Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG

( 700 siswa SMP Putus Sekolah )


Nama : Hayatun Nufus (AP5B)
Nim : 30120211160

1. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih belum merata, masih banyak terdapat daerah-
daerah yang belum terjangkau oleh pendidikan sehingga sumber daya manusianya juga masih
jauh terbelakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif menggembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Siswoyo, 2008: 19).

Mutu pendidikan diharapkan dapat berkualitas, akan tetapi fenomena yang dialami saat ini
pendidikan masih belum mampu menunjang kualitas pendidikan. Meskipun usaha dalam
memperbaikan pendidikan sudah mulai meningkat dengan dibangunnya sekolah-sekolah
untuk menunjang pendidikan. Demikian juga banyak orang berprofesi sebagai tenaga
pengajar.

Guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan dilapangan serta merupakan
faktor penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan efisien (Harsono,
2010:24) sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pengajar semestinya mampu
mentransformasikan ilmunya kepada anak didik, akan tetapi fenomena selama ini yang terjadi
sangat jauh berbeda, dimana guru dalam mengajar masih sangat monoton dan terpaku pada
buku, sehingga suasana seperti itu sangat membosankan bagi anak didik. Anak didik menjadi
acuh tak acuh dalam mengikuti pembelajaran. Untuk memperbaiki mutu pendidikan, guru
dituntut lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran sehingga mampu menciptakan
inovasi-inovasi baru.

2. Kajian Teori

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Langeveld Pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
kepada pendewasaan anak itu,atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang
diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses
yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala
kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluk sosial.

Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan
manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu
maupun makhluk sosial.

Teori-teori pendidikan
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan,
yaitu :
1. Pendidikan klasik,
2. Pendidikan personal
3. Pendidikan teknologi,
4. Pendidikan interaksional

Penjelasanya sebagai berikut:


1. Pendidikan klasik,
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik, seperti Perenialisme,
Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai
upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang
telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan
besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai
penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan Personal
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki peserta
didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik
menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang
lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori
pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. Yaitu
suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
3. Pendidikan Teknologi
Pendidikan Teknologi yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan
pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun
diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam pendidikan teknologi, lebih diutamakan adalah
pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.

Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa
data-data obyektif dan keterampilanketerampilan yang yang mengarah kepada kemampuan
vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara
individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola
kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan
dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas
pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan
manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama
dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru
kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam teori
pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan
denganlingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui
berbagai bentuk dialog.

Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik
mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi
yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang
melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.

3. Permasalahan Pendidikan dikabupaten Pandeglang

Berikut ini adalah beberapa contoh masalah pendidikan di pandeglang yang saya temui:
 Akses Terbatas ke Pendidikan
Masih banyak anak-anak yang menghadapi kesulitan dalam mengakses pendidikan, terutama
di daerah terpencil, pedalaman, atau masyarakat miskin. Jarak yang jauh antara tempat
tinggal dengan sekolah, kurangnya sarana transportasi, dan minimnya infrastruktur
pendidikan di daerah pandeglang menjadi hambatan bagi akses pendidikan yang merata.
 Ketimpangan Pendidikan
Ketimpangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial
ekonomi, masih menjadi masalah di pandeglang. Fasilitas dan kualitas pendidikan di
perkotaan umumnya lebih baik daripada di pedesaan. Anak-anak dari keluarga miskin sering
mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan berkualitas tinggi.
 Kualitas Guru dan Tenaga Pendidik
Tantangan terkait kualitas guru dan tenaga pendidik di pandeglang masih ada. Kurangnya
pelatihan yang memadai, keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang
pendidikan, serta tingkat rotasi yang tinggi di beberapa daerah menghambat konsistensi dan
kualitas pengajaran.
 Kurikulum yang Tidak Relevan
Beberapa pihak berpendapat bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih kurang
relevan, itu pun terjadi di pandeglang. Pihak sekolah mengalami kesulitan dalam menerapkan
kurikulum baru yang saat ini di sebut sebagai kurikulum merdeka. Ada beberapa sekolah
yang masih menerapkan kurikulum K13 karena kesulitan untuk mempelajari dan beradaptasi
dengan kurikulum merdeka saat ini.
 Kualitas Fasilitas dan Infrastruktur
Banyak sekolah di pandeglang masih menghadapi masalah terkait fasilitas dan infrastruktur
yang tidak memadai. Hal ini termasuk keterbatasan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan,
akses internet yang terbatas, dan sanitasi yang buruk. Kekurangan ini dapat mempengaruhi
pengalaman belajar siswa dan kualitas pendidikan yang diberikan.
 Kesenjangan Digital
Kesenjangan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang memadai masih
menjadi masalah di Pandeglang. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap
perangkat komputer, internet, atau sumber daya digital. Hal ini dapat mengakibatkan
kesenjangan dalam kemampuan mengakses informasi dan pembelajaran online.
Diantara masalah diatas ada yang lebih bermasalah lagi mengenai pendidikan di pandeglang,
yaitu 700 SISWA DI KABUPATEN PANDEGLANG PUTUS SEKOLAH.
Dari total kisaran 49 ribu siswa di tingkat SMP, ada sekitar 700 anak atau 1,5 persen
mengalami drop out. Penyebab anak dikarenakan oleh faktor budaya, antara lain dibuli,
korban pelecehan seksual, serta ajakan pindah ke pesantren dan madrasah.

4. Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Pandeglang


Untuk mengatasi kondisi tersebut, Pemkab Pandeglang tengah berupaya menyusun rancangan
peraturan bupati (Perbup) yang akan mengatur penanganan dan solusi untuk mengatasi anak-
anak putus sekolah tersebut.
Untuk saat ini Pemkab Pandeglang sedang menyusun draf peraturan bupati yaitu gerakan
sarerea lulus sekolah. Gerakan itu dibentuk oleh beberapa organisasi perangkat daerah (OPD)
seperti Dinas Sosial dan Dinas yang menangani perlindungan anak serta dengan Baznas
sebagai kemitraan dan Dinas pendidikn sebagai leading sector hal itu untuk mengatasi
permasalah anputus sekolah dan mencitakan lingkungan pendidikn yang inklusif serta
mendukung bagi seluruh siswa dipandeglang.
Pada tanggal 11 agustus 2023 di hari minggu, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga
(Dindikpora) Kabupaten Pandeglang, menggelar gerakan Sarerea Lulus Sekolah (GSLS).
Sebagai salah satu upaya meningkatkan minat anak untuk bersekolah dan menekan angka
anak putus sekolah dengan memfasilitasi sepea bagi anak kurang mampu, agar mau
bersekolah, karena selama ini yang menjadi salah satu alasan anak tidak mau bersekolah yaitu
terhambat transportasi.
Untuk anggaran GSLS ini tidak dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Pandeglang. Melainkan dari donasi, dan masyrakat yang mau
berpartisipasi untuk mendukung program ini. Donasi itu akan diberikan kepada siswa yang
putus sekolah atau rentan putus sekolah dalam bentuk sepeda.

5. Analisis
Menurut analisis saya, kebijakan atau tanggapan mengenai permasalahan putus sekolahyang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang tidak masuk akal. Walaupun kebijakan di
atas masih rencana atau belum terlaksana, menurut saya itu tidak berpihak kepada sekolah
yang masuk pedalaman. Sepeda yang diberikan saya optimis tidak akan dibagikan secara
merata, apalagi dengan anggaran yang mengunakan donasi. Dari pada memberikan sepeda,
lebih baik pmerintah kabupaten pandeglang menyediakan beasiswa biaya hidup untuk siswa
yang putus sekolah atau hampir putus sekolah, dan pengawasan menyeluruh pada setiap
sekolah untuk memastikan kualitas pendidikan dan memberikan bantuan layanan terhadap
permasalahan guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap siswa sehingga yang
diharapkan pningkatan profesionalitas guru tercapai.
Dan untuk perundungan dan pelecehan yang terjadi kepada anak sekolah harus segera di
atasi, semoga Pemerintah Kabupaten Pandeglang bisa membuat kebijakan yang bisa
mengatasi masalah tersebut. Penanganan ini harus saling berkontribusi dengan pemerintah,
sekolah, dan juga msyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
SATELITNEWS.COM.(2023, 13 Agustus). Begini cara Dindikpora Memotivasi Anak agar
semangat ke sekolah. Diakses pada 01 Oktober 2023, dari
https://www.satelitnews.com/100076/begini-cara-dindikpora-pandeglang-memotivasi-anak-
agar-semangat-ke-sekolah/

Anataranews.com.(2023, 28 Juli). 700 siswa SMP di kabupaten Pandeglang putus sekolah.


Diakses pada 01 Oktober 2023, dari https://m.antaranews.com/berita/3656931/700-siswa-
smp-di-kabupaten-pandeglang-putus-sekolah
Hamengkubuwono.2016. Ilmu Pendidikan Dan Teori-teori Pendidikan. Curup.
LP2STAINCURUP

Mei Nur Rusmiati, Riswati Ashifa, Yusuf Tri Herlambang (2023) Analisis Problematika
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Diakses 02
Desember2023darihttps://journal.umtas.ac.id/index.php/naturalistic/article/view/2203
Cucu Sutarsyah. 2016. Pendidikan Indonesia:Permasalahan dan solusinya.Yogyakarta. Media
Akademi

Anda mungkin juga menyukai