Anda di halaman 1dari 12

PEMBELAJARAN MENDALAM UNTUK MEMAHAMI SISWA

SEBAGAI PEMBELAJAR PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Moh Khoerul Anwar, S. Pd/ choerul60@yahoo.co.id / 085759761464


Mahasiswa Pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Setiap siswa memiliki kombinasi yang unik dari kekuatan dan kelemahannya
masing-masing. Generasi saat ini (para siswa) adalah pemimpin masa depan.
Pemimpin masa depan mampu berfikir secara berbeda, bekerja dengan cara
berbeda dan berbagi kekuatan dengan cara masing-masing. Keragaman yang
bersinergi akan membantu bangsa indonesia dalam memenuhi ekonomi global dan
tenaga kerja dimasa yang akan datang. Dengan adanya pemahaman kelebihan dan
kelemahan siswa diharapkan mampu menjadi pemimipin yang dapat bersinergi
dengan keanekaragaman yang ada di bangsa indonesia. Dari hal tersebut,
indonesia membutuhkan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu mengarahkan
siswa dalam memahamai dirinya sendiri. Hal ini tampak dari Badan dunia tentang
program pembangunan (UNDP) dalam Sadono (2010) menempatkan indonesia
pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan
manusia (human development index/HDI). Oleh karenanya butuh sebuah metode
pembelajaran yang inovatif dan menarik untuk mengembangkan kemampuan yang
siswa miliki dan pentingnya mengembangkan sebuah pembelajaran mendalam
untuk memahami siswa sebagai pembelajar. Fullan dan Langworthy (2014)
mengatakan bahwa pembelajaran mendalam merupakan pembelajaran
memanfaatkan kekuatan kemitraan baru untuk melibatkan para siswa dalam
mempraktekkan proses pembelajaran melalui menemukan dan menguasai
pengetahuan yang ada dan kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan
baru di dunia.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah study dokumen dan
kualitatif. Study dokumen sebagai bahan rujukan dalam melaksanakannya
sedangkan data kualitatif sebagai data pendukung dilapangan. Data kualitatif ini

1
berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru dilapangan mengenai proses
pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.
Hasil dari pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai
pembelajar ini berupaya meningkatkan pemahaman siswa tentang kelebihan dan
kelemahannya, pengumpulan data mengenai informasi profil siswa dan
pembangunan nilai kepercayaan diantara anggota kelompok belajar siswa.

Keyword : Pembelajaran Mendalam, Siswa Sebagai Pembelajar

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan investasi masa depan bagi bangsa dan negara.


Negara memiliki kewajiban untuk mendidik generasi penerus bangsa. Seperti
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini jelas
menunjukan bahwa negara ini memiliki kewajiban dalam mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa yakni para siswa baik di jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan merupakan konsep yang terintegrasi dan dapat berjalan dengan
baik bilamana antar pihak mampu bersinergi misalnya pengambil kebijakan mampu
berkolaborasi dengan guru, kepala sekolah, staff dan masyarakat. Pendidikan juga
perlu menyertakan konsep budaya lokal atau norma lokal pada masing-masing
daerah. Hal ini diupayakan untuk menjaga kelestarian budaya yang telah ada pada
masing-masing daerah. Dengan demikian bahwa pendidikan merupakan sebuah hal
yang sangat luas cakupannya dan perlu adanya kerjasama atau sinergitas berbagai
pihak untuk membangun dan mengembangkan potensi yang ada pada setiap siswa.
Sependapat dengan ini Pohl (2015) mengatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengubah kemiskinan dan ekonomi global. Oleh karena itu, pendidikan adalah hal
yang penting dan perlu didukung penuh oleh pemerintah dan semua pihak yang
ingin memajukan bangsa Indonesia.

2
Undang-undang No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan dan pembelajaran merupakan satu paket yang tak terpisahkan.
Dimana pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Untuk memiliki kualitas
pendidikan yang baik maka perlu konsep pembelajaran yang baik pula. Dalam hal ini
penulis menggagas sebuah model pembelajaran mendalam untuk memahami siswa
sebagai pembelajar. Fullan dan Langworthy (2014) mengatakan bahwa
pembelajaran mendalam merupakan pembelajaran memanfaatkan kekuatan
kemitraan baru untuk melibatkan para siswa dalam mempraktekkan proses
pembelajaran melalui menemukan dan menguasai pengetahuan yang ada dan
kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia.Dengan
pembelajaran mendalam diharapkan siswa mampu memahami kebutuhan belajar
untuk dirinya dimasa yang akan datang. Selain itu, model ini diharapkan
memecahkan beberapa masalah yang sedang terjadi pada saat ini di lingkungan
pendidikan seperti moralitas, karakter dan lainnya. Hal ini didukung dari temuan
Agustian (2008) berdasarkan analisis ESQ, ditengarai ada tujuh krisis moral di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, yaitu: krisis kejujuran, krisis tanggung jawab,
tidak berpikir jauh ke depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan, krisis keadilan, krisis
kepedulian.
Badan dunia untuk program pembangunan (United Nations Development
Programme atau selanjutnya disingkat UNDP) dalam Sadono (2010) menempatkan
indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks
pembangunan manusia (human development index/HDI). Faktor pembangunan
manusia ditentukan dari hasil pendidikan yang baik. Oleh karenanya, pendidikan
merupakan faktor penting dalam proses pembangunan manusia. Pusat penelitian
Pew (2014) menemukan bahwa indonesia 28 %, India 38 %, Jerman 49%, Inggris
60 % dan Amerika Serikat 73% dalam bekerja keras untuk maju dalam hidup. Data
tersebut menunjukan bahwa Indonesia memiliki etos kerja atau kerja keras yang
cukup rendah dibandingkan negara-negara tersebut. Selain itu, pusat penelitian Pew
(2014) menemukan bahwa persentase yang tidak setuju mengenai keberhasilan
hidup banyak ditentukan oleh kekuatan atau faktor luar. Persentase tersebut adalah
3
sebagai berikut India 27%, Jerman 31%, Indonesia 38%, Inggris 55% dan Amerika
Serikat 53 %. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat individualis bangsa
indonesia dikatakan rendah. Dengan demikian, sukses hidup menurut orang
Indonesia adalah sukses secara bersama-sama. Tak ada kesuksesan individu
melainkan kesuksesan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Artinya bahwa
kesuksesan itu didapatkan karena berbagai hal baik karena sistem pembelajaran,
kebijakan sekolah, lingkungan, pola asuh keluarga dan lain sebagainya. Selain itu,
salah satu faktor dalam hal kesuksesan adalah pendidikan dan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses aktivitas kegiatan yang dilakukan secara
terstruktur dan terpogram dalam desain instruksional yang menciptakan interaraksi
antara sesama siswa, guru dengan siswa dan dengan sumber belajar. Maknun
(2012) mengatakan bahwa konsep belajar menunjukan pada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu. Karakter dari perilaku belajar meliputi adanya perubahan intensional
(pengalaman), yang bersifat positif, dan efektif. Dengan demikian, pembelajaran
dapat menuntun menuju pada beberapa perubahan baik dalam pengembangan
sumber daya manusisa, penguasaan keterampilan, kebiasaan, persepsi,
kesenangan, kompetensi, penyesuaian sosial, dan lain sebagainya. Salah satu
pembelajaran yang akan diterapkan adalah pembelajaran mendalam.
Fullan dan Langworthy (2014) mengatakan bahwa pembelajaran mendalam
merupakan pembelajaran memanfaatkan kekuatan kemitraan baru untuk melibatkan
para siswa dalam mempraktekkan proses pembelajaran melalui menemukan dan
menguasai pengetahuan yang ada dan kemudian menciptakan dan menggunakan
pengetahuan baru di dunia. Artinya bahwa pembelajaran mendalam itu berkaitan
dengan kolaborasi dengan berbagai pihak baik siswa dengan siswa, siswa dengan
guru mampun siswa dengan bahan ajar. Dengan demikian sinergitas memiliki
peranan yang penting dalam membangun bangsa. Selain itu, Fullan dan Langworthy
(2014) mengatakan bahwa pembelajaran mendalam meliputi proses pembelajaran
praktik, penciptaan pengetahuan baru dan penggunaan pengetahuan baru, kunci
keterampilan masa depan dan disposisi proaktif. Diperlukan pendekatan tertentu
untuk dapat memahami siswa sebagai pembelajar. Barringer, dkk (2010)
menjelaskan bahwa diperlukan sejumlah kunci untuk mengetahui siswa sebagai
pembelajar yakni mengumpulkan data dari berbagai sumber (menilik pembelajaran,
menilai pembelajaran) dan data kualitatif yang dikumpulkan dari berbagai sumber
4
memungkinkan kita untuk melihat berbagai kekuatan, kelemahan, dan kesempatan
serta mengidentifikasi pola-pola yang membantu membuat deskripsi kaya siswa
sebagai pelajar.
Dengan demikian tampak jelas bahwa bangsa indonesia mengalami
beberapa permasalahan baik dilihat dari indek pembangunan manusia, moralitas,
pembelajaran dan pendidikan. Penulis berupaya menggagas penting pembelajaran
mendalam guna mengatasi hal tersebut. Pembelajaran mendalam bersifat
membangun manusia semakin memahami dirinya baik kelebihan maupun
kelemahannya dengan berkolaborasi berbagai pihak. Selain itu, pembelajaran
mendalam berupaya membangun aspek kreativitas, keterampilan dan
kepemimpinan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, pembelajaran mendalam amat
penting bagi siswa, khususnya siswa menengah pertama dalam mengembangkan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

METODE

Sukmadinata, N S (2012) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif


merupakan pendekatan yang difokuskan pada sebuah fenomena yang dipilih dan
dipahami secara mendalam. Yang dimaksud fenomena dalam penulisan ini adalah
fenomena pembelajaran pada sekolah dan difokuskan pada pembelajaran
mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar. Pembelajaran mendalam
menurut Ramsden dalam Laird, TF (2005) adalah penggunaan pendekatan yang
berbeda oleh siswa untuk belajar, dengan hasil pembelajaran terkait erat dengan
pendekatan yang dipilih dan sejauh mana siswa memilih pendekatan yang
digunakannya dalam belajar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan konsep
bimbingan dan konseling belajar (academic) yang menjelaskan bahwa mengenali
potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil
merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan
belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai
kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya.
Data yang dikumpulkan untuk dianalisis berdasarakan pada penulisan ini
diambil dari buku-buku (tercantum dalam daftar pustaka dan lampiran), jurnal,
penelitian, prosiding dan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif, dimana pendekatan ini menfokuskan pada beberapa literatur
5
baik buku, prosiding, jurnal, penelitian maupun lainnya kemudian di analisis
sehingga menjadi narasi yang menjelaskan tentang hasil dan kesimpulan dari isi
paper ini. Oleh karenanya, penulisan ini berupa gagasan atau ide terkait
pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar atau artikel
berbasis non penelitian.

PEMBAHASAN

Fullan dan Langworthy (2014) menjelaskan bahwa ada tiga aspek untuk
mencapai pembelajaran mendalam yakni sistem ekonomi terbaru, kepemimpian
terbaru dan pedagogis terbaru. Hal ini berarti bahwa adanya kesinerginas antara
ketiganya. Sistem ekonomi terbaru dapat memberikan penghasilan yang memadai
untuk bangsa Indonesia; kepemimpinan terbaru artinya seorang pemimpin yang
mampu mentransformasi keadaan dengan cepat dan tepat: sedangkan pedagogis
terbaru berupa adanya interaksi atau hubungan yang baik antara siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai orang yang membelajarkan serta mampu
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya ketiga aspek
ini, pembelajaran mendalam dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat berjalan
dengan lancar. Untuk mencapai pembelajaran mendalam, Fullan dan Langworthy
(2014) diperlukan adanya kemitraan pembelajaran antara siswa dan guru,
restrukturisasi proses belajar terhadap penciptaan pengetahuan dan penggunaan
tujuan dan alat digital dan sumber daya yang memungkinkan dan mempercepat
proses pembelajaran mendalam. Langkah-langkah ini dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar
dan akan membantu siswa untuk memahami dirinya baik kelebihan maupun
kelemahannya.
Prosedur dan strategi yang dilakukan dalam memberikan layanan terkait
pembelajaran mendalam dalam lingkup bimbingan dan konseling meliputi identifikasi
kasus, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, tindakan remedial atau referal dan
evaluasi serta tindak lanjut (Maknun, 2012). Prosedur tersebut harus dilakukan
secara berurutan guna mencapai hasil yang maksimal, untuk memahami siswa,
mengembangkan potensi siswa dan mengarahkan potensi yang siswa miliki. Strategi
yang digunakan dalam proses layanan menurut Maknun (2012) didasarkan pada
kasus dan sifat masalahnya (layanan bimbingan kelompok dan individual) dan ruang
6
lingkup permasalahan dan pengorganisasiannya (strategi bimbingan melalui
kegiatan kelas, layanan khusus yang bersifat suplementer dan proses yang
komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat). Dengan
adanya prosedur dan strategi layanan yang jelas maka proses pelaksanaan
pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar menjadi
semakin efektif dan efisien.
Setiap siswa sebagai pembelajar memiliki keunikan dan afinitas (satu bidang
yang ingin dicapai dengan semangat) masing-masing dalam mengarahkan dirinya
sendiri dan guru memiliki kewenangan untuk mengarahkan dan membelajarkan
pada siswa. Untuk memahami siswa sebagai belajar berarti memahami profil belajar
yang unik dan melukis potret dari apa yang memungkinkan setiap siswa menjadi
sukses, apresiasi dan keinginan untuk lebih memahami beragam pelajaran sangat
penting dan menciptakan lingkungan belajar yang terpusat pada pelajar. Artinya
bahwa guru perlu memahami profil atau karakter, ketertarikan dan minat belajar
siswa sehingga proses pembelajaran akan berjalan denga baik dan sesuai dengan
harapan siswa.
Upaya lain yang diperlukan adalah mengembangkan strategi yang diperlukan
untuk mendukung mereka sukses dalam mencapai harapan, memanfaatkan
kedekatan siswa dapat menguatkan hubungan antara konten dan ketertarikan,
membuat pembelajaran lebih relevan dan meningkatkan motivasi siswa untuk
terlibat dalam kegiatan ilmiah. Hal ini menjelaskan bahwa guru memiliki peranan
penting dalam membangun hubungan yang baik dengan siswa untuk dapat
mengarahkan, memotivasi dan memberikan pelajaran yang relevan bagi siswa.
Upaya tersebut bertujuan untuk memahami siswa sebagai pembelajar dan
mengetahui sejauhmana guru siswa dapat belajar secara mandiri tanpa ada unsur
paksaan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki agar mampu bertahan hidup dan mampu
berkontribusi untuk bangsa, negara dan dunia. Pembelajaran akan menjadi
kebutuhan bagi siswa ketika menyadari pentingnya ilmu dan belajar. Dengan siswa
memahami bahwa belajar adalah kebutuhan maka pembelajaran mendalam akan
meciptakan pengetahuan baru dan diarahlkan untuk menggunakan pengetahuan
baru tersebut. Proses pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai
pembelajar pada siswa Sekolah Menengah Pertama dapat terlihat pada gambar 1.
7
Pada gambar tersebut tampak jelas proses pembelajaran mendalam untuk
memamahi siswa sebagai pembelajar yakni langkah-langkah yang digunakan guna
memilah masalah yang dihadapi siswa, selanjutnya strategi yang digunakan sebagai
upaya untuk mencapai keberhasilan belajar dan menerapkan strategi berdasarkan
analisis dari masalahnya. Aspek-aspek yang dituju adalah aspek pembelajaran
mendalam. Yang mana meliputi proses pembelajaran paktik, penciptaan
pengetahuan baru, penggunaan pengetahuan baru, keterampilan masa depan dan
disposisi proaktif. Kelima aspek yang akan menjadi fokus dari konsep pembelajaran
mendalam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu dan belajar merupakan
sebuah kebutuhan bagi siswa sebagai pembelajar.

KESIMPULAN

Pembelajaran merupakan hal yang saling berkaitan dengan lainnya baik


ekonomi dan pemimpin. Seperti yang telah ditegaskan bahwa ada tiga aspek untuk
mencapai pembelajaran mendalam yakni aspek sistem ekonomi, pemimpin dan
pedagogisnya. Pembelajaran mendalam meliputi proses pembelajaranpraktik,
penciptaan pengetahuan baru, penggunaan pengetahuan baru, keterampilan masa
depan dan disposisi proaktif. Kelima hal ini yang dilakukan dalam pembelajaran
mendalam. Pembelajaran mendalam merupakan sebauah metode atau cara untuk
memahami siswa sebagai pembelajar.
Guru memerlukan kunci untuk mengetahui siswa sebagai sebagai
pembelajar. Kunci untuk memahaminya meliputi mengumpulkan data dari berbagai
sumber untuk meniliki dan menilai proses pembelajaran dan data kualitatif untuk
melihat kelebihan, kelemahan, kesempatan dan afinitas siswa sebagai pembelajar.
Tujuan utama pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai
pembelajar adalah membantu siswa memahami dirinya sebagai pembelajar untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang kelebihan, kelemahan dan afinitasnya;
membangun nilai kepercayaan diantara kelompok belajar siswa; dan mampu
bersinergi belajar dengan siswa lainnya.

8
Gambar 1. Proses Pembelajaran Mendalam untuk Memahami Siswa sebagai Pembelajar

Langkah-langkah

Identifikasi Kasus Identifikasi Masalah Diagnosis Prognosis Remidial Evaluasi dan tindak
Lanjut

Startegi Layanan

Bimbingan Bimbingan Kegiatan Layanan Khusus bersifat Kegiatan Keseluruhan


Suplementer Kurikulum dan
Individu Kelompok Kelas Masyarakat

Pembelajaran Mendalam

Proses Pembelajaran Penciptaan Penggunaan Keterampilan Disposisi


Pengetahuan Baru Pengetahuan Baru Masa Depan
Praktik Proaktif

Siswa sebagai Pembelajar


9
REFERENSI

Agustian, Ary Ginandjar. (2008). Pembentukan Habit Menerapkan Nilai-nilaiReligius,


Sosial dan Akademik. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional
Restrukturisasi Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Barringer, Mary Dean, dkk. (2010). Schools forAll Kinds of Minds. US of America:
Jossey Bass.
Fullan, Michael dan Langworthy, Maria. (2014). A Rich Seam How New Pedagogies
Find Deep Learning. London : Pearson.
Laird, Thomas F Nelson. (2005). Measuring Deep Approaches to Learning Using the
National Survey of Student Engagement. Paper presented at the Annual
Meeting of the Association for Institutional Research,May 14 – May 18, 2005
Chicago, IL.
Maknun, A S (2012). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung : Rosda Karya.
Mendikbud. (2003). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Pohl, Florian. (2015). Proverty, Technology and Policy : Threats and Opportunities of
Character Education. Proceedings International Conference on Education. 9
May 2015.
Pusat penelitian Pew .(2014). Emerging and Developing Economies Much More
Optimistic than Rich Countryies about the Future.
Sadono, Bambang. (2010). “Problem Kependudukan”. Warta KB dan KS BKKBN
Sumatera Barat Nomor 06 Tahun 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Rosda Karya.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10
Lampiran
TUGAS PEMBELAJARAN MENDALAM
1. Restruktirisasi pembelajaran siswa dari konten kurikuler (seperti tujuan atau
standar kurikulum nasional) lebih menantang dan menarik.
2. Memberikan pengalaman nyata dalam menciptakan dan menggunakan
pengetahuan baru di dunia di luar kelas siswa.
3. Mengembangkan dan menilai kunci kemampuan masa depan, Seperti ;
 Pendidikan karakter - kejujuran, pengaturan diri dan tanggung jawab, kerja
keras, ketekunan, empati untuk berkontribusi terhadap keselamatan dan
kepentingan orang lain, rasa percaya diri, kesehatan pribadi dan
kesejahteraan, karir dan keterampilan hidup.
 Kewarganegaraan - pengetahuan global, kepekaan dan menghormati
terhadap budaya lain, keterlibatan aktif dalam menangani isu-isu
keberlanjutan manusia dan lingkungan.
 Komunikasi - berkomunikasi secara efektif secara lisan, secara tertulis dan
dengan berbagai alat digital; keterampilan mendengarkan.
 Berpikir dan pemecahan masalah kritis - berpikir kritis untuk merancang dan
mengelola proyek, memecahkan masalah, membuat keputusan yang efektif
menggunakan berbagai alat digital dan sumber daya lainnya.
 Kolaborasi - bekerja dalam tim, belajar dan berkontribusi pada pembelajaran
orang lain, keterampilan jejaring sosial, empati dalam bekerja dengan
beragam orang lain.
 Kreativitas dan imajinasi - ekonomi kewirausahaan dan sosial, mengingat dan
mengejar ide-ide baru, dan kepemimpinan untuk tindakan.

Fullan, Michael dan Langworthy, Maria. (2014). A Rich Seam How New Pedagogies
Find Deep Learning. London : Pearson.

11
SISWA SEBAGAI PEMBELAJAR
No Apa yang dilakukan Apa yang kita lakukan
1. Apa yang kita lihat ?  Bukti kekuatan, kedekatan, dan kelemahan dalam
menghindari asumsi dan interpretasi awal.
 Pengamatan di sekolah (di berbagai kelas, waktu
yang berbeda hari, dan dari beberapa guru).
- Wawasan dari orang tua atau pengasuh
- Wawasan dari siswa
2 Apa yang kita pikirkan?  Mengidentifikasi pola/ tema yang muncul yang
menghubungkan pola fungsi perkembangan saraf
terkait. Pembentukan hipotesis tentang profil belajar
siswa.
3 Apa yang kita lakukan ?  Strategi yang akan diterapkan di sekolah atau
dirumah (mengenai pembahasan permasalahan
belajar dengan orang tua atau pengasuh siswa )
4 Apa yang akan kitan  Mengidentifikasi/ pengecekan hasil apa yang akan
rencanakan selanjutnya terjadi setelah kita menerapkan berbagai langkah
? tersebut?

Barringer, Mary Dean, dkk. (2010). Schools forAll Kinds of Minds. US of America:
Jossey Bass.

12

Anda mungkin juga menyukai