Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL WAWASAN KEBANGSAAN

Disusun oleh:
Elnita Saina Nurdian (2023230005)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI


PAKULTAS FISIP
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2024
ABSTRAK
Pendidikan perempuan adalah suatu sistem penyampaian ilmu yang diberikan kepada
para perempuan, dimana pendidikan untuk perempuan maupun laki-laki sudah seharusnya
setara. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran serta
perjuangan RA.Kartini dalam bidang pendidikan terutama pendidikan perempuan. Metode
penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif dan jenis kajian yang digunakan
adalah kajian pustaka. Dimana penelitian ini dilakukan lewat berbagai macam sumber
informasi kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah, ensiklopedia, majalah, koran,
dokumen dan lainnya. Raden Ajeng Kartini merupakan tokoh atau pejuang perempuan
yang memiliki peran penting dalam pendidikan terutama pendidikan terutama pendidikan
perempuan di Indonesia. Ia lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879 atau 28 Rabi’ul
Akhir tahun Jawa 1808. Ia merupakan anak dari sepasang suami istri bernama Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah.

Pada masa itu, pendidikan bagi perempuan merupakan perihal yang sulit untuk
didapatkan karena banyaknya peraturan dan larangan yang ada pada masa itu, sehingga
membuat kartini memiliki pemikiran yang membuat ia memperjuangkan pendidikan bagi
kaum wanita di Indonesia. Kartini juga mampu memperjuangan hak perempuan dalam
mendapatkan pendidikan yang sama dengan pendidikan yang ditempuh oleh perempuan pada
masa itu.

Kata Kunci: Pemikiran, Kartini, Pendidikan, Perempuan.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan perihal yang sering dibicarakan dan diperdebatkan. Pendidikan


sangat penting bagi semua kalangan karena pendidikan berfungsi sebagai usaha untuk
mengembangkan dan membina kepribadian manusia dalam aspek rohani dan jasmani,
yang dilakukan secara bertahap. Ahli filsafat pendidikan banyak yang memberikan arti
pendidikan yaitu suatu proses bukan suatu seni ataupun teknik. (Arifin, 2010). Ada banyak
tokoh yang menjadi pejuang pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Hasyim Asy’ari,
KH. Ahmad Dahlan, Dewi Sartika, dan juga Raden Ajeng Kartini. Masing-masing dari
beliau memiliki perannya sendiri dan sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Selain

1
dari mereka juga masih banyak orang yang memiliki peranan penting dalam pendidikan di
Indonesia.

Kartini salah satunya, ia merupakan seorang bangsawan dan cucu perempuan dari
Pangeran Ario Tjondronegoro yang merupakan seorang Bupati Demak.

Riwayat Hidup Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 (28 Rabiul Akil Jawa /1808) di
Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan buah hati dari pasangan suami istri bernama Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Sejak lahir, Kartini mempunyai “darah biru”
dan “darah pesantren”. Ayah Kartini, yang sering dipanggil Sosroningrad, adalah seorang
bupati yang berpendidikan tinggi. Sosroningrad mempunyai kemampuan menulis dengan
baik dan fasih berbahasa Belanda. Ibu dari Kartini, Ngasira, adalah putri dari Nyai Hajja Siti
Amina dan Kyai Hajji Madirono yang merupakan guru agama di Telwakul Jepara. Oleh
karena itu, Kartini berhak menggunakan gelar kerajaan Raden Ajeng.

Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengeluarkan peraturan yaitu


mewajibkan bupati menikah dengan orang yang seangkatan dengan bangsawan. Peraturan ini
mendorong Sosroningrad menikah lagi dengan Raden Ayu Mulyam, penerus raja Madura.
R.A Kartini merupakan anak kelima dari 11 bersaudara, baik kandung maupun orang tua tiri.
Kartini merupakan anak perempuan tertua. Kakak laki-laki Kartini, Sosrokartno, adalah
seorang yang berbakat dalam bidang bahasa. Kartini mengenyam pendidikan bdi ELS
(European Lahere School), sebuah sekolah yang didirikan untuk bangsawan Belanda.

Kartini kecil kerap kali mengalami diskriminasi dari gurunya. Ia menceritakan hal ini
kepada salah satu temannya yang bernama Stella Seehanderar. Dia menulis: “Belanda
menertawakan kebodohan kami dan mengolok-olok kami, tapi kami mencoba untuk maju,
tapi kemudian mereka berbalik melawan kami.'' Astaga! Saya tidak percaya betapa banyak
kesulitan yang saya alami ketika saya masih kecil di sekolah. Guru-guru kami dan banyak
teman kami memusuhi kami”’

Pandangan Kartini terhadap Pendidikan

2
Pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai pendidikan perempuan dapat ditemukan
dalam buku-buku yang ditulisnya. Judul buku yang ditulis oleh Kartini adalah “Habis Gelap
Terbitlah Terang. Dalam buku ini, Kartini menulis tentang keinginannya memperjuangkan
perempuan agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Kartini mempunyai intelektual
yang mumpuni dalam memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. kepandaian yang luar
biasa, yang dimanfaatkannya untuk mencerdaskan bangsa khususnya perempuan. Ia mewarisi
sikap progresif dari kakeknya, Pangeran Ario Chondronegoro IV dari Demak, dan dari
ayahnya, R.M. A.A. Turun Sosroningrat. Kakek Kartini kerap kali mengingatkan kepada anak
cucunya bahwa ilmu pengetahuan sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Ilmu
Pengetahuan mengantar masyarakat kepada kesejahteraan.Tanpa pendidikan, manusia akan
menghadapi kemunduran dan kemalangan. Pendidikan penting bagi Kartini dan tertanam
dalam keluarganya.

Kartini mempunyai beberapa teman Belanda, salah satunya bernama Abendano. Ia


kerap kali bertukar cerita melalui surat kepada temannya itu. Dalam surat itu, Kartini
membicarakan berbagai hal, termasuk keprihatinan terhadap keadaan sosial, adat istiadat, dan
budaya yang menghalangi putra-putri pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Selain itu, ia juga tentang kakeknya, Chondronegolo IV yang sangat dihormati dan
banggakannya. Dia menaruh perhatian besar pada pendidikan dunia dan membekali putra,
putri, dan cucunya dengan pendidikan Barat yang sangat baik.

Dalam surat-surat yang dikirimnya, Kartini menceritakan terhadap perempuan. Sebagian


besar suratnya memuat pandangannya tentang perempuan yang memainkan peran utama
dalam kemajuan peradaban dunia dan minatnya terhadap gerakan pembebasan Eropa. Ia juga
mengungkapkan keprihatinan-nya terhadap buta huruf perempuan akibat kurangnya akses
perempuan terhadap pendidikan tinggi yang layak.

Kartini percaya bahwa perempuan harus menerima pendidikan tanpa memandang


kekayaan, kemiskinan, status sosial, atau ras. Tidak hanya laki-laki yang mempunyai akses
terhadap pendidikan terbaik, perempuan juga berhak mendapatkan pendidikan yang mereka
inginkan. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam dunia pendidikan.

Konsep pendidikan Kartini untuk perempuan didasarkan pada kisah perjalanan hidup
serta pandangannya terhadap lingkungan dan kehidupan yang dialaminya. Ibu Kartini
merupakan seorang perempuan cerdas dan terpelajar. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah

3
hal terpenting bagi setiap orang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan
suatu negara dan bangsa.

Kartini memiliki tekad yang teguh untuk mengubah cara pandang orang terhadap
dunia pendidikan. Salah satu faktor yang membuat Kartini berpikir tentang pendidikan
perempuan adalah pengalaman diskriminasi selama di sekolah. Pada saat itu, di sekolah ada
aturan bahwa anak pribumi tidak boleh mendapat nilai yang lebih tinggi dari anak-anak kulit
putih. Selain itu, saat itu ada budaya yang tidak memperkenankan anak perempuan
mengenyam pendidikan.

Kartini melakukan diskusi dengan temannya melalui surat. Hal ini membuat Kartini
mempunyai cara pandang yang luas dan terbuka dalam memperjuangkan hak perempuan atas
pendidikan. Kartini beranggapan bahwa pendidikan bagi perempuan merupakan suatu yang
sangat penting. Hal ini mendorong Kartini membuat beberapa konsep tentang perempuan,
yakni:

a. perempuan dalam rumah tangga merupakan tempat pertama pendidikan bagi


anak. Perempuan berperan sebagai ibu dalam keluarga, dan merekalah yang
memberikan pendidikan pertama kepada anak-anak di masa depan. Hal itu
diungkapkan Kartini dalam surat yang ditulisnya kepada seorang sahabat pena.
Kartini juga mengatakan, “Tangan seorang ibu menentukan masa depannya''
Ibu mempunyai peranan penting dalam pendidikan nonformal bagi seorang
anak. Perempuan memainkan peran penting dalam pendidikan awal anak-anak
prasekolah. Oleh karena itu memerlukan pendidikan yang tepat untuk
mengasuh dan membimbing anak-anak di masa depan.

b. perempuan adalah pembawa peradaban. Perempuan memainkan peran penting


tidak hanya di rumah dan keluarga. Perempuan juga berperan penting dalam
peradaban dunia. Ia menjelaskan bahwa jika perempuan dalam suatu negara
tidak berpendidikan, maka negara tersebut tidak akan maju. Kartini
menyampaikan hal tersebut dalam suratnya kepada Abendanon. Kartini juga
menyampaikan niatnya untuk mendirikan sekolah bagi perempuan-perempuan
Indonesia.

c. pendidikan mempunyai peranan penting dalam mendidik jiwa dan semangat


seseorang. Sebab jika seseorang cerdas dalam berpikir tetapi tidak cerdas

4
dalam bertindak, maka tidak ada manfaat baginya. Dalam suratnya, Kartini
mengatakan pendidikan tidak hanya mengasah pikiran tetapi juga
memperbaiki pikiran dan tindakan. Ia juga menyampaikan bahwa pendidikan
yang berbudi luhur dicapai tidak hanya dalam pendidikan di sekolah tetapi
juga di rumah. Pendidikan yang berbudi luhur diperkenalkan dan paling
mudah untuk dipraktikkan dan diajarkan. Perempuan atau ibu memainkan
peran penting dalam memberikan pendidikan etika.

d. Kartini meyakini persatuan perempuan dan laki-laki dalam kemajuan


pendidikan akan membawa manfaat dan perubahan besar bangsa. Pendidikan
bagi perempuan dan laki-laki merupakan suatu yang setara. Oleh karena itu,
perempuan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan laki-laki.
Perempuan dan laki-laki memiliki peluang yang sama untuk memajukan suatu
bangsa melalui pendidikan.

e. untuk memajukan dan mengembangkan kesejahteraan bangsa dan negara,


generasi muda dididik untuk mencintai tanah air. Kami para perempuan bisa
terdidik dan mempunyai wawasan berpikir yang lebih luas. Namun kita tidak
boleh melupakan tanah air kita dan tetap mencintainya. Pendidikan
merupakan wadah untuk menumbuhkan krativitas.

Kesimpulan

Pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai pendidikan perempuan dapat ditemukan


dalam buku-buku yang ditulisnya. Salah satu bukunya adalah “Habis Gelap Terbitlah
Terang”. Dalam buku ini Kartini menulis tentang keinginannya memperjuangkan
pendidikan yang layak bagi perempuan pada masanya.

Kartini merupakan salah satu dari sekian banyak perempuan yang telah berkarya
mendidik perempuan di Indonesia. Kartini dikaruniai keluarga yang berpendidikan tinggi
serta memiliki pemikiran dan keinginan yang luhur dan luar biasa. Banyak peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan Kartini yang membawanya berpikir tentang pendidikan, khususnya
promosi pendidikan bagi perempuan Indonesia. Ide-ide Ibu Kartini tentang pendidikan
perempuan lahir dari lingkungannya, pengalaman diskriminasi yang dialaminya. Ia kerap kali
berkomunikasi melalui surat dengan temannya yang berasal dari Belanda.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Moh Rivaldi. “Ibu Sebagai Madrasah Bagi Anaknya: Pemikiran Pendidikan R.A.
Kartini.” Journal of Islamic Education Policy 5, no. 2 (2020): 91–98.

Hartutik. “R.a. Kartini : Emansipator Indonesia Awal Abad 20.” Jurnal Seuneubok Lada 2,
no. 1 (2015): 86–96.

MD, Tia Amanda Pratiwi, and Hudaidah Hudaidah. “Pemikiran Kartini Mengenai Pendidikan
Perempuan.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (2021): 562–568.

Megawati, M. “Konsep Pendidikan Perempuan Perspektif RA Kartini Dan Relevansinya


Dengan Pendidikan Islam.” UIN Surabaya (2018).

Pane, A. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.

Pramudawardhani, I., & Estiana, E. “PERJUANGAN DAN PEMIKIRAN R.A. KARTINI


TENTANG PENDIDIKAN PEREMPUAN. KERATON.” : Journal of History
Education and Culture 1 (2019): 41–55.

Rosyadi, I. R.A. KARTINI: Biografi Singkat. Edited by A. Safa. Jakarta: Garasi, 2016.

Toer, P.A. Panggil Aku Kartini. Jakarta: Lentera Dipantara, 2012.

Anda mungkin juga menyukai