Anda di halaman 1dari 6

KARTINI: EMANSIPASI WANITA DALAM ARTI SESUNGGUHNYA

Kita sering mendengar orang berbicara tentang emansipasi. Apa yang terlintas di pikiran anda
ketika mendengar kata emansipasi tersebut? Mungkin anda akan menjawab R.A Kartini.
Memang benar bahwa R.A Kartini memiliki hubungan erat dengan emansipasi. R.A Kartini
merupakan wanita Indonesia kelahiran Jepara yang memelopori emansipasi wanita. Hal
tersebut dapat diketahui dari bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang
menjadi awal munculnya emansipasi. Buku tersebut ditulis berdasarkan pada surat-surat yang
dikirimkan kepada sahabatnya yang berada di Belanda. Isi dari buku yang diterbitkan pada
tahun 1911 tersebut adalah kisah-kisah hidup Kartini dan tentang berbagai batasan-batasan
yang diberikan kepada wanita untuk mengikuti adat ketimuran. Dahulu wanita sangat terbatas
haknya untuk memperoleh pendidikan. Karena pada masa itu, sebagian besar wanita saat usia
12 tahun harus dipingit oleh orang tuanya, sehingga tidak bisa untuk belajar disekolah seperti
kaum laki-laki. Mereka dipingit dan segera dinikahkan dengan calon yang sudah ada. Bahkan
pada masa kolonial Belanda, para Bupati Belanda diharuskan untuk berpoligami. Pada masa itu,
wanita dianggap hanya sebagai penghibur dan penghias saja. Hal tersebut mengakibatkan
munculnya rasa empati yang tinggi pada diri R.A Kartini. R.A Kartini menginginkan kaum wanita
mendapatkan pendidikan yang sama seperti pria, sehingga bisa memiliki wawasan yang lebih
luas. Kartini menyebut pemikirannya itu dengan istilah emansipasi.

Dan pada masa saat ini, banyak orang yang menggunakan kata emansipasi. Namun, banyak
yang belum mengerti tentang arti emansipasi. Lalu, apakah arti dari emansipasi? Emansipasi
adalah istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok yang tidak mendapatkan hak-hak secara spesifik, biasanya hak yang
diperjuangkan adalah hak persamaan derajat.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah emansipasi memiliki arti
pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat. Dari berbagai kelompok yang berada dalam masyarakat, yang sering
menunjukkan tentang tuntutan emansipasi adalah kelompok wanita. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan banyaknya wanita-wanita yang menuntut untuk mendapatkan hak-hak yang sama
dengan hak-hak yang didapatkan oleh kaum pria. Sedangkan, emansipasi wanita sendiri
memiliki arti proses pengangkatan derajat wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah
dengan segala batasan-batasan yang ada agar dapat berkembang dan maju.

Menurut Kartini, emansipasi wanita adalah suatu cara yang dilakukan agar wanita
mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang luas dan tinggi, serta supaya wanita juga
dapat diakui kecerdasan dan kemampuannya sehingga diberi kesempatan yang sama untuk
dapat menggunakan keilmuan yang dimilikinya. Serta untuk meningkatkan derajat wanita
sehingga tidak lagi dianggap rendah oleh pria. Pada dasarnya kaum wanita dan kaum pria
memiliki kelebihan masing-masing, sehingga pengertian emansipasi yang dimaksud oleh Kartini
tidak mengharuskan kesamaan hak secara menyeluruh antara pria dan wanita. Karena
bagaimana pun seorang laki-laki merupakan pemimpin bagi perempuan terutama dalam
lingkup masyarakat yang paling kecil, yaitu keluarga sehingga otomatis kedudukan pria masih di
atas wanita. Hal tersebut merupakan kodrat yang seharusnya dijalankan.

Namun, di masa saat ini pernyataan Kartini tentang emansipasi wanita tersebut di salah artikan
oleh sebagian besar masyarakat. Menurut mereka, fungsi emansipasi bukan lagi hanya untuk
menaikkan derajat wanita tetapi menjadi menyamakan posisi wanita dengan pria. Banyak kasus
terjadi, yaitu wanita yang tak lagi menghormati kedudukan seorang pria yang menjadi
pemimpinnya dalam rumah tangga sehingga terjadi banyak pertengkaran dalam keluarga dan
akhirnya pasangan suami istri tersebut berpisah.

Di Indonesia sendiri, keadaan kaum wanita berkembang sangat pesat. Ketika dahulu wanita
hanya dibebani dengan istilah 3M “macak, masak, manak” yang artinya sebagai wanita harus
pandai berdandan, memasak dan melahirkan keturunan, sekarang wanita sudah banyak yang
mengerjakan profesi yang biasanya dilakukan oleh pria. Misalnya pegawai negeri, guru, dokter,
pengacara, sopir, pilot. Bukan hanya itu, tak jarang wanita dijadikan sebagai pemimpin. Pada
sejarahnya, bangsa Indonesia sendiri pernah dipimpin oleh presiden wanita, yaitu Megawati
Soekarno Putri. Bahkan sekarang, jumlah siswa perempuan di sebuah sekolah rata-rata lebih
banyak daripada jumlah siswa laki-laki. Hal tersebut membuktikan bahwa pemikiran zaman
dahulu yang menyebutkan wanita tidak boleh bersekolah sudah tidak berlaku lagi di zaman
sekarang.

Dalam hal pekerjaan juga sama. Saat ini, banyak sekali wanita yang dikirim untuk bekerja ke
luar negeri sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Hal tersebut terjadi karena tuntutan keuangan
keluarga yang tidak mencukupi untuk hidup. Dengan keyakinan bahwa penghasilan yang
didapat di luar negeri lebih besar dibandingakan dengan di dalam negeri maka banyak wanita
yang berbondong-bondong untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW).

Karena banyak wanita yang mulai bekerja maka banyak yang beranggapan bahwa wanita yang
tidak berkarir atau hanya sebagai ibu rumah tangga memiliki derajat yang lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Jika saja seorang wanita yang menjalankan karirnya
dapat membagi waktu dengan kodratnya sebagai ibu rumah tangga, tentu wanita tersebut
menjadi wanita yang memang hebat. Karena wanita tersebut mampu menjalankan tanggung
jawab utamanya untuk mengurus keluarga dan mampu membagi waktunya dengan bekerja.
Masalah yang terjadi adalah sangat jarang wanita yang mampu menjalankan kedua tugas
tersebut. Sebagian besar jika wanita sudah memiliki karir, dia tidak akan bisa memasak. Mereka
memilih mempekerjakan asisten rumah tangga untuk mengurus sebagian besar urusan rumah
tangga. Keadaan ini bisa jadi disebut sebagai kemunduran dari seorang wanita. Dan hal tersebut
tentunya sudah melenceng dari pengertian emansipasi yang sebenarnya. Hal tersebut akan
mengakibatkan banyak masalah yang akan terjadi. Misal, jika seorang ibu sibuk dengan
pekerjaannya maka kemungkinan besar anaknya tidak lagi dekat dengan ibunya disebabkan
kurangnya waktu ibu dengan sang anak. Sudah banyak kasus yang terjadi tentang anak yang
lebih dekat dengan pengasuhnya dibandingkan dengan ibunya.

Masalah selanjutnya adalah masalah seorang istri dengan suami yang akan terjadi jika seorang
istri bekerja. Jika seorang istri bekerja dengan penghasilan lebih tinggi dibanding dengan
penghasilan suaminya. Maka, sang suami akan cenderung timbul perasaan minder (tidak
percaya diri). Banyak juga kasus perceraian karena sikap istri yang tidak lagi menghormati sang
suami yang disebabkan karena istri mendapatkan gaji yang lebih besar daripada suaminya.
Namun, ternyata ada masalah yang berkebalikan dengan masalah yang dijelaskan sebelumnya.
Masalah tersebut adalah banyak suami yang malas bekerja malah mengirim istrinya untuk
bekerja di luar negeri.

Hemat saya dengan emansipasi, emansipasi sendiri dibagi menjadi dua, yang pertama adalah
emansipasi positif. Emansipasi positif adalah usaha yang dilakukan untuk menyamakan derajat
dengan kaum pria dalam hal yang positif seperti menjadi pemimpin, menjadi juara di kelas atau
bahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang halal yang tidak merugikan orang lain. Jenis
emansipasi seperti inilah yang seharusnya dapat dikembangkan agar sebagai kaum wanita juga
dapat berperan dalam usaha memajukan bangsa.

Sedangkan yang kedua adalah emansipasi negatif yang berarti usaha yang dilakukan oleh
wanita untuk menyamakan derajat dengan kaum pria untuk hal- hal yang dinilai negatif. Jika
dulu seorang anak laki-laki sering digambarkan sebagai anak yang aktif dan cenderung nakal,
sedangkan anak perempuan digambarkan sebagai anak yang lebih pendiam dan lebih menjadi
penurut. Namun, hal tersebut berbeda dengan keadaan sekarang. Saat ini banyak dijumpai
anak laki-laki yang lebih sering berkumpul dengan kelompok wanita. Begitu pula sebaliknya, ada
anak perempuan yang bermain bersama kelompok anak laki-laki. Di Indonesia yang kental
dengan adat ketimurannya tentu hal tersebut terlihat tidak patut dilakukan karena
dikhawatirkan akan terjadi hal yang akan merugikan seorang wanita tersebut apalagi jika masih
dibawah umur atau ketika menginjak usia remaja. Saat ini tidak jarang remaja wanita yang
terlibat dalam kejahatan seperti keikutsertaan dalam kenakalan remaja. Misal pencurian,
mabuk- mabukan serta terlibat dalam pembegalan. Kegiatan-kegiatan tersebut tentu sangat
merugikan bagi remaja wanita tersebut, misal jika sering berkumpul dengan laki-laki dan terjadi
perzinaan maka kemungkinan wanita tersebut akan hamil diluar pernikahan. Keadaan tersebut
bukan hanya merusak nama baiknya tapi juga akan merusak nama baik kedua orang tuanya. Hal
tersebut akan membuat dia kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita. Dan pada
akhirnya sama saja dia dijadikan budak oleh laki-laki karena perilakunya sendiri yang
mengakibatkan dia tidak menjadi terhormat. Terkadang masalah tidak berhenti sampai disitu
saja, kemungkinan laki-laki yang menghamilinya lebih memilih kabur daripada
bertanggungjawab ketika anaknya lahir, anak tersebut tidak memiliki kejelasan mengenai
ayahnya. Keadaan seperti ini harusnya dapat ditekan kemunculannya karena akan
mengakibatkan banyak hal buruk yang terjadi. Salah satu cara untuk mengatasi keadaan
tersebut adalah dengan menanamkan nilai keagamaan pada anak sejak usia dini serta peran
orangtua untuk memantau pergaulan anaknya.

Sebagai kaum wanita juga sebaiknya mampu menjaga kehormatannya sendiri. Misalkan dengan
cara memakai pakaian yang tidak mengundang nafsu lawan jenis serta menjaga tingkah lakunya
sebagai seorang wanita. Di masa sekarang banyak model pakaian yang terlalu mengumbar
lekuk tubuhnya yang secara tidak langsung mampu membuat kaum laki-laki berinisiatif untuk
menggodanya dan hal tersebut juga bisa dikatakan sebagai merendahkan harkat dan martabat
diri sendiri sebagai seorang wanita.

Seharusnya emansipasi bukan lagi menjadi prioritas pemisah antara kaum wanita dan kaum
pria. Sebagai kaum wanita juga harus mampu menunjukkan pengaruhnya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat dilakukan dalam kelompok terkecil terlebih
dahulu. Misalnya menjadi agen perubahan dari kelompok pertemanan yang dapat bermanfaat
bagi orang lain dan juga dirinya sendiri. Wujud emansipasi yang lebih sederhana adalah berbuat
baik kepada orang lain serta mau bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan.

Pada dasarnya, Tuhan menciptakan wanita dan laki-laki dengan tujuan untuk saling melengkapi.
Wanita dan laki-laki memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga sikap saling
menghargai sangat diperlukan untuk hidup secara berdampingan. Sebelum dihargai orang lain,
sebaiknya kita menghargai diri sendiri terlebih dahulu. Jika wanita tidak ingin dipandang rendah
oleh kaum pria maka kaum wanita harus mampu menjaga tingkah lakunya serta
kehormatannya terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Febriana, Efatino. Kartini Mati Dibunuh: Membongkar Hubungan Kartini dan Freemason.
Yogyakarta: NAVILA IDEA, 2010.

Marihandono, Djoko. Sisi Lain Kartini. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
Abendanon. Door duisternis tot licht: pemikiran tentang dan untuk orang Jawa Raden Adjeng
Kartini. S-Gravenhage: NV Electrische Drukkerij “Luctor et Emergo”, 1912.

Anda mungkin juga menyukai