Anda di halaman 1dari 5

01.01.2-T4-8.

Aksi Nyata – Pancasila bagi Saya

Nama : Dewi Karimah

Nim : 4120023027

Kelas : PGSD-A

Tantangan Menghayati Pancasila Sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia Serta
Perwujudan Profil Pelajar Pancasila Pada Pendidikan Abad 21

Abstrak: Indonesia merupakan sebuah bangsa yang kaya akan keberagaman,


keberagaman menjadikan indentitas bangsa Indonesia yang membedakan dengan
bangsa lain. Pada sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang dijadikan
sebagai pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara agar dapat mencapai tujuan
nasional. Nilai-nilai ini perlu diwariskan melalui pendidikan. Salah satunya adalah
melalui profil pelajar Pancasila dalam kurikulum Merdeka. Dimana tujuannya
adalah mencetak lulusan yang berkarakter Pancasila. Namun dalam pelaksanaannya,
terdapat berbagai tantangan yaitu berupa kurangnya peran orang tua dalam
pendidikan anak dan adanya globalisasi yang dapat merusak moral anak bangsa.
Kata Kunci : Identitas bangsa, profil pelajar Pancasila, tantangan

PENDAHULUAN

Indonesia adalah bangsa yang memiliki beragam budaya, tetapi keberagaman tersebut justru
menjadi kekayaan bangsa dan identitas nasional. Identitas dapat dimaknai sebagai representasi diri
dan sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Sementara identitas nasional menurut Kaelan (2013) pada
hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan satu bangsa dengan ciri-ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain dalam
kehidupannya.
Keberagaman Indonesia memiliki semboyan yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Persatuan dan kesatuan dalam perbedaan budaya ini tentunya
dilandaskan pada pedoman hidup bangsa agar dalam kehidupannya bangsa Indonesia memiliki
tuntunan untuk mencapai tujuan, yaitu Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila dalam dunia pendidikan perlu diinternalisasikan kedalam semua
aspek. Mengingat pendidikan merupakan cara yang dapat digunakan untuk membentuk dan merubah
perilaku seseorang menjadi lebih baik. Hal ini juga sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara
dalam (Rachmawati, dkk, 2022) bahwa pendidikan sebagai peroses pembudayaan bukan hanya
diorientasikan untuk mengembangkan pribadi yang baik, tetapi juga masyarakat yang baik.
Kurikulum Merdeka merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menciptakan pendidikan
yang memerdekakan anak. Kurikulum merdeka juga bertujuan untuk memasukkan nilai-nilai
Pancasila secara lebih intens ke dalam kehidupan siswa, salah satunya adalah dengan adanya Profil
Pelajar Pancasila. Tujuan adanya Profil pelajar Pancasila adalah untuk mencetak lulusan pelajar
Indonesia yang berkarakter Pancasila. Profil ini terdiri atas Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan Berakhlak Mulia; Berkebhinnekaan Global; Gotong Royong; Mandiri; Kreatif; dan
Bernalar Kritis. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu
kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Abad ke-21 merupakan abad yang memiliki karakteristik terbuka dan tanpa batas (global),
sehingga berbagai informasi dan komunikasi dapat dengan mudah menyebar luas. Keterbukaan ini
tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. Kemajuan globalisasi tersebut
dalam beberapa realitasnya telah berdampak negatif dan yang paling menghawatirkan adalah
fenomena buruknya karakter di kalangan siswa (Firmansyah & Fakhruddin, 2021). Hal ini menjadi
tantangan bagi penghayatan nilai-nilai Pancasila sebagai identitas dan entitas bangsa pada abad 21 ini.
Karena jika diteruskan tanpa adanya pengarahan, globalisasi akan semakin menghilangkan jati diri
bangsa di kalangan siswa.

PEMBAHASAN
Indonesia adalah bangsa yang berkebhinneka Tunggal ika religius, dan berkarakter Pancasila.
Karakter Pancasila diharapkan tumbuh dalam diri manusia Indonesia karena Pancasila merupakan
landasan atau pedoman hidup bangsa. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan berusaha menerapkan nilai-nilai Pancasila agar menjadi karakter siswa melalui
Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada pencapaian kompetensi
siswa, tetapi juga fokus pada penanaman karakter budi luhur. Sejalan dengan pendangan Ki Hajar
Dewantara bahwa prinsip merdeka belajar dapat menjadi sarana peningkatan kompetensi diri sesuai
karakter siswa, hingga menjaga moral atau sikap siswa dalam penanaman nilai pendidikan karakter
(Ainia, 2020) Melalui pendidikan karakter, diharapkan siswa tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki
moral dan akhlak yang mulia.
Kehadiran Kurikulum Merdeka diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pembelajaran di
sekolah karena berbasis kebutuhan siswa. Hal ini juga dimaksudkan untuk mencapai pendidikan yang
berkualitas dalam rangka mencapai generasi Emas Indonesia (Suhartono dalam Amir, dkk, 2022).
Salah satu program yang ada dalam Kurikulum Merdeka adalah membentuk siswa yang berakhlak
mulia sesuai identitas bangsa Indonesia, yaitu religiulitas. Dalam Kurikulum Merdeka terdapat project,
yaitu penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan
pembelajaran berbasis projek yang memiliki tujuan dan dimensi untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila (Amir, dkk, 2022). Melalui kegiatan tersebut, satuan pendidikan dapat menerapkan tema-
tema tertentu yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah.
Penerapan kegiatan projek tersebut dapat dilakukan melalui pembiasaan atau kegiatan
pembelajaran berbasis praktik yang di dalamnya menerapkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila,
seperti (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan
global, (3) gotong-royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Penerapan nilai-nilai Profil
Pelajar Pancasila sangat penting untuk menguatkan karakter siswa. Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila
membuat siswa dapat lebih kompetitif sesuai dengan perkembangan kompetensi global, sehingga
harus dimuat di dalam pembelajaran. Kurikulum Merdeka belum secara sepenuhnya diterapkan di
semua sekolah, tetapi setiap sekolah telah menerapkan Profil Pelajar Pancasila sebagai upaya
menumbuhkan karakter Pancasila dalam diri siswanya.
Profil beriman dan Bertakwa pada Tuhan yang Esa dan berakhlak mulia dapat diwujudkan
melalui pembiasaan berdoa sebelum dan setelah pembelajaran, membiasakan membaca asmaul husna
setiap pagi, membiasakan sholat dhuhur berjamaah, mengajak siswa mendo’akan teman yang sakit
agar cepat sembuh, membiasakan bersalaman dengan guru-guru setiap pagi saat sampai di sekolah
untuk melatih adab dan sopan santun kepada guru. Profil berkebhinnekaan global dapat diterapkan
dengan mengajak siswa agar saling menghargai perbedaan antar teman. Siswa diberi nasehat untuk
saling menghargai dan tidak mengejek teman lain. Profil gotong royong dapat dibiasakan dengan
membentuk regu piket yang ditugaskan untuk membersihkan kelas sesuai jadwal yang telah dibuat.
Selain itu semua siswa di kelas diberi tanggung jawab untuk sama-sama menjaga kebersihan kelas,
saling mengingatkan jika ada teman yang membuang sampah sembarangan, sehingga kebersihan kelas
dapat terjaga dengan baik. Profil gotong royong dalam pembelajaran dapat diterapkan dengan cara
guru membuat kelompok diskusi kemudian siswa diminta berdiskusi untuk menyelesaikan suatu
persoalan secara berkelompok. Semangat bergotong-royong harus diaplikasikan di dalam
pembelajaran sehingga tetap mempertahankan kultur dan budaya Indonesia yang dikenal memiliki
budaya kerja sama di dalam kehidupan masyarakatnya sejak dulu (Amir, dkk, 2022).
Profil mandiri dapat dilatih dengan meminta siswa mandiri dalam menyiapkan keperluan
sekolahnya, seperti merapikan tempat tidur setelah bangun tidur, menyiapkan peralatan sekolahnya
sendiri, dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Siswa juga dilatih mengerjakan
soal evaluasi secara mandiri dan tidak berbuat curang. Pada dimensi ini pelajar Indonesia diharapkan
memiliki komitmen belajar dalam pengembangan kompetensi diri dengan baik, serta dapat
bertanggungjawab terhadap masa depannya dengan memiliki rencana belajar yang terstruktur. Profil
kreatif dapat dilatih dengan memberikan tugas berupa karya seni yang menekankan kreatifitas siswa.
Sehingga siswa bisa membuat karya sesuai daya kreatifitasnya masing-masing. Profil bernalar kritis
dapat diterapkan dengan mengajak siswa memberikan komentar berupa saran terhadap hasil diskusi
kelompok lain. Guru juga dapat memberikan soal-soal yang dapat memacu siswa untuk bepikir kritis
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pada dimensi kreatif, pelajar Indonesia harus memiliki
inovasi yang dapat menjawab tantangan global dalam bentuk ide, gagasan, dan karya inovatif. Pelajar
Indonesia yang kreatif memiliki produktivitas tinggi dan proaktif mendukung kemajuan dengan
memanfaatkan segala potensi diri dan sumber daya yang ada di sekitarnya (Amir, dkk, 2022).
Pada dasarnya, Profil Pelajar Pancasila dirancang untuk mewujudkan pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi, karakter, dan perilaku atau sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila dapat menumbuhkan nilai karakter demi memperkuat nilai-nilai moral dan
hubungan terhadap Tuhan, serta lingkungan sosial demi membentuk generasi akademik yang baik
(Juliani & Bastian, 2021). Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila diharapkan mewujudkan pelajar yang
berbudi luhur dan memenuhi Standar Kompetensi Lulusuan (SKL) yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang seluruh kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler capaian
hasilnya harus mencakup nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila (Kemendikbud, 2021). Dalam Profil
Pelajar Pancasila telah memuat ideologi dan cita-cita bangsa Indonesia yang memiliki jiwa dan budi
luhur tinggi. Hal ini juga dimaksudkan agar siswa dapat menghadapi konteks dan tantangan abad ke-
21 dan revolus industry 4.0.
Penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak terlepas dari tantangan untuk mencapainya.
Tantangan tersebut berasal dari dalam dan dari luar. Tantangan dari dalam disebabkan karena
kurangnya dukungan motivasi dan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak. Orang tua kurang
menyadari bahwa proses belajar anak juga merupakan tanggung jawab dari orang tua siswa. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Amir, dkk (2022) diperoleh hasil bahwa orang tua kurang memiliki
kepedulian dalam mendidik dan mengembangkan semangat anak, bahkan mereka kurang
berkomunikasi dan hal ini menjadi salah satu faktor kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh orang
tua di rumah. Akibatnya banyak anak yang tidak dekat dengan orang tua dan lebih memilih bergaul
dengan temannya di luar rumah. Padahal pergaulan tersebut tidak jarang menimbulkan dampak negatif
dan bisa dengan mudah merusak moral anak tanpa pengawasan yang ketat. Dukungan semangat
belajar bagi siswa sangat penting agar ia mampu mengembangkan bakat dan minat serta kreatifitasnya.
Komunikasi yang intens dan saling berdikusi dapat melatih anak mempunyai pola berpikir kritis.
Tantangan lain dari luar yaitu berupa globalisasi dan dampak negatif teknologi. Konten-konten
yang ada di sosial media tidak semuanya baik dan orang tua tidak bisa mengontrol konten yang dilihat
oleh anak-anaknya, sehingga berbagai pengaruh negatif baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri mengancam identitas bangsa Indonesia. Hilangnya rasa empati, toleransi dan saling menghargai
antar budaya menyebabkan terjadinya perpecahan. Perilaku sopan santun siswa kepada guru dan orang
yang lebih tua juga mulai luntur, padahal sikap ini merupakan ciri khas pelajar Indonesia. Akhir-akhir
ini juga semakin banyak kasus di kalangan pelajar, yaitu bullying yang paling banyak disebabkan
karena mereka sering melihat konten-konten negatif di internet dan menghilangkan rasa empati
mereka (Firmansyah & Fakhruddin, 2021). Perilaku ini jika terus menerus dilakukan dan tidak ada
tindak tegas dari orang tua maupun sekolah lama kelamaan akan memudarkan identitas bangsa
Indonesia. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila juga akan memudar dan
memunculkan kesan buruk kepada bangsa kita.

KESIMPULAN
Kebhinnekaan, Religius, dan Pancasila merupakan identitas bangsa Indonesia. Beragamnya
kebudayaan menjadi kekayaan bagi bangsa. Pancasila dijadikan sebagai pedoman hidup berbangsa
dan bernegara dalam masyarakat yang majemuk. Nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila harus
diwariskan kepada generasi muda agar identitas yang telah dibangun oleh para leluhur tidak pudar.
Salah satu cara mewariskannya adalah melalui Pendidikan. Adanya kurikulum merdeka merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan. Usaha
membentuk karakter siswa dalam kurikulum Merdeka ini adalah dengan penerapan Profil Pelajar
Pancasila. Namun terdapat tantangan dalam implementasi Profil Pelajar Pancasila ini diantaranya
yaitu kurangnya peran orang tua dalam pendidikan anak dan pengaruh dari luar, yaitu globalisasi.
DAFTAR RUJUKAN
Amir, I., Nursalam, I., & Mustafa, I. (2022). Tantangan Implementasi Nilai-nilai Profil Pelajar
Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka Belajar.
Ghancaran: Jurnal Pendidikan Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada
Kurikulum Merdeka Belajar.
Firmansyah, I. M., & Fakhruddin, A. (2021). Tantangan Globalisasi Abad 21 dan Urgensi Penguatan
Karakter Siswa Melalui Pembelajaran PAI Holistik Integratif. Prosiding Seminar LP3:
Universitas Negeri Malang.
Juliani, A. J., & Bastian, A. (2021). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Wujudkan Pelajar
Pancasila. 9.
Kaelan. (2013). Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Kajian Ilmiah Masalah
Perbedaan Pendapat 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Kerjasama Pusat Studi
Pancasila UGM dan Masyarakat Pengawal Pancasila Joglo Semar. Prosiding FGD Pakar, PSP
UGM. Yogyakarta.
Kemendikbud. (2021). Paparan Profil Pelajar Pancasila. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
dalam
file:///E:/tugastugas%20pelatih%20ahli%202021/seputar%20kurikulum/paparan%20Profil%
20Pelajar%20Pancasila.pdf
Rachmawati, N., dkk. (2022). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Implementasi
Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, Vol 6
(3).

Anda mungkin juga menyukai