PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu
ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai
educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan
seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Suatu pendidikan dipandang bermutu diukur dari
kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil
membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan
berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan
yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan
kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis.
Di Indonesia, Membicarakan tentang pendidikan mungkin tidak
akan ada habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini,
ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya
menuntut pendidikan murah dan masalah-masalah pendidikan lainnya
yang semakin kompleks. Keadaan yang memprihatinkan ini
disebabkan oleh kualitas/mutu pendidikan yang semakin memburuk.
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12
negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang
dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia
1
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37
dari 57 negara yang disurvei di dunia.
Memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan
terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan
kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia
berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga
orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita
rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu
pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu
diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di
negara-negara lain.
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus
berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir
pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan di
Indonesia. Kita perlu mengkaji ulang tentang arti sesungguhnya dari
pendidikan sehingga tujuan sebenarnya dari pendidikan itu dapat
tercapai.
2. Rumusan Masalah
a. Apa arti dari pendidikan?
b. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
c. Apa sajakah penyebab yang dapat mempengaruhi pendidikan di
Indonesia?
d. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-
permasalahan pendidikan di Indonesia?
2
3. Tujuan Penulisan Makalah
a. Memenuhi tugas Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
b. Mendeskripsikan arti dari pendidikan
c. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia
d. Mendeskripsikan penyebab yang dapat mempengaruhi pendidikan
di Indonesia
e. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-
permasalahan pendidikan di Indonesia.
3
B. PEMBAHASAN
1. Arti Pendidikan
Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu
ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai
educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman
melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare,
yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti
pengolahan, mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan,
pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal
dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi
latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
4
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
5
seluas – luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan di pandang penting karena jika
anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD,
maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca,
menulis dan berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti
perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan
sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya berperan
sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka
tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
c. Pertambahan penduduk
Di Indonesia terus menerus akan terjadi pertambahan
penduduk, meskipun gerakan keluarga berencana beberapa waktu
yang lalu berhasil. Sebabnya karena kematian menurun lebih cepat
(45%) dari turunnya tingkat kelahiran(35%). Hal tersebut juga
mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan beserta komponen penunjang
terselenggaranya pendidikan harus ditambah.
6
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata.
Ada daerah yang padat penduduk terutama di kota-kota besar dan
daerah yang penduduknya jarang, yaitu didaerah pedalaman
khususnya didaerah terpencil yang berlokasi pegunungan dan
pulau-pulau. Sebaran penduduk ini menimbulkan kesulitan dalam
penyediaan sarana pendidikan
d. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasawarsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam
banyak hal meningkat khususnya aspirasi terhadap pendidikan.
Orang mulai melihat bahwa untuk hidup yang lebih layak dan sehat
harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan
memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan
menetap itu. Sebagian akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap
pendidikan itu maka orangtua mendorong anaknya memperoleh
pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya sendiri. Di kota-
kota disamping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka
ragam pendidikan non-formal. Namun demikian tidak berarti
bahwa aspirasi terhadap pendidikn harus diredam, justru
sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya
pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat diderah
terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajuan.
7
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah
praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan,
salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan
yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini
menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu apa yang akan
dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam
proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika
kita menginginkan efektifitas pengajaran
8
ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan
standar yang akan diambil.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan
bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan
bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat
digunakan. Tidak peduli bagaimana cara agar memperoleh hasil
atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah
memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti
pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun
standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontroversi,
misalnya adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik,
namun evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus
tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan
sekali saja tanpa melihat proses yang dilalui peserta didik yang
telah menempuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
i. Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
9
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39
UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat. Kelayakan mengajar
berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.
10
jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara
tetangga yang terdekat..
Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week
dari 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik ternyata 4
universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati
peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
11
bahkan oleh pemerintah sekalipun. Tentu saja hal ini semakin
memupuskan harapan rakyat miskin untuk mampu menjamah
pendidikan yang layak dan berkualitas. Padahal pendidikan adalah hak
mendasar dari setiap warga negara dalam rangka memperbaiki masa
depan hidup generasi bangsa.
Dengan seiring berjalannya waktu, mengingat bahwa pendidikan
itu sangat penting karena merupakan faktor yang menunjang kemajuan
suatu negara, maka dewasa ini pemerintah telah melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya, hal itu
dapat dilihat sejak tahun 1984, Indonesia telah berupaya untuk
memeratakan pendidikan formal Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan
dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun pada tahun 1994. Selain itu,
pemerintah semakin intensif untuk memberikan bantuan berupa
beasiswa,seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
Pengalihan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh
pemerintah yang sebagian diperuntukkan bagi sektor pendidikan dan
kesehatan mungkin bisa menjadi penghibur meski pada dasarnya,
pendanaan sektor pendidikan seharusnya tidak mempersyaratkan
naiknya harga BBM. Dari dana kompensasi bidang pendidikan
direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa
Pemerataan pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan Negara. Pemerataan pendidikan ini belum
dilakukan secara merata terutama dikalangan masyarakat miskin.
Pendidikan di Indonesia yang relatif mahal di penduduk Indonesia
yang hidup dalam kemiskinan membuat pendidikan itu tidak merata
dikalangan masyarakat miskin
Walaupun sudah diadakan sekolah gratis, Bantuan Dana
Operasional (BOS), ataupun alokasi dana BBM, namun bantuan yang
diberikan belum merata. Masih banyak masyarakat miskin yang tidak
12
mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, padahal seluruh
rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Cara inovatif
a. Sistem Guru Kunjung
b. SMP dan SMA terbuka
c. Kejar paket A, B dan C
d. Belajar Jarak jauh seperti Universitas terbuka.
e. Pengembang kemampuan tenaga kependidikan melalui studi
lanjut. Latihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan
kelompok lainnya.
f. Penyempurnaan kurikulum (materi yang esensial) dan
mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
menggairahkan belajar.
13
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan
belum mencapai taraf seperti yang diharapkan, penetapan mutu
hasil pendidikan, penetapan dilakukan oleh lembaga penghasil
luaran, dengan sistem sertifikasi.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas
luarannya mewujudkan diri sebagai manusia pembangunan
yang dapat membangun dirinya dan membangun
lingkungannya. Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin
dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optimal
akan menghasilkan skor ujian yang baik, maka hampir dapat
dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Ini berarti
bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak
pada masa pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan
yang terdiri peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum,
sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.
14
C. PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya
adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya
biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya
pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem
pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai
objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah
manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah
dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk
mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
2. Saran
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia
pendidikan, karena dari dari dunia pendidikan negara bisa maju dan
karena dunia pendidikan juga negara bisa hancur, bila pendidikan
disalahgunakan. Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga
harus mendo’akan anak atau muridnya supaya menjadi lebih baik,
bukan mendo’akan keburukan bagi anak didiknya.
Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap
peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya, karena jika
tidak semua pembelajaran yang di jalani anak didik akan sia-sia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Maret 2011.
Diakses melalui www.bps.go.id/aboutus.php?search=1 pada 5 November
2015
16