana untuk kabupaten lamandau , prevalensi balita sanagt pendek dan
pendek berada dibawah angka Provinsi Kalimantan tengah yaitu 28, 3 persen. Meskipun
berada dibawah angka provinsi Kalimantan Tengah bukan berarti kabupaten lamandau aman
karena angka stunting yang berada pada pada 20 persen hingga kurang dari 30 persen
dikategorikam oleh WHO sebagai tinggi. Oleh karena itu, stunting maish merupakan sebuah
pekerjaan rumah bagi pemerintah kabupaten lamandau.

Ada beberapa faktor penyebab stunting yaitu :

1. Faktor dari sisi ibu

4
 Kekurangan gizi ketika dari dalam kandungan sampai awal kehidupan anak ( 1000 hari
pertama kelahiran )
 Rendahnya pemahaman tentang makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral,
dan buruknya ragam pangan dan sumber protein hewani
 Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat
 Kehamilan Remaja, dikarenakan asupan yang mengganggu asupan nutrisi ke janin karena
ibu masih remaja sehingga asupan lebih banyak ke ibu yang masih remaja
 Kondisi mental dan fisikis ibu

2. Faktor pada sisi anak :


 Asupan gizi si kecil yang tidak memadai. Maksudnya, sebelum dan setelah anak dalam
kandungan yang ikut berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan awal anak.

3. Faktor lainnya :
 Asupan makanan si kecil yang kurang memadai, termasuk pemberian ASI non eksklusif
Makanan pendamping ASI yang kurang bergizi dan bervariasi.
 Rendahnya Akses pelayanan kesehatan dan air bersih,
 Pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan pemberian asupan gisi kepada
anak.
 dan beberapa faktor lainnya seperti : ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan
lingkungan yang juga ikut mempengaruhi.

INTERVENSI STUNTING
1. Intervensi Gizi Spesifik Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000
hari pertama kehidupan Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.Intervensi
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatatdalam waktu relatif pendek.
2. Intervensi Gizi Sensitif Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan
diluar sektorkesehatanSasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran
1.000 Hari Pertama Kehidupan.

5
STUNTING DI KABUPATEN LAMANDAU

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


Data Data Data SSGBI Data EPPGBM
RISKESDA RISKESDAS 2019 2020
S 2013 2018

25,3% 28,34% 17,83% 16,05%

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas) Tahun 2013, prevalensi balita sangat
pendek dan pendek di kabupaten lamandau sebesar 25,3 persen kemudian ditahun 2018 juga
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas) prevalensi balita sangat pendek dan pendek
dikabupaten lamandau sebesar 28,34 persen, sedangkan berdasarkan hasil survei status gizi
balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 prevalensi balita sangat pendek dan pendek di kabupaten
lamandau sebesar 17,83 persen dan ditahun 2020 berdasarkan aplikasi pencatatan dan pelaporan
gisi berbasis masyarakat (e-PPGBM) sebesar 16,05 persen.

Dokumentasi kegiatan Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting di Kabupaten Lamandau


Tahun 2021, Pemerintah Daerah kabupaten lamandau mengadakan rapat penyusunan aksi (1)
dihadiri dari perwakilan berbagai opd yaitu DINAS KESEHATAN , DINAS KETAHANAN
PANGAN, DINAS SOSIAL ,DINAS PUPR , DINAS PMD, DISTAKAN, DP3AP2KB,
DISDIKBUD. dilihat pada gambar (1) dan ( 2)

Gambar (1)

6
Gambar (2)

Dokumentasi Pengumpulan Data/Informasi sesuai kebutuhan pada Aksi 1, dimana ibu hamil
diperiksa, diberi vitamin dan edukasi agar setelah melahirkan 1000 hari kehidupan balita benar
benar diberkan nutrsi agar anak terhindar dari ancaman stunting. Dilihat pada gamnbar 3).
Setiap anak didata kebutuhan gizi dan berat badan juga tinggi badan anak agar
memenuhicapaian standar umum gizi anak. ( dilihat pada gambar 4)

Gambar (3)

7
Gambar ( 4 )

Upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting di kabupaten


lamandau :
a. Identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan
integrasi intervensi gizi
b. Menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi
c. Menyelenggarakan Rembuk Stunting tingkat kabupaten/kota
d. Memberikan hukum bagi desa untuk menjalankan peran dan kewenangan desa dalam
intervensi gizi terintegrasi
e. Memastikan tersediannya dan berfungsinya kader yang membantu pelaksanaan
intervensi yang membantu pelaksanaan intervensi gizi ditingkat desa
f. Melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi
angka stunting kabupaten lamandau
g. Melakukan revisi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan
stunting selama satu tahun terakhir.

Peraturan Bupati lamandau tentang stunting :

A. Pasal 3 Menyatakan “Upaya penurunan dan pencegahan stunting berbasis


kemandirian keluarga bertujuanuntuk melaksanakan intervensi gizi terintegrasi guna

8
menurunkan dan mencegahterjadinya stunting mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi danpelaporan.

B. Pasal 4 Menyatakan “Upaya penurunan dan pencegahan stunting berbasis


kemandirian keiuarga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan gizi perseorangan,keluarga dan masyarakat melalui :
a. peningkatan kemandirian keluarga dalam terjadinya stunting mencegah
dilingkungan keluarga dan masyarakat;
b. peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat untuk mengakses
pelayanankesehatan dan gizi,
c. c. peninglatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan
fokusutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (mulai dari ibu hamil hingga
anak usia2 tahun), balita dan remaja;
d. d. peningkatan surveilans kesehatan dan gizi termasuk pemantauan
pertumbuhandan perkembangan anak balita:
e. peningkatan promosi menuju perubahan perilaku keluarga dan masyarakat
yangmeliputi pola asuh, penyediaan makanan yang bergizi dan memenuhi
kebutuhan.gizi yang dianjurkan serta penyediaan air bersih dan sanitasi;
f. peningkatan peran serta masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk melalui
UpayaKesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Pendidikan
Anak UsinDini (PAUD), Pos Gizi Desa, Posbindu, Kelas Tbu Hamil dan Ibu
Balita;
g. penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi spesifik dan
intervensisenaitif yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah
kabupatenLamandau dalam pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pangan dan
Gizi (RAD-PO):
h. peninglcatan kapasitas kabupaten dalam analisis Sistem Kewaspadaan Pangan
danGizi (SKPO) untuk perencanaan pembangunan berbasis wilayah.

C. Pasal 5 Menyatakan :
a. Sasaran kegiatan upaya penurunan dan pencegahan stunting
berbasiskemandirian keluarga, meliputi:

9
a. sasaran untuk intervensi spesifik; dan
b. sasaran untuk intervensi sensitife.
b. Sasaran untuk intervensi spesifik sebapaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a,meliputi :
a. kelompok sasaran prioritas yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia
0-23bulan: dan
b. kelompok sasaran penting yaitu remaja, wanita usia subur dan anak usia
24sampai dengan 59 bulan.
c. Sasaran untuk intervensi sensitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1y huruf
b,meliputi :
a. keluarga; dan
b. masyarakat.

D. Pasal 8 Menyatakan :
Kegiatan upaya penurunan dan pencegahan stunting berbasis kemandirian
keluarga,meliputi :
a.Kegiatan untuk intervensi spesifik dengan kelompok sasaran prioritas ibu
hamil,adalah sebagai berikut ;
1.Intervensi prioritas, meliputi :
a) Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok keluargamislcin
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronik; dan
b) Suplementasi tablet tambah darah bagi seluruh ibu hamil.
2. Intervensi penting, meliputi :
a) Suplementasi kalsium bagi ibu hamil; dan
b) Pemeriksaan kehamilan dengan pendampingan suami atau anggota
keluargalainnya
3. Intervensi sesuai kondisi, meliputi:
a) Perlindungan dari malaria bagi ibu hamil
b) Screening hypothiroid konginetal pada ibu hamil; danc)
c) Pencegahan HIV pada ibu hamil.

b. Kegiatan untuk intervensi spesifik dengan kelompok sasaran prioritas ibumenyusui


dan anak usia O-23 bulan, adalah :

10
1. Intervensi prioritas, meliputi :
a) Promosi dan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah
melahirkan;
b) Promosi dan konseling menyusui ekslunif dan mendorong
keberlanjutanmenyusui sampai 24 bulan pada ibu dan anggota keluarga
lainnya;
c) Promosi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) bagi
ibudan anggota keluarga lainnya:
d) Tata laksana gizi buruk akut bagi ibu, keluarga, kader kesehatan dan
masyarakat;
e) Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut: dan)
f) Pernantauan pertumbuhan dan perkembangan melalui SDIDTK hagi bayi usia
0- 23 bulan.
2. Intervensi penting, meliputi :
a) Suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi sejak usia 6 bulan setiapPebruari
dan Agustus;
b) Suplementasi taburia pada makanan bayi di atas usia 6 bulan;
c) Imunisasi lengkap bagi bayi usia 0- 23 bulan;
d) Suplementasi zinc untuk pengobatan diare;
e) Manajemen terpadu balita sakit (MTBS); dan
3. Intervensi sesuai kondisi, meliputi Pencegahan infeksi kecacingan.

B. Identifikasi Masalah upaya pemerintah dalam penurunan dan pencegahan stunting


dikabupaten lamandau:

1. Proses perencanaan, penganggaran, pemantauan dan pengawasan layanan :

1. terbatasnya anggaran untuk penanganan intervensi/pelaksanaan program kegiatan


penurunan stunting.
2. Belum optimalnya proses penyusunan perencanan pada Perangkat Daerah terkait.
3. Belum maksimalnya pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
Perangkat Daerah.
2.Desain pelaksanaan intervensi/pelaksanaan program :
Belum optimalnya pelaksanaan program kegiatan karena adanya pandemi covid- 19.
1. Tidak semua Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang maksimal, karena
adanya beberapa wilayah Desa yang sulit untuk dijangkau.

11
2. Belum adanya ranperda untuk memfasilitasi kegiatan posyandu dalam rangka
penurunan stunting di setiap wilayahnya.
3. Ketersediaan dan kualitas SDM pelaksana :

1. Masih terbatasnya SDM pelaksana sehingga pelayanan masih belum optimal.


2. Kader Pembangunan Manusia di setiap desa belum sepenuhnya di bentuk,
digerakkan, dan diberdayakan.
3. Belum optimalnya kualitas SDM pelakana, sehingga perlu meningkatkan
pengetahuan dan wawasan.
4.. Kendala mengakses layanan dari sisi kelompok penerima manfaat :
1. Akses jalan yang masih sulit untuk dijangkau sampai ke lokasi kegiatan.
2. Sebagian besar desa lokus belum ada jaringan telepon/internet sehingga sulit
memantau kegiatan di lapangan.
3. kewenangan desa masih bersifat fisik sehingga sasaran program ada beberapa
yang belum tersentuh.

KESIMPULAN DAN SARAN

F. KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.Kondisi tubuh
anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang
tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk
mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan
yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial,
ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan
masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Dengan keterlibatan pemerintah daerah mampu
menurunkan dan mencegah stunting dikabupaten lamandau yang tadinya berdasarkan data
Rikerdas ditahun 2018 prevalensi balita sangat pendek dan pendek diangka 28,3 persen turun

12
menjadi diangka 16,05 persen dari data EPPGBM Tahun 2020 prevalensi balita sangat
pendek dan pendek.

G. SARAN
Diharapkan dengan hasil pengukuran serta publikasi angka stunting digunakan untuk
memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama penurunan
stunting. Beberapa tata cara pengukuran stunting tetap berpedoman pada regulasi
Kementerian Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku. Kabupaten/kota disarankan
dapat menggabungkan data gizi yang berasal dari fasiilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah
Sakit, posyandu) by nameby address, dengan berkoordininasi dengan Direktorat Gizi
Masyarakat Kementerian Kesehatan. Dimana Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Memberikan
edukasi, penyuluhan atau leaflet kepada ibu hamil, ibu yang memiliki anak balita mengenai
stunting secara menyeluruh , Membina kader-kader Posyandu/gizi untuk memberikan
edukasi atau penyuluhan mengenai stunting, pengetahuan gizi, pola asuh ibu, dan kebersihan
lingkungan, Melakukan tata cara pengukuran tinggi badan secara rutin pada kegiatan
posyandu ditiap bulannya guna memantau status gizi TB/U anak secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

https://drive.google.com/file/d/1CpEC2aaqhMAlogZhJaPgUg36hky15tS1/view?usp=drive_web

Peraturan Bupati lamandau no. 20 tahun 2019 tentang upaya penurunan dan pencegahan stunting
berbasis kemandirian keluarga melalui gerakan peduli remaja, wanita hamil atau melahirkan dan
anak.

http://dinkes.karanganyarkab.go.id/?p=3713

https://drive.google.com/file/d/1AQzJgfeQou-B5bNboEDK3xZuhHoaZ4Nj/view?usp=drive_web

Bappenas.(2018).Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting.Rembuk Stunting :


Jakarta.

13
14

Anda mungkin juga menyukai