Disusun oleh:
Elnita Saina Nurdian (2023230005)
Pada masa itu, pendidikan bagi perempuan merupakan perihal yang sulit untuk
didapatkan karena banyaknya peraturan dan larangan yang ada pada masa itu, sehingga
membuat kartini memiliki pemikiran yang membuat ia memperjuangkan pendidikan bagi
kaum wanita di Indonesia. Kartini juga mampu memperjuangan hak perempuan dalam
mendapatkan pendidikan yang sama dengan pendidikan yang ditempuh oleh perempuan pada
masa itu.
PENDAHULUAN
1
dari mereka juga masih banyak orang yang memiliki peranan penting dalam pendidikan di
Indonesia.
Kartini salah satunya, ia merupakan seorang bangsawan dan cucu perempuan dari
Pangeran Ario Tjondronegoro yang merupakan seorang Bupati Demak.
Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 (28 Rabiul Akil Jawa /1808) di
Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan buah hati dari pasangan suami istri bernama Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Sejak lahir, Kartini mempunyai “darah biru”
dan “darah pesantren”. Ayah Kartini, yang sering dipanggil Sosroningrad, adalah seorang
bupati yang berpendidikan tinggi. Sosroningrad mempunyai kemampuan menulis dengan
baik dan fasih berbahasa Belanda. Ibu dari Kartini, Ngasira, adalah putri dari Nyai Hajja Siti
Amina dan Kyai Hajji Madirono yang merupakan guru agama di Telwakul Jepara. Oleh
karena itu, Kartini berhak menggunakan gelar kerajaan Raden Ajeng.
Kartini kecil kerap kali mengalami diskriminasi dari gurunya. Ia menceritakan hal ini
kepada salah satu temannya yang bernama Stella Seehanderar. Dia menulis: “Belanda
menertawakan kebodohan kami dan mengolok-olok kami, tapi kami mencoba untuk maju,
tapi kemudian mereka berbalik melawan kami.'' Astaga! Saya tidak percaya betapa banyak
kesulitan yang saya alami ketika saya masih kecil di sekolah. Guru-guru kami dan banyak
teman kami memusuhi kami”’
2
Pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai pendidikan perempuan dapat ditemukan
dalam buku-buku yang ditulisnya. Judul buku yang ditulis oleh Kartini adalah “Habis Gelap
Terbitlah Terang. Dalam buku ini, Kartini menulis tentang keinginannya memperjuangkan
perempuan agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Kartini mempunyai intelektual
yang mumpuni dalam memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. kepandaian yang luar
biasa, yang dimanfaatkannya untuk mencerdaskan bangsa khususnya perempuan. Ia mewarisi
sikap progresif dari kakeknya, Pangeran Ario Chondronegoro IV dari Demak, dan dari
ayahnya, R.M. A.A. Turun Sosroningrat. Kakek Kartini kerap kali mengingatkan kepada anak
cucunya bahwa ilmu pengetahuan sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Ilmu
Pengetahuan mengantar masyarakat kepada kesejahteraan.Tanpa pendidikan, manusia akan
menghadapi kemunduran dan kemalangan. Pendidikan penting bagi Kartini dan tertanam
dalam keluarganya.
Konsep pendidikan Kartini untuk perempuan didasarkan pada kisah perjalanan hidup
serta pandangannya terhadap lingkungan dan kehidupan yang dialaminya. Ibu Kartini
merupakan seorang perempuan cerdas dan terpelajar. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah
3
hal terpenting bagi setiap orang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan
suatu negara dan bangsa.
Kartini memiliki tekad yang teguh untuk mengubah cara pandang orang terhadap
dunia pendidikan. Salah satu faktor yang membuat Kartini berpikir tentang pendidikan
perempuan adalah pengalaman diskriminasi selama di sekolah. Pada saat itu, di sekolah ada
aturan bahwa anak pribumi tidak boleh mendapat nilai yang lebih tinggi dari anak-anak kulit
putih. Selain itu, saat itu ada budaya yang tidak memperkenankan anak perempuan
mengenyam pendidikan.
Kartini melakukan diskusi dengan temannya melalui surat. Hal ini membuat Kartini
mempunyai cara pandang yang luas dan terbuka dalam memperjuangkan hak perempuan atas
pendidikan. Kartini beranggapan bahwa pendidikan bagi perempuan merupakan suatu yang
sangat penting. Hal ini mendorong Kartini membuat beberapa konsep tentang perempuan,
yakni:
4
dalam bertindak, maka tidak ada manfaat baginya. Dalam suratnya, Kartini
mengatakan pendidikan tidak hanya mengasah pikiran tetapi juga
memperbaiki pikiran dan tindakan. Ia juga menyampaikan bahwa pendidikan
yang berbudi luhur dicapai tidak hanya dalam pendidikan di sekolah tetapi
juga di rumah. Pendidikan yang berbudi luhur diperkenalkan dan paling
mudah untuk dipraktikkan dan diajarkan. Perempuan atau ibu memainkan
peran penting dalam memberikan pendidikan etika.
Kesimpulan
Kartini merupakan salah satu dari sekian banyak perempuan yang telah berkarya
mendidik perempuan di Indonesia. Kartini dikaruniai keluarga yang berpendidikan tinggi
serta memiliki pemikiran dan keinginan yang luhur dan luar biasa. Banyak peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan Kartini yang membawanya berpikir tentang pendidikan, khususnya
promosi pendidikan bagi perempuan Indonesia. Ide-ide Ibu Kartini tentang pendidikan
perempuan lahir dari lingkungannya, pengalaman diskriminasi yang dialaminya. Ia kerap kali
berkomunikasi melalui surat dengan temannya yang berasal dari Belanda.
5
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Moh Rivaldi. “Ibu Sebagai Madrasah Bagi Anaknya: Pemikiran Pendidikan R.A.
Kartini.” Journal of Islamic Education Policy 5, no. 2 (2020): 91–98.
Hartutik. “R.a. Kartini : Emansipator Indonesia Awal Abad 20.” Jurnal Seuneubok Lada 2,
no. 1 (2015): 86–96.
MD, Tia Amanda Pratiwi, and Hudaidah Hudaidah. “Pemikiran Kartini Mengenai Pendidikan
Perempuan.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (2021): 562–568.
Rosyadi, I. R.A. KARTINI: Biografi Singkat. Edited by A. Safa. Jakarta: Garasi, 2016.