Anda di halaman 1dari 10

JUDUL ESSAY:

“JIWA KARTINI DALAM DIRI PEREMPUAN INDONESIA UNTUK


MEWUJUDKAN DAN MENGEDEPANKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM SISTEM E-LEARNING”

ADE RIFKAH RAFSANI


FAKULTAS ILMU HUKUM UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ADERIFKAHRAFSANI2004@GMAIL.COM
A. Pendahuluan
Raden ADjeng Kartini atau biasa dipanggil Raden Ayu (R.A) Kartini ialah
seorang tokoh jawa dan pahlawan nasional Indonesia dan beliau juga dikenal
sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Perjuangan R.A Kartini
dalam mendidk perempuan Indonesia itu tak mudah sebab karena untuk
menjadi perempuan berpendidikan pada tahun 1900-an adalah hal yang sangat
sulit dicapai oleh kaum perempuan, berawal dari masalah tersebut timbullah
pemikiran-pemikiran R.A Kartini mulai dari membangun sekolah wanita
hingga mengangkat bartabat bangsa Indonesia sebab untuk melahirkan sebuah
pemimpin bangsa maka perlu lah mendidik perempuan yang lebi baik.
Perempuan adalah insan penting dalam mendidik para penerus generasi
bangsa yang dimana martabat perempuan sebagai guru terbaik yang dapat
membawa buah perubahan dalam menyongsong era produktif dimasa pasca
pandemic global covid-19, pandemic covid-19 menyebabkan peningkatan
digitalisasi yang dimana sekarang dunia Pendidikan lebih optimal dalam
memanfaatkan dunia digital mulai dari proses pengajaran, pemberian nilai dan
lain sebagainya. Pendidikan di era pasca pandemic menjadi alasan maraknya
penggunaan e-learning hingga mendorong proses belajar lebih mudah dalam
konsep stand alone, dari beberapa pendapat yang mengomentari tentang e-
learning maka dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan suatu konsep
belajar mengajar yang memungkinkan akan dapat tersampaikan secara digital
atau jarak jauh, proses belajar e-learning kemudian mengubah metode
Pendidikan yang lebih mengedepankan dunia digitalisasi yang berbasis
software.
Proses digitalisasi lebih menitik beratkan pada persoalan-persoalan yang
genting seperti saat ini proses e-learning semakin diacungkan sebab pandemi
yang kemarin merajalela memaksa masyarakat untuk memanfaatkan media
elektronik untuk menjawab masalah yang terjadi akibat kehadiran pandemic
global covid 19

1
B. Pembahasan
1. Tujuan SDGs Pendidikan indonesia
SDGs (sustainable development goals) merupakan program lanjutan dari
MDGs (millennium development goals) sebagai tujuan pembangunan
berkelanjutan, program penyusunan SDGs sendiri memiliki 17 tujuan untuk
periode pelaksanaan dari tahun 2015-2030, kualitas Pendidikan memiliki
kontribusi yang penting untuk mencapai tujuan lainnya. Pendidikan merupakan
sebuah dasar bagi pembangunan sebuah negara sebab tak ada negara yang
hebat tanpa Pendidikan yang lebih baik. Pemerintah sebagai pemimpin sebuah
negara harus memprioritaskan aspek Pendidikan di segala penjuru nusantara,
bukan hanya penyelenggaraan saja namun juga memperhatikan kurikulum,
kualitas tenaga pendidik serta media elektronik pendukung keberhasilan
Pendidikan.
Quality education adalah salah satu program dari 17 tujuan SDGs yang
mempunyai tujuan untuk menjamin Pendidikan berkualitas yang inklusif dan
merata juga mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
orang hingga menjamin pemerataan Pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin Pendidikan
yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang (Raharjo, 2016)
Indikator dalam Pendidikan mencakup input, proses dan output Pendidikan,
input dalam hal ini terbagi menjadi input sumber daya yang meliputi sumber
daya manusia dan sumber daya lain. Input perangkat lunak yang meliputi
perencanaan, program dan peraturan, input harapan yang meliputi visi, misi,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Input yang siap sangat diperlukan untuk
mewujudkan proses berkualitas sehingga mendorong perjalanan yang lebih
baik dalam inovasi trobosan SDGs.1 Proses yang dikatakan bermutu tinggi bila
mengkordinasikan berbagai macam input (guru, siswa, kurikulum, uang dan
peralatan) dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan untuk mampu mendorong motivasi

1
http://snpfmotogpe.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/32-Syubhan-An’nur-
Saiyidah-Mahtari-Mustika-Wati-Miranti-Diah-Prastika.pdf

2
dan minat belajar peserta didik. Guru merupakan ujung tombak dalam
peningkatan mutu Pendidikan di sebuah negara, untuk itu guru yang berkualitas
baik haruslah merata di sekolah-sekolah di Indonesia untuk mewujudkan
Pendidikan yang berkualitas.
UU No. 20/2003 pasal 5 ayat (1) mengatakan bahwa “setiap warga negara
berhak memperoleh Pendidikan bermutu” dan pasal 12 ayat (1) mengatakan
“setiap peserta didik berhak memperoleh Pendidikan sesuai minat, bakat, dan
kemampuannya” agar dapat melaksanakan Pendidikan bermutu dan
melaksanakan Pendidikan sesuai minat, bakat dan kemampuan siswa, maka
penyiapan guru professional tidak bisa ditawar-tawar lagi, tetapi suatu
keharusan agar setiap peserta didik emndapatkan Pendidikan yang dapat
diakses oleh setiap warganya.
2. Kartini muda pendidik penerus bangsa
Pendidikan dan perempuan ialah dua elemen yang berbeda namun tak dapat
dipisahkan. Sistem Pendidikan jika tak menyertakan perempuan maka itu
bukanlah esensi Pendidikan dikarenakan oleh sebab Pendidikan itu adalah
bagaimana menciptakan keadilan yang humanis karena dengan menganalisa
perempuan dari Pendidikan, maka sama halnya dengan mealnggengkan
kebodohan untuk dominasi kekuasaan pada segelintir makhluk
Salah satu permasalahan yang kini dianggap paling berat bagi seorang
pendidik perempuan adalah rekognisi Pendidikan bagi perempuan, realitas
umum yang kita jumpai seorang perempuan selalu dipandang sebelah mata,
oleh karena Pendidikan itu untuk perempuan tak diterapkan scara fundamental
hanya sebatas formalitas semata atau lebih parahnya jika pandangan bahwa
Pendidikan untuk perempuan seharusnya tak diberikan sama sekali, agar
tunduk pada sistem dan semakin terkungkung dalam penindasan
Pemikiran akan pentingnya Pendidikan untuk perempuan tak hanya
dilayangkan oleh para pemiki-pemikir barat saja namun juga dalam konteks
pemikir Indonesia, ada pemikir yang serta pegiat perempuan local yang
memperjuangkan hak perempuan untuk dapat memperoleh Pendidikan secara
layak, dia adalah Raden Adjeng Kartini.

3
Kartini menuangkan pemikirannya dalam surat-surat yang kemudian
dikirimkan kepada J.H Abendanon, kumpulan surat itu kemudian diterbitkan
pada tahun 1912 dengan judul Doror Duiternis Tot Licht (Habis Gelap
Terbitlah Terang) sebuah karya yang kemudian mendorong para perempuan
Indonesia berkembang hingga saat ini di abad 21
Pada masa penjajahan dunia Indonesia mengalami proses penurunan
tingkatan keilmuan dii tahun 1945, namun proses penuruan tingkatan keilmuan
masyarakat kemudian sekain hari dan semakin tertambah naik krn sebuah
pengaruh dari seorang wanita bangsawan yang kemudian melakukan proses
komunikasi terhadap anak kecil dalam hal ini para penerus bangsa, wanita ini
kemudian bernama R.A Kartini yaitu seorang wanita terdidik dan dapat di
andalkan dalam mengangkat martabat bangsa Indonesia2
Jiwa kartini kemudian diwariskan kepada perempuan-perempuan masa kini
untuk kemudian dapat melanjutkan buah pemikiran yang produktif dan
revolusioner hingga dapat memajukan peradaban bangsa bukan hanya sekedar
angan-angan kecil namun juga sebuah cita-cita yang besar bagi nusa dan
bangsa, R.A Kartini berpendapat mengenai kaum perempuan yang telah ia
sampaikan kepada semua sahabat-sahabat pena beliau yaitu antara lain:
a. Kartini menyampaikan kepada nyonya van kol. Bahwa Pendidikan yang
akan diberikan kepada kaum perempuan akan menjadikan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bangsa yang lebih beradab.
Menurut beliau, permpuan yang telah berpendidikan akan mampu ikut
serta dalam membangun dan mengubah bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang maju dengan semangat ini perempuan Indonesia mampu dan
berdampingan Bersama kaum lelaki dalam memajukan peradaban
b. Kartini menyampaikan kepada tuan dan nyonya anton. Apabila kaum
perempuan yang telah berpendidikan diikutsertakan dalam melaksanakan
pekerjaan, maka beliau percaya kaum perempuan dapat memajukan

2
Jurnal Humanitas
Vol. 7 No. 1, Desember 2020, hal. 35-44

4
peradaban bangsa dan akan semakin cepat dalam menyonsong sebuah
perubahan yang edukatif.3
Dari isi pendapat di atas bersama kita ketahui bahwa kaum perempuan
mempunyai potensi besar dalam pengaruhnya terhadap kehidupan. Perempuan
bukan hanya seorang ibu, tetapi juga mereka ialah sosok pembawa peradaban
dunia. Di dalam suratnya, bahkan R.A Kartini sangat yakin dan sangat tertarik
dengan gerakan yang ada diluar Indonesia contohnya di eropa. Hal ini yang
kemudia menggerakkan hatinya untuk berjuang demi kesataraan kaum
perempuan. R.A Kartini merasa sangat prihatin dengan kaumnya yang masih
tertindas dan harus selalu tunduk terhadap laki-laki. Menurut beliau bangsa
Indonesia tidak akan mempunyai kemajuan apabila masih ada perbedaan
derajat antara kaum perempuan dan kaum laki-laki. Laki-laki dan perempuan
wajib berdampingan dan bersama-sama agar mencapai kemajuan.4
Kartini kemudian mengkonsepkan Pendidikan sebagai alat untuk
mengembangkan buah pemikiran masayakat menuju era modern, yang dimana
kartini menjelaskan bahwasanya dalam sistem pendidikan terdapat beberapa
konsep yaitu bertanggung jawab,mengatur keuangan dan mendidik seorang
perempuan yang nantinya akan menjadi seorang ibu bagi para penerus bangsa.
“Jika anda mendidik seorang laki-laki berarti anda telah mendidik seorang person,
tapi bila anda mendidik seorang perempuan berarti anda telah mendidik seluruh
anggota keluarga.” – RA Kartini
3. E-learning sebagai acuan Pendidikan modern
Pada paradigma tradisional proses belajar mengajar pada umumnya
berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka
kelas. Pendidik memiliki tanggungjawab penuh terhadap jalannya proses
belajar mengajar dan bisa dianggap sebagai sumberdaya paling penting dari
sebuah proses belajar mengajar. Sebaliknya pada paradigma baru, peserta didik
harus difasilitasi sesuai kebutuhannya masing-masing. Setiap peserta didik
adalah spesifik dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Proses
belajar mengajar harus berfokus pada aktifitas “belajar” dan bukan pada

3
R.A Kartini, 2017:112
4
Stuers,2017:43

5
aktifitas “mengajar” seperti pada paradigma lama. Keberadaan pendidik bisa
digantikan oleh bahan belajar berupa modul, diktat, perangkat lunak edukasi
yang bisa digunakan untuk belajar secara mandiri oleh peserta didik.
Paradigma baru yang menjadikan peserta didik sebagai active learner
tersebut saat ini mendapatkan sarana yang sesuai untuk diimplementasikan
pada sistem pendidikan di Indonesia dengan keberadaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK). TIK mampu berperan dalam menghasilkan berbagai
produk bahan belajar yang jauh lebih menarik untuk dipelajari, memiliki unsur
interaktif yang tinggi, dan mudah dipahami oleh peserta didik. Segala
kelebihan tersebut dapat mempercepat proses belajar mereka. Lebih dari itu,
TIK juga mampu mengantarkan berbagai bahan belajar tersebut ke hadapan
peserta didik tanpa batasan jarak dan waktu dengan adanya internet sebagai
medianya. Dengan adanya TIK maka telah muncul berbagai model
pembelajaran baru dalam dua dekade terakhir.5
Hartley (2001) dalam Wahono (2003) menjelaskan e-learning merupakan
suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar
ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan
komputer lain. Sering terdapat perdebatan apakah penggunaan istilah E-
learning untuk pembelajaran yang mengguna- kan TIK justru mengingkari
penggunaan huruf e di depan kata learning tersebut yang berasal dari kata
“electronic”. Hal ini mengingat banyak perangkat elektronik lain yang secara
kelompok bukan merupakan sarana TIK semacam televisi, radio, dan
VCD/DVD juga banyak digunakan sebagai sarana pembelajaran. Tanpa
menafikan media elektronik lainnya semacam televisi dan radio, terminologi
E-learning bisa dikatakan telah identik dengan TIK. Sementara pembelajaran
dengan menggunakan media semacam video dan televisi lebih sesuai mengacu
pada istilah multimedia learning.

5
Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 4, No.2, Desember 2009

6
C. Biodata Penulis
Perkenalkan nama saya Ade Rifkah Rafsani
perempuan kelahiran Pangkep, 21 Februari 2004
yang saat ini berusia 18 tahun, saya sedang aktif
sebagai mahasiwa semester 3 Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Muslim Indonesia dengan motto hidup
“Bahagiaku ialah berasal dari kehendakku sendiri.
Tulisan saya ini yang berjudul “Jiwa Kartini Dalam
Diri Perempuan Indonesia Untuk Mewujudkan Dan
Mengedepankan Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Sistem E-Learning” semoga
dapat bermanfaat bagi sesama dan bisa. berguna bagi nusa dan bangsa
Buah pemikiran yang saya tuangkan dalam tulisan ini memiliki nilai
koresprodensi untuk kemudian berasal dari proses pengkajian yang lebih dalam
terhadap tema kompetisi yang berjudul “strategi dan inovasi generasi muda
untuk mewujudkan sustanaible development goals (SDGs) dalam implementasi
bidang sains pasca pandemi” Untuk itulah mari Bersama bangkit untuk
kemudian menjadi simpul perubahan bangsa yang lebih digitalisasi hingga
dapat merespon para penggelut social media dan teruntuk perempuan Indonesia
marilah kita Bersama menjadi kartini yang dapat menyonsong era e-learning
dalam menjawab tantangan bangsa tercinta kita.

7
D. Penutup
1. Saran
Seperti kalimat di atas perempuan Indonesia dalam hal ini adalah penerus
jiwa dan pikiran kartini wajib kemudian mengedepankan nilai-nilai insan
akademis untuk kemudian menyonsong era produktif dalam sistem e-learning,
e-lerniang ialah sebuah jawaban untuk tantangan zaman kini yeng berstimulasi
dengan cara mendidik bagi guru indonesia
2. Kritik
Negara Indonesia saat ini terkena penyakit stay at home yang kemudian
dijadikan sebagai acuan untuk lebih berdiam diri dirumah akibat pandemic yang
menyerang dunia saat ini, pandemic ini memaksa masayarakat untuk mulai
melakukan aktivitas di dalam ruangan dari proses belajar hingga proses kerja
yang bersistem online atau digital, proses ini kemudian menuai pro dan kontra
yang dimana ada beberapa kalangan mengeluhkan proses digital yang terkendala
jaringan serta media elektronik lainnya.

8
E. Daftar Pustaka
http://snpfmotogpe.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/32-Syubhan-
An’nur-Saiyidah-Mahtari-Mustika-Wati-Miranti-Diah-Prastika.pdf
UU No. 20/2003 tentang Pendidikan nasional
JurnalHumanitas Vol. 7 No. 1, Desember 2020, hal. 35-44
R.A Kartini, 2017:112
Stuers,2017:43
Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 4, No.2, Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai