Anda di halaman 1dari 6

Peran dan Pergerakan Perempuan Dalam Masa Hindia Belanda

Tri Puspitasari_206131070

Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Abstarak: Perempuan adalah seseorang yang lemah lembut dan penuh kasih sayang karena
memiliki perasaan yang halus. Secara umum perempuan berkaitan dengan keindahan, kelembutan
dan berhati baik. Dalam Bahasa Sansekerta, kata perempuan berasal dari kata per + empu + an.
Kata per yang berarti makhluk dan empu yang berarti mulia, tuan. Sehingga pengertian perempuan
di maknai sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan atau kemampuan. Sebagai seorang
perempuan yang memiliki harkat dan martabatnya sendiri tidak boleh dipandang rendah oleh kaum
laki -laki. Memang benar perempuan posisinya berada di bawah laki – laki, tapi perempuan juga
harus menampaki kesanggupannya dari berbagai bidang. Peranan perempuan juga sangat besar
dalam membentuk generasi muda. Membentuk wadah organisasi perempuan adalah sarana yang
sangat berguna bagi perempuan untuk beraspirasi supaya lebih paham dengan permasalah –
permasalah perempuan terkhususnya di bidang pendidikan.

Kata kunci: Perempuan, Peranan, Organisasi

Pendahuluan

Peranan perempuan masih sering di salah artikan oleh masyarakat. Masih banyak
masyarakat hanya menganggap perempuan itu hanya tentang mengurus keluarga dan anak –
anaknya. Bukan berarti perempuan tidak boleh memperlihatkan keahliannya selain dari urusan
mengurus keluarga dan anak. Perempuan hanya dituntut untuk menjadi seorang istri dan mengurus
rumah tangga. Bahkan dari segi pendidikan pun perempuan didoktrin tidak boleh bersekolah
terlalu tinggi. Karena pada akhirnya kodrat perempuan akan kembali ke urusan rumah tangga. Jika
dipikir kenapa perempuan tidak boleh memiliki kedudukan yang setara dengan laki – laki? justru
peran perempuan disini hanya diperalat oleh para laki – laki. Ketika doktrin – doktrin ini terus
berlangsung seiring perkembangan zaman apakah sangat revelan?. Seharusnya peranan dan
kedudukan perempuan memiliki kedudukan dan peranan yang sama dengan laki – laki. Bukan
semerta – merta perempuan tidak memiliki peranan dan kedudukan yang setera dengan laki – laki.
Hanya saja porsi peranan dan tanggung jawabnya berbeda dengan peranan seorang laki – laki.
Perempuan memiliki peranan yang sangat besar membesarkan, membimbing, mengajarkan, dan
memberikan nasehat pada anak – anaknya. Perempuan bangsawan Jawa Kuno dapat mewariskan
kedudukannya kepada putra dan putrinya. Dalam sebuah data tentang perempuan dikalangan
bangsawan contohnya seorang nenek mampu memberikan nasihat atau membimbing cucu –
cucunya bahkan seorang nenek dapat memwariskan tahta atau kedudukannya kepada
putra/putrinya atau kepada cucu- cucunya. karena memang seorang nenek masih mempunyai tanah
lungguh dan masih bisa membebaskan tanah yang berada di wilayahnya menjadi sima, artinya
masih memiliki kekuasaan atas wilayahnya.1

Pada akhir abad 19 di Indonesia dikalangan bangsawan maupun di kalangan rakyat perlu
adanya perbaikan – perbaikan yang menyeluruh, karena perubahan tidak hanya menyakut
persoalan kaum laki – laki saja tanpa adanya perbaikan dari kaum perempuannya. walaupun
kedudukan sosial wanita masih sangat disepelekan, namun perannya sebagai pencetak generasi
bagi tanah air perlu di perhatikan.2 Padahal dalam ajaran islam tidak membatasi gerak perempuan.
Justru perempuan di perjuangkan melalui Gerakan feminis yang dituangakan dengan pembebasan
hak perempuan, ketidakadilan, dan penindasan yang di alami perempuan. Namun juga tidak
melampaui kodratnya sebagai seorang perempuan3

Kolonilisme dan penjajahan juga sangat menempatkan posisi perempuan turut ikut serta
bergerak dan mengangkat senjata dalam rangka mempertahankan diri, keluarga, agama dan
negaranya4. Bawasannya posisi perempuan pada saat Hindia Belanda sangat mengalami
ketidakadilan. Posisi perempuan sangat diperalat sebagai budak yang tak ada harganya.

Keadaan Perempuan Masa Hindia Belanda

Peran perempuan pada masa Hindia Belanda masih menganut sistem tradisonal dan tidak
bebas untuk menuntut pendidikan. Dalam sebuah kutipan dari Surat Kartini, dijelaskan bahwa

1
Nastiti,surti.2018.PEREMPUAN JAWA : Kedudukan dan Peranan dalam Masyarakat Abad VIII-XV.PT
Dunai Pustaka Jaya.Bandung.Hal:297-298.
2
G.A Ohorella, dkk.1992.Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pergerakan Nasioanal. Dari Google Book. Hal:
3. Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pengerakan Nasional - G.A. Ohorella, Sri Sutjiatiningsih, Muchtaruddin
Ibrahim - Google Books.
3
Aah Syafaah.2017.TAMADDUN : PERAN PEREMPUAN PADA MASA KOLONIALISME.IAIN Syech Nurjati
Cirebon.Hal.4, Vol.5, No.2.
4
Ibid hal:113.
Perempuan Jawa belum bebas dalam menempuh pendidikan. karena pada saat itu perempuan yang
masih berusia 12 tahun dan belum mempunya suami harus di pingit ( tidak boleh keluar rumah )
sekalipun untuk menempuh pendidikan Dan juga pada surat tersebut hanya para laki- laki saja
yang berhak menempuh pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Serta
adanya pengaruh tradisi Jawa tentang adat pingit bagi kaum perempuan.

Supaya peranan perempuan dapat terlihat diperlukan pembuktian bahwa perempuan juga
dapat di sama kan dengan laki – laki dalam urusan pendidikan. Kemudian pergerakan perempuan
bangkit di mulai dari perjuangan secara individu dari dalam keluarga. Karena disini perempuan
justru hanya mendapat ketertindasan dan ketidakadilan, sehingga timbul rasanya ingin melawan
sistem penindasan bagi perempuan. Dari pergerakan secara individu inilah kemudian menjadikan
semangat bagi kaum perempuan untuk melawan ketertindasan yang di alaminya. sehingga
berdirinya Pergerakan Nasional di Indonesia yang mucul, di mulai dari lahirnyya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908, kaum perempuan mulai mendirikan pergerakan kaum perempuan,
seperti; Poetri Mardika, Serikat Perempuan Islam Indonesia dan Asiyah. Puncaknya pergerakan
Kaum perempuan di masa Hindia Belanda di tandai dengan Kongres Perempuan Indonesia pada
tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Dari pergerakan itu kemudian memunculkan semangat
kebangsaan di kalangan kaum perempuan di Jawa maupun di Indonesia.5

Dengan adanya Organisasi pergerakan perempuan dapat memberikan wadah bagi


perempuan untuk menyalurkan aspirasinya guna memahami permasalahan – permasalahan
perempuan. Memang awalnya perempuan di Indonesia masih sedikit yang masuk organisasi,
karena apa mereka masih terbelenggu tradisi dan rendahnya kesadaran untuk menolak tradisi yang
menjadikan mereka tidak memiliki hak kebebasan6

Pemikiran Kartini sangat di dukung oleh kaum terpelajar pada masa Hindia Belanda.
Seperti pada tahun 1912 didirikannya Putri Mardika atas bantuan Budi Utomo. Organisasi Putri
Mardika bertujuan memajukan pengajaran anak – anak wanita dengan jalan memberikan sokongan
uang, tak lupa juga mempertinggikan sikap yang merdeka dan tegak tanpa melewati batasan.
Setelah berdirinya organisasi tersebut , banyak juga di daerah daerah lain juga mendirikan

5
Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata
Dharma.2015.Mengulas Yang Terbatas Menafsirkan Yang Silam.Yogyakarta.CV JEJAK.Hal. 46-47.
6
Artikel CHAPTER I.pdf (unimed.ac.id), Diakses pada tanggal 16 Desember 2021 Pukul 22.00 WIB.
organisasi wanita dengan tujuan yang sama. Pergerakan perempuan pertama masih yang
berkaiatan dengan perbaikan kedudukan dalam hidup keluarga dan perkawinan untuk memperluas
kecakapan sebagai seorang ibu dan memperbaiki Pendidikan bagi putra/putrinya. Kemajuan
dilakukan secara pelan -pelan tanpa adanya sikap menentang agama, adat ataupun pemerintah7.

Perjuangan perempuan merupakan sebuah tekad untuk memperlihatkan kesanggupan


mereka dan terlepas dari belenggu doktrin – doktrin perempuan hanya bertugas dirumah saja.
Dengan adanya perjuangan perempuan lewat bidang sosial dan bidang pendidikan dapat
memberikan pemahaman bagi kaum perempuan lain dengan cara menanamkan bahwa perempuan
merupakan “ibu bangsa” sehingga dapat menumbuhkan generasi berjiwa kebangsaan

Keinginan untuk memperoleh kemerdekaan, mendorong organisasi perempuan ikut serta


dalam gerakan politik. Karena juga berkaitan dengan ajuan – ajuan atas hak pilih perempuan sejak
tahun 1938. Berawal dari adanya Kongres Perempuan Indonesia ke II kemudian pemerintahan
Belanda memberikan hak pilih kepada perempuan Indonesia untuk menjadi anggota Dewan Kota
(Volksraad )8. Kemudian pada tahun yang sama, Kongres Perempuan Indonesia kembali di
selenggarakan di Semarang. Dengan pengajuan kepada Volksraad pelajaran bahasa Indonesia
menjadi pelajaran tetap di sekolah – sekolah. Sampailah Perjuangan perempuan hampir mencapai
hasil yang maksimal di 9 Maret 1942, sebab Belanda menyerah tanpa syarat terhadap Jepang.
Sehingga pergerakan perempuan terhambat atas kedatangan Jepang.9

Kesimpulan

Perempuan adalah tonggak peradaban di muka bumi, dan semestinya perempuan memiliki
hak untuk melakukan apa saja tanpa adanya kekangan dari segi manapun. Semestinya perempuan
harus dihormati dan dihargai perjuangannya. perempuan juga tidak hanya berperan dalam urusan
keluarganya. Namun dari sini kita juga harus bisa memiliki pemikiran bahwa perempuan bisa
menghasilkan generasi yang berakhalakul kharimah, cinta tanah air, memiliki sikap kebangsaan
dari hasil didikannya. Jadi perempuan harus berkesempatan menjadi pintar dan cerdas guna
mencetak generasi bangsa. Pergerakan perempuan harus terus menyala supaya peranan perempuan

7
Isnan Hidayaru R.2016.Jurnal Repository Universitas Jember : “PERANAN KONGRES PEREMPUAN
INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1928-1941”. Hal: 19-
22.
8
ibid, 37.
9
ibid, 38.
tidak disepelekan olah kaum laki – laki. Karena dari pergerakan perempuan inilah mereka
memiliki keberanian dalam melawan ketidakadilan yang di alami mereka.

Lampiran Gambar Pergerakan Perempuan Indonesia

Gambar 1. KPI Tahun 1929 Gambar 2. KPI III Tahun 1954

DAFTRA PUSTAKA

Nastiti,surti.2018.PEREMPUAN JAWA : Kedudukan dan Peranan dalam


Masyarakat Abad VIII-XV.PT Dunai Pustaka Jaya.Bandung.Hal:297-298.

G.A Ohorella, dkk.1992.Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pergerakan Nasioanal.


Dari Google Book. Hal: 3. Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pengerakan Nasional - G.A.
Ohorella, Sri Sutjiatiningsih, Muchtaruddin Ibrahim - Google Books.

Aah Syafaah.2017.TAMADDUN : PERAN PEREMPUAN PADA MASA


KOLONIALISME.IAIN Syech Nurjati Cirebon.Hal.4, Vol.5, No.2.

Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma.2015.Mengulas Yang Terbatas Menafsirkan Yang
Silam.Yogyakarta.CV JEJAK.Hal. 46-47.

Isnan Hidayaru R.2016.Jurnal Repository Universitas Jember : “PERANAN KONGRES


PEREMPUAN INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
TAHUN 1928-1941”. Hal: 19-22.

Anda mungkin juga menyukai