Anda di halaman 1dari 5

Kajian Literatur Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui

Penerapan Profil Pelajar Pancasila Bagi Siswa Kelas Rendah di


SDN 02 Madiun Lor
Fiorennica Agustin

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas PGRI Madiun

e-mail : fiorennicaagustin01@gmail.com

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman banyak sekali tantangan dan perubahan yang dapat
menentukan kualitas kehidupan suatu bangsa. Masyarakat memandang bahwa pendidikan
merupakan subjek perubahan yang membentuk suatu transformasi (Gemnafle & Batlolona, 2021).
UU No. 23 Tahun 2003 Pasal 3 mengatur tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi
“pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Suryana, 2020).
Kedudukan pembelajaran nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
meningkatkan kemampuan serta kompetensi, membangun kepribadian bangsa yang mempunyai
martabat serta adab. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan kapasitas belajar,
namun juga berkaitan dengan pembentukan kepribadian peserta didik.

Salah satu pendidikan yang harus ada dalam diri peserta didik adalah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan usaha untuk melatih anak agar dapat mengambil sebuah
keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
dapat memberikan pengaruh positif kepada lingkungannya (Asnani, Mislia, n.d). Dunia pendidikan
di Indonesia hanya mampu melahirkan lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang
memadai. Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi, cerdas, brilian, serta mampu
menyelesaikan soal mata pelajaran dengan sangat cepat, tetapi sayangnya tidak sedikit mereka
tidak memiliki perilaku cerdas serta kurang mempunyai mental kepribadian atau karakter yang
baik. Para pelajar kurang mampu menghargai orang lain. Kirnandita (2017) juga memberikan
fakta-fakta mencengangkan terkait perilaku intoleransi di kalangan pelajar. Salah satu contohnya
maraknya perudungan di kalangan pelajar yang berhubungan isu agama. Anak-anak penghayat
kepercayaan yang telah memegang KTP sering dirudung karena kolom agama di KTP kosong.
Kondisi-kondisi demikian ini jika dibiarkan terus menerus dapat mengancam eksistensi NKRI.
Salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah dengan
memasukkan pendidikan karakter di dalam mata pelajaran, penyempurnaan orientasi pendidikan
merdeka belajar, kurikulum merdeka dan penguatan profil pelajar Pancasila. Bentuk-bentuk
peningkatan kualitas pendidikan tersebut diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik
Indonesia yang lebih baik kedepannya, Snyder et al., (2012). Pemerintah terus memperbarui
standar pendidikan agar nilai-nilai karakter pancasila dapat terealisasikan kepada siswa dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (2022). Tujuan
pemerintah mengeluarkan peraturan adalah semata-mata agar pendidikan di indonesia terus
mengalami peningkatan dan pembaharuan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan


bahwa penguatan pendidikan karakter peserta didik dapat diwujudkan melalui berbagai kebijakan
Kemendikbud yang berpusat pada upaya mewujudkan Pelajar Pancasila. Mulai dari jenjang
Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dimana Pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama,
yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Lebih lanjut dikatakan bahwa selain melalui
berbagai kebijakan yang mengarah kepada pembentukan profil Pelajar Pancasila, mekanisme
penyebarluasan penumbuhan karakter dilakukan dengan konten kepada satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud
(PPKK) (Kemendikbud, 2020). Beberapa penelitian terdahulu yang beririsan dengan artikel ini
diantaranya dilakukan oleh Sherly et al., (2021) tentang implementasi profil pelajar Pancasila,
hasilnya sosialisasi yang dilakukan membantu pendidik dan peserta didik dalam mengenal dan
menerapkan Profil Pelajar Pancasila melalui pembiasaan, pembinaan dan pembelajaran daring
sehingga mampu mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi AKM dan survei karakter.

Pelajar Pancasila didesain guna menjawab pertanyaan mengenai permasalahan yang terjadi
dari sistem pendidikan Indonesia. Kondisi di lapangan menunjukan fakta-fakta yang
memprihatinkan terkait pengamalan nilai-nilai pancasila di kalangan generasi muda. Penelitian
dari Nurjanah (2017) menunjukan memudarnya nilai-nilai Pancasila di kalangan pelajar yang
dibuktikan dengan ketidakpahamannya terhadap sejarah dan filosofi Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Banyak di kalangan pelajar lebih tertarik mengikuti budaya asing dengan alasan
lebih modern sehingga Pancasila semakin ditinggalkan dan melupakan bahwa Pancasila sebagai
pedoman dan pegangan dalam bertingkah laku. Sebagaimana diketahui bersama bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang multikutural. Maka menanamkan nilai-nilai Pancasila di kalangan pelajar
secara struktur dan sistematis perlu dilaksanakan dengan konsekuen.

Harapan ke depan pelajar Indonesia sebagai output sistem pendidikan Indonesia dapat
menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat dan memiliki kompetensi global serta berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kompetensi yang dimaksud adalah menyadari posisinya sebagai
warga negara Indonesia yang baik, memiliki jiwa demokratis dan unggul serta produktif di era
kekinian. Harapannya para pelajar bisa berkontribusi dalam kancah pembangunan global yang
berkesinambungan serta kuat dalam berbagai tantangan. Usaha yang ditempuh guna menciptakan
pelajar Pancasila melalui beberapa cara seperti projek penguatan profil pelajar Pancasila dan
budaya kerja, sekolah berbudaya kerja, ekstrakurikuler, dan intrakurikuler yang terintegrasi
dengan mata pelajaran (Juliani & Bastian, 2021).

Bersumber dari pernyataan di atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung
jawab dalam mengembangkan dan menguatkan karakter tersebut untuk menghasilkan peserta
didik yang berkarakter. Guru memiliki peran penting sebagai contoh atau model yang baik untuk
ditiru peserta didik. Dengan adanya kebijakan Kemendikbud tentang Profil Pelajar Pancasila
tersebut para guru harus sudah memahami hal tersebut dan mampu menerapkannya di sekolah,
Namun permasalahannya ialah, apakah dunia pendidikan kita sudah mengenal profil pelajar
Pancasila ini, apakah sosialisasi sudah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
utamanya di lapangan atau dalam hal ini di tingkat satuan pendidikan/sekolah. Sehingga peneliti
bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai “Kajian Literatur Pembentukan Karakter Peserta
Didik Melalui Penerapan Profil Pelajar Pancasila Bagi Siswa Kelas Rendah di SDN 02 Madiun Lor”.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan studi pustaka, menurut Nazir (1998 : 112)
studi pustaka ialah cara peneliti menetapkan tema atau topik penelitianya dimana peneliti
melakukan kajian teori yang berkaitan dengan topik penelitian yang dibuat. Peneliti akan mencari
dan mengumpulkan informasi yang dapat diperoleh dari buku, majalah, jurnal dan hasil penelitian
(tesis dan disertasi) dan lain-lain. Sementara itu, kutipan penjelasan studi literatur merupakan
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah yang berkaitan
dengan suatu masalah dan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh dari artikel-artikel pada jurnal online.
Peneliti melakukan pencarian artikel dengan menggunakan kata kunci “Pembentukan Karakter
Peserta Didik” dan “Profil Pelajar Pancasila”. Teknik penelitian dilakukan dengan dokumentasi,
yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa makalah atau artikel dan jurnal. Analisis data
dilakukan dengan 4 tahap yaitu 1) Pengumpulan data, 2) Reduksi data, 3) Display data, dan 4)
Kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mempunyai


solusi dalam memecah masalah sistem pendidikan di Indonesia yaitu dengan konsep “Merdeka
Belajar”. Dengan adanya konsep Merdeka Belajar diharapkan siswa dapat menanamkan pelajar
yang berani, mandiri, berpikir kritis, sopan, beradap dan berakhlak mulia. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim juga menjelaskan bahwa konsep Merdeka
Belajar memiliki beberapa keunggulan dengan konsep pendidikan sebelumnya. Di dalam konsep
pendidikan sebelumnya siswa cenderung pasif sedangkan dalam konsep Merdeka Belajar siswa
cenderung aktif sehingga dapat menggali informasi baru yaang dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaranya sediri. Sistem dari konsep Merdeka Belajar merombak Kegiatan Belajar Mengajar
yang biasanya terpaku di dalam kelas, kini dapat merasakan hal baru yakni belajar di luar kelas
sebagai sebuah strategi pembelajaran yang di pakai oleh Guru Penggerak.

Profil pelajar pancasila adalah suatu program dalam kurikulum merdeka sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pendidikan karakter. Penguatan profil
pelajar pancasila sudah mulai dilaksanakan pada sekolah penggerak yakni pada tingkatan SD, SMP,
dan SMA yang dilaksanakan melalui pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler, budaya
sekolah, serta budaya kerja (Rachmawati dkk., 2022). Dengan adanya Profil pelajar pancasila
diharapkan dapat mewujudkan lulusan yang berkarakter serta kemampuan atau keterampilan yang
diperlukan dan dapat dicapai serta meneguhkan nilai-nilai luhur pancasila pada peserta didik serta
para pemangku atau penyelenggara kepentingan (Syafi’i, 2022). Profil Pelajar Pancasila dicapai
dalam program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran dalam berbagai
disiplin ilmu untuk mengobservasi dan mengatasi isu dalam lingkungan sekitar peserta didik.
Sesuai dengan namanya, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan dengan
pendekatan Project-Based Learning, sehingga peserta didik diberi kesempatan agar lebih aktif,
interaktif, dan kontekstual, dan mendapat pengalaman secara langsung dengan lingkungan sekitar
yang dapat menguatkan nilai karakter dalam Profil Pelajar Pancasila (Kemendikbud Ristek, 2021).

Terdapat Enam aspek Profil Pelajar Pancasila yang dirumuskan Kemendikbud yaitu: 1)
Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, 2) Kreatif, 3) Gotong
Royong, 4) Berkebinekaan Global, 5) Bernalar Kritis, 6) Mandiri. Menurut Nazir (1998 : 145 ) faktor
pendukung pembentukan profil Pelajar Pancasila dibagi menjadi indikator internal dan eksternal
sebagai berikut: 1) Pembawaan (internal). Sifat manusia yang dimiliki sejak ia lahir di dunia. Sifat
yang menjadi faktor pendukung ialah mengurangi kenakalan remaja, beribadah kepada Allah
dengan taat, tidak hanya mementingkan duniawi, fokus kepada cita-cita. 2) Kepribadian (internal).
Perkembangan kepribadian dialami ketika manusia telah mengalami sebuah peristiwa atau
kejadian yang telah di lalui. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah agama atau
ajaran-ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri dalam
memahami ajaran-jaran islam. Kepribadian dengan faktor pendukung contohnya sopan, tekun,
disiplin dan rajin. 3) Keluarga (eksternal) contoh keluarga sebagai faktor pendorong yaitu:
memperhatikan anak tentang pendidikanya, selalu mendukung keputusan anak jika baik untuk
dirinya. 4) Guru/pendidik (eksternal). Guru harus mampu menunjukkan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari, karena peran dan pengaruh seorang pendidik terhadap peserta didik sangat
kuat. 5) Lingkungan (eksternal) faktor pendukung dalam lingkungan, jika lingkungan yang di
tempati positif, mengarahkan anak untuk mempunyai sifat seperti nilai-nilai Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) sebagaimana tertuang dalam dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024, bahwa “Pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif”.
Gambar 2

Profil Pelajar Pancasila beserta 6 Indikatornya (Versi Puspeka)

Anda mungkin juga menyukai