Anda di halaman 1dari 10

KESENJANGAN EKONOMI SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN

PEREKONOMIAN BANYUWANGI

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu dari berbagai negara yang memiliki sumber daya alam (SDA)
melimpah. Akan tetapi, perlu diketahui bersama bahwasanya Indonesia statusnya adalah negara
berkembang (bukan negara maju). Jadi, Indonesia masih tergolong sama dengan negara
berkembang lainnya memiliki permasalahan-permasalahan yang tidak mampu teratasi hingga
hari ini, dan adanya hal itu menjadi penghambat bagi kemajuan negara tercinta ini.
Adapun masalah-masalah tersebut dapat dipahami bersama melalui atau berdasarkan
daerah-daerah di bawah negara ini. Salah satunya daerah yang hari ini terkenal akan kemajuan
pariwisatanya, yaitu Kabupaten Banyuwangi. Dibalik keindahan dan maju pariwisata yang
dimilikinya, Banyuwangi termasuk salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Timur dengan tingkat
kesenjangan ekonomi yang tinggi, dalam arti mengalami kenaikan secara rasio gini dari tahun
2019 (0,313), 2020 (0, 316), dan 2021 menjadi (0,373) hal ini Dilansir dari website Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. 1 Hal ini terbukti, bahwasanya angka makin berkembang
atau melonjak dan jadi permasalahan utama dalam lingkup perekonomian di Banyuwangi
sendiri. Berdasarkan dampak yang timbul dari kesenjangan ekonomi di Banyuwangi. Terlihat
dengan sangat jelas sekali, perbedaan diantara berupa fasilitas mewah yang dimiliki negara
ataupun hanya orang-orang mampu, yang mana tentu berbeda dengan keadaan masyarakat
kurang mampu atau bahkan tidak mampu sama sekali. Pinggiran sisi kota harus gelap-gelapan
karena tidak ada aliran listrik, sedangkan di kota besarnya bergelimang cahaya, lampu berkelap-
kelip di setiap sudut kota. Penduduk yang kategori miskin membangun rumah dengan seadanya
mungkin dan bahkan tidak layak menjadi tempat istirahat baik itu di pinggiran kali, perumahan-
perumahan, dan kantor mewah sedang berlomba-lomba dibangun di sudut kota.
Kesenjangan yang terjadi ada keterkaitannya dengan strategi pembangunan Indonesia, yang
mana hal tersebut bertumpu terhadap aspek pertumbuhan ekonomi sejak zaman orde baru.
Adapun sasaran pembangunan bertujuan untuk pencapaian terhadap pertumbuhan ekonomi
tinggi, akan tetapi hal tersebut tidak memperhatikan terhadap pemerataan pembangunan ekonomi
1
Badan Pusat Statistik Kota Malang, “Gini Rasio Menurut Kabupaten Kota di Jawa Timur 2019-2021,” BPS,
diakses 05 Oktober 2022, https://malangkota.bps.go.id/indicator/23/65/1/gini-rasio-menurut-kabupaten-kota-di-
jawa-timur.html.
di seluruh wilayah Indonesia. Pada aspek pemerataan pernah mendapatkan perhatian ketika
urusan prioritas trilogi pembangunan diubah dari pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas pada
PELITA II (Pembangunan Lima tahun 1974-1979) menjadi pemerataan, pertumbuhan, dan
stabilitas dari pada PELITA III (Pembangunan Lima tahun 1979-1984), akan tetapi inti dari
tumpuan pembangunan Indonesia tetap saja terhadap pertumbuhan (bukan nilai kepemilikan).
Realitasnya, pemerintah hanya menetapkan target tingkat pertumbuhan yang hendak dicapai,
namun tidak menetapkan target mengenai tingkat kemerataan. 2 Tidak teratasinya masalah
tersebut menjadi salah satu faktor penghambat perekonomian daerah dan dapat berpengaruh
terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus tidak hanya
dari pemerintahan saja, namun dari setiap anggota dan elemen masyarakat yang diharuskan
untuk sadar akan lingkungan ekonominya. Kinerja pemerintah yang periodik sangat diperlukan.
Dan dengan bantuan rakyat bersama-sama memberantas kemiskinan untuk mencapai
kesejahteraan sosial.

ISI

A. Permasalahan Utama Perekonomian Banyuwangi Dewasa ini.

Kesejahteraan yang tidak merata adalah salah satu permasalahan yang ada di negeri ini.
Hanya kalangan atas yang merasakan atas capaian terhadap pertumbuhan ekonomi beberapa
tahun terakhir ini. Terbalik dengan yang dirasakan oleh rakyat-rakyat kecil, yang mana
permasalahan tersebut bertumpu ada aspek perekonomian. Kejadian tersebut terjadi pula di
Banyuwangi, hal ini di dukung dengan adanya data jumlah penduduk miskin yang mencapai
ratusan ribu jiwa yang kemungkinan akan menambah dan terjadilah kesenjangan ekonomi.

Kesenjangan ekonomi akan menjadi sebuah permasalahan yang akan terus berkembang
jika tidak diatasi secepat mungkin. Kesenjangan ekonomi juga akan mengakibatkan
berkepanjangan, hal ini dikarenakan kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan, yang
mana mampu menghambat pertumbuhan jangka panjang. Jika hal ini tidak segera diatasi
akan berpengaruh ke aspek kehidupan lainnya.

Kondisi Banyuwangi saat ini dapat dibilang seperti tidak memiliki sebuah permasalahan
dan tidak tampak kemungkinan akan ada terjadinya masalah sosial. Budaya yang melekat
2
Dumairy, Perekonomian Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1996), 35.
berupa rasa sabar dan ikhlas menerima akan hal yang terjadi, memberikan sebuah nilai
tambah ditengah-tengah kesenjangan ekonomi yang tidak muncul ke permukaan (seakan-
akan tidak terasa akan adanya sebuah masalah). Akan tetapi, seiring berkembangnya
kesenjangan ekonomi tersebut tanpa ada solusi dan ada juga sebuah solusi yang tidak tepat
pada sasaran, meskipun Bupati mentargetkan pada tahun ini akan turun, tetapi jika lama-lama
permasalahan tersebut menumpuk dan akan menimbulkan masalah yang baru dapat
menghambat perkembangan perekonomian di Banyuwangi.

Kesenjangan ekonomi menjadi salah satu pembahasan dalam lingkup ekonomi sendiri,
sehingga lahir sebuah teori-teori yang membahas mengenai kesenjangan ekonomi. Salah
satunya yakni Joseph E. Stiglitz, seorang pakar ekonomi dan peraih penghargaan Nobel
ekonomi. Ia dalam bukunya yang berjudul The Great Devide: Unequal Societies and What
We Can Do About Them menyimpulkan bahwa sesungguhnya kesenjangan ekonomi adalah
sebuah pilihan-pilihan. Dan ia menyebut bahwasanya kesenjangan ekonomi sebagai gejala
sadar yang dibentuk para elite yang sekaligus penerima manfaat paling besar dari tatanan
ekonomi.3 Jadi, dapat dipahami bersama, bahwasanya terjadinya kesenjangan ekonomi
adalah produk dari sebuah proses politik yang berulang dan menjadi struktur yang rapi,
sehingga akibatnya hal itu sulit untuk diubah. Sehingga atas hal tersebut, sangat penting
untuk dipahami secara mendalam mengenai pola konsumsi, melalui pola konsumsi para
pembuat atau pemilik kebijakan dapat membuat sebuah produk kebijakan yang tepat dan
sehingga konsumen tidak merasakan rugi atau menjadi miskin. Salah satu tokoh yang
membahas mengenai pola konsumsi terhadap perekonomian, yaitu Angus Deaton.
Menurutnya konsumsi merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam pembentukan
produk domestik bruto (PDB), yang mana hal itu ada keterkaitannya dengan pendapatan per-
kapita (kesejahteraan) masyarakat. Analisis Deaton jika diterapkan di Indonesia dapat
dicontohkan seperti terjadinya dampak pada kebijakan pajak pertambahan nilai produk
makanan. Sehingga pemberlakuan pajak pada makanan ini jelas mempengaruhi konsumsi.
Namun, pengaruh pajak ini sangat berbeda pada setiap individualnya. Yang terjadi adalah

3
Nur Syam, “Joseph E Stiglitz Ketimpangan Ekonomi Dunia,” Nur Syam Centre, diakses 05 Oktober 2022,
https://nursyamcentre.com/artikel/kelas_metode_penelitian/joseph_e_stiglitz_ketimpangan_ekonomi_dunia_.
warga miskin akan mudah tertimpa beban sehingga mengurangi konsumsi, sedangkan warga
yang mapan akan ekonominya relatif tidak begitu terpengaruh.4

Dapat diartikan dari teori tersebut, bahwa kemungkinan menghilangkan kesenjangan


ekonomi di Banyuwangi terbilang sulit. Hal ini disebabkan beberapa faktor.

1. Kondisi masyarakat Banyuwanngi yang menerima semua apa adanya, sehingga


menimbulkan rasa ketidakpedulian terhadap lingkungan perekonomian luar di
sekitarnya, lebih-lebih memperhatikan terhadap pertumbuhan perekonomian.
2. Kurangnya lapangan pekerjaan, seperti data yang dilansir di BPS Jawa Timur Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Banyuwangi dari 2019-2021 berada dalam kisaran
4.08-5.42 persen dan fluktuatif cenderung naik. Pada 2021 TPT Banyuwangi
mencapai 5.42 persen, mengalami kenaikan 1.34 poin dibanding TPT 2019 sebesar
4,08 persen.5 Berdasarkan data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat pengangguran
masih terbilang tinggi. Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya
kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan
pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian
masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu karakteristik tenaga kerja di Indonesia
adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan
lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana
lapangan pekerjaan masih berlebih.
3. Rendahnya tingkat penggunaan program KB di Banyuwangi. Keinginan masyarakat
untuk memiliki anak lebih dari dua dengan berbagai macam alasan atau perspektif
lama, yaitu “Banyak anak banyak rezeki”. Apalagi hal itu tumbuh di kalangan
menengah ke bawah, dimana untuk menghidupi kebutuhan pokok saja belum bisa
terpenuhi.
4. Angka kemiskinan yang saat ini mengalami kenaikan. Mengutip Badan Pusat
Statistik (BPS) 2021, dari tahun 2019 ada 121,37 ribu jiwa, 2020 ada 130,37 ribu
4
Muhammad Husein Haikal, “Konsumsi, Kemiskinan, dan Kesejahteraan,” Analisa Daily, diakses 05 Oktober 2022,
https://analisadaily.com/berita/arsip/2015/10/17/179936/konsumsi-kemiskinan-dan-kesejahteraan/.
5
Badan Pusat Statistik Banyuwangi, “Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT,
Agustus 2009-2021,” BPS, diakses 05 Oktober 2022,
https://banyuwangikab.bps.go.id/statictable/2015/01/27/39/jumlah-angkatan-kerja-penduduk-bekerja-pengangguran-
tpak-dan-tpt-agustus-2009-2018.html.
jiwa, dan 2021 ada 130,93 ribu jiwa. Meskipun kenaikannya hanya 0.56 persen, akan
tetapi hal ini telah menunjukkan tidak kesanggupannya pemerintahan dalam hal
menanganinya. Dan hampir semua wilayah di Jawa Timur mengalami kenaikan
angka kemiskinan, hingga angka kemiskinan di Jawa Timur terhitung 4 572,73 ribu
jiwa.6

B. Keterkaitan dengan Aspek Kehidupan Lainnya

Kesenjangan ekonomi yang terbilang tinggi akan sangat mempengaruhi aspek


kehidupan lainnya. Yang pertama adalah adanya keterkaitan faktor-faktor ekonomi dengan
kesehatan masyarakat. Penelitian oleh pakar-pakar telah menunjukkan bahwasanya
ketimpangan ekonomi yang makin lebar mempunyai pengaruh negatif (merugikan) terhadap
kesehatan perseorangan maupun kesehatan masyarakat. Ketimpangan ekonomi adalah
determinan sosial kesehatan yang terlalu penting untuk tidak mendapat perhatian serius.
Karen Rowlingson me-review sebuah laporan berjudul “Does Income Inequality Cause
Health and Social Problems?” (2011), ia secara tegas dalam menyimpulkan laporan tersebut
bahwasanya meskipun tidak bersifat kausal, sulit diingkari adanya korelasi antara keduanya
antara ekonomi dengan kesehatan. Dan review Rowlingson tersebut dilakukan sebagai
bentuk tindak lanjut dari perdebatan antara para peneliti, yang mana hal itu dipicu atas
terbitnya tulisan-tulisan penting mengenai pengaruh kesenjangan ekonomi terhadap kondisi
kesehatan. Ia menunjukkan bahwasanya indikator-indikator kesehatan dan sosial seperti
angka kematian ibu dan anak, kehamilan remaja dan angka kekerasan (termasuk
pembunuhan), dan depresi atau gangguan mental yang hampir selalu lebih baik di daerah dan
masyarakat yang lebih setara yang rendah tingkat kesenjangan ekonominya.7 Atas penjelasan
di atas dapat diambil contoh kecil yang terjadi pula di Banyuwangi, yaitu angka kematian
bayi. Pada tahun 2019 angka kematian bayi sebesar 5,9 per 1000 kelahiran hidup dan
pastinya meningkat hingga tahun 2021, akan tetapi untuk data tidak ditemukan secara pasti.
Artian meningkat ini ditinjau dari realitas, bahwasanya angka kematian semakin bertambah

6
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, “Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
(Ribu Jiwa), 2019-2021,” BPS, diakses 05 Oktober 2022, https://jatim.bps.go.id/indicator/23/421/1/jumlah-
penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur.html.
7
Aldy, “Mewaspadai Dampak Kesenjangan Ekonomi Terhadap Kesehatan,” Tribun-Timur.com, 20 Februari 2014,
https://makassar.tribunnews.com/2014/02/20/mewaspadai-dampak-kesenjangan-ekonomi-terhadap-kesehatan.
pada masa Covid-19, khususnya kematian pada bayi. Penyebab kematian bayi sangat
kompleks, tidak hanya disebabkan dari faktor medis atau faktor pelayanan kesehatan saja,
akan tetapi di pengaruhi juga oleh faktor sosial ekonomi kultural dan religius. Sehingga
sangat di perlukan peningkatan peran lintas sektor dalam upaya penurunan kematian bayi di
Banyuwangi, menurut data yang dilansir oleh Antara News (06/10/2019).8

Yang kedua dalam segi kriminalitas, banyak rakyat yang tergolong miskin terpaksa


menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dengan cara mencopet, mencuri, judi, dll.
Tingkat kriminalitas Banyuwangi menurut data KAPOLRESTA (Kepolisian Resort Kota)
menurun 1358 kasus pada tahun 2020. Sementara pada 2021, angka kriminalitas mencapai
1316 kasus.9 Meskipun dalam hal ini KAPOLRESTA mampu menurunkan angka
kriminalitas, akan tetapi adanya angka pada kriminalitas dikarenakan kesenjangan ekonomi
tetap ada.

Yang ketiga adalah kesenjangan sosial yang pasti muncul di kalangan masyarakat.


Ketika diperhatikan bersama, perbedaan sangat jauh antara masyarakat menengah ke bawah
dan ke atas di lingkungan masyarakat, seperti lingkup sekolah dan lingkungan pekerjaan. Hal
ini juga didukung dengan kurangnya kepedulian atau perhatian oleh kalangan masyarakat
atas, serupa pula pada kalangan menengah bawah juga rasanya hanya menerima saja dengan
keadaan yang terjadi. Contohnya pada lingkungan sekolah, jika salah satu seorang teman
melihat fasilitas yang digunakan mayoritas temannya, hal ini akan menimbulkan
ketidakpercayaan diri individu tersebut. Sama halnya yang akan terjadi di situasi masyarakat
lainnya.

Yang keempat adalah tingkat kemiskinan yang jika tidak segera diberikan solusi akan
terus meningkat setiap tahunnya. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS Banyuwangi) dalam Time Indonesia, angka kemiskinan di Banyuwangi
hingga 2021 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Jika pada 2020, angka
kemiskinan berada pada 5,34 persen, dan pada 2021 tercatat 54,2 persen. Jadi mengalami
kenaikan diatas 5 persen, dan sedangkan pada tahun 2022 hanya mengalami kenaikan 0,1
8
Aditya Ramdhan, “Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi Menjadi Nol,” ANTARA, 06 Oktober 2019,
https://www.antaranews.com/berita/1098866/menekan-angka-kematian-ibu-dan-bayi-menjadi-nol.
9
Nanang Firmansyah, “Angka Kriminalitas di Banyuwangi Menurun Selama Tahun 2021, Berikut Datanya,”
bidik.news, 27 Desember 2021, https://bidik.news/2021/12/27/angka-kriminalitas-di-banyuwangi-menurun-selama-
tahun-2021-berikut-datanya/.
persen.10 Meskipun hal ini terbilang rendah dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi tetap
pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan meskipun persennya sedikit.

Yang kelima, hal ini dapat menyebabkan pengaruh besar dalam lingkup pendidikan.
Yang akan terjadi berupa banyaknya anak yang putus sekolah, hal ini dikarenakan masalah
biaya dan sosial yang tidak menerima akan keadaan mereka. Menurut data Badan Pusat
Statistik dalam Data Strategis Banyuwangi 2021 menunjukkan, rerata lama sekolah
mengalami naik dari tahun ke tahun, namun masihlah jauh dari target Wajib Belajar 12
Tahun. Rerata lama sekolah pada 2019 adalah 7,13 tahun, kemudian pada 2020 rerata lama
sekolah naik menjadi 7,16 tahun. Dan pada tahun 2021 rerata lama sekolah naik menjadi 7,42
tahun.11 Berdasarkan wilayah kecamatan, rerata lama sekolah terendah pada 2021, yakni
Kecamatan Kalipuro, Tegaldlimo, dan Kecamatan Kalibaru. Atas dasar tersebut Kabupaten
Banyuwangi membuat program yang bernama AKSARA (Akselerasi Sekolah Masyarakat)
dengan tujuan mampu mendongkrak angka rerata lama sekolah dan mensukseskan wajib
belajar 12 tahun, dengan sasarannya dari usia 23 sampai dengan 58 tahun yang belum tuntas
menyelesaikan sekolah.12 Akan tetapi hal ini, tidaklah sebuah solusi yang solutif sebagai
target wajib belajar 12 tahun. Dikarenakan stigma yang terbangun dalam masyarakat miskin
hal tersebut masih mengeluarkan ekonomi, sehingga yang terjadi mereka tidak
memprioritaskan hal tersebut. Dan pandangan masyarakat akan realitas sudah berbeda,
mereka tidaklah yakin lagi pendidikan sebuah solusi untuk mapan di kehidupan masa datang.
Sehingga hal ini jelas merupakan kerugian baik bagi anak, orang tua, masyarakat maupun
bangsa. Untuk itu, diperlukan penanganan yang holistik atau menyeluruh di antara
pemerintah, lingkungan, dan siswa.

Pertumbuhan yang tinggi diperlukan untuk memberikan lapangan kerja serta


menurunkan jumlah orang miskin dan mengatasi kesenjangan kemakmuran yang semakin
melebar. Keadilan antara orang miskin dengan orang kaya dalam hal memanfaatkan sumber
daya yang ada harus ditegakkan. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan kesenjangan
10
Ronny Wicaksono, “Tahun 2021, Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Kabupaten Banyuwangi Naik,” Times
Indonesia, 19 Januari 2022, https://www.timesindonesia.co.id/read/news/392504/tahun-2021-angka-kemiskinan-
dan-pengangguran-di-kabupaten-banyuwangi-naik.
11
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, “Rata-rata Lama Sekolah (Tahun), 2019-2021,” BPS, diakses 05
Oktober 2021, https://jatim.bps.go.id/indicator/26/32/1/rata-rata-lama-sekolah.html.
12
Henry W Sulaksono, “Bupati Banyuwangi Minta Masyarakat Dukung Program Aksara,” Seblang.com, 28
Februari 2022, https://seblang.com/2022/02/28/bupati-banyuwangi-minta-masyarakat-dukung-program-aksara/.
ekonomi memperhambat pertumbuhan perekonomian Banyuwangi. Tidak hanya dari segi
ekonomi, namun sosial pun memberikan pengaruh yang besar (kesenjangan sosial).

C. Pentingnya Peran Generasi Muda

Setelah mengetahui beberapa hal yang dapat dibilang sudah mendesak, masyarakat
seharusnya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk berpartisipasi dalam memperbaiki
kondisi perekonomian Banyuwangi ini. Ada banyak hal yang bisa dikembangkan dari banyak
sektor khususnya pariwisata dan perdagangan, dimana Banyuwangi memiliki peluang yang
besar dalam bidang tersebut.

Generasi muda adalah penerus bangsa dimasa yang akan mendatang. Ada baiknya jika
masalah yang sudah terlanjur terjadi dapat diselesaikan. Maka peran generasi muda sangatlah
dibutuhkan untuk masa depan. Fungsi pendidikan seharusnya lebih menanamkan nilai-nilai
yang akan mereka gunakan di masa depan, agar bisa menjadi berguna untuk bangsa maupun
Negara nantinya.

Kesenjangan sosial semakin hari semakin memprihatinkan, khususnya di lingkungan


perkotaan. Memang benar jika dikatakan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Hal ini jelas-jelas mencederai rasa keadilan serta bertolak belakang dengan
kebersamaan dan kesetaraan sosial. Selain itu, kesenjangan sosial tidak sesuai dengan
ideologi negara ini, yakni Pancasila sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”. Inilah tugas dan peran dari generasi muda di masa depan yang harus terus
belajar mengenai perekonomian khususnya generasi muda di Banyuwangi ini yang memiliki
peluang besar menjadi penerus-penerus pemerintahan Banyuwangi untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang sangat berkemungkinan terjadi di masa depan dan menuntaskan
masalah yang terjadi masa lalu.

Generasi muda saat ini harus mengetahui terlebih dahulu mengenai perekonomian
Banyuwangi yang terkecil dan perekonomian Negara yang terbesar. Hal ini akan menjadi
bekal mereka untuk menghadapi segala macam persoalan yang ada. Masa depan bergantung
sekali terhadap bibit generasi masa sekarang. Hal ini dilakukan agar keadilan, dan
kesejahteraan bisa terwujud, yaitu sebagai tanggung jawab kita bersama maka mulailah
dengan diri kita sendiri yang peduli dengan sesama.
PENUTUP

Kesenjangan sosial terjadi akibat banyaknya rakyat miskin dan pengangguran di Indonesia.
Banyaknya kemiskinan inilah yang menjadi tombak bagaimana kesenjangan sosial bisa terjadi.
Pemberantasan kemiskinan, memaksimalkan pendidikan, dan membuka lapangan kerja adalah
beberapa solusi memberantas kesenjangan sosial di Indonesia. Maka diperlukan upaya dan
peranan generasi muda sekarang agar terciptanya perekonomian yang lebih merata dan
terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

Aldy. “Mewaspadai Dampak Kesenjangan Ekonomi Terhadap Kesehatan.” Tribun-Timur.com.


20 Februari 2014. https://makassar.tribunnews.com/2014/02/20/mewaspadai-dampak-
kesenjangan-ekonomi-terhadap-kesehatan.

Badan Pusat Statistik Banyuwangi. “Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran,
TPAK dan TPT, Agustus 2009-2021.” BPS. diakses 05 Oktober 2022.
https://banyuwangikab.bps.go.id/statictable/2015/01/27/39/jumlah-angkatan-kerja-penduduk-
bekerja-pengangguran-tpak-dan-tpt-agustus-2009-2018.html.

Badan Pusat Statistik Kota Malang. “Gini Rasio Menurut Kabupaten Kota di Jawa Timur 2019-
2021.” BPS. diakses 05 Oktober 2022. https://malangkota.bps.go.id/indicator/23/65/1/gini-rasio-
menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur.html.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. “Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Timur (Ribu Jiwa), 2019-2021.” BPS, diakses 05 Oktober 2022.
https://jatim.bps.go.id/indicator/23/421/1/jumlah-penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-di-
jawa-timur.html.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. “Rata-rata Lama Sekolah (Tahun), 2019-2021.” BPS.
diakses 05 Oktober 2021. https://jatim.bps.go.id/indicator/26/32/1/rata-rata-lama-sekolah.html.

Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1996.

Firmansyah, Nanang. “Angka Kriminalitas di Banyuwangi Menurun Selama Tahun 2021,


Berikut Datanya.” bidik.news. 27 Desember 2021. https://bidik.news/2021/12/27/angka-
kriminalitas-di-banyuwangi-menurun-selama-tahun-2021-berikut-datanya/.

Haikal, Husein Muhammad. “Konsumsi, Kemiskinan, dan Kesejahteraan.” Analisa Daily.


diakses 05 Oktober 2022. https://analisadaily.com/berita/arsip/2015/10/17/179936/konsumsi-
kemiskinan-dan-kesejahteraan/.
Ramdhan, Aditya. “Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi Menjadi Nol.” ANTARA. 06
Oktober 2019. https://www.antaranews.com/berita/1098866/menekan-angka-kematian-ibu-dan-
bayi-menjadi-nol.

Sulaksono, W. Henry. “Bupati Banyuwangi Minta Masyarakat Dukung Program Aksara.”


Seblang.com. 28 Februari 2022. https://seblang.com/2022/02/28/bupati-banyuwangi-minta-
masyarakat-dukung-program-aksara/.

Syam, Nur. “Joseph E Stiglitz Ketimpangan Ekonomi Dunia.” Nur Syam Centre. diakses 05
Oktober 2022.
https://nursyamcentre.com/artikel/kelas_metode_penelitian/joseph_e_stiglitz_ketimpangan_ekon
omi_dunia_.

Wicaksono, Ronny. “Tahun 2021, Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Kabupaten


Banyuwangi Naik.” Times Indonesia. 19 Januari 2022.
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/392504/tahun-2021-angka-kemiskinan-dan-
pengangguran-di-kabupaten-banyuwangi-naik.

Anda mungkin juga menyukai