Anda di halaman 1dari 3

Don’t Grow Up It’s a Trap!

“Di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin, akan tetap miskin ketika dewasa” –
SMERU Research Institute

Sebuah ironi yang terjadi di Indonesia, dimana harapan akan masa depan untuk mengubah keadaan
terasa nihil bagi masyarakat miskin yang hidup dalam jeratan kemiskinan. Seakan sia-sia, usaha
untuk memperbaiki tataran perekonomian segmen marjinal yang kerap dibawa pada debat presiden
tak kunjung ada hasilnya. Sebuah klaim prestasi pada masa pemerintahan Jokowi-JK adalah
penurunan angka kemiskinan menjadi 1 digit yaitu tercatat sebesar 10.12% (2017) ke 9.82%
(2019). Terlebih, menurut Indef, pengukuran yang digunakan untuk mengukur angka ini
didasarkan pada konsumsi, bukan pendapatan. Artinya, pengentasan kemiskinan di Indonesia
masih menjadi pr yang besar bagi kita semua. Seperti hasil riset yang ditemukan oleh SMERU
Research Institute yang memaparkan bahwa anak-anak yang tinggal di keluarga miskin, pada umur
8-17 tahun menderita pendapatan yang rendah. Artinya: jika terlahir dari keluarga miskin, sangat
sedikit kesempatan untuk berpindah ke middle-class.
Namun selayaknya manusia, harapan tak boleh pupus sejalan dengan spirit peningkatan livability
dan perekonomian yang tentu dipromotori pemerintah. Melalui visi nya, presiden Jokowi
memasang target pada tahun 2045, tepat 1 abad kemerdekaan, untuk mencapai tolak ukur
kesejahteraan yang definit yaitu angka GDP per kapita mencapai 320 juta per tahun dan angka
kemiskinan mendekati 0%.
Bukan berpangku tangan, beberapa upaya pemerintah telah ditempuh dalam melakukan upaya
poverty eradication seperti 5 agenda utama yang ditempuh pemerintah:
1. mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif;
2. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa untuk memperkuat
infrastruktur dan jalur perekonomian;
3. reformasi anggaran subsidi. Alokasi untuk subsidi BBM dialihkan menjadi transfer ke daerah
dan dana desa (TKDD) guna mengurangi ketimpangan;
4. peningkatan anggaran perlindungan sosial. Penurunan subsidi yang signifikan, dari 3,4%
menjadi 0,8% PDB pada periode 2015 dan 2018 dialokasikan untuk perlindungan sosial melalui
premi asuransi kesehatan masyarakat miskin serta perluasan program bantuan sosial;
5. dan perkuatan ekonomi domestik dan tata kelola impor.

Lalu Mengapa “Masih Miskin”?


Sebuah konsep poverty cycle kerap dijadikan suatu penjelasan praktis mengapa masyarakat miskin
sulit keluar dari jeratan kemiskinan, seperti di Indonesia.
Masyarakat miskin digambarkan memiliki konsumsi yang rendah, sarana prasarana yang dimiliki
rendah, status gizi rendah, dan kesehatan rendah. Hal ini membuat produktifitas yang mereka
miliki menjadi implikasinya. Hal tersebut mengarah ke pendapatan rendah dan membuat mereka
harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Anak-anak pun terlibat dalam
membantu orang tua dalam berkegiatan ekonomi dan tidak memiliki priviledge untuk
menuntaskan pendidikan dengan optimas. Hal itulah yang membuat poverty cycle sulit diputus.
Selain itu, Program-program Pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan belum efektif.
Program Perlindungan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan pada taraf signifikansi 5%, tidak
berpengaruh signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Program Perlindungan Sosial dan
Penanggulangan Kemiskinan dan penurunan angka kemiskinan juga memiliki hubungan negative.
Jika belanja program naik, kemiskinan akan turun, demikian juga sebaliknya. Secara makro, setiap
kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 triliun rupiah, akan mengurangi angka kemiskinan
sebesar 0.0027%. Seperti sepanjang 2018 rupanya intervensi pemerintah memberikan dampak
penurunan keiskinan walaupun tidak signifikan. Kondisi ini disinyalir merupakan dampak dari
program-program pemerintah, seperti:
a. Bantuan Sosial dari Pemerintah Turun Tepat Waktu (Program Kartu Indonesia Pintar, Kartu
Indonesia Sehat)
b. Pengendalian inflasi (terutama pada komoditas : beras, rokok kretek, livestock)
Indikator dan gambaran makro merupakan metric pengukuran sebagai kendali dari intervensi yang
dilakukan pemerintah, namun untuk melihat behind the wall dari fenomena kemiskinan, rasanya
program sosial dan subsidi yang diberikan pemerintah harus dirancang untuk menyelesaikan
masalah kemiskinan yang structural dan multi-dimensi ini.
Verdict
Kemiskinan merupakan permasalahan multidimensi dan multigenerasi. Suatu siklus yang
perbaikannya juga memerlukan gabungan dari penyelesaian dimensi penyebab kemiskinan dari
generasi yang tidak tumbuh. Sebuah konsep poverty cycle menjelaskan mengapa orang miskin
tetap miskin, menyadarkan kita pentingnya membuat sebuah ekosistem penyelesaian masalah
kemiskinan antar-generasi. Sebuah penelitian mengenai development studies di berbagai negara
seperti Srilanka, India, dan Bangladesh telah popular membicarakan bagaimana meningkatkan
kapasitas ekonomi keluarga melalui program pembinaan dan pemberian akses keuangan mikro
kepada keluarga. Disatu sisi, lingkaran kemiskinan yang muncul karena anak yang tidak memiliki
waktu untuk belajar dan sekolah lantaran harus turut membantu ekonomi keluarga dapat dijadikan
prasyarat pinjaman yang diberikan kepada keluarga. Ekosistem human capital investment yang
diberikan kepada anak dan economic investment yang diberikan kepada keluarga diharapkan
menjadi sebuah siklus baru untuk program pengentasan kemiskinan dalam mencapai visi Indonesia
2045, kemiskinan mendekati 0%.

Oleh:
Nahla Nurusshafa, Haritsari Dewi, Maryatul Qibtiyah

Referensi:

Effect of Growing Up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia | The SMERU
Research Institute. (2019). Retrieved 2 December 2019, from
https://www.smeru.or.id/en/content/effect-growing-poor-labor-market-outcomes-evidence-
indonesia

Idris, A.J., Agbim, K.C., 2015. Effect of social capital on poverty alleviation: A study of women

entrepreneurs in Nasarawa State, Nigeria. J. Res. Nat. Dev. 13 (1), 208–222.

Stewart, R., Rooyen, C., Dickson, K., Majoro, M., Wet, T., 2010. What is the Impact of
Microfinance on Poor People? A Systematic Review of Evidence from Sub-Saharan Africa. EPPI-
Centre, Social Science Research Unit, University of London, London.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4090715/jokowi-targetkan-angka-kemiskinan-dekati-0-
persen-di-2045
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180720/9/818739/ini-5-langkah-pemerintah-percepat-
penurunan-kemiskinan
https://www.kompasiana.com/fleofleo/5dbae1f1d541df7002344a62/pengaruh-program-
perlindungan-sosial-dan-penanggulangan-kemiskinan-serta-pendapatan-perkapita-terhadap-
penurunan-angka-kemiskinan?page=all
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/19/110000126/tiga-faktor-yang-membuat-angka-
kemiskinan-turun-di-2018?page=all
(2019). Retrieved 1 December 2019, from
https://www.jrf.org.uk/sites/default/files/jrf/migrated/files/poverty-employment-lowpay-
summary.pdf

Anda mungkin juga menyukai