Anda di halaman 1dari 7

Materi 11 : Mengidentifikasi permasalahan kritis Pendidikan (di antaranya: keadilan

Pendidikan, mutu pendidikan, relevansi pendidikan, kesempatan dan pemerataan


Pendidikan).
Oleh : Yudo Budi Harto

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak karena berpengaruh pada hidup dan


kehidupan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi salah satu indikator penting
dalam mengukur indeks pembangunan manusia Indonesia. Jika kualitas pendidikan
maju, maka akan berpengaruh pada semakin luas dan cerdas pola pikir, pola tindak
dan pola laku sumberdaya manusia termasuk tingkat peradabannya. Pendidikan
merupakan proses kehidupan yang berkelanjutan secara terus menerus tanpa
berhenti (Soefihara:2020).
Soefihara, E. A. J (2020). Komoditasi Pendidikan Nasional, Jakarta :
Yayasan Talibuana Nusantara, iii.
Rahman dkk dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Pendidikan”
mengungkapkan bahwa secara harfiah, pendidikan mengacu pada proses atau
tindakan mendidik atau mengajarkan seseorang dengan berbagai metode dan
pendekatan. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman seseorang
tentang dunia sekitarnya serta memperluas pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilainya yang disengaja dan direncanakan untuk membimbing serta mendidik
individu dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai mereka.
Rahman, E. Y, Kaseger, M. R & Mewengkang, R (2023). Manajemen
Pendidikan, Kota Solok : PT Mafy Media Literasi Indonesia, 3.
Di Indonesia, masih banyak ditemukan sejumlah permasalahan yang melingkupi
dunia pendidikan beserta implementasinya. Di antara berbagai problem yang
dihadapi anak bangsa saat ini menyangkut persoalan keadilan pendidikan, mutu
pendidikan, relevansi pendidikan, kesempatan dan pemerataan Pendidikan.
Sejak Indonesia merdeka, pembahasan mengenai mutu pendidikan selalu menjadi
polemik yang tak kunjung usai sampai hari ini. Padahal mutu pendidikan merupakan
cerminan dari mutu sebuah bangsa. Jika sebuah negara memiliki mutu pendidikan
yang bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut.
Cakupan mengenai pembahasan mutu pendidikan amatlah luas. Menurut Biltagy
yang dikutip oleh Puspita & Andriani (22:2021) berpandangan bahwa pendidikan
dapat diukur dengan melihat hubungan input dan output. Kurniawan (2016)
mengungkapkan bahwa Input merupakan salah satu komponen mendasar yang
dibutuhkan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Di antara input tersebut
yakni; tenaga pendidik, peserta didik, sarana pembelajaran, kurikulum dan
lingkungan sekitar. Sedangkan output merupakan hasil dari proses yang telah
dijalankan (Puspita & Andriani:2021).
Puspita, D. G & Andriani, D. E (2021). Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama dan Permasalahannya, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 6, Nomor 1.
Kurniawan, R.Y. Identifikasi Permasalahan Pendidikan di
(2016).
Indonesia Untuk Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru . Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun, 1415–1420.
Tak luput dari sorotan, relevansi pendidikan turut menambah daftar masalah
pendidikan di Indonesia lantaran dinilai masih banyak ditemukan anak bangsa
lulusan dari sebuah satuan pendidikan tertentu tidak siap dari segi kemampuan
kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya bahkan ke
dunia kerja. Problem ini memiliki dampak yang sangat serius karena hasil pendidikan
kita dinilai tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan nasional secara
optimal dan perkembangan zaman. Relevansi dalam KBBI Online diartikan sebagai
hubungan atau kaitan.
Menurut Hutington, dikutip oleh Purba (2005) ditinjau dari segi politik bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan para penganggur, semakin gawat kadar tindakan
destabilitas yang tercipta. Lulusan perguruan tinggi yang tidak terlibat dalam
kegiatan ekonomi dapat mendorong pada perubahan sosial yang cepat. Sementara
tamatan pendidikan menengah yang tidak bekerja dapat semakin mempergawat
kadar ketidak-damaian politik. Dimensi ekonomi, pengangguran berarti pemborosan
nasional, investasi pendidikan bila tidak berdaya guna dan berhasil guna berarti
terjadi inefisiensi biaya, tenaga, dan waktu yang tak bisa ditagih ulang. Dari dimensi
sosial-psikologi, pengangguran terdidik sangat berbahaya. Kemorosotan rasa percaya
diri dan harga diri sehingga bisa berujung krisis identitas; apabila krisis ini berlarut-
larut dapat berdampak buruk bagi generasi bangsa yang akan mernpertahankan dan
meneruskan kehidupan bangsa ke depan. Membludaknya jumlah pengangguran
adalah akibat dari ketidakmemadaian kualitas pencari kerja. Dengan kata lain,
kualitas lulusan lembaga pendidikan tidak cocok dengan kebutuhan dunia usaha.
Purba, S (2005). Relevansi Dunia Pendidikan dengan Dunia Kerja
(Permasalahan dan Solusi), Inovasi volume 10 No. 3. 186
Salah satu faktor rendahnya relevansi pendidikan di Indonesia adalah karena
lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan
bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah
menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan
kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang
nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.
https://karyakitadress.blogspot.com/2016/12/makalah-masalah-
relevansi-pendidikan-di.html. Diakses pada : 30/10/2023 Pukul 21.32
WIB
Beberapa konsep yang merujuk kepada pengertian relevansi, diantaranya, konsep
siap pakai, siap latih dan siap beradaptasi (Purba : 2005).
Permasalahan lain yang kerap menghantui dunia pendidikan kita khususnya di
Indonesia hari ini adalah soal pemerataan pendidikan. Menurut Wayan (Kurniawan :
2016) pemerataan pendidikan yang berkaitan dengan mutu proses dan hasil
pendidikan belumlah merata di Indonesia. Lazim kita ketahui saat ini,
penyelenggaraan pendidikan masih terkonsentrasi dan terselenggara secara optimal
di kota-kota besar seperti wilayah-wilayah yang berada di pulau Jawa. Kondisi
tersebut berbanding terbalik dengan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
kekuasaan seperti halnya wilayah Indonesia Timur yang sering kali ditemukan
institusi pendidikannya dalam kondisi serba berkekurangan baik dari segi sarana,
prasarana, maupun kuantitas tenaga pengajar.
Kurniawan, R. Y Identifikasi Permasalahan Pendidikan di
(2016)
Indonesia untuk Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru , Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII, 1416.
Isu pemerataan pendidikan seyogianya menjadi isu yang patut diperhatikan oleh
pemerintah secara serius dan mesti dicari jalan keluarnya. Sebab jika tidak, maka
negara dalam hal ini terang-terangan mengabaikan kesamaan hak setiap warga
negara untuk diterima sebagai murid di sebuah institusi pendidikan seperti yang
tertuang dalam UU No. 4 pasal 17 tahun 1950.
Oleh karena itu, dengan adanya keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan
problem tersebut, maka dapat dipastikan setiap warga negara tidak akan tertinggal
dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Individunya akan menjadi lebih
mandiri dan tidak menjadi penghambat pembangunan Indonesia.
Supardi U. S (2012) Arah pendidikan di Indonesia dalam tataran kebijakan
dan implementasi. Jurnal Formatif 2(2): 111 – 121 .
Ada beberapa permasalahan yang muncul terkait Pendidikan. Pendidikan tidak
sama dengan pengajaran. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
sadar, terencana, terpola dan dapat dievaluasi yang dilakukan oleh pendidik untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang ada dalam peserta didik. Arah
Pendidikan bangsa dalam tatanan kebijakan diselenggarakan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilandasi keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia. Akan tetapi keadilan dalam mendapatkan Pendidikan yang layak
menjadi salah satu isu yang mendorong generasi-generasi penerus bangsa tidak
mendapatkan hak dan kewajiban mereka dari negara Indonesia. Hal inilah yang
perlu dikoreksi terhadap proses pelaksanaan Pendidikan untuk mencapai arah
kebijakan Pendidikan yang menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang
unggul, bertakwa dan berakhlak mulia.

R. Samidi, Suharno (2018) Implementasi Nilai Keadilan Sosial melalui


Pendidikan perspektif TGKH Zainuddin Abdul Majid . Jurnal kajian agama,
Sosial dan Budaya, vol 3(2) .
Mendapatkan pendidikan yang sama menjadi sebuah keharusan bagi setiap warga
negara. Hak mendapat pendidikan merupakan bagian dari keadilan sosial, dan hal ini
menjadi cita-cita dari Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid. Tujuan dari penulisan ini adalah (1)
Untuk mengetahui kiprah dan perjuangan Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid dalam
menegmbangkan pendidikan di Nusa Tenggara Barat, (2) Untuk mengetahui implementasi
nilai keadilan sosial dari Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid di dunia pendidikan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian studi kepustakaan (library research) dengan mengkaji
pemikiran tokoh, pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini mengumpulkan beberapa informasi dari
beberapa sumber buku primer dan hasil karya ilmiah penelitianpenelitian sebelumnya serta
jurnal-jurnal ilmiah kemudian dianalisis terkait impelementasi nilai keadilan sosial oleh TGKH
Zainuddin Abdul Majid melalui pendidikan. Hasil analisis dari beberapa literatur ilmiah
menunjukkan bahwa Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid dalam mengembangakan
pendididkan di Nusa Tenggara Barat merupakan bagian dari impementasi nilai keadilan
sosial sebagaimana yang termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945. Karena pemerataan
pendidikan adalah hak dari setiap warga negara yang diatur oleh konstitusi dalam
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rochmat Wahab (2017) Implementasi prinsip keadilan sosial Bidang


Pendidikan di Indonesia pasca reformasi.

Diyakini sepenuhnya bahwa strategi yang paling efektif dalam pengembangan SDM
adalah pendidikan yang mantap. Pemerintah dan masyarakat baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama telah mengawal pembangunan pendidikan dari masa ke masa. Telah
banyak hasil yang sudah dapat dicapai dan dirasakan, namun secara obyektif banyak hal
yang perlu terus diupayakan untuk membangun pendidikan yang lebih efektif dan
fungsional, sehingga mampu memberikan kemampuan dan bekal bagi setiap insan
Indonesia.

Pada kenyataannya layanan pendidikan, terutama melalui jalur pendidikan formal


dan nonformal belum dapat diakses oleh semua warga negara terutama bagi kelompok tak
beruntung, baik terkait dengan aspek fisik, 2 mental, intelektual, geografis, ekonomis,
kultural, maupun gender. Atas dasar itulah melalui semangat reformasi, UUSPN No.20 tahun
2003 mengamanatkan melalui salah satu pasalnya tentang prinsip pendidikan bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.

Prinsip pendidikan tersebut seyogyanya dijadikan acuan dalam memberikan layanan


pendidikan nasional, namun pada prakteknya tidak sedikit pemerintah dan masyarakat
belum berhasil mewujudkan layanan pendidikan bermutu untuk semua. Kiranya diduga
bahwa banyak faktor yang belum mendukung sepenuhnya dalam menerapkan prinsip-
prinsip tersebut, terlebihlebih di era pasca reformasi. Untuk itu dapat diidentifikasi dan
dicarikan solusinya, sehingga pendidikan untuk semua dapat diwujudkan, sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi semua

Mukhlis, Hafid (2020) Pendidikan dan keadilan Sosial. Kariman Vol 08,
Nomor 1.

Keadilan Sosial merupakan hal penting dalam melestarikan HAM (hak


asasi manusia), secara secara positif hak asasi manusia bertujuan
untuk memberikan kesamaan hak pada manusia sebagaimanamemberikan hak-
hak dasarnya tanpa membedakan suku, bangsa warna kulit, jenis kelamin
dan agama. Pendidiakan berkeadilan sosial harus mampu membuka
perluasan dan pemerataan kesempatan kepada setiap warga Negara untuk
memperoleh pendidikan. Pendidikan harusbisa diarahkan pada tercapainya
pendidikan untuk semua, dan pendidikan harus mampu membuka peluang akan
hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan.
Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kekehidupan.
makna penting ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen
masyarakat. Rasanya, tidak ada yang mengingkari, apalagi menolak, terhadap
arti penting dan seknifikansi pendidikan pendidikan terhadap individu
dan juga masyarakat. Lewat pendidikan, bisa diukur maju mundurnya
sebuah Negara. Sebuah Negara akan tumbuh pesat dan maju dalam
segenap bidang kehidupan jika ditopang oleh pendidikan yang berkualitas.
Sebaliknya konidisi pendidikan yang kacau dan amburadul akan berimplikasi
pada kondidsi Negara yang juga karut marut.2Isipendidikan terdiri atas
problem-problem actual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat.

http://pmiibandung.wordpress.com/2007/07/13/menggagas-pendidikan-
berbasis-keadilan-sosial. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2023 pada
pukul 08.00 WIB.

Ada dua istilah yang harus dicermati berkenaan dengan pencarian dua
model pendidikan yang berkeadilan social. Istilah yang dimaksud adalah
“pendidikan” dan “berkeadilan sosial”. Kedua istilah itu perlu dibahas terlebih
dahulu karena keduanya mengandung pengertian yang cukup luas, sehingga
perlu dibatasi.

Seperti yang berlaku selama ini pendidikan sebagai sistem pendidikan


formal( persekolahan), pendidikan informal(keluarga), dan pendidikan non formal
( Masyarakat). Dengan tidak mengurangi arti penting pendidikan informal dan
non-formal, saya lebih tertarik untuk membahas pendidikan dalam konteks
pendidikan formal persekolahan. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan
antara lain: 1), Kritik sosial lebih sering terjadi pada lembaga pendidikan formal
sebagai akibat kurang demokratisnya kebijakan makro (macro policy) dan praktik
pendidikan, yang pada gilirannya pendidikan cenderung berpihak pada kelompok
kuat dan berlaku eksklusif; 2)Tinjauan kritis terhadap pendidikan formal dapat
dilakukan secara sistemik, karena lembaga itu merupakan sistem yang dirancang
secara khusus dan lebih terkondisi; 3) penilikan terhadap pendidikan formal
relatif lebih mudah untuk menyusun kesimpulan-kesimpulan sementara, karena
disana tersedia banyak data yang dapat direferensikan; dan 4). Tinjauan filosofis
pendidikan formal tampaknya cukup beragam, mulai dari yang tradisional sampai
yang kontemporer. Untuk itu, pada bagian selanjutnya penggunaan istilah
pendidikan dalam makalah ini selalu merujuk pada pendidikan formal
persekolahan, walaupun tidak secara eksplisit diterakan.

Anda mungkin juga menyukai