Anda di halaman 1dari 7

MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

NAMA: JOANES BERCHMANS HAJONG


NIM : 2203040025

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Joaneshajong86@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa masalah Pendidikan yang diamati oleh penulis dalam
kalangan anak tingkat SD, SMP, SMA. Indonesia adalah negara kepulauan berbentuk Republik
dengan jumlah Penduduk mencapai 275,36 juta jiwa. Saat ini pendidikan di indonesia di atur dalam
UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi
tiga jalur utama, yaitu Formal,Non formal, dan Informal. Pendidikan formal ialah pendidikan yang
terstruktur yang diselenggarakan disekolah seperti PAUD, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.
Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang terdapat di dalam ruang lingkup keluarga
seperti halnya orangtua yang mengajarkan anaknya sopan santun, etika, moral dan sosial. Pendidikan
non-formal merupakan jalur di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur.
Berikut beberapa faktor masalah Pendidikan di Indonesia: bahan belajar mengajar yang masih minim,
sarana prasarana yang kurang memadai, profesionalitas guru yang kurang, kurikulum pembelajaran
dan dana pemerintah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Karena
faktanya, memang 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.

KATA KUNCI
Pendidikan, Guru, Sekolah
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.
Dalam zaman yang semakin modern ini, pendidikan merupakan modal yang harus kita miliki dalam
menghadapi tuntutan zaman. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
Jika pendidikan dalam suatu bangsa itu baik, maka akan dapat mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas baik dalam segi spiritual, intelegensi dan keterampilan. Selain itu, pendidikan merupakan
proses yang penting dalam mencetak generasi bangsa selanjutnya. Apabila hasil dalam proses suatu
pendidikan gagal maka akan sulit dicapainya kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan
pendidikan suatu bangsa, guru dan siswa merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai
suatu keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, dalam suatu proses pembelajaran antara guru dan
siswa harus terjalin komunikasi yang baik. Seperti halnya dalam metode pembelajaran yang
digunakan hendaknya dapat membangkitkan semangat siswa tanpa mengesampingkan penguasaan
dan pemahaman materi yang disampaikan. Dalam suatu pembelajaran bukanlah sekedar menyerap
informasi dari guru, tetapi juga melibatkan beberapa kegiatan dan proses belajar yang harus
dilakukan untuk mendapatkan mutu Pendidikan yang berkualitas.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya masalah Pendidikan di Indonesia antara lain:
bahan belajar mengajar yang masih minim, sarana prasarana yang kurang memadai, profesionalitas
guru yang kurang, kurikulum pembelajaran dan dana pemerintah. Kualitas Pendidikan di Indonesia
saat ini terbilang rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain yang ada di Dunia. Menurut
hasil survei mengenai sistem pendidikan menengah di dunia pada tahun 2018 yang dikeluarkan oleh
PISA (Progamme For International Student Assesment) pada tahun 2019 lalu, Indonesia berada di
posisi ke-6 terendah yang mana peringkat ke-74 dari 79 negara.

Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan pengertian
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya bahwa
pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.

Pembelajaran oleh guru belum dapat mengaktifkan dengan maksimal siswa sebagi subyek,
sehingga pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton dan membuat bosan siswa.
Pembelajaran yang diterapkan guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan dan mendorong siswa untuk bertindak aktif secara fisik mental dan emosi. Akibatnya,
aktivitas belajar siswa rendah yang dapat berdampak pada hasil belajar. Hal ini perlu dicarikan
penyelesaiannya karena jika dibiarkan secara terus-menerus, maka siswa enggan belajar sains.
Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya membuat siswa aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Guru belum mencoba model pembelajaran lain yang lebih efektif dan menyenangkan
bagi siswa, agar siswa dapat memahami konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

a. Konsep Pendididikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya
manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan.
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional,
karena merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. Pendidikan bahkan merupakan
sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat,
serta yang dapat mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran. Dari segi etimologis, pendidikan
berasal dari bahasa Yunani “paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais” yang
berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi paedagogike berarti aku
membimbing anak. Orang yang pekerjaan membimbing anak dengan maksud membawanya ke
tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut ”paedagogos” (Soedomo A. Hadi, 2008: 17). Jadi
pendidikan adalah usaha untuk membimbing anak. Pendidikan seperti yang diungkapkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya 12 pengajaran dan
pelatihan. Definisi pendidikan lainnya yang dikemukakan oleh M. J. Langeveld (Revrisond Baswir dkk,
2003: 108) bahwa: 1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan. 2) Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk
melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dia bisa mandiri, akil-baliq dan bertanggung jawab. 3)
Pendidikan adalah usaha agar tercapai penentuan diri secara etis sesuai dengan hati nurani.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan untuk membimbing anak
manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini dilakukan guna membekali anak untuk
menapaki kehidupannya di masa yang akan datang

b. Tujuan Pendidikan

Dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada
pembentukan kualitas sumber daya manusia. 14 Menurut Herbison dan Myers (Panpan Achmad
Fadjri, 2000: 36) “pembangunan sumber daya manusia berarti perlunya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dari kemampuan semua orang dalam suatu masyarakat”. Tujuan pendidikan memuat
gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Melalui
pendidikan selain dapat diberikan bekal berbagai pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat
dikembangkan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga
dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota
masyarakat menjadi orang-orang yang berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota
masyarakat yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi
beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya (Nazili Shaleh Ahmad, 2011: 3). Pentingnya
pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak
setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan
dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang
menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mencermati tujuan pendidikan
yang disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dikemukakan bahwa pendidikan
merupakan wahana terbentuknya masyarakat madani yang dapat membangun dan 15
meningkatkan martabat bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk investasi manusia
yang dapat meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.

METODE

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif
pendidikan adalah suatu pendekatan penelitian dibidang pendidikan yang bersifat obyektif, mencakup
pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik. Tujuan
penelitian kuantitatif pendidikan adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan masalah kependidikan. Dibandingkan dengan
penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif pendidikan lebih banyak dipergunakan oleh mahasiswa
dalam menulis skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini dikarenakan penelitian kuantitatif menggunakan sisi
pandang untuk mempelajari subyek yang ingin teliti. Sumber data menurut data Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada bulan juni 2022. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode pengamatan.

HASIL

Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), penduduk
Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa pada Juni 2022.

Dari jumlah tersebut hanya 6,41% yang sudah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.
Rinciannya, yang berpendidikan D1 dan D2 proporsinya 0,41%, kemudian D3 sejumlah 1,28%, S1
sejumlah 4,39%, S2 sejumlah 0,31%, dan hanya 0,02% penduduk yang sudah mengenyam pendidikan
jenjang S3.

Sampai Juni 2022 penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) ada sebanyak 20,89%. Kemudian yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) sebanyak 14,54%.
Sementara itu 23,4% penduduk Indonesia merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD). Ada pula 11,14%
yang belum tamat SD, dan penduduk yang tidak sekolah/belum sekolah mencapai 23,61%.

Berikut rincian jumlah penduduk Indonesia menurut jenjang pendidikan per Juni 2022:

 S3: 61.271 jiwa


 S2: 855.757 jiwa
 S1: 12.081.571 jiwa
 D3: 3.517.178 jiwa
 D1 dan D2: 1.126.080 jiwa
 SLTA: 57.533.189 jiwa
 SLTP: 40.035.862 jiwa
 Tamat SD: 64.446.545 jiwa
 Belum Tamat SD: 30.685.363 jiwa
 Tidak/Belum sekolah: 65.018.451 jiwa

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan cahaya penerang yang menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan,
dan makna kehidupan ini. Berbagai problematika pendidikan di Indonesia cukup banyak, mulai dari
masalah kurikulum, kualitas, kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan baik itu dijajaran
tingkat atas maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan terjadi di lapangan, baik
pimpinan sekolah maupun para pendidik yang menyayangkan dimensi kepemimpinan seperti soal
manajemen, disiplin, birokrasi dan administrasi yang sudah tidak baik. Kemudian yang tidak kalah
pentingnya juga soal kepemimpinan di sekolah turut berperan mewarnai wajah penyelenggaraan
dunia pendidikan serta memperluas kesenjangan dan konflik internal para pendidik. Ditambah lagi
dengan pemberlakuan otonomi daerah, di mana sistem pendidikan nasional dituntut untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang
demokratis, memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan daerah, serta mendorong
peningkatan partisipasi masyarakat.

1. Bahan belajar mengajar yang masih minim

Bahan ajar yang digunakan bagi para pengajar masih belum bisa dikatakan optimal, karena masih
belum merata pembagian bahan ajar ke seluruh pelosok Negeri. Masih banyak pulau pulau
tertinggal yang jauh dari sentuhan Pemerintah, akibatnya banyak anak yang tidak dapat mengenyam
pendidikan yang layak.

2. Sarana dan prasana yang kurang memadai

membahas mengenai negara kepulauan yang masyarakatnya tersebar ke seluruh pelosok negeri,
pembagian sarana dan prasana yang tidak merata, sarana dan prasana yang layak hanya berpusat di
kota kota besar, beda sekali dengan pulau kecil atau dusun dusun tertinggal. Tak usah jauh dengan
peralatan teknologi yang tentu belum tersalurkan, area ajar mengajar saja seperti bangunan sekolah,
meja dan bangku masih banyak yang jauh dari kata layak.
3. Profesionalitas Guru yang kurang

Kita semua mungkin pernah menjumpai beberapa Guru yang kurang profesional dalam mengajar di
masa-masa kita bersekolah, banyak Guru yang kurang bertanggung jawab pada profesinya,
ditambah banyak jam-jam kosong ata Guru yang sengaja tidak masuk kelas, atau dengan Guru yang
mengajar membawa masalah kehidupannya ke sekolah sehingga kegiatan ajar mengajar menjadi
terganggu, sudah seharusnya hal itu tidak perlu terjadi. Tetapi karena profesionalitas yang kurang,
akhirnya peserta didik hanya harus terima 'seadanya' dalam kegiatan pembelajaran.

4. Kurikulum pembelajaran

Kurikulum pembelajaran menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas
pembelajaran, karena kurikulum ini dijadikan sebagai acuan untuk mengajar. Dewasa ini banyak
beredar di media sosial, tentang seorang murid yang mengeluhkan kurikulum pembelajaran
Indonesia "ganti menteri,ganti kurikulum" singkatnya begitu. Ya, memang kita tidak dapat menutup
mata dan telinga pada hal tersebut, pasalnya kurikulum yang di ganti-ganti tidak efektif bagi siswa,
beberapa siswa mungkin bisa mengikuti hal tersebut dengan baik, tetapi sebagian besar
mengeluhkan hal itu. Pasalnya baru saja kita mengerti kurikulum lama yang di ganti, siswa harus
mulai beradaptasi lagi dengan kurikulum yang baru. Dan masih banyak lagi hal yang harus di perbaiki
dalam sistem Kurikulum Pendidikan di Indonesia.

5. Dana pemerintah

Tidak jarang kita mendengar anak yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, tak jarang pula
kita mendengar bantuan dana pemerintah yang salah penerimaanya. Maka inilah salahsatu yang
akan menjadi alasan kemunduran pendidikan di Indonesia, anak bangsa yang seharusnya
mengenyam pendidikan dengan kualitas terbaik harus mengurungkan niatnya karena keterbatasan
ekonomi.

Selain itu juga, terlahir dari habit para Petinggi yang merangkap menjadi pejabat dan penjahat, yang
tidak segan mengambil hak milik oranglain, atau dengan lain disalah gunakan dengan cara korupsi,
masih marak sekali oknum yang tidak bertanggung jawab pada pendistribusian khusus untuk
pendidikan terutama dari sarana dan prasana sekolah.

Untuk mengatasi masalah-masalah seperti rendahnya kualitas sarana, profesionalitas guru


yang kurang, dana pemerintah, kurikulum pembelajaran dan bahan belajar mengajar yang masih
minim. Ada dua solusi yaitu: solusi sistemik yakni solusi dengan mengubah system-sistem sosial yang
berkaotan dengan Pendidikan. Seperti diketahui system Pendidikan sangat berkaitan dengan system
ekonomi yang diterapkan. Sistem Pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks
sistem ekonomi kapitalisme yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab
negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan Pendidikan. Solusi teknis yakni solusi yang
menyangkut hal-hal teknis yang berkaitan langsung dengan Pendidikan. Solusi ini misalnya untuk
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem Pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.meningkatkan sarana prasarana yang dananya
telah diatur oleh pemerintah dipergunakan sebaik mungkin demi menunjang proses belajar
mengajar.

Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan Pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber SDM tinggi,
berkepribadian Pancasila dan bermartabat

KESIMPULAN

Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas Pendidikan di Indonesia. Faktor-
faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, kurangnya sarana dan
prasarana, mahalnya biaya transportasi dalam menjangkau ke pelosok-pelosok, rendahnya
kesejahteraan guru. Namun yang menjadi masalah mendasar sistem Pendidikan di Indonesia
adalah sistem di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia
yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan
zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama
antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi segala masalah di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

https://www.kompasiana.com/mayaamelia7019/630b0c4ee099ec177744e132/masalah-pendidikan-di-
indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/20/hanya-6-warga-indonesia-yang-berpendidikan-
tinggi-pada-juni-2022#:~:text=Sampai%20Juni%202022%20penduduk%20Indonesia,tamatan
%20Sekolah%20Dasar%20(SD).

https://www.researchgate.net/publication/
352056714_PERMASALAHAN_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai