Dosen pengasuh:
1. Dr. Petrus Kase, M.Soc.Sc, 2. Dr. Maria M. Lino, M.Si dan Dr. William Djani, M.Si
Oleh:
2211022009
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Situasi dunia pada saat ini terdapat sekitar 162 juta anak berusia dibawah lima
tahun mengalami stunting. Jika tren seperti ini terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada
tahun 2025 terdapat 127 juta anak berusia dibawah lima tahun akan mengalami stunting.
Menurut United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak
stunting atau sebesar 56% tinggal di Asia dan lebih dari sepertiga atau sebesar 37%
berkembang. Stunting merupakan salah satu bentuk kurang gizi pada saat anak memiliki
tinggi badan yang rendah untuk usianya. Prevalensi global stunting pada 2019 adalah
Salah satu dari berbagai Negara berkembang di dunia yang sedang menghadapi
permasalahan gizi stunting (balita pendek) adalah Indonesia. Diketahui bahwa triple
ganda permasalahan gizi di Indonesia adalah stunting, wasting dan overweight. Hasil riset
Bappenas tahun 2019 menyatakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan peringkat
stunting tertinggi nomor 5 di Asia. Sedangkan pada level Asia Tenggara, Bank
penderita stunting usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia merupakan yang tertinggi
Bank Investing mencatat, stunting dapat menghilangkan 11 persen produk domestik bruto
(PDB) dan mengurangi pendapatan pekerja orang dewasa hingga 20%. Selain itu, dapat
mengurangi 10 persen dari total pendapatan seumur hidup keluarga dan menimbulkan
prevalensi balita mengalami stunting pada 2019 menurun dibandingkan 2018, yaitu dari
30,8 persen menjadi 27,7 persen namun angka ini tetapi tinggi sedangkan berdasarkan
hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian
Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau
Dari 260 kabupaten/kota yang pada tahun 2020 ditetapkan sebagai kabupaten/kota
kabupaten/kota tersebut berada di Provinsi NTT. Hal ini dinilai logis karena dalam
sebagai provinsi yang memiliki angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia bahkan
angka prevalensi stunting di Provinsi NTT lebih tinggi Provinsi Papua dan Papua Barat
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2022 diketahui bahwa
stunting yang naik dan turun secara fluktuatif salah satunya adalah Kabupaten Timor
Tengah Selatan yang prevalensi stunting nya turun dari 32.1% pada tahun 2021 ke angka
29.8% pada Februari 2022 namun angka tersebut masih tinggi dibanding kabupaten lain
di NTT dengan total angka prevalensi stunting berjumlah 12,439 anak dan dalam upaya
mempercepat penurunan stunting maka diperlukan gerakan secara holistik, integratif dan
komunikasi yang sudah berjalan dengan baik, sosialisasi dan pusat kesehatan masyarakat
dengan melibatkan lintas sektor, sedangkan faktor penghambat termasuk sumber daya
infrastruktur masih terbatas (Pujosiswanto, Palutturi, & Ishak, 2018). Kesenjangan dalam
pemanfaatan pusat kesehatan juga ditemukan dalam kategori lain, yaitu status pekerjaan,
tingkat sosial ekonomi, waktu perjalanan dan biaya transportasi ke pusat kesehatan
(Laksono, Wulandari, & Soedirham, 2019) namun sangat sedikit penelitian terdahulu
yang meyelidiki peran bidan dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap bayi dan
stunting melibatkan tenaga kesehatan paling sedikit bidan, tenaga gizi dan tenaga
kesehatan lingkungan. Dari ketiga tenaga kesehatan utama ini, bidan merupakan tenaga
kesehatan yang paling banyak dan tersebar hampir pada setiap desa di seluruh Indonesia.
Bidan dapat berkonsultasi dengan berbagai spesialis dalam merawat ibu dan bayi atau
bidan dapat menyediakan semua perawatan primer yang dibutuhkan untuk ibu dan bayi,
mulai dari konsepsi sampai enam minggu setelah melahirkan (Ontario Midwifery, 2014).
Bidan mempunyai peranan penting dalam penanganan stunting yakni melakukan
intervensi pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, anak usia sekolah dan pada
remaja usia produktif. Bidan berperan tidak saja pada tingkat penanganan/kuratif tapi
juga pada tingkat pencegahan bahkan pada tingkat yang paling awal yakni pada remaja
putri yang nanti akan menjadi calon ibu, sedangkan Nurfatimah, et al. (2021) menemukan
berupa pemberian ASI ekslusif dapat mencegah terjadinya stunting pada anak.
memberikan informasi, mengedukasi para ibu hamil dan para orang tua balita, memantau
pertumbuhan bayi setiap bulan di posyandu. Pemantauan tinggi badan balita menurut
umur merupakan upaya mendeteksi dini kejadian stunting agar dapat segera ditangani
berfokus pada data Balita Stunting yang ada di Desa Oepuah Utara, Kecamatan Biboki
Moenleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan
Data Balita stunting hasil aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
masyarakat pada periode Agustus 2023 di Puskesmas Kapan dengan rincian sebagai
berikut : Sasaran dan total Balita diukur berjumlah 1469 orang Balita, sedangkan status
gizi tinggi badan berdasarkan umur anak Balita yang sangat pendek berjumlah 218 orang
Balita, Balita Pendek berjumlah 338 orang Balita, Balita Normal berjumlah 909 orang
Balita, Balita Tinggi berjumlah 4 orang dan jumlah Stunting pada Balita berjumlah 556
orang Balita.
Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang terjadi
di Puskesmas Kapan, disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang masih rendah akibat
Desa Oepuah Utara berjumlah 556 orang Balita. Dengan adanya masalah ini peneliti
sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “analisis pelaksanaan program
pencegahan Stunting pada Puskesmas Kapan Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor
Tengah Selatan
TINJAUAN PUSTAKA
Policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani berarti negara- kota.
Kata tersebut dalam bahasa Inggris menjadi police yang berkaitan dengan urusan
public policy memiliki tiga konotasi yaitu pemerintah, masyarakat dan umum. Hal ini
dapat dilihat dalam dimensi subyek, objek dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi
subyek kebijakan publik adalah kebijakan pemerintah dan dalam dimensi lingkungan
yang dikenai kebijakan disebut objek kebijakan yaitu masyarakat itu sendiri.
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli tentang kebijakan publik. David Easton
dalam Said Zainal Abidin (2012) menyebutkan “Kebijakan publik sebagai kekuasaan
oleh definisi Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Riant Nugroho mendefiniskan
tertentu dan praktek- praktek tertentu (a projected program of goals values and practices)
definisi ini menyiratkan pengertian bahwa kebijakan publik adalah proyeksi dari
dilaksanakan.
(To Implement) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk
Persoalan lain dalam implementasi kebijakan adalah apa yang oleh Preesman dan
bahwa proses untuk pelaksanaan kebijakan perlu mendapat perhatian seksama, dan oleh
sebab itu adalah keliru kalau kita menganggap bahwa proses tersebut berlangsung mulus
tanpa hambatan.
pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin
sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor
yaitu dampak atau efeknya pada masyarakat secara individu atau kelompok dan
tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan
yang terjadi.
terdiri atas:
A. Isi kebijakan (Content of Policy), mencakup;
kebijakan.
2. Tipe manfaat (Type Of Benefits), pada poin ini isi kebijakan beupaya untuk
kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai. Isi kebijakan yang
program didukung oleh sumber daya yang memadai. Pelaksanaan kebijakan harus
didukung oleh sumber daya yang mendukung agar pelakasaan berjalan dengan
baik.
yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya
pada poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam
implementasi sebuah kebijakan. Model Van Meter dan Van Horn Berbeda dengan Smith,
Mazmanian dan Sabateir. Model Meter dan Horn (1975) yang menekankan proses
secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik. Faktor-
serta terikat oleh mekanisme untuk dapat mencapi tujuan tertentu. Mengacu pada
pengertian implementasi yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa tujuan
1) Tujuan utama implementasi adalah untuk melaksanakan rencana yang telah atau
sudah disusun dengan cermat, baik itu juga oleh individu atau juga kelompok.
5) Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana yang
keberhasilan suatu kebijakan dalam penerapannya agar tepat pada sasaran sesuai dengan
gangguan pertumbuhan linear pada balita akibat dari akumulasi ketidakcukupan nutrisi
yang berlangsung lama, mulai dari masa kehamilan sampai usia 24 bulan. Kekurangan
gizi pada masa tumbuh kembang anak di usiadini akan menghambat perkembangan fisik,
menyebabkan kematian. Balita yang mengalami masalah gizi stunting memiliki risiko
Kesehatan, 2018)
Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat, yang
disebabkan oleh kondisi malnutrisi dalam waktu yang panjang, sehingga menjadi
masalah gizi kronis yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Anak usia di bawah dua tahun dijadikan salah satu subjek untuk melihat kejadian stunting
pada usia dini dan sasaran untuk memperbaiki status gizinya, karena pada masa ini anak
belum banyak terpapar berbagai faktor eksternal seperti asupan makanan yang
mempengaruhi pertumbuhan anak. Pada usia ini anak mengalami proses pertumbuhan
yang lebih cepat dan memasuki masa periode emas, serta anak mengalami pematangan
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini menunjukkan status gizi yang
kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis). Stunting pada anak menjadi
Stunting diartikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang
dari minus dua standar deviasi (-2SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan ana-anak lain seumurnya, ini merupakan
indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi
pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan sosial ekonomi (WHO, 2009).
Kategori besaran prevalensi kejadian stunting yang telah ditetapkan oleh WHO
1995 dikategorikan menjadi 4 bagian yaitu low, medium, high dan very high prevalence.
Berikut ini adalah kategori persen prevalensi kejadian stunting (WHO, 2010):
terbatasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga miskin, masih tingginya penyakit
terhadap kualitas Sumber Daya Manusia(SDM). Salah satu permasalahan kurang gizi
yang masih cukup tinggi di Indonesia ialah masalah pendek (stunting) dan kurus
(wasting) pada balita, serta masalah anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu
hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat menyebabkan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada bayi dankekurangan gizi pada balita (Kemenkes RI, 2018).
maupun di luar masalah kesehatan, baikdari asupan makanan yang tidak cukup, penyakit
infeksi, sanitasi, hingga faktor ekonomi. Ada 2 hal yang menjadi penyebab langsung,
seperti kekurangan asupan gizi dan penyakit infeksi. Sementaraitu, secara tidak langsung,
asupan gizi yang tidak memadai daninfeksi disebabkan oleh faktor kemiskinan, tidak
adanya aksesibilitas makanan, pengasuhan yang buruk, kebersihan yang buruk dan
penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stuntingterjadi
dalam 2 tahun pertama kehidupan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan
stunting pada anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan
adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh,
pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalahgizi pada periode tersebut,
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes RI, 2017).
Menurut (WHO, 2014), dampak yang ditimbulkan stunting dibagi menjadi
3. Postur tubuh yang pendek saat dewasa (lebih pendek dibanding umumnya).
4. Penurunan Intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak
beban negara.
2.8 Kerangka Berpikir
METODE PENELITIAN
umum yang mendasar pewujudannya satuan-satuan gejala yang dalam kehidupan sosial
memaparkan mengenai Peran Bidan Desa Dalam Pencegahan Stunting Pada Puskesmas
penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan. Dengan
demikian, dalam penelitian kualitatifhal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus
penelitian karena fokus penelitian memberikan batas dalam studi dan batasan dalam
pengumpulan data sehingga dengan adanya batasan ini memudahkan peneliti lebih fokus
batasan masalah dalam penelitian disebut dengan fokus, yang berisi pokokmasalah yang
masih bersifat umum. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif yang harus diperhatikan
adalah masalah dan fokus penelitian, karena memberikan batasan untuk diteliti.
Guna untuk memudahkan pengukuran fokus kajian dalam penelitian ini, maka
penulis membuat batasan fokus penelitian dalam Analisis Program Pencegahan sunting di
Puskesmas Kapan Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan. Berikut ini
adalah beberapa dimensi kebijakan yang harus diperhatikan dalam implementasi
kebijakan.
2. Tipe manfaat (Type Of Benefits), pada poin ini isi kebijakan beupaya untuk
kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai. Isi kebijakan
harus didukung oleh sumber daya yang mendukung agar pelakasaan berjalan
dengan baik.
B. Lingkungan Implementasi (Context Of Implementation), yang mencakup;
yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna memperlancar jalannya
Pada poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam
diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri. Penelitian
Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan. Alasan penentuan lokasi ini
antara lain: pertama, dari data yang didapatkan, Puskesmas Kapan memiliki anak yang
berada di dalam kategori stunting sebanyak 556 balita. Kedua, penetapan lokasi
memperoleh data dan informasi yang akurat dan relevan dengan permasalahan penelitian.
a. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2013) dalam pemecahan masalah tentu diperlukan data yang
menunjang proses penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data primer, adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.
2. Data sekunder, adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
b. Informan Penelitian
dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian.
purposive sampling, yaitu dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian
secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus
sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.
1. Wawancara
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan
secara langsung dengan yang diwawancai tetapi juga dapat diberikan daftar
sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indept
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan
ide-idenya.
2. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung melalui
deskripsi apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan untuk memperoleh informasi
Teknik observasi yang digunakan adalah partipisasi pasif, dalam hal ini peneliti
datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut.
dokumen, peraturan, dan pustaka yaitu data yang diambil berupa data yang tersedia
pada pihak ketiga, misanya perpustakaan atau lembaga lain yang sebagai objek
penelitian itu sendiri. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skripsi,
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles dan Huberman
pada hal-hal yang penting dicari tema dan pokoknya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data
dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, phie chart, pictogram dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan. Tersusun dalam pola
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat
member check.
2. Pengujian transferability
ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Agar orang lain dapat memahami hasil
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
3. Pengujian depenability
Anggreni, D., Lubis, L. A., & Kusmanto, H. (2022). Implementasi program pencegahan stunting
Modern, G., Sauli, E., & Mpolya, E. (2020). Correlates of diarrhea and stunting among under-
African, 8, e00430.
Ramadhan, K., Maradindo, Y. E., Nurfatimah, N., & Hafid, F. (2021). Kuliah kader sebagai
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Sutraningsih, W., Marlindawani, J., & Silitonga, E. (2021). Implementasi Strategi Pelaksanaan
Winarno, B. (2005). Implementasi Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita.
Zulaikha, Y., Windusari, Y., & Idris, H. (2021). Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan